PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Minggu, 02 November 2014

Sinopsis Birth of Beauty Episode 4 Part 1



Tae Hee dan Sa Ra bertemu disebuah tempat yang ditutupi kain putih. 

"Kurasa... ada sesuatu di balik kematianku.Sebuah konspirasi... ...yang mengerikan.Seseorang...mencoba membunuhmu?"

"Apa kau lupa meminum obat semenjak menghabiskan malam dengannya?" kata Tae Hee tak percaya dengan ucapan Sa Ra 

Sa Ra memperlihatkan obat dalam tasnya, ia mengatakan selalu meminum obatnya. Tae Hee melihat itu hanya imajinasi Sa Ra saja karena terlalu mencintai Kang Joon. 

"Dalam psikologi, cinta diartikan sama seperti dengan gangguan mental. Kau jatuh cinta pada suamimu. Kondisi pikiranmu terlalu berlebihan." jelas Tae Hee 

Lalu Sa Ra ingin menyangkal tapi Tae Hee memotong menanyakan dimana mereka sekarang. Sa Ra melihat sekeliling ruangan, menurutnya tempat itu seperti restoran yang belum buka. Tae Hee menjelaskan restoran ini akan segera buka. 

"Keinginan Chae Yun adalah membuka sebuah restoran keluarga. Aku akan mewujudkan keinginannya. Kau dan aku...harus mengakhiri kontrak kita... dan kita harus berpisah"

Sa Ra hanya bisa diam dengan rencana Tae Hee yang akan berpisah dengannya. 



Cafe Donuts.... 

Chae Yoon bertemu dengan Min Young. 

"Kang Joon...belum pulang?" tanya Chae Yoon menyelidiki 

Min Young membenarkan kalau kakaknya itu sedang melakukan sesuatu yang menyenangkan sebelum pernikahannya. Setelah itu ia meminta gelang yang di janjikan Min Young karena ia sudah memberikan informasi. 

Dengan wajah kesalnya, Chae Yoon memberikan kotak yang berisi gelang. Min Young membukanya dan langsung mengunakan ditangannya dengan wajah sumringah. 




Sa Ra melihat koper Tae Hee sudah ada di laur, Ia tak menyangka Tae Hee sudah berkemas. Tae Hee menyuruh Sa Ra untuk cepat berkemas juga. Menurutnya sudah tak ada gunanya lagi mereka menghancurkan pernikahan dengan waktu yang sudah mepet. 

"Bagaimana jika seseorang membunuhku? Apa kau akan mencari kebenarannya? Kau memodohi dirimu sendiri." ucap Sa Ra 



Tae Hee terhenti saat akan masuk ke kamar, wajah Tae Hee menegang. 


"Pada Kenyataannya... Nanti....." ucap Tae Hee 

Lalu ia teringat dengan ayahnya yang memberikannya topi dan memintanya kalau tidak perlu menceritahu kenapa jika terjadi sesuatu dengan ayahnya. Kata ayahnya mengetahui kebenaran itu terkadang lebih menyakitkan. 

Ayahnya memeluknya lalu meminta anaknya terus mengingat ucapan ayahnya. Dada Tae Hee terasa sakit mengingat pesan ayahnya. Ia mencoba menahan rasa sakitnya tak mau diketahui oleh Sa Ra. 



"Seperti kecelakaan yang kau alami, dahulu aku juga mengalami sesuatu yang besar" ucap Sa Ra 

Tae Hee membalikan badannya, dengan suara berteriak dia mengatakan terkadang kenyatan itu lebih menyakitkan makanya ia menguburnya dalam-dalam. Dan ia ingin Sa Ra mengikuti apa yang sudah ia lakukan lalu membiarkan semuanya untuk pergi.

"Tapi... Aku tidak bisa membiarkannya pergi. Aku sudah mati. Ada sebuah konspirasi di balik itu.Bagaimana aku bisa mengabaikannya?" jerit Sa Ra

Ponselnya berdering ada telp dari Kang Joon, ia tahu suaminya itu akan marah karena meninggalkannya begitu saja. Tapi akhirnya dia mencoba mengangkat telp sementara Tae Hee masuk ke dalam kamarnya. 

"Sara.....Apa yang terjadi?....Apa kau ada di Seoul?" tanya Kang Joon sedikit panik. 



Tae Hee merasakan kesakitan di dadanya setelah mengingat kejadian masa kecilnya. Sa Ra masuk ke dalam, ia memberitahu suaminya nanti akan datang. 

"Aku senang semua hal berjalan dengan baik bersamanya. Tapi aku harus mencari tahu tentang konspirasi itu.Agar aku merasa damai jika aku menikah lagi dengan suamiku" ucap Sa Ra 

Lalu ia melihat sesuatu yang aneh dengan Tae Hee, ia menanyakan apakah ia sakit. Tae Hee mengingat tentang Kontrak pasal 34,

"Aturan mengenai tindakanmu.Hidup atau mati. Jika Tae Hee mengatakan hidup, maka hidup dan...jika dia mengatakan mati, maka mati." 

Tae Hee mengartikan Sa Ra harus melakukan apa yang ia katakan. Ia meminta Sa Ra untuk melupakan tentang konspirasi apapun. Setelah itu ia menyuruh Sa Ra untuk keluar kamarnya. Dan Sa Ra menurut dengan perintah Tae Hee.  




Tae Hee menahan rasa sakitnya, wajahnya mengeluarkan banyak keringat. Kejadian disuatu malam teringat kembali saat ayahnya memakaikan topi dan memintanya menunggu di dalam. Lalu ayahnya berpesan. 

"Jika sesuatu terjadi padaku, jangan mencoba untuk mencari tahu. Demi keselamatanmu." 

Setelah itu ia mengintip melihat ayahnya yang berbicara dengan seseorang, ayahnya kembali dengan ibunya dan berbisik, Tae Hee hanya melihatnya. Dalam ruangan yang penuh barang ia mencoba mengambar lalu suatu ledakan terdengar. 

Tae Hee melihat gudang di depannya itu terbakar, Ia histeris keluar ruangan mencari ayah dan ibunya. Tapi saat mendekat sebuah ledakan terjadi lagi, tubuhnya terlempar. 

"Ibu......Ayah....Ibu......Ayah....Ibu......Ayah.." teriaknya sambil menangis. 

Kembali ke kamar, Tae Hee merasakan dadanya semakin sakit. Lalu ia mencoba meraih gelas yang ada di dekat tempat tidurnya, tapi ia malah menjatuhkannya dan tak sadarkan diri tergelak dilantai.


Tae Hee berbaring di tempat tidurnya, Sa Ra memakaikan plester setelah tangan Tae Hee di perban. Lalu Tae Hee tersadar melihat tangannya yang terluka. Sa Ra memberitahu saat Tae Hee jatuh tanganya itu terkena pecahan kaca. 

"Kau melakukan hal ini... mirip ketika...Aku ingat kecelakaan itu.Karena kau mengubur kebenaran,apakah ada penyakit dalam hatimu?" ucap Sa Ra

Sa Ra melihat tidak akan baik-baik saja kalau mereka itu menutupi sebuah kebenaran. Suara bel rumah terdengar, ia tahu itu adalah suaminya yang datang. Tae He akan pergi tapi Sa Ra menahannya, ia menyuruh Tae Hee istirahat karena ia tak akan membiarkn suaminya itu masuk ke dalam rumah. 

Tae Hee duduk terdiam dalam kamarnya, sepertinya ia memikirkan ucapan Sara tentang mengungkap sebuah kebenaran dalam kecelakaan. 


Tae Hee keluar dari kamar melihat Sa Ra yang sudah membawa jaket untuk bertemu dengan Kang Joon. 

"Ini tidak baik-baik saja.Menutupi kebenaran.Mari kita melihat kebenaran di balik kematianmu bersama" ajak Tae Hee 

Wajah Sa Ra berubah sumringah, lalu ia mengibaratkan Tae Hee seperti ikan kakap putih, tulang iga sapi atau perut tuna. Tae He binggung, Sa Ra hanya menjelaskan itu semua adalah yang terbaik dari semuanya. 

Terdengar bunyi bel dari luar Sa Ra teringat suaminya sudah menunggu. Tae Hee menariknya sebelum Sa Ra pergi.  

"Kau terburu-buru tanpa rencana lagi!! Apa alasan yang akan kau katakan ketika kau kabur pada saat moment penting?" ucap Tae Hee, Sa Ra pun terlihat binggung. 


Kang Joon terus menekan bel rumah Sa Ra tapi wanita itu tak juga keluar. Ia kesal dan memilih pergi, terdengar suara seseorang yang memanggilnya. Sa Ra sudah mengunakan pakaian serba hitam. Kang Joon binggung, apa sebenarnya yang terjadi pada Sa Ra. 

"Apa ada seseorang yang meninggal?" tanya Kang Joon sedikit panik. 


"Anjingku...... mati.  Aku tinggal sendirian bersama anjingku" 

Lalu Sa Ra menceritakan anjingnya itu sudah seperti keluarga untuknya dan ia menerima telp kalau anjingna tertabrak mobil. Kang Joon agak sedikit binggung tapi ia berusaha mengerti. Ia merasa seharusnya Sa Ra memberitahunya agak tak khawatir. 

Tak jauh dari sana terlihat Chae Yoon yang menatap Kang Joon berbicara dengan Sa Ra, matanya melotot tapi ia memilih untuk pergi dan membiarkan keduanya berbicara. 

"Nama anjingku...... adalah Pink. Dia seekor anjing lucu yang suka pink..... seperti aku." ucap Sa Ra dengan suara terisak. 

Kang Joon mencoba memperlihatkan wajah simpatiknya. Tiba-tiba ponsel Sa Ra berbunyi, ia kaget melihat nama Chae Yoon yang menelpnya. Kang Joon juga terlihat kaget. 


Tae Hee kesal dengan acara pertemuan keluarga sebelum menikah untuk Kang Joon dan Chae Yoon. Sa Ra memberitahu kalai ia diundang untuk datang kerumah Kang Joon oleh Chae Yoon. Tapi ia binggung kenapa wanita itu mengundangnya padahal ia bukan keluarga atau teman. 

"Dia berusaha untuk menandai wilayahnyDia ingin menunjukkan bahwa Lee Kang Joon adalah miliknya." ucap Tae Hee. 

Tak beberapa lama kemudian Chae Yoon menelpnya. Keduanya berpindah duduk di meja makan. Tae Hee memberitahu kalau adik angkatnya itu mengundangnya juga. 

"Mari kita menyelidiki di rumah mertuamu bersama." ajak Tae Hee. 

Sa Ra pikir Tae Hee akan membongkar tentang konspirasi kematiannya. Tae Hee mengeleng kalau nanti Sa Ra sendiri yang harus melakuan penyelidikan.



Sa Ra datang membuka jasnya pada Tae Hee dengan penuh bangga. Tae Hee melihat isi jas Sa Ra itu Kacamata LED, borgol, semprotan, perekam...bubuk sidik jari, jejak kaki bubuk, tes darah. Lalu ia memerintahkan Sa Ra untuk menguanakan alat itu untuk penyelidikan. 

"Surat wasiat... Cari kotak hitam di mobilmu.Dan temukan orang yang mengambil uangmu tidak peduli berapa banyak itu. Mari kita cari tahu siapa dalang di balik konspirasi itu."

Tae Hee menyatakan mulai sekarang mereka adalah team penyelidik. Sa Ra binggung kalau nanti ia yang menyelidiki semuanya terus Tae Hee melakukan apa. Tae Hee berpikir sejenak, ia mengatakan kalau ia pemimpin dan Sa Ra penyelidiknya. 


Kang Joon terlihat panik di dalam kamarnya, ia mengirim pesan pada Sa Ra untuk tak datang karena takut keadaannya jadi tidak nyaman.  Chae Yoon membuka pintu kamar, Kang Joon sempat kaget. 

"Apa yang kau lakukan di sini?  Sara baru saja sampai di sini." ucap Chae Yoon. Kang Joon semakin kaget karena ternyata Sa Ra sudah datang kerumahnya.


Sa Ra sudah duduk di dalam ruang keluarga, ia mendengar teriakan dari dapur ibu mertuanya yang sedang repot masak dengan dua anaknya. Sementara ia duduk bersama Ayah Kang Joon. 

"Ternyata kau ada ikatan khusus untuk keluarga kami. Aku tidak tahu kau juga mengenal Chae Yoon" ungkap ayah Kang Joon.

Terdengar teriakan kembali dari dapur,  Sa Ra tersenyum. Ayah Kang Joon mempersilahkan supaya Sa Ra bisa melihat foto dan plakat acara amal lalu meninggalkan Sa Ra sendirian. Sa Ra melihat tembok di depannya yang kosong. 

Ingatannya kembali saat ia memasangkan foto keluarga sendirian, setelah itu saat ia menjadi Geum Ran ia membawa panci besar memperlihatkan sup daging yang sudah ia buat. Gambaran dirinya saat sedang riang bermain piano juga teringat jelas olehnya. 



Keluarga Kang Joon takjub dengan makanan yang tersedia di depan matanya. Semua makanan enak terhidang semua. Seorang Chef memperkenalkan diri kalau mereka semua dari Restaurant God dan sebagai karyawan Han Tae Hee. 

"Kami karyawan CEO Han Tae Hee..." ucap Chef... 

"ahh kamu hampir saja ingin mati saat masak.. kau menyelamatkan kami" ungkap ibu Kang Joon 

Lalu ibu Kang Joon bertanya dimana Han Tae Hee. Seorang pria dengan jas dan sepatu mengkilat masuk ke dalam. Tae Hee mengulurkan tangannya dan mengucapkan terimakasih karena sudah mengundangnya. Dua adik Kang Joon terpesona dengan ketampanan Tae Hee.

"Kudengar kau seperti keluarga bagi Chae Yoon" ucap ayah Kang Joon 

"Aku sangat tersentuh oleh truk makanan kerja amalmu." puji Tae Hee. 

Setelah itu ia melihat wajah anak dan ibu yang berlebotan karena memasak. Ia memuji dengan pepatah "Wanita paling cantik di dunia adalah mereka yang memasak.". Dua adik Kang Joon tersipu malu, dengan wajah tersenyumnya Tae Hee memuji keduanya itu terlihat sangat cantik. 



Ayah dan Ibu Kang Joon bernyanyi duet, sementara Sa Ra mengiringinya dengan piano. Dua adik Kang Joon menutup kuping karena orang tua mereka menyanyi sangat tak enak di dengar. Tae Hee langsung berdiri memuji ayah dan ibu calon mertua adiknya. 

"Kau sudah seperti seorang profesional." pijinya.

Ibu Kang Joon juga merasa suaranya itu tidak biasa. Ayah Kang Joon memarahi dua anaknya yang tidak mendengar saat mereka bernyanyi. Dua anak perempuannya mengeleng kepala kalau mereka mendengar. Sa Ra melirik Chae Yoon yang memegang erat lengan Kang Joon. 

Kang Joon juga memegang tangan Chae Yoon diatasnya. Wajahnya agak sedih karena suaminya bermesraan dengan wanita lain di depan matanya. 

"Aku mendengarnya dari para juri audisi kalau pendengar lebih baik hanya dengan satu telinga terpasang." ucap Chae Yoon.

Ia tahu pasti adik iparnya itu melakukan hal yang sama. Dua adik bersaudara tersenyum karena dibela kakak iparnya. Ayah Kang Joon mengungkapkan tak bisa menunggu lagi Chae Yoon menjadi bagian keluarga karena keadaan akan menjadi hangat.  

Tae Hee melihat Sa Ra yang duduk terdiam di depan piano, ia tahu hati wanita itu sakit melihat suaminya yang bermesraan di depan matanya. Dia pun berdiri untuk membuat rencana selanjutnya. 

"Untuk melancarkan pencernaan, aku akan berjalan-jalan di taman. Kenapa kita tidak bermain catur nanti, Kang Joon?" tantang Tae Hee 

Lalu ia menanyakan dimana kebun dirumah itu, Dua adik Kang Joon yang terpesona ingin menunjukan tapi ibunya langsung mencegahnya menyuruh keduanya untuk mencuci piring. Tae Hee memberikan kode supaya Sa Ra bisa pergi ke lantai atas. 

"Apa kau mau menunjukkan padaku di lantai dua?" tanya Sa Ra.


Sa Ra melihat foto dirinya dengan Kang Joon dalam album foto, lalu ia membahas tentang surat wasiat yang kakak iparnya pernah ia dengar. Jin Young tak merasa mendapatkan surat wasiat tapi Min Young yang baru masuk, mengingat kakak iparnya itu membicarakan tentang kesepakatan uang. Sa Ra kaget karena ia tak menuliskan apapun tapi ternyata surat palsu itu membicarakan tentang uang. 

Lalu Min Young memperlihatkan email  yang dikiriman sebagai surat wasiat. Sa Ra membaca pengirimnya adalah ID sgr 1234 memang benar adalah IDnya. Pikirannya binggung siapa yang mengingat passwordnya.

"Ayah, Ibu, maafkan aku......Aku merasa seperti orang yang tidak berguna. Aku tidak ingin hidup lagi. Aku akan membiarkan suamiku... memutuskan apa yang harus dilakukan dengan uangku."

Sa Ra kaget membaca surat wasiat palsu yang dikirim dari emailnya. 


Sa Ra masuk ke dalam kamar Kang Joon dan tak lupa menguncinya setelah itu ia mencari-cari sesuatu di dalam lemari tak ketemu. Ia menyala lampu meja terus mencari-cari menemukan surat di dalam kotak. Ia melihat ada perubahan kepemilikan. 

Dari namanya menjadi naman Lee Kang Joon, ia kaget karena suaminya sudah menganti nama surat miliknya. Terdengar suara Jin Young yang menanyakan kemana perginya Sa Ra. Min Young memberitahu Sa Ra sedang pergi ke kamar mandi. 


Sementara dibawah, Tae Hee dan Kang Joon sedang bermain catur. 

Tae Hee kaget karena Bangunan Seochodong Canvas yang dirancang oleh Bill Weber milik Chae Yun. Kang Joon tersenyum sambil mengangguk. 

"Jangan membenciku karena itu adalah pernikahan kedua. Aku berusaha sangat keras." perintahnya. 



Jin Young kaget melihat Sa Ra yang keluar dari kamar kakaknya. Sa Ra kaget tak bisa menjawab. 

"ahhh aku tahu... Kau tidak bisa menemukan kamar mandi? pergilah ke lantai bawah" ucap Jin Young. 

Dibawah, Tae Hee memikirkan tentang bangunan Canvas yang diberikan Kang Joon pada Chae Yoon menurutnya Kang Joon itu tidak memiliki uang yang banyak. 

"Dari mana dia mendapatkan uangnya?" gumamnya dalam hati. 

"Kenapa kau tidak bermain? Kau serius sekali ketika kau menang" tegur Kang Joon 

Lamuan Tae Hee buyar, ia memajukan poin caturnya. Sa Ra menuruni tangga memanggil Tae Hee untuk bertemu di luar. Tae Hee buru-buru menyuruh Sa Ra keluar lebih dulu. Datanglah Chae Yoon yang memberitahu Ji Hoon akan datang. 

"Ahh benarkan??.... kalau begitu aku ingin mencari udara segar." ucap Tae Hee 

Lalu ia mengatakan kalau anggap saja permainan mereka itu seri dan buru-buru keluar dari rumah. Pelahan-lahan Sa Ra mengikut keluar rumah. 


Keduanya bertemu di taman. 

Tae Hee melihat dengan surat wasiat yang dikirim dengan email maka ada pelakunya adalah orang yang mengetahui password emailnya. Setelah itu membicarakan tentang bangunan canvas dan menanyakan berapa banyak uang yang dimiliki Kang Joon.  Sara tak tahu ia ingin membicarakan masalah tanah dulu. 

"Aku satu-satunya anak perempuan, jadi ayahku mewarisiku tanah. Tapi kepemilikannya sudah dipindahkan. Ibuku tidak punya apapun selain itu. Di mana lagi dia akan tinggal?" ucap Sa Ra panik

"Tanah  itu ada di mana?" tanya Tae He 

Sa Ra mengingat ada di epan kantor Distrik Seocho. Tae Hee memikirkan bangunan Canvas itu ada di daerah situ. Tiba-tiba terdengar suara Jin Young yang mencari-cari Tae Hee. Keduanya panik karena mereka tidak boleh terlihat saling kenal.




Tae Hee membuka jasnya lalu berjongkok, ia menyuruh Sa Ra bersembunyi di balik depannya. Jin Young datang untuk minum kopi bersama. Tae Hee menyuruh Sa Ra lebih dekat padanya supaya mereka tidak terlihat. Jin Young ingin berjalan mendekat. 

"Berhenti, Jin Young! Ritsleting celanaku...rusak.Aku..berusaha untuk memperbaikinya." ucap Tae Hee sedikit panik. 

Jin Young sempat binggung, Sa Ra yang bersandar di dada Tae Hee merasakan jantung Tae Hee berdetak sangat kencang.

"Itu karena cengkraman lenganmu sangat kuat. Dadaku jadi menyempit." bisik Tae Hee berbohong. Sa Ra sedikit melepaskan tangannya dan menariknya dengan perlahan.  

"Tae-hee.....Apa kau akan bisa memperbaikinya? Mau kubantu?" ucap Jin Young

Tae Hee menolak karena ia bisa memperbaikinya sendiri. Jin Young memutuskan akan menunggu. Tae Hee berbisik lagi, kalau mereka sampai tertangkap maka tidak akan ada lagi investigasi dan mungkin saja jadi mereka yang akan diselidiki. 

"Jin Young... bisakan kau mengambilkan aku senter?" pinta Tae Hee sedikit tertawa. Jin Young mengerti masuk ke dalalm rumah. 

Sa Ra keluar dari persembunyian dengan kaki kram begitu juga Tae Hee yang terlalu lama berjongkok dan lengannya juga sakit karena terlalu lama membentangkan jasnya. Sambil menahan sakit ia menelp Ji Hoon untuk bertemu dengannya. 


Di ruang keluarga, Chae Yoon mendapatkan pesan kalau Tae Hee pergi karena reslestingnya rusak. Ji Hoon juga tak bisa datang. Min Young mendengan bunyi pesan yang masuk, Ia membawa pesan dari Sa Ra yang pulag karena harus ke kamar mandi. 

"kenapa Sa Ra onnnie..... Dia meninggalkan mantelnya di belakang kursi." tunjuk Min Young binggung.

Chae Yoon merasakan ada hal yang aneh tapi menurutnya itu lebih baik karena bisa menunjukan kalau Kang Joon itu adalah miliknya.



Tae Hee pergi menemui Ji Hoon meminta untuk melakukan investigasi dengan pengaruh hipnotis. Ji Hoon binggung apa sebenarnya yang dinginkan oleh kakaknya itu. 

"Obesitas diobati dengan hipnosis. Kau menulis tentang itu dan menerima penghargaan. Kau paling ahli di bidang itu." ucap Tae Hee. 

"Itu untuk pengobatan obesitas. Aku tidak melakukan penyelidikan." Ji Hoon berusaha untuk kabur. 

Tae Hee mencoba merayu supaya Ji Hoon mau melakukannya. Ji Hoon pun setuju, Tae Hee membuka tirai memperlihatkan kain putih yang menutupi seseorang. 

"Ini seseorang. Ada orang yang sangat jahat  dan Aku harus mendapatkan dia. Tempatkan orang itu di bawah hipnotis dan buat dia mengingat kecelakaan mobil." perintah Tae Hee 

Dia meminta Ji Hoon untuk mencari tahu mobil dan nomor plat saat terjadi kecelakaan. Sa Ra yang ada di dalam mendengar semua ucapan Tae Hee pada Jin Hoon, terlihat dari wajahnya penuh harapan. 


Di rumah Madam Park 

Ia kaget mengetahui Mong Shil anjing itu mati, padahal sebelumnya ia melihat anjingnya sehat-sehat saja. Pelayan memberitahu Anjingnya itu pingsan dengan mulut berbusa. 

"Asisten putra ku! Asisten putra ku!" teriak Madam Park

Ji Sook datang terburu-buru menuruni tangga. Madam Park memberitahu kalau Mong Shil mati. Wajah Ji Sook kaget mengetahui anjing kesayangan mertuanya itu mati mendadak dan ia tak tahu. 

"Anjing itu adalah tanggung jawabmu!" ucap Madam Park murka. 

Min Hyuk yang ikut datang melirik wajah ibunya, lalu meminta neneknya duduk dulu dan tenang. Ia menyuruh pelayan membawakan minum untuk neneknya supaya tenang.


Min Hyuk datang menemui ibunya yang sedang membaca majalah dikamar. 

"Apa kau dengan sengaja meracuni anjing itu?" tanya Min Hyuk

Ji Sook membenarkan dan ia merasa senang melakukan itu. Min Hyuk sudah memperingatkan ibunya untuk berhati-hati sampai pertemuan pemegang saham. Ji Sook tak khawatir karena nenek tua itu tidak akan melakukan otopsi pada anjing jadi tidak ada yang tahu. 

"Anjing itu mati dalam satu tembakan. Wanita tua... Aku tidak akan membiarkan dia tenang-tenang saja" 

"Kesedihan yang dibangun lebih dari 35 tahun... pada akhirnya... aku akan membalasnya." ucap ibu Min Hyuk dengan tatapan sinis seperti ingin membunuh seseorang. 

Bersambung ke part 2 

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar