So Bong
sudah mengunakan baju olahraganya dan siap-siap berlari, tapi kakinya
tersandung lalu terjatuh sambil berteriak memanggil “Ibu”. Shin duduk diatas
tebing mengejek kalau So Bong itu tak punya ibu. So Bong kaget melihat Shin
sudah duduk didekatnya.
“Hei.
Kenapa kau duduk di sana?” tanya So Bong heran.
“Aku tadi
memandang langit malam, dan sekarang
matahari terbit. Itu kaki yang ada batang bajanya... Kau harus berhenti
berlari..” Ucap Shin
“Hei.
Lariku ini lebih cepat daripada kebanyakan pria”kata So Bong dan kembali
berlari.
Shin mengikuti
So Bong yang ikut berlari. So Bong menyuruh Shin pergi saja dan jangan
menganggu. Shin mengaku kalau ingin
berlari juga, keduanya pun saling kejar-kejaran. Akhirnya ketika sudah berlari jauh So Bong
mulai kelelahan.
“Kalau
capek, berhenti saja... Karena aku tak bisa capek.” Ucap Shin. So Bong tak
peduli dan terus berlari tapi akhirnya jatuh lemas. Shin langsung memegang
tangan So Bong.
“Tekanan
darah, 139/96... Denyut nadi, 136. Kau harus Ambil napas dalam-dalam.” Kata
Shin. So Bong menarik tangan dengan wajah kesal dan berusaha berdiri tapi
kakinya seperti lemah.
Shin
berjongkok menyuruh So Bong naik ke pundaknya saja. So Bong menolaknya, Shin pikir tak masalah
karena ia sebagai kacung So Bong sekarang. So Bong seperti terkesima dengan
kebaikan Shin tapi suasana romantis berubah jadi sikap kasar.
“Kau
hanya pergi Turuti saja apa kataku dan Jangan bertingkah” ucap So Bong
menendang Shin sampai terjatuh.
Saat itu
Tuan Nam dan Ye Na melihat keduanya. So Bong dan Shin langsung memberikan
hormat. Ye Ne heran karena tak melihat mereka keluar dari rumah berdua, tapi
sekarang malah sedang berduaan lagi.
“Kondisi
Direktur Nam tadi melemah jadi aku mengajaknya olahraga lari.” Ucap So Bong. Ye
Na binggung melihatnya.
“Tapi dia
tidak berkeringat.” Tanya Ye Na heran melihat Shin.
“Apa Kau
belum pergi juga dari sini? Haruskah aku menciumnya lagi?” kata Shin. So Bong
langsung menutup mulutnya. Ye Na pun tak percaya mendengarnya.
“Beraninya
kau? Jika kau tidak menurutiku, maka akan kupecat dia!” kata Tuan Nam
mengancam.
Akhirnya
semua masuk ke dalam ruangan, Tuan Nam memberitahu kalau Ye Na menyetujui semua
persyaratan darinya jadi mereka bisa melangsungkan pernikahan sederhana dengan
anggota keluarga saja. Shin mencoba mengelak tapi Tuan Nam seperti tak peduli.
“Ye Na,
telepon ibumu di Boston dan suruh ibumu datang. Walau kalian tak dekat, dia
harus tetap melihatmu menikah.” Kata Tuan Nam, Ye Na menganguk mengerti. Shin
menahan amarah memilih untuk pamit keluar ruangan.
“Apa kau
tidak peduli jika dia terluka? Pengawalmu, yang namanya tidak ingin kukatakan.” Ucap Tuan Nam
mengancam,
“Kenapa? Kalau
Kakek memecatnya, apa menurutmu, aku akan tetap menikah?” kata Shin menatang
“Berarti
memecatnya takkan cukup membuatmu sadar,
Jadi aku harus bertindak sejauh apa? Keluarganya, Masa depannya. Hidupnya. Apa yang
harus kuhancurkan dari dia agar kau mau menurutiku” kata Tuan Nam makin mengancam,
“Lantas
apa yang harus kuhancurkan dari Kakek agar Kakek menurutiku?” balas Shin
Semua
kaget mendengarnya termasuk So Bong,
Tuan Nam tak bisa menahan amarah ingin memukul cucunya, tapi Shin bisa
menahan tangan kakeknya dengan berkata kalau tidak boleh membahayakan manusia.
saja.So Bong panik melihatnya mengajak Shin agar segera pergi saja.
“Kami
mohon maaf, Pak Ketua.” Kata So Bong membungkuk lalu memanggil Shin kaleng
untuk pergi.
“Jung
Woo!... Jung Woo... Dengarkan Ayah. Cuma kau yang Ayah punya. Jika kau pergi,
maka tak ada seorangpun yang Ayah punya!” ucap Tuan Nam tiba-tiba kembali
penyakitnya kambuh.
Ye Na dan
yang lainya terlihat binggung karena Tuan Nam memanggil nama Jung Woo. Tuan Nam
mengatakan agar jangan wanita ini menunjuk ke arah So Bong. Tuan Nam mengatakan
kalau Jangan Oh Ro Ra. Shin mengetahui kalau
itu nama ibunya
“Kakek
kenapa? Kenapa Kakek menganggap wanita itu ibunya Shin Oppa?” ucap Ye Na
binggung melihat sikap Tuan Nam
“Oh Ro
Ra! Jangan dia! Jangan wanita ini!” teriak Tuan Nam, saat itu Ho Yeon masuk
ruangan panik melihat ayahnya kembali kambuh. Saat itu Tuan Seo akan masuk
ruangan mendengar teriakan panik dengan senyuman bahagia.
Tuan Seo
berjalan keluar dari rumah dengan senyuman, saat itu Tuan Ji baru saja datang
terlihat kaget karena Tuan Seo datang, lalu berpikir kalau akan menjemput Ye
Na. Tuan Seo membenarkan tapi pelayan mengatakan kalau Ye Na ada di kamar Ketua
Nam
“Aku mana
bisa menyuruhnya keluar di depan Ketua
Nam. Kalau begitu lain kali saja kujemput dia.” Kata Tuan Seo santai lalu
berjalan pergi.
Tuan Nam
sudah berbaring dikamar dengan Ho Yeon duduk didekatnya. Tuan Ji merasa kalau
Tuan Seo mungkin mendengar semuanya. Ho Yeon juga merasa seperti itu karena
Para pekerja rumah ini saja segan mendekati kamar Ayahnya.
“Jika Seo
langsung pergi dari sini dengan memakai alasan... Lalu Pengawalnya si Shin juga
melihatnya. Bagaimana ini?” kata Ho Yeon khawatir
“Aku bisa
memastikan dia tidak akan menyebar
rumor. Tapi...” kata Tuan Ji menatap Ye Na yang ada didekatnya, begitu juga Ho
Yeon.
“Jangan
lihat aku seperti itu... Aku tidak suka dianggap seperti mata-mata.” Tegas Ye
Na
“Kau
memang mata-mata, Kau tetap saja anaknya si Seo dan Pasti kau akan
memberitahunya.”sindir Ho Yeon.
Ye Na
menegaskan kalau dirinya tak seperti
itu. Tuan Ji pikir kalau Tuan Seo tahu maka pernikahan ini takkan pernah
terjadi. Ye Na menegaskan kalau akan mencari tahu apakah ayahnya memang
mendengarnya. Tuan JI pun memuji kalau Ye Na mau membantu.
“Apa
Seorang anak memata-matai ayahnya
sendiri? Aku tidak percaya itu. Saat dia keluar dari sini, game
berakhir.”sindir Ho Yeon
“Anda
bilang aku mirip ayahku, 'kan?” keluh Ye Na. Ho Yeon pikir itu benar.
“Aku
harus memiliki apa yang aku inginkan sama seperti ayahku. Aku akan melawan
siapapun yang menghalangi jalanku walau itu ayahku sendiri. Oppa percaya
padaku, 'kan?”ucap Ye Na meminta Shin membelanya.
So Bong
berada di depan rumah terlihat gelisah, membaca pesan dari Tuan Seo “Ada yang
harus kupastikan...Telepon aku kalau ada waktu.” Ia berpikir kalau bertanya
tentang demensia, saat itu Ye Na keluar dari rumah.
“Biarkan
saja koperku disini... Karena aku akan kembali.” tegas Ye Na pada So Bong
“Aku
nanti pulang ke rumah habis dari kantor. Jadi Percayalah padaku, dan tunggu
saja.” Kata Ye Na pada Tuan Ji dan Shin.
Ye Na
duduk di dalam mobil merasa kalau Shin itu belum pernah bersikap seperti itu
sebelumnya.
Flash Back
Ye Na
mengingat saat melihat Shin yang berjongkok menyuruh So Bong untuk naik di
punggungnya. Lalu So Bong memanggil Shin “Kaleng” untuk pergi. Ia merasa kalau
sangat mustahil terjadi pada Shin, seperti ingin mencari tahu apa yang terjadi
lalu meminta agar sopir lebih cepat mengemudi.
So Bong
melihat pesan Tuan Seo “Ketua sakit demensia, 'kan?” lalu bertanya pada Tuan Ji
apa yang harus dikatakan pada Tuan Seo kalau melihat kejadian dalam ruangan.
Tuan Ji pikir mereka perlu mencari tahu sejauh apa yang Tuan Seo ketahui.
“Jangan
angkat telepon darinya sebelum Manajer Tim Seo Ye Na menghubungi kita.” Kata
Tuan Ji
“Kau
bilang Manajer Tim Seo? Apa Dia akan mencaritahu tentang ayahnya sendiri?
Keluarga yang berantakan sekali.” Ucap So Bong seperti tak yakin.
“Aku akan
berada di kamar Ketua. Jika identitas Shin terbongkar, maka tamatlah sudah. Jadi
tetaplah bersamanya, dan pastikan jangan
sampai ketahuan.” Kata Tuan Ji. So Bong menganguk mengerti.
Shin
tiba-tiba langsung mendekati So Bong, So Bong heran dengan yang dilakukan si
Robot Kaleng. Shin mengulang kalau Tuan Ji yang meminta agar mereka selalu
terus bersama. So Bong mendorong menyuruh Shin agar sedikit menjauh.
“Kau tahu
tentang demensia, kan?” ucap So Bong. Shin membenarkan.
“Tapi
kenapa kau tak memberitahuku? Kakekmu itu sakit. Lalukenapa dia jahat sekali padaku? Dia bilang Keluargaku, masa
depanku, hidupku. Mana yang harus dia hancurkan agar kau menuruti dia? Saat itu
Jantungku langsung berhenti setelah dengar itu.” Kata So Bong tak percaya
mendengarnya.
“Tapi kau
tadi sudah seperti pria sejati. Kau mengatakan "Apa yang harus kuhancurkan
dari Kakek agar Kakek mendengarkanku?" Dan ketika kau menghentikannya seperti ini, maka kau gagah sekali... Kau
bisa jadi membuat kebanyakan wanita pingsan.” Ucap So Bong
Shin
senang mendengarnya dan kembali mendekat, So Bong mengeluh kalau pujianya itu
bukan meminta agar Shin terus menempel padanya. Shin pun kembali memberikan
jarak. So Bong pun mengajak Shin pergi, saat itu Shin mencoba agar terus
berjalan lebih dekat walaupun So Bong terus melotot padanya.
Direktur lain yakin kalau Tuan Nam pasti sakit
demensia dan ingin tahu apa yang dikatakan Dokter Lee. Direktu Park mengatakan
kalausudah bertanya tentang kesehatan Ketua tapi Dokter Lee tidak menjawab.
Direktu Seo sudah mengenal Dokter Lee selama 20 tahun, tapi sangat ketat.
“Kita
harus cari cara lain.” Kata Direktur Seo. Direktur Park pikir mereka harus
berhati-hati.
“Tanpa
bukti nyata, maka kita rugi sendiri. Yang kita butuhkan adalah seseorang yang
bisa mencarikan kita buktinya.” Kata Sek Park. Tuan Nam hanya diam saja
memikirkan caranya.
Chang Jo
mengeluh karena Direktur Nam bertanggung jawab
atas test drive tapi malah Nona Yeo yang mengundurkan diri. Nona Yeo menegaskan
kalau Tim mereka tidak bubar karena Shin menurutnya Shin yang menghentikan
kecelakaan dan tak membuat tambah parah.
“Tapi dia
ditunjuk kembali sekarang.” Kata Nona Yeo
“Ini
perusahaannya, jadi dia pasti akan datang lagi.” Komentar Chang Jo
“Berhentilah
bicara hal bodoh. Lagipula, aku juga ingin beristirahat. Jadi Aku mau
beres-beres barangku dulu. Nanti kita makan bersama, Jadi siapa nanti kira-kira
manajer tim yang baru.” Kata Nona Yeo.
Tiba-tiba
Hwang Ji Yong berteriak kaget melihat isi komputer, karena Ada seseorang yang memperbarui tombol
kill switch mobil mereka. Semua langsung berkumpul didepan komputer. Mereka berpikir kalau Ji Yong yang melakukan
ini. Ji Yong mengaku kalau bukan dan bertanya-tanya siapa yang melakukanya.
“Padahal
tidak ada orang di negara ini yang lebih
jago dari aku. Apa kita diretas lagi? Berapa nomor tim keamanan kita?” kata Ji
Yong menatap komputer.
“Hei...
Bilang saja aku yang melakukan ini. Lebih baik jika salah satu dari kita
menjadi manajer tim yang baru.” Kata Chang Jo. Ji Yong tak peduli menatap
penasaran dengan yang ada di komputer.
“Aku akan
mencari tahu ulah siapa ini, karena Aku jadi kesal karenanya.” Ucap Ji Yong.
Sek Park masuk ruangan menyapa semua tim mobil tanpa pengemudi.
Chang Jo
menemui Tuan Seo di atap gedung bersama Sek Park. Tuan Seo meminta Chang Jo
agar Jangan gugup karena hanya ingin tahu bagaimana keadaan tim mobil otonom. Ia mengaku sangat
sedih Manajer Tim Yeo mengundurkan diri Jadi yang lain harus kerja ekstra
keras.
“Untuk
mencegah masalah serupa, aku telah mengupgrade kill switch-nya.” Jelas Chang Jo
“Apa Kau
sendiri yang melakukannya? Wah.. Hebat sekali.” Puji Tuan Seo
“Kami
juga akan meningkatkan sistem pencegahan peretasan.” Kata Chang Jo menyakinkan.
Di
ruangan
Ye Na
mencari ayahnya tapi tak terlihat dalam ruangan. Sek ayahnya memberitahu kalau
Ayahnya sedang keluar karena ingin bertemu seseorang lalu menawarkan minuman.
Ye Na menolak dan akan datang lagi nanti.
Saat itu
Ye Na melihat dilayar komputer ayahnya, lalu teringat kembali saat melihat obat
yang jatuh dibawa oleh Ho Yeon lalu bertanya obat apa dan siapa yang sakit. Ia
melihat kalau itu obat yang sama dicari oleh ayahnya.
“Ayah...Dia
rupanya sudah tahu.” Ucap Ye Na tak percaya melihat layar komputer.
So Bong
membahas kalau Tuan Nam yang tadi memanggil
Shin "Jung Woo" lalu bertanya siapa itu. Shin langsung
menganti layar TV dengan komputer, yaitu Nam Jung Woo adalah Anak tunggal Ketua
Nam yaitu Ayahnya Nam Shin dan suami Ibunya, lalu meninggal pada tahun 1997.
“Apa Dia
salah mengira cucunya itu anaknya yang sudah meninggal? Ternyata keluarga
seperti ini punya kisah sedih juga.” Komentar So Bong sedih, saat itu In Tae
menelp So Bong
“Apa?
Kenapa ayahku datang ke sini?!!” kata So Bong kaget.
“Katamu
kau mau datang kesini, tapi kau tidak datang juga. Dia bilang perlu memastikan apa
kau memang ada di sana. Kau tahu sendiri amarahnya.” Ucap In Tae panik
“Aku akan
kesana sekarang, jadi jangan sampai dia kesini duluan.” Kata So Bong bergegas
pergi.
So Bong
keluar lebih dulu mengambil kunci mobil, Shin membuak pintu So Bong menyuruh
Shin pergi saja. Shin merasa kalau ini mobilnya. So Bong mengeluh Shin itu
pelit tak mau meminjamkanya. Shin mengatakan kalau akan menyetir mobil karena
mereka harus tetap bersama.
“Apa Kau ingin
berhenti lagi? Jalan saja kalau baru lampu kuning!” ucap So Bong marah
“Berhenti
pelan di lampu kuning itu juga aturan.” Balas Shin sebagai robot penurut.
“Dasar
aturanmu itu... Aku juga punya aturan, Jika kau tidak menurutiku, aku akan menjualmu. Haruskah aku menjual lenganmu
duluan? Atau kakimu?” kata So Bong mara
“Toko
barang rongsokan mana mau beli atau menjual CNT.” Ejek Shin. So Bong menyuruh
Shin agar jalan saja. Saat itu Reporter Jo menelp temanya.
“Sayang!
Semalam, apa kau aman sampai rumah? Aku tidak bisa tidur karena penasaran apa itu pelecehan seksual yang
terdepan Apa pula maksudmu "sebongkah logam" “ ucap Reporter Jo
“Aku
tidak terbuat dari logam, tapi CNT...” kata Shin dan langsung ditutup mulutnya
oleh So Bong.
So Bong
memberitahu kalau sedang ada di jalan pada temanya dan langsung menutup
telpnya. Ia mengeluh kalau Shi itu Jangan memotong pembicaraannya tapi lebih
baik Potong jalan mobil lain saja. Shin mengaku kalau itu aturan yang Tak boleh
memotong jalan orang. So Bong menahan amarahnya.
In Tae
menahan Tuan Park agar tak pergi. Tuan Park merasa hanya ingin memastikan
apakah ada disana. In Tae tetap menahanya karena sebentar lagi So Bong akan
datang meminta Robocop agar membantunya.
“Aku ini
tidak suka mencampuri urusan keluarga orang lain. Karena aku ini keren.” Ucap
Robocop, saat itu So Bong datang dengan Shin yang membuka pintu mobil.
“Apa
Kalian berganti peran ? Bukankah dia bosmu?” ucap Tuan Park binggung.
“Terima
kasih, Direktur Nam.” Kata So Bong membungkuk memberikan hormat pada Shin
dengan bangga kalau Bosnya itu pria yang hebat lalu mengajak ayahnya masuk dan
meminta Shin untuk menunggu di luar saja.
Tuan Park
ingin tahu Apa sebenarnya yang terjadi. So Bong mengaku kalau memang benar
berkerja di tempat Shin jadi meminta ayahnya agar berhenti meragukan tanpa
alasan serta tetap tenang. Ayahnya yakin
kalau anaknya mengetahui Kartu As milik Shin.
“Kenapa
malah bosmu yang menyetir dan membuka pintu mobil untukmu?” kata Tuan Park
heran
“Tak ada
kartu apapun dan Ini memang keahlianku. Mereka itu sangat menginginkanku
sekarang. Jadi Percaya saja... Putri Ayah memang sehebat itu.” Kata So
Bong menyakinkan
“Kau
tidak pernah membuat Ayah percaya sebelumnya. Kau selalu berbohong. Jadi mana
bisa Ayah mempercayaimu?” keluh Tuan Park
Saat itu
In Tae dan Robocop datang bersama dengan Shin, So Bong panik melihat Shin
karena takut nanti bosnya terluka. In Tae melihat kulit Shin merasa kalau bos
So Bong itu tidak pernah bergulat.
“Tapi
kata dia, dia mencium So Bong Noona. Tanpa izin Noona! Dia langsung menciumnya!”
kata In Tae marah. Tuan Park terlihat marah. So Bong mencoba menenangkan
ayahnya kalau mengelak tak melakukanya.
“Apa
sebenarnya yang terjadi? Benarkah itu?” tanya ayahnya.
“Tapi
memang benar aku menciummu, Kang So Bong” ucap Shin santai
Tuan Park
sangat marah ingin menyerang Shin, tapi Shin bisa menghindar. So Bong pun
panik. In Tae dan Robocop ingin melawan dengan mudah Shin bisa mendorong
keduanya dengan cepat. Tuan Park pun mencoba melawan Shin kembali tapi Shin
bisa mengangkat dengan mudah
So Bong
dan yang lainya hanya bisa melonggo melihat Tuan Park melayang diudara. Shin
dengan cepat berpindah tempat dan menangkap Tuan Park dalam pelukanya. Saat itu
Reporter Jo dengan cepat mengambil foto mengunakan kameranya.
“Aku
tidak boleh membahayakan manusia.” kata Shin, semua bisa menghela nafas lega.
So Bong
panik meminta Repoter Jo agar tak melakukanya. Reporter Jo mengaku bukan
dirinya, tapi karena nalurinya saja dan ingin tahu apa yang terjadi. So Bong
memilih untuk segera pamit pergi pada ayahnya,
Shin pun menjatuhkan Tuan Park lalu mengikuti So Bong.
So Bong
akhirnya pergi ke taman sambil mengomel karena Shin yang bercerita tentang
ciuman itu. Shin dengan polos kalau keduanya bertanya jadi harus menjawab. Ia
memegang tangan So Bong kalau ada Lonjakan tekanan darah dan denyut nadi.
“Kau bergairah
lagi, Kang So Bong.. Kali ini apa
alasannya?” kata Shin penasaran.
“Jangan
pegang tanganku seenaknya! Dan jangan sembarangan!” ucap So Bong marah
“Jangan
bilang karena aku, 'kan? Apa Karena bibirku terasa seperti bibir manusia?” ucap
Shin. So Bong mengelak
“Awas
kalau kau bahas ciuman sekali lagi.” Ucap So Bong marah
“Ketika
manusia kontak fisik, ada peningkatan hormon endorphin, dopamine, dan hormon
lainnya. Yang menghasilkan peningkatan ketertarikan
pada orang lain. Apa kau sekarang lebih
tertarik padaku? Apa kau menyukaiku sekarang?” kata Shin.
So Bong
tiba-tiba mencium Shin dengan beberapa orang melihatnya. Ia menegaska kalau
Shin harus bisa mengerti, kalau tidak ada perasaan untuk Shin karena Shin cuma
logam dan plastik dan hanyalah benda di mataku. Jadi meminta agar Jangan bertingkah
seperti manusia di depannya lagi. Ia langsung menyuruh Shin untuk membawa mobil.
Shin menganguk mengerti lalu berjalan pergi
“Wah...
Barusan aku melakukan apa? Aku pasti sudah gila.” Keluh So Bong kesal sendiri
dengan sikapnya. Reporter Jo menatap dari kejauhan melihat keduanya terlihat
binggung.
Shin
sedang menerima pengobatan, Nyonya Oh ingin tahu apakah Tuan Seo tahu tentang
demensia. Tuan Ji membenarkan walaupun i belum pasti juga. David pikir kalau
Tuan Seo tahu maka.... Nyonya Oh menyela kalau itu tak akan terjadi menurutnya
Tuan Seo bahkan tidak bisa menghadapinya.
“Dr. Oh.
Aku tidak ingin mengkhawatirkanmu tapi
pada hari kecelakaan Shin, ada seorang pria berpistol mengikutinya. Pria misterius
itu pun muncul kemudian harinya, makanya aku ke Korea... Mungkin saja tidak
aman di sini.” Jelas David
“Bagaimana
kalau si Direktur Eksekutif Seo yang menyuruh orang itu?” kata Dokter Cha.
“Kumohon...
Semoga perangkat ultrasonik itu bisa
membangunkan Shin.” Kata Nyonya Oh menatap anaknya.
Sang Guk
kembali ke Korea berada di bandara, lalu menyalakan ponselnya pesan dari Sek
Park terus masuk dengan nada penuh amarah.
“Kenapa kau
tidak angkat teleponmu? Dimana kau? Direktur Eksekutif Seo mencarimu. Kenapa aku
tidak bisa menghubungimu? Hubungi aku kalau kau sudah baca pesanku.”
Sang Guk
pun melangkah pergi seperti tak mengubris pesan dari Sek Park.
Tuan Seo
duduk diatas tempat tidurnya mengingat yang dikatakan cucunya “Apa yang harus kuhancurkan
dari Kakek agar kau mau dengar kataku?” Ia measa tak percaya kalau cucunya itu
bisa bersikap seperti tadi.
Ho Yeon
datang membawa anaknya yang bernama Hee Dong memberitahu kalau anaknya ingin menengok
kakeknya yang sakit lalu menyuruh agar menyapa ayahnya. Hee Dong dengan wajah
ketakutan menyapa kakeknya.
“Kenapa
kau membawanya ke sini larut malam? Pulangkan dia ke ayahnya lagi.” Ucap Tuan
Nam sinis
“Apa Shin
hanya darah daging Ayah? Hee Dong juga cucu Ayah.” Kata Ho Yeon marah
“Aku
mengerti, jadi berhentilah... Aku lelah.” Ucap Tuan Nam menarik selimutnya akan
kembali tidur.
Ho Yeon
dengan wajah sedih membawa anaknya ke kamar, lalu menatap anaknya karena
terlihat sangat takut pada kakaknya. Ia bertanya apakah anaknya ingat yang
dipesankan. Hee Dong mengingat kalau Jangan beritahu dirinya sakit pada
kakeknya.
“Benar...
Kakek sangat membenci orang lemah jadi jangan katakan padanya tentang kondisi
jantungmu. Kau mengerti, Nak?” kata Ho Yeon lalu melihat ponselnya dan mengajak
anaknya untuk jalan-jalan.
Saat itu
So Bong dan Shin kembali kerumah berpapasan dengan Ho Yeon dan Hee Dong yang
keluar dari rumah. Di sebuah restoran, Tuan Seo sudah menunggu lalu menyapa Hee
Dong yang baru pertama ditemunya. Hee Dong dengan sopan menyapa Tuan Seo tanpa
rasa takut.
“Kenapa
kau ingin menemuiku? Apa yang harus kita diskusikan?” ucap Ho Yeon sinis
“Soal
masa depan anak ini.” Kata Tuan Shin menunjuk pada Hee Dong.
Tuan Nam
duduk ditaman melihat So Bong dan Shin baru saja turun dari mobil lalu menyuruh
cucunya untuk duduk. Ia lalu meminta maaf pada So Bong tentang tadi, karena seharusnya
tidak mengancam hidupnya dan merasa kalau sikapnya sudah kelewatan.
“Itu
karena aku tua dan sakit jadi maklumilah.” Kata Tuan Nam. So Bong merasa tak
masalah.
“Ke depannya
tolong terus jaga cucuku, Shin... Jika nanti aku tidak bisa mengenalimu, maka
suruh aku duduk di sini. Karena Kakek melihatmu tumbuh besar dari sini jadi
Kakek yakin aku langsung mengenalimu.” Ucap Tuan Nam.
Ho Yeon
mengaku pada Tuan Seo kalau ayahnya itu tidak sakit dan tidak tahu apa yang
didengar menurutnya Tuan Seo keliru. Tuan Seo bercerita saat Ye Na itu seumuran
Hee Yeon bisa makan semua es krim di seluruh dunia seperti sengaja mengancam.
“Dasar
tidak tahu malu... Hee Dong, ayo pergi. “ kata Ho Yeon akan pergi
“Jika
Shin menggantikan Ketua, itu tak menguntungkan bagi kita berdua, 'kan? Dia pun tak
mau memperhatikan anak yang sakit.” Kata Tuan Seo
“Apa Kau
mengancamku sekarang?” ucap Ho Yeon marah
“Seorang
ibu harus memilih keputusan yang tepat bagi anaknya yang sakit agar anaknya berumur panjang... AC dan es krim.” Kata
Tuan Seo lalu mengoda Hee Dong yang pasti kedinginan. Hee Dong terlihat
ketakutan.
“Hee
Dong... Mintalah ibumu untuk membuat keputusan yang tepat. Karena Ahjussi ini
bukan orang yang sabar.” Ucap Tuan Seo. Hee Dong terlihat ketakutan dan memeluk
ibunya.
“Yah.... Memang
ayahku menderita demensia. Apa kau puas?” ucap Ho Yeon marah. Tuan Seo
tersenyum bahagia.
Tuan Nam
memegang tangan Shin merasa mengasihani dirinya yang terkena demensia. Saat itu
Shin mengedipkan matanya, So Bong kaget melihatnya dan Shin pun tahu kalau
kakeknya itu tidak menderita demensia. Tuan Nam hanya terdiam mendengarnya.
Bersambung
ke episode 13
PS; yang udah baca
blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 &
Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
semangat mba nulis sinopsis....,selalu ditunggu...,... Dramanya lagi seru seru...
BalasHapusFighting mba dee
Terima kasih, semangat trs mba 😃
BalasHapusKu tungguku sinopsisnya sis
BalasHapus