PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Jumat, 20 Desember 2019

Sinopsis Diary of a Prosecutor. Episode 2 Part 2

PS : All images credit and content copyright : JBTC

Buat kalian yang suka membaca tulisan aku meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe. 
Tinggal Klik disini, buat yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe bulan ini 

Seorang pria paruh baya datang melihat Sun Woong seperti memang ingin menemuinya.
“Sedikit berlebihan, pria ini mengurus setengah kasus di Jinyeong. Ini Pengacara Choi Tae Joong. Aku akan melewatkan perkenalannya. Karena dia selalu memperkenalkan diri dengan baik”
“Dahulu aku seorang jaksa...Begini, Pak Lee ini dahulu adalah juniorku di kantor.” Ucap Tuan Choi. Tuan Park baru mengetahuinya.
“Pak Lee... Kau sebaiknya menghentikan kasus ini dan berdamai dengan sikap yang baik. Untuk apa seorang jaksa berusaha mendakwa pria tidak bersalah hanya karena penampilannya?” sindir Tuan Choi
“Itu tidak benar. Jika kau ingin berdamai, datanglah bersama Pak Park dari Industri Jeongsu dan berikan uang damai di depan mataku. Jangan berdamai jika tidak begitu.” Tegas Sun Woong lalu mengeluh kalau ini Benar-benar menyebalkan.


Di ruangan, Semua sudah berkumpul di ruangan Min Ho. Myung Joo lalu berkata kalauMulai sekarang, biarkan menangani setengah kasus yang ditugaskan ke Departemen Kriminal Dua Selain itu,  akan menerima semua kasus yang belum terpecahkan lebih dari dua bulan dari masing-masing. Tuan Hong akhirnya memberikan tepuk tangan. 
“Nona Cha... Bukankah seharusnya kamu membahas ini denganku dahulu?” komentar Min Ho seperti dilangkahi.
“Maafkan aku... Aku ingin menjelaskannya saat semua orang hadir agar tidak ada kesalahpahaman.” Kata Myung Joo. Semua terlihat kebingungan.
“Aku tahu kau berusaha untuk bekerja keras, dan aku tidak menentangnya, tapi apa alasanmu melakukan ini?” ucap Yoon Jin 

“Menurut pengamatanku, ada sekitar 50 kasus yang ditugaskan ke Cabang Jinyeong tiap hari. Sekitar 20 orang ditugaskan ke Departemen Kriminal Dua.”
“Tapi berdasarkan kesulitan kasus, beban kerja Departemen Kriminal Dua mengambil sekitar 25 persen dari beban kerja Cabang Jinyeong. Itu terlalu sedikit. Itu sebabnya departemen kita bahkan mengerjakan uji coba.”
Myung Joo melihat beberapa orang yang membawa berkas dengan trolly, lalu sempat bertanya pada dua wanita yang sebelumnya dilihat oleh Sun Woong.
“ Selain itu, tiap jaksa memiliki 10 kasus tidak terpecahkan, dan mereka terus menumpuknya tanpa memecahkannya. Jadi, para jaksa merasa lebih tertekan tiap harinya.” 

“Aku yakin Cabang Jinyeong tidak boleh tetap begini selama aku di sini. Aku mengatakan ini sebagai isyarat untuk bekerja lebih giat. Jadi, kalian harus menganggap ini sebagai pengurangan beban kalian.” Ucap Myung Joo denga penuh semangat.
“Pak Cho, kuharap Anda bisa memanfaatkanku dan menerima tawaran ini.” Kata Myung Joo. Saat itu Sun Woong masuk ruangan meminta maaf karena terlambat.
Semua hanya diam dan terlihat tegang, Sun Woong bingung apa yang terjadi. 

Semua berkumpul diruangan, Yoon Jin mengulang kata-kata Myung Joo "Aku yakin Cabang Jinyeong tidak boleh tetap begini selama aku di sini." Ia mengeluh kalau Myung Joo itu sangat menyebalkan.
“Dia bahkan akan mengambil semua kasus tidak terpecahkan. Dia pantas untuk sombong.” Ucap Tuan Hong bahagia. Yoon Jin mengeluh Tuan Hong mendukung Myung Joo.
“Pikirkan baik-baik. Bukankah seharusnya kita bersyukur? Tidak ada yang memerintahkannya, tapi dia rela bekerja lebih keras. Kita tidak perlu menghalanginya.” Ucap Tuan Hong
“Di sisi baiknya, kurasa kamu benar... Tapi tetap saja...” kata Yoon Jin. Tuan Hong mengelu tapi apa.
“Kita pikirkan ini secara positif.” Kata Tuan Hong. Jung Woo merasa memang tidak berhak mengatakan ini, tapi...
“Baiklah, jangan katakan.” Kata Yoon Jin dan Sun Woong bersamaan. Jung Woo akhirnya menutup mulutnya.
“Jadi, keputusannya sudah dibuat?” tanya Sun Woong. Tuan Hong memberitahu Pak Cho sedang membahasnya dengan Kepala Kim jadi akan segera mendengar sesuatu.
Tuan Kim pikir Myung Joo sudah muak dengan diam saja. Mi Ho terlihat bingung. Tuan Kim ingin tahu pendapat Min Ho tentang ini. Min Ho pikir kalau Myung Joo bertekad untuk bekerja keras, dan tidak ada alasan bagiku untuk menolak.
“Tapi itu memengaruhi anggota lain. Aku khawatir ini berdampak negatif pada kerja sama tim.” Kata Min Ho
“Apa Kau pernah mendengar tentang "Efek Ikan Lele"?” tanya Tuan Kim. Min Ho bingung apa maksudnya "Efek Ikan Lele"
“Nelayan Norwegia menempatkan ikan lele di ember bersama ikan sarden untuk menjaga kesegaran ikan sarden hingga mencapai pelabuhan. Ikan sarden terus berusaha kabur dari ikan lele dan selalu waspada..” Jelas Tuan Kim.
“Itu memaksimalkan instingnya untuk bertahan hidup Anggap saja ini membesarkan ikan lele.”ungkap Tuan Kim. Min Ho pun mengerti. 




Di ruangan lainya, semua berkumpul. Seorang pria mengeluh kalau Jung Hwan sungguh tidak akan pergi. Jung Hwan mengeluh karena selalu diriny dan berpikir mereka belum dengar, kalau Setengah kasus akan diberikan ke ruangan itu mulai sekarang Bahkan semua yang tidak terpecahkan.
“Kirim Penyidik Kim.” ucap Jung Hwan. Tuan Kim mengeluh kalau akan menikah bulan depan.
“Lalu kenapa?” kata Jung Hwan heran. Ketua membela kalau Penyidik Kim tidak akan punya waktu.
“Kau hanya tidak tahu. Ada banyak persiapan sebelum menikah.” Ucap Ketua.
“Kalau begitu, kirim Penyidik Jung.” Ucap Jung Hwan. Tuan Jung mengingatkan kalau  akan punya anak bulan depan.
“Istrimu yang akan melahirkan, bukan kau.” Komentar Jung Hwan. Ketua pikir Penyidik Jung juga tidak akan punya waktu.
“Kau hanya tidak tahu. Ada banyak persiapan sebelum menjadi seorang ayah.”jelas Si prai.
“Aku tidak akan pergi.” tegas Jung Hwan. Saat itu Myung Joo datang langsung memanggil Lee Jung Hwan.
“Aku Jaksa Cha Myung Joo.. Kudengar kamu penyidik yang hebat. Kamu pandai dalam menyelidiki kasus. Bagaimana jika kau berhenti jual mahal dan ikut denganku?” ucap Myung Joo tegas.
Jung Hwan tak bisa menolak. Myung Joo menyuru Jung Hwan agar kemasi barang-barangnya. Jung Hwan mengaku sudah mengemasnya.

Di kantin, Myung Joo sudah membahas kasus dari Departemen Kriminal Dua pada Jung Hwan.  Yoon Jin mengeluh meliaht Jung Hwan itu sudah mulai. Tuan Hong lalu membahas saat kuliah Sun Woong itu.. Sung Woong langsung menegaskan kalau mereka tidak dekat.

Di meja makan, Nyonya Jang mengaku Kini mengerti... Kenapa Nona Cha tidak berhenti dan datang jauh kemari. Yoon Jin pikir kalau Myung Joo itu mungkin datang untuk mengacaukan tempat ini. Nyonya Jang menegaskan Bukan begitu.
“Melihat sikapnya yang berani dan bertekad, sepertinya ada sesuatu yang mendukungnya.” Ucap Nyonya Jang. Yoon Jin pikir seperti koneksi
“Tidak, kudengar dia tidak punya koneksi lagi.” Kata Yoon Jin. Nyonya Jang menegaskan Di dunia para jaksa, tidak ada koneksi yang terputus.
“Dia tidak akan berakhir di sini jika punya koneksi.” Komentar Yoon Jin. 
“Dia punya... Pria yang menjadi Jaksa Agung setelah bekerja di Jinyeong. Kurasa sekitar 15 tahun lalu. Dahulu dia jaksa yang menjanjikan di Seoul. Tapi suatu hari, dia tiba-tiba dipindahkan ke Jinyeong.” Cerita Nyonya Jang. 
Flash Back
Seorang pria terlihat sangat percaya diri masuk ke dalam gedung kejaksan.  Dia berkerja sangat keras. Nyonya Jang yakin kalau pria itu sama seperti Nona Cha sekarang yaitu Seluruh cabang menjadi panik seperti mereka
“Semua orang penasaran bagaimana dia bisa ada di Jinyeong. Jaksa itu dijuluki "Spider-Man". Cerita Nyonya Jung.  Yoon Jin binggung apa itu "Spider-Man"
Si pria terlihat seperti mengeluarkan jaring-jaring laba-labanya ke atas seperti melebarkan koneksi.
“Karena dia punya banyak koneksi.” Kurasa dia sebenarnya Spider-Man sungguhan. Dia membuat koneksi di mana-mana. Dalam setahun, dia benar-benar dipindahkan ke Kejaksaan Agung. Setelah itu, dia terus mencetak prestasi, dan menjadi Jaksa Agung lima tahun lalu.” Cerita Nyonya Jang.
“Lima tahun lalu? Choi Sang Gul?” ucap Yoon Jin tak percaya mendengarnya.
“Dia sudah menjadi Jaksa Agung saat aku bergabung ke kejaksaan. Saat itulah aku sadar bahwa urusan pegawai di kejaksaan tidak terduga. Omong-omong, aku mulai merindukannya. Apa yang sedang dia lakukan?” ucap Nyonya Jang lalu mengeluarkan ponselnya.
Yoon Jin bingung siapa yang ditelp Nyonya Jang. Nyonya Jang sengaja menekan speaker agar Yoon Jin bisa mendengarnya.  Yoon Jin tak percaya saat suara Jaksa Choi menyapa Nyonya Jang seperti sangat dekat.
“Kenapa kamu tidak menghubungiku belakangan ini?” ucap si pria. Yoon Jin mengaku masih bekerja.
“Ini pria tua pensiunan yang seharusnya meneleponmu. Omong-omong, apa kau berada di Fog sekarang?” kata Jaksa Choi. Nyonya Jung membenarkan.
“Lihat dirimu! Kau masih seperti cenayang.” Ejek Nyonya Jang. Tuan Choi terlihat bangga mendengarnya. Yoon Jin langsung mengacungkan dua jempol.
“Setelah lembur, kita pergi ke sana menikmati soju dan pollack kering. Hari-hari yang menyenangkan, bukan?” kata Jaksa Choi. Nyonya Jang pikir ini menyenangkan sekali.




Sun Woong duduk di meja kerjanya lalu melihat komputernya dan terlihat marah. Ia masuk ke dalam ruangan seperti ingin protes, tapi Myung Joo sudah ada  diruangan Min Ho.  Myung Joo pun akan pergi  saat Sun Woong akan bicara dengan Min Ho.
“Nona Cha, aku mau kamu tetap di sini.” Ucap Sun Woong, Myung Joo pun berhenti melangkah.
“Ada apa? Apa ada masalah?” tanya Min Ho. Sun Woong mengatakan tentang gaji yang belum dibayar di Industri Jeongsu. Min Ho mengingat Industri Jeongsu
“Aku hampir menyelesaikan kasusnya, tapi sudah diserahkan kepada Nona Cha.” Kata Sun Woong marah. Min Ho mengaku lupa...
“Aku ingin tahu apakah itu bisa ditugaskan kembali kepadaku.” kata Sun Woong
“Begini... Aku tidak yakin soal itu. Kita tidak sedang bermain pingpong. Melempar kasus itu bolak-balik...” kata Min Ho. Sun Woong ingin bicara tapi disela oleh Myung Joo
“Seperti kata Pak Cho, menugaskannya kembali kepadamu pada hari yang sama bukanlah ide yang bagus. Cobalah lihat dari sudut pandang orang yang terlibat. Jika kasus mereka dipindahkan untuk kali kedua dalam sehari, mereka akan bingung dan khawatir.” Kata Myung Joo. Min Ho setuju.
“Dia ada benarnya, tapi kasus ini harus ditangani oleh seseorang yang tahu...” ucap Sun Woong
“Jangan khawatir. Aku akan menyelidiki masalah ini dengan saksama. Lagi pula, ini kasusku sekarang.” Kata Sun Woong.
“Nona Cha akan bekerja dengan baik... Pak Lee, kamu bisa tenang. Baiklah. Kalian boleh pergi sekarang” ucap Min Ho. Sun Woong ingin bicara tapi Min Ho sudah menyuruhnya untuk pergi. 



Sun Woong memanggil Myung Joo dilorong tapi Myung Joo seperti mengabaikan dan langsung masuk ruangan. Sun Woong memberitahu Timnya kalau mulai sekarang, kita akan menjadi orang tersibuk di cabang ini jadi meminta satu penyidik lagi.
“Itu tidak akan mudah.” Kata Jung Hwan. Myung Joo pikir Tetap ajukan permintaan.
“Nona Sung, kamu membantu Ruang 306 dan Ruang 309, tapi sebentar lagi kamu hanya akan bekerja untukku. Bersabarlah untuk saat ini.” Kata Myung Joo. Mi Ran hanya diam saja.
“Pak Lee, aku mau kamu mengambil  daftar kasus tidak terpecahkan lebih dari dua bulan di tiap ruang. Minta semua jaksa di bawahku untuk menuliskankan alasan penundaan dan ringkasan kasus dalam satu halaman.” Ucap Myung Joo.
Jung Hwan mengerti dan masih menatap layar komputernya. Myung Joo menegaskan kalau  harus Sekarang. Jung Hwan pun bertanya  Bagaimana dengan Pak Lee, apakah harus meminta ringkasan juga. Myung Joo menatap bingung.
“Kudengar dia masuk ke universitas lebih dahulu.” Kata Jung Hwan. Myung Joo dengan santai menjawab kalau ia yang pertama masuk kejaksaan. Jung Hwan mengerti. 


Semua kembali berkumpul, Sun Woong mengeluh ini konyol karena Min Ho menugaskan ulang kasus itu. Tuan Hong pikir biarkan Nona Cha menangani kasus ini karena yakin dia akan bekerja dengan baik. Yoon Jin pikir ini kasusnya sekaran jadi Lupakan saja.
“Ada apa?” tanya Sun Woong melihat Jung Hwan datang. Jung Hwan memberitahu untuk tiap kasus tidak terpecahkan, Nona Cha meminta menyertakan alasan penundaan dan kesimpulan.
“Begitukah? Harus berapa panjang?” tanya Tuan Hong seperti penuh semangat akan mengerjakanya.
“Kau tidak perlu melakukannya.” Kata Jung Hwan. Tuan Hong bingung ingin tahu alasanya.
“Hanya jaksa di bawah Nona Cha yang harus melakukannya.” Ucap Jung Hwan. Yoon Jin mengerti.
“Baiklah. Kapan?” tanya Yoon Jin. Jung Hwan menjawab  Tolong selesaikan hari ini. Jung Hwan hanya diam saja dan terlihat gugup.
“Apa Kau butuh hal lain?” tanya Sun Woong. Jung Hwan memberitahu kalau Sun Woong juga harus melakukannya. Akhirnya Sun Woong mengangakt telpnya.
“Ini Lee Sun Woong. Tolong datang sebentar ke ruang rekaman interogasi.” Ucap Sun Woong dengan nada sinis.
Saat itu Sun Woong keluar dan diikuti oleh Myung Joo. Nyonya Jang seperti mengirimkan pesan pada semua pegawai “Darurat. Pak Lee melawan Nona Cha. Di ruang rekaman interogasi.”


Semua sudah berkumpul di ruang kontrol interogasi seperti ingin menonton film dibioskop , Tuan Hang membawa cemilan. Di depan mereka Sun Woong dan Myung Joo saling menatap sinis.  Sun Woong pikir akan memberitahu dua hal saja. Myung Joo pun mempersilahkan.
“Kau mungkin menganggap para jaksa di sini bermalas-malasan. Tapi mereka punya alasan untuk datang ke sini, sama sepertimu. Aku mau kau lebih menghormati mereka. Kami di Cabang Jinyeong juga jaksa.” Tegas Kang Woo
“Kau mengatakan itu kepadaku sekarang karena kau tidak senang aku meminta ringkasan darimu. Begitukah?” sindir Myung Joo
“Bukan hanya soal itu” kata Sun Woong. Myung Joo ingin tahu Apa lagi yang ingin dikatakan

“Hal lainnya adalah... Seperti yang kukatakan tadi, dalam menangani kasus Industri Jeongsu, aku mau kau untuk bekerja lebih dekat denganku. Kasus itu seharusnya tidak diselesaikan semudah itu.” Kata Sun Woong
“Apakah itu permintaan?” kata Myung Joo. Sun Woong terlihat bingung.  Myung Joo bertanya lagi apakah Sun Woong mengajukan permintaan
“Itu nasihat.” Kata Sun Woong. Myung Joo merasa tidak butuh nasihat dari orang di bawah dengan nada sinis.
“Tapi aku masuk kuliah sebelum kau” kata Myung Jo. Sun Woong pikir Siapa yang peduli soal itu di kejaksaan.
Myung Joo mengaku peduli. Sun Woong menegaksan tidak peduli. Semua yang menonton hanya bisa terdiam. Sun Woong pikir Myung Joo  tidak menyukainya dan tahu semuanya. Myung Joo terlihat bingung. Sun Woong pikir tapi itu tidak masalah.
“Aku juga tidak menyukaimu!” tegas Sun Woong lalu keluar ruangan. Semua yang ada diruangan terlihat kaget dan hanya bisa menghela nafas.
"Kau tidak menyukaiku, kan ? Tapi tidak masalah". Ucap Yoon Jin mengulang ucapan Sun Woong. Tuan Hong yang mendengarnya mengeluh Sun Woong melakukan itu karena sungguh memalukannya.


Sun Woong kembali duduk di ruangan, Jung Woo dan Nyonya Jang akhirnya datang mereka terlihat malu hanya bisa menutup wajahnya. Sun Woong melihat anak buahnya terlihat bingung.
“Apa Kau pikir aku kalah? Tidak sama sekali. Kata orang, hidup ini seperti maraton. Pemenangnya belum ditentukan sampai mencapai garis finis. Pemenang sebenarnya adalah orang yang akan tersenyum di garis finis, bukan di garis start.” 

Saat makan siang, semua seperti berusaha untuk dekat dengan Myung Joo. Min Ho memberitahu kalau restoran yang sangat terkenal. Yoon Jin membahas tentang setengah udon dan setengah jajangmyeon. Sun Woong hanya diam dan sesekali menatap Myung Joo.
Min Ho melihat Myung Joo dan Sun Woong seperti tak saling mengobrol seperti yang lainya. 

Sun Woong lembur diruanganya, Min Hoo masuk ruang memperlihatkan kalau mampir untuk minum bir bersamanya. Sun Woong terlihat senang, Min Ho pun membahas kalau mendengar  Sun Woong dan Myung Joo itu  bertengkar. Sun Woong pikir itu bukan pertengkaran.
“Ya, terserah siapa pun yang bekerja di antara kalian. Kita semua satu tim.” Ucap Min Ho. Saat itu Myung Joo masuk ruangan.
“Aku memanggilnya agar kalian bisa berbaikan. Duduklah.” Kata Min Ho. Sun Woong pun tak bisa berkata-kata. Myung Joo pun akhirnya duduk.
“Apa Kau punya pembuka botol?”tanya Min Ho. Sun Woong mengambilnya dalam laci.
“Biar aku saja, Pak.” Ucap Sun Woong membawa pengaris kayu.  Min Ho bingung apa yang dipakai Sun Woong. Sung Woo mengaku Bukan apa-apa.
Myung Joo terdiam melihat "Penggaris Tukang Kayu" Min Ho mengajak mereka Bersulang untuk masa depan cerah Departemen Kriminal Dua. Myung Joo melihat pengaris kayu. 

Myung Joo kembali ke ruangan teringat dengan yang dikatakan Sun Woong dengan pengaris kayunya “Bukan apa-apa.”
Flash Back
"Universitas Nasional Seoul, Upacara Wisuda ke-61"
Semua sudah memakai toga, Teman Myung Joo pikir Myung Joo mendapat penggaris tukang kayu, teman lainya pikir itu mungkin dan tak perlu bertanya karena itu selalu diberikan kepada mahasiswa terbaik. Temanya mengaku merasa iri pada Myung Joo.
“Berikutnya, perwakilan wisudawan akan memberikan pidato. Perwakilan wisudawan, Cha Myung Joo” ucap MC. Myung Joo terlihat gugup sebelum memberikan pidato.
“Aku selalu bertanya-tanya siapa yang mendapatkannya.” Gumam Myung Joo. 

Sung Woong sedang ada diruangan menerima telp dari Tuan Choi yang ada di ruangan Tuan Kim. Tuan Choi mengaku menelepon karena sangat terkesan. Sung Woong terlihat bingung. Tuan Choi pikir karena Myung Joo itu dari Seoul
“Nona Cha sangat tegas dan cepat bertindak... Pak Lee, kamu seharusnya mengikuti saranku sejak lama. Itu akan membantumu.” Ucap Tuan Choi mengejek. Sun Woong langsung keluar dari ruangan. 
“Kenapa kau biarkan Industri Jeongsu berdamai dengan para korban? Kau tahu apa yang mereka lakukan? Dalam dua tahun terakhir...” ucap Sung Woong.
“Delapan gaji belum dibayar. Mereka bahkan menggugat para korban, bukannya membayar mereka hanya untuk membalas mereka setelah mencabut gugatannya. Ya, aku membaca semua yang kau tulis di ringkasan.” Jelas Myung Joo.

“Apa Hanya itu yang aku tulis? "Kali ini, kita bisa mengamankan bukti kuat. Karena itu, kita harus mendakwa mereka untuk mencegah kasus serupa di masa depan." Aku dengan jelas menulis bahwa kita harus mengawasi para korban untuk memastikan mereka tidak berdamai.” Ucap Sun Woong
“Apakah kita sudah mendapatkan bukti? Bagaimana bisa mendakwa mereka tanpa cukup bukti dapat membantu kita mencegah kasus serupa di masa depan?” kata Myung Joo 

“Kubilang kita bisa mengamankan bukti dengan penyelidikan lebih lanjut dan memintamu untuk mengawasi masalah ini. Kenapa kamu membiarkan mereka berdamai?” ungkap Sun Woong
“Jika Kim Young Choon tidak pernah mendapatkan uangnya, dan jika Industri Jeongsu menuntutnya, apa tindakanmu?”  tanya Sun Woong
“Aku sudah memperingatkan Pak Kim. Dialah yang membuat keputusan. Jadi, aku tidak bertanggung jawab.” Kata Myung Joo seolah tak peduli.
“Situasinya tidak memungkinkan dia membuat keputusan. Putranya mengalami kejang parah beberapa hari lalu.” Ucap Sun Woong.
“Haruskah aku memikirkan hal seperti itu sebagai jaksa?” ucap Myung Joo.
“Lalu siapa lagi yang akan memikirkan hal seperti itu? Kau mungkin tidak tahu seperti apa rasanya karena kau terbiasa dengan pakaian mahal dan sepatu mewahmu. Kasus yang kita hadapi mungkin tampak sederhana, tapi nafkah dan kelangsungan hidup seseorang bergantung pada mereka.” Tegas Sun Woong 
“Kau tumbuh di keluarga kaya. Tahu apa soal kelangsungan hidup?” sindir Myung Joo akhirnya berdiri. Sun Woong tak terima mendengarnya.
“Kau bahkan tidak tahu betapa Pak Kim membutuhkan 1.500 dolar itu. Apa Kau merasa berhak bicara soal kelangsungan hidup?” balas Myung Joo.
“Aku tahu soal itu. Tapi berdamai artinya Industri Jeongsu lolos sekali lagi.” Ucap Sun Woong
“Jadi, pada akhirnya, mendakwa adalah yang terpenting bagimu. Kau ingin merasa seperti pahlawan setelah mendakwa perusahaan yang korup dan eksploitatif. Itu sebabnya kau mengabaikan betapa putus asanya Pak Kim.” komentar Myung Joo.
“Aku tidak pernah mengabaikan apa pun! Aku hanya melakukan tugasku sebagai jaksa!” tegas Sun Woong tak bisa menahan emosi.
“Tugas jaksa adalah bergerak cepat saat menyadari tidak akan menang.” Kata Myung Joo.
“Tidak ada kasus yang pasti kalah. Itu bergantung kepadamu.” Balas Sun Woong
“Tugas jaksa adalah mencari tahu apakah kita bisa menang. Tidak mengakui dan mengabaikan itu dianggap melalaikan tugas.” Balas Myung Joo.
“Nona Cha... Apa filosofimu sebagai jaksa? Kenapa kau tidak meluruskan standarmu lebih dahulu?” ucap Sun Woong. Saat itu  Min Ho datang berteriak marah. 


“Apa yang kalian lakukan? Apa kalian anak kecil? Kenapa kalian berteriak di depan semua orang? Bagaimana jika ada terdakwa yang melihat kalian?” ucap Min Ho memarahi keduanya.
“Dalam pertarungan, menang dan kalah tidak bisa langsung ditentukan. Terkadang, kamu terpaksa melakukan gencatan senjata.”
Kasus dua kakek yang memperebutkan seorang wanita, akhirnya sang nenek memilih pergi meninggalkan desa. Dua kakek menangis melihat kepergian Ho Soon
“Terkadang penyebabnya hilang, seperti dalam kasus kedua pria ini. Menang dan kalah tidak berarti” 

Di rumah, Myung Joo duduk sendirian sambil minum dan menatap teras didepanya lalu melihat nama  "Min Sung Jin"diponselnya.
Flash Back
"Sepekan lalu, Kantor Kejaksaan Pusat Seoul"
Tuan Min pikir sudah menyuruh Myung Joo agar menenangkan para reporter dan membuat mereka pergi. Myung Joo pikir dengan segala hormat, mereka punya bukti kuat, dan opini publik... Tuan Min  langsung menyela.
“Khawatirkan opini publik saat kau menjadi kepala departemen. Kau hanya menjalankan pekerjaan kejaksaan. Tampak kurang ajar jika kau membahas opini publik. Pergilah ke Jinyeong dan belajar mengendalikan dirimu. Lihatlah bagaimana orang lain menjalani hidup.” Ucap Tuan Min
Myung Joo ingin bicara tapi Tuan Min seolah tak peduli malah menyuruh Myung Joo membawa bekas kopinya ke belakang. 

Myung Joo akhirnya mengangkat telpnya. Tuan Min bertanya apakah Myung Joo baik-baik saja, Myung Joo mengaku baik-baik saja. Tuan Min ingin tahu Bagaimana keadaan di Jinyeong? Apa Pekerjaannya banyak? Myung Joo mengaku melakukan yang terbaik.
“Harus kuakui, kau mengejutkanku. Kukira kamu akan berhenti. Apakah aku salah menilaimu? Kurasa kau harus membungkuk saat terpaksa.” Ucap Tuan Min terdengar sinis.
“Apakah itu pujian?” ucap Myung Joo. Tuan Min mengaku itu pujian. Myung Joo mengeluh kalau pasti itu seperti sindirian.
“Baiklah, jaga dirimu... Aku akan segera mengunjungi Jinyeong. Sampai bertemu nanti.” kata Tuan Min
“Tidak apa-apa, Pak. Sampai jumpa di Seoul.” Kata Myung Joo. Tuan Min hanya tertawa dan menyetujuinya.
“Untuk menjadi pemenang besok, kau menelan kepahitanmu hari ini. Begitulah orang dewasa bertarung.”
"Kenapa Cha Myung Ju datang ke Jinyeong?"
"Satu. Dia tersentuh oleh ucapan Kepala Kim In Ju"
"Dua. Dia ingin memulai kembali dengan bermartabat"
"Tiga. Dia bermimpi menjadi Spider-Man berikutnya"
"Empat. Dia ingin menjadi orang terakhir yang tersenyum!"


Di rumah, Sun Woong menonton tentang penderitaan anak-anak di afrik yaang sangat lapar bahkan tidak punya tenaga untuk menangis.
Flash Back
“Setelah mengunjungi Afrika selama liburan musim panas, aku kehilangan selera makanku dan bahkan tidak bisa tidur di malam hari. Kalian tahu anak-anak berusia kurang dari 10 tahun mati karena kurang gizi tiap hari di negara itu?” ucap Sun Woong
“Kesulitan karena ujian pengacara terasa seperti kemewahan bagiku. Aku bahkan tidak bisa fokus belajar, dan hidupku terasa sangat lesu belakangan ini. Jadi, aku memikirkan apa yang bisa kulakukan. Aku tahu ada yang disebut "Sponsor Reguler". Kata Sun Woong
“Aku ingin melakukan itu. Kalian juga harus ikut denganku.coba lihatlah. Jika membayar 10 dolar sebulan, kita bisa menyelamatkan banyak anak di negara itu.” Kata Sun Woong membagikan brosur.
“Ini Menyebalkan sekali.” komentar Myung Joo akan bergegas pergi. Sun Woong melonggo bingung.
“Kita sudah hidup di tempat menyedihkan. Apakah kita harus ke Afrika untuk melihat itu? Kau seperti mengatakan 10 dolar itu tidak seberapa. Kau memang tipikal orang yang tumbuh di keluarga kaya.” Ucap Myung Joo sebelum pergi.
“Ada apa dengannya? Apa aku salah bicara?”ucap Sun Woong  bingung. 

Sun Woong hanya bisa menghela nafas lalu teringat sesuatu dengan ucapan Myung Joo “Kau memang tipikal orang yang tumbuh di keluarga kaya. Kau tumbuh di keluarga kaya. Kau tahu apa soal kelangsungan hidup?”
“Dia ingat!” teriak Sun Woong yakin. Myung Joo terlihat masih minum di rumahnya.
"Kenapa Cha Myung Ju datang ke Jinyeong?"
"Lima. Karena ada seseorang yang ingin dia temui kembali?"

Epilog
Myung Joo masih ada diruangan dan seorang pegawai memindahkan berkas dengan trolly dari ruangan, Myung Joo melihat website "Menciptakan masyarakat yang adil Selamat datang di Kejaksaan Jangwon, Cabang Jinyeong" lalu melihat anggotanya dibagian atas "Kepala Cabang, Kim In Ju"
Saat itu Tuan Kim menelp,  Myung Joo sengaja menekan speaker karena tanganya sibuk dengan mouse. Tuan Kim memperkenalkan diri sebagai Kim In Ju dari Cabang Jinyeong dan mengaku menelepon karena mendengar akan pindah kemari.
“Aku tahu pemindahannya diputuskan karena insiden yang tidak menyenangkan. Kau pasti sedang banyak pikiran saat ini, tapi aku cukup berpengalaman untuk memberitahumu bahwa masalah kecil dalam hidup ini tidaklah berarti.” Ucap Tuan Kim
“Saat itu terjadi, kamu merasa seluruh duniamu runtuh. Tapi jika dipikirkan lagi, kamu akan tahu itu tidak seberapa. Jadi, tolong jangan menentangnya dan datanglah ke cabang kami. Aku menelepon untuk mengatakan itu. Akan kupastikan rumah dinasmu sangat bersih. Jadi, sampai jumpa di cabang kami.” Kata Tuan Kim.
Myung Joo mengerti  akan memasti akan datang ke Jinyeong dan menemuinya langsung. Saat itu dilayarnya melihat foto "Jaksa Lee Sun Woong" seperti sengaja pindah untuk bertemu dengan Sun Woong tapi berpura-pura tak peduli.

Cek My Wattpad... Stalking 

      
Cek My You Tube Channel "ReviewDrama Korea"

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar