PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Selasa, 17 Desember 2019

Sinopsis Diary of a Prosecutor. Episode 1 Part 1

PS : All images credit and content copyright : JBTC

Buat kalian yang suka membaca tulisan aku meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe. 
Tinggal Klik disini, buat yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe bulan ini 

Di sebuah tempat yang cukup gelap, suasana terlihat sangat sunyi. Lee Sun Woong melihat pria yang duduk disampingnya. Kim In Joo mulai dengan puisi "Aku memancing di dekat  sungai ini seharian, tapi yang kutangkap hanya ikan  kecil sebelum berhenti. Meskipun merasa getir,  aku harus merelakannya. Tidak mudah menangkap ikan besar."
“"Pasang tali pancingmu dan lihatlah bulan. Malam telah datang. Aku mendengar suara burung hantu. Aku masih terjaga, jadi, aku tetap di sini sebentar." Balas Sun Woong
“Malam ini terlalu indah jika kita hanya melihat joran. Kita juga harus mengagumi bebatuan, air, dan bulan.” Kata Tuan Kim. Sun Woong membenarkan.
“Bahkan Gunung Kumgang harus menunggu sampai kau selesai makan.” Kata Tuan Kim
“Ini bukan makanan spesial, tapi silakan ambil satu.” Kata Sun Woong membuka makananya. Tuan Kim senang karena itu saran yang bagus


Tiba-tiba terdengar suara sirine dari atas, polisi sudah ada di atas tebing dengan lampu sentar. Sun Woong dan Tuan Kim bingung, Polisi menyuruah mereka naik keatas karena dilarang mancing ditempat itu. Sun Woong kaget karena Tuan Kim sudah tak ada disampingnya.
Tuan Kim kabur dengan masuk ke dalam air. Sun Woo kebingungan karena banyak polisi yang akan menangkapnya.  Polisi memperingatakan kalau iini zona dilarang memancing. Semua yang ada dibawah panik.
“Ada kutipan terkenal dari Laksamana Yi Sun Sin. "Mereka yang ingin hidup akan mati, dan mereka yang rela mempertaruhkan nyawa akan hidup."
Seorang polisi berjalan ke bawah melihat ada sesuatu yang tertutup. Sun Woong akhirnya ketahuan bersembunyi dibalik jaket.
“Kurasa aku tidak punya cukup kemauan untuk merelakan nyawa.”

Di kantor polisi
Semua orang sudah berkumpul, salah satu pria dengan bangga memperlihatkan ikan besar tangkapanya. Semua terpana melihat ikan yang masih hidup. Sun Woong melirik melihat ikan yang  besarnya sekitar 50 cm.
“Astaga, bau apa ini? Pak, masukkan itu kembali. Apa yang kamu lakukan? Memangnya ini pasar ikan?” keluh polisi masuk ke dalam ruangan. Sun Woong pun terlihat bersembunyi dibalik dinding
“Astaga, kalian semua sangat berani. Kenapa kalian menangkap ikan di dalam pangkalan militer? Itu melanggar hukum. Kalian tahu itu, bukan? Kalian semua pasti tahu itu.” Kata Polisi. Semua menganguk mengerti. 

“Baiklah, kalau begitu. Mulai darimu, berikan KTP dan jawab saja pertanyaan kami dengan jujur.  Ayo. Duduklah dan Cepat” kata Polisi
Sun Woong duduk melihat ikan yang masih hidup lalu teringat sesuatu  sambil bergumam “Entah apakah dia bisa keluar dengan selamat.” Tuan Kim terlihat masih berenang membelah lautan di malam hari. Polisi mulai menginterogasi orang-orang.
Satu pria mengaku punya toko perangkat keras. Sun Woong yang mendengarnya mengeluh kalau pria itu beruntung. Pria yang lain mengaku pengangguran. Sun Woong mengeluh kalau iri kepadanya. Pria lainya mengaku mengajar piano untuk anak-anak.

“Astaga, kenapa kamu melakukan ini padahal kamu mengajar anak-anak?” komentar Polisi. Sun Woong pun mengeluh kalau ia yang melakukan ini
 Polisi pun memanggil yang lainya. Sun Woong akhirnya duduk dengan wajah tertunduk. Polisi meminta ID Cardnya. Sun Woong hanya diam dan terlihat ragu. Polisi kembali meminta ID Cardnya. Akhirnya Sun Woong memberikan ID Cardnya pada polis wajahnya terlihat tegang.
Akhirnya Polisi melihat ID Card dan Polisi menanyakan pekerajaanya. Sun Woong menjawab bekerja di sebuah perusahaan. Polisi seperti melihat data Sun Woong lalu memanggilnya. Sun Woong menutup matanya seperti merasa akan dipenjara.
Polisi memanggil Sun Woong lagi mengembalikan ID Cardnya dan menyuruh pergi. Sun Woong bingung tapi polisi menyuruh mereka semua  yang sudah selesai boleh pulang dan akan memanggil kalian lain kali.  Sun Woong bisa bernafas lega membawa alat pancingnya dan akan pergi.
Tapi saat akan pergi seorang pria masuk ruangan dan mengenali wajah Sun Woong. Sun Woong panik ingin membalikan badan tapi Si pria  mengenal Sun Woong kalau sudah 1 bulan yang lalu dan Sung Woong tak bisa mengelak. 


Di depan kantor polisi Jinyeong terlihat slogan bertuliskan "Kepolisian Jinyeong Melindungi Keselamatan dan Kebahagiaan Warga"  Sun Woong akan pergi meninggalkan kantor polisi, tapi pria itu malah menyuruh Sun Woong naik ke mobil polisi.
Sun Woong menolak tapi si pria memaksa dan mendorong masuk ke dalam mobil dan menyuruh anak buahnya pastikan mengantarnya dengan aman. Di tengah jalan, Sun Woong meminta menurunkan di sekitar sini. Polisi langsun menolak.
“Dia menyuruhku mengantarmu sampai tempat tujuan.” Ucap Si polisi. Sun Woong pun hanya bisa menghela nafas.

Di kantor kejaksaan, semua seperti sedang keluar untuk makan siang.  Sun Woong menutupi wajahnya saat masuk ke gedung kejaksaan. Semua bingung siapa yang datang dengan mobil polisi. Sun Woong akhirnya turun dari mobil.
“Datanglah tiap kali ada waktu untuk wawancara tambahan. “ kata Polisi. Sun Woong menganguk mengerti
“Apa yang dia lakukan?” Ucap Jo Min Ho lalu berjalan mendekati Sun Woong begitu dan menyuruh segera berganti pakaian. Sementara yang lainya menatap heran pada Sun Woong dan memilih untuk meninggalkanya.
“Ada apa ribut-ribut? Kamu mungkin bertanya-tanya kenapa reaksiku berlebihan, tapi kau tidak tahu situasiku.” Gumam Sun Woong sambil mengeluh
Di sebuah ruangan, MC memberitahu Sekarang, kepala cabang akan memberikan pidato. Didepan panggung bertuliskan spanduk "Jinyeong Bekerja Keras untuk Warganya yang Ramah dan Bahagia" Sun Woong sudah berganti pakaian bergegas masuk ruangan.
“Saat dan jika tertangkap polisi, orang seperti kami juga akan mengalami masalah yang sama seperti para penjahat.”
Sementara didepan podium, Tuan Kim menyapa keluarga Cabang Jinyeong dan mengucapkan selamat pagi untuk mereka semua.
“Kami adalah jaksa di Cabang Jinyeong.” Terlihat di dinding bagian depan  tertulis "Kejaksaan Jangwon, Cabang Jinyeong"

Terlihat jembatan dengan air yang membiru. Sun Woong bercerita tentang  Jinyeong, yaitu kota nelayan yang penuh dengan budaya.
“Apa Kau pernah ke Jinyeong? Ini kota pelabuhan yang terletak di pesisir selatan. Sekitar 200 kilometer lebih besar daripada Seoul, tapi seluruh populasinya lebih sedikit daripada Dobong-gu, Seoul.”
Sun Woong membandingkan populasi "Dobong-gu, 330.000, Jinyeong, 320.000"
“Fakta bahwa sebagian besar uang korban yang hilang adalah tabungan pensiun penduduk setempat.. Kita, para jaksa di Jinyeong....” ucap Tuan Kim memberikan pidatonya.
“Ini cabang kecil yang hanya terdiri dari 12 jaksa, termasuk kepala cabang. Tapi cabang kami telah mencetak dua rekor unik.
“Pertama, kami satu-satunya cabang yang lupa dikunjungi oleh Jaksa Agung saat dia sedang blusukan ke cabang-cabang daerah di luar Seoul.”
Semua jaksa sudah bersiap dengan spanduk "Cabang Jinyeong Menyambut Jaksa Agung ke-39" tapi ternyata Jaksa Agung tak jadi datang. Jaksa ke 40, 41 tak ada yang datang ke tempat mereka.
“Tiga kali berturut-turut. Mengenai rekor yang kedua, aku akan memberitahumu nanti.” Terlihat Kamera yang mengarah pada ruangan 309

Di ruangan rapat, Tuan Kim duduk di tengah. Jaksa Nam duduk didepan Tim Jaksa Jo Min Ho. Ia mengaku  sudah menjadi jaksa selama 18 tahun, dan belum pernah mengalami hal memalukan. Ia menyindir Seorang jaksa dengan sukarela terlibat aktivitas ilegal dan ditangkap oleh polisi.
“Tunggu, aku harus memperkenalkan kolegaku dahulu... Ini Nam Byung Jun, kepala Departemen Kriminal Satu.”
Kau benar-benar menghancurkan reputasi dan citra publik kejaksaan. Bagaimana kita membawa ketertiban dan kedisiplinan ke kota ini? Ketegangan seputar otoritas investigasi meningkat. Jadi, ini tidak bisa dimaafkan.” Kata Tuan Nam tegas.
“Pak... Jangan abaikan ini tanpa sanksi. Kita harus mengajukan ini ke komite pendisiplinan. Aku yakin dia pantas menerima teguran keras.” Ucap Tuan Nam pada Tuan Kim
“Astaga, Pak... Perbuatannya tidak dewasa dan memalukan, tapi dia benar-benar menyesalinya. Jadi, tolong maafkan dia.” Kata Tuan Jo membela juniornya. 


“Dampak buruknya telah terjadi. Dia seharusnya berhati-hati sejak awal.” Kata Tuan Nam. Sun Woong akhirnya berdiri membungkuk meminta maaf lebih dulu pada Tuan Kim.
“Aku sungguh minta maaf. Karena kesalahanku, aku akhirnya mempermalukan kalian semua, termasuk Kepala Kim dan Pak Nam. Itu sangat menyiksaku, dan aku merasa tidak enak. Tidak ada yang bisa kukatakan.” Kata Sun Woong
“Namun, sebagai jaksa penuntut umum negara ini, aku akan menderita karena hati nurani yang bersama jika aku tidak mengatakan ini. Di TKP kemarin, sepertinya ada...” kata Sun Woong melirik pada Tuan Kim
“Pak Lee.. Karena dibutakan oleh keserakahan, orang terkadang memasuki tempat yang dilarang. Karena ini pelanggaran pertamamu, aku akan membiarkannya kali ini.” Ucap Tuan Kim
Tuan Nam dkk langsung mengeluh dengan keputusan Tuan Kim,  Tuan Km tak memperdulikan menyuruh Sun Woong agar duduk. Sun Woong pun langsung mengucapkan terima kasih. Tuan Nam masih ingin protes. Tuan Kim langsung menghentikanya.
“Cukup... Aku tidak mau ini dibahas lagi.” Tegas Tuan Kim. Sun Wong pikir itulah kepala cabang mereka. 


“Dengan bertekad untuk tidak dipermalukan polisi, dia berenang 2,8 km melawan angin dan ombak. Aku yakin dia akan kehabisan energi di setengah perjalanan.”
Tuan Kim berenang tanpa henti lalu ditengah jalan terlihat lelah membuka cangkang kerang dan langsung memakanya. Ia lalu kembali berenang untuk menyelamatkan diri.
“Jadi, bagaimana dia bisa berenang sejauh 2,8 km? Apakah dia hanya mengandalkan tekad?”
Tuan Kim akhirnya sampai disebuah pelabuhan dan berjalan pulang demi menyelamatkan diri dari polisi. Ia mendapatkan julukan "Kepala Cabang Jinyeong, Kim In Ju, juga dijuluki Berang-berang Laut"

Keduanya keluar dari ruangan, Min Ho mengeluh pada Tuan Nam itu mengarahkan jari kepada koleganyaseperti itu. Tuan Nam menyindir Min Ho itu seharusnya mengurus timnya dengan nada menyindir kalau lebih baik karena Salah satu dari mereka lebih pantas menjadi pemancing daripada jaksa.
“Satu hal lagi... Astaga, lupakan saja.” Ucap Tuan Nam lalu melangkah pergi. Min Ho penasaran ingin tahu apa itu.

“Selesaikan ucapanmu.. Hal lain apa?” teriak Min Ho, Tuan Nam tak peduli langsung berjalan begitu saja.
“Teman-teman, apa yang akan dia katakan tentangku?” tanya Min Ho pada anak buanya, tapi semua memilih pergi.
Sun Woong menatapnya. Min Ho ingin tahu apa itu. Sung Woong hanya diam saja dan pergi. 


“Itu Kepala Departemen Kriminal Dua, Cho Min Ho. Dia berusaha keras untuk tetap muda. Sayangnya, itu bisa menjadi cukup memalukan.”
Min Ho menaiki sepeda dengan peralatan yang lengkap, lalu masuk ke gedung kejaksaan tanpa berganti pakaian. Oh Yoo Jin baru saja keluar dengan terburu-buru mengunakan jubahhnya, Min Ho menyapa dan bertanya apakah akan menghadiri sidang.
“Iya.... Astaga. Pak Cho.” Keluh Yoo Jin melihat Min Ho. Min Ho tak mengerti bertanya ada apa. Yoo Jin yang terburu-buru pun tak membahasnya.
"Kepala Departemen Kriminal Dua, Cho Min Ho, Baru saja bercerai"

Yoo Jin mengendong anaknya yang sedang minum susu sambil memakain masara. Ia pun bergegas masuk ke dalam ruang sidang dan sudah terlambat. Hakim yang sudah ada di dalam ruangan, Beberapa pria kekar langsung menyapanya.
“Itu Jaksa Oh Yoon Jin. Di Unit Kejahatan Kekerasan, dia sering bertarung dengan geng. Tapi kini dia bertarung dengan bayi-bayinya yang baru lahir.”
Yoo Jin sudah duduk di bangkunya, lalu bingung melihat isi tasnya bukan berkas tapi barang-barang perlengkapan anaknya. Hakim menatapnya, Yoo Jin memberikan kode agar menunda 30 menit. Hakim memberitahu kalau mereka akan menunda selama 30 menit.
“Karena dia juga harus menangani persidangan, yang dibutuhkan Jaksa Oh saat ini adalah...
"Jaksa Oh Yoon Jin, Anggota Unit Kejahatan Kekerasan menjadi ibu pekerja"

Seorang pria sedang menghitung akan didepannya, dengan mulai saling mengalikan angka-angka yang dilihatnya.  Jaksa Hong melihat nomornya yang didapatkan dari menang lotre, setelah itu ia mencoba agar mendapatkan hadiah yang lainya,
“Itu Jaksa Hong Jong Hak. Lima tahun lalu, dia membeli tiket lotre yang memenangkan hadiah kedua dan mendapatkan 20.000 dolar. Dia memang pria yang beruntung.”
“Karena bermimpi untuk menjadi kaya sejak itu, dia telah menghabiskan hampir 30.000 dolar untuk tiket lotre. Dia masih yakin akan memenangkan hadiah pertama kelak.”
"Jaksa Hong Jong Hak, Bertugas menangani aktivitas spekulatif"

“Itu Jaksa Kim Jung Woo. Dia jaksa pemula, yang dilatih olehku.”
Jung Woo bersadar di depan meja kantor lengkap dengan papan namanya seolah sedang minum dan ada kamera didepanya. Sung Woong bingung bertanya sedang apa.  Jung Woo menyuruh agar pergi saja setelah foto yang bagus langsung menguploud pada SNS.
 “Berdasarkan pengamatanku sebagai mentornya, biar kuberi tahu sesuatu. Perjalanannya masih panjang sebagai jaksa.”
"Jaksa baru Kim Jung Woo Dia hanya anak-anak"

Di lorong ruangan jaksa banyak yang lalu lalang dengan banyak orang yang berkerja. Sun Woong memberitahu kalau tidak semua orang di kejaksaan adalah seorang jaksa.
“Mereka yang bekerja paling dekat dengan kami adalah para penyidik dan asisten. Penyidik yang bekerja denganku memiliki pengalaman 30 tahun. Namanya Jang Man Ok.” 

Seorang wanita dengan pakaian khas China dengan membawa rantang dan berteriak menanyakan dengan bahasa mandarin “Di mana suamiku? Aku tidak bisa menghubunginya semalaman. Polisi menyuruhku bertanya ke Konsulat.” Semua sedang makan hanya bisa melonggo.
“Tapi saat aku ke sana, mereka bilang dia di sini. Jadi, aku pergi jauh-jauh kemari dari Busan. Apa ada yang mengerti ucapanku?” kata si wanita. Semua masih melonggo.
“Siapa kamu? Apakah kau istri Mingqing?” tanya Seorang wanita paruh baya dengan bahasa mandarin yang fasih. Si wanita membenarkan.
“Interogasi sudah berakhir. Kau mengerti maksudku?” kata Nyonya  Jang . Si wanita menganguk mengerti.
“Ayo. Aku akan mengantarmu menemuinya.” Kata Nyonya Jang memberikan kode bisa menyelesaiaknya.
"Penyidik Jang Man Ok, Seorang penyidik veteran"


Yoon Jin pun bertanya-tanya Kapan Nyonya Jang belajar bahasa Mandarin. Sun Woong mengaku mulai bertanya-tanya adakah yang tidak bisa dia lakukan. Jong Hak pikir mereka saatnya menyelesaikan ini dan langsung mengatakan Batu, kertas, gunting.
Mereka dengan cepat langsung mengeluarkan jarinya, Sun Woong seperti apes, kalah karena membereskan semua piring. Semua akhirnya mengucapkan terima kasih lalu bergegas pergi.
 “Terakhir, itu aku.”

Sung Woong keluar dari kantor kejaksaan lalu tak sengaja bertemu  seseorang lalu menyapa salah seorang. Setelah itu Ia menaruh bekas makan didekat pot tanaman yang besar.
“Aku sudah menjadi jaksa selama sepuluh tahun. Sudah satu setengah tahun sejak aku pindah ke cabang ini. Sejujurnya, aku tidak pernah sebahagia ini. Karena akhirnya aku kembali ke kampung halamanku, Jinyeong.”
“Aku tidak pernah bekerja di departemen elite seperti Keamanan Publik dan Investigasi Khusus. Aku dari Departemen Kriminal. Sebenarnya, di sanalah tempat 90 persen jaksa berada. Sebagian besar tugas mereka adalah hal seperti ini.” 

Sung Woong mengangkat telpnya menelp seseorang  bertanya apakah ini Bu Park Jung Nam lalu memberitahu kalau ia Jaksa Lee Sun Woong yang  bertanggung jawab atas kasusnya.
“Ya, itu benar.... Kau tidak perlu memanggilku begitu. Kau bisa memanggilku Sun Woong... Omong-omong, Bu, kenapa tidak datang ke sini? Aku tahu ini merepotkan, tapi tolong datanglah sekali saja. Aku akan sangat membantu.” Kata Sun Woong.
Jung Wook pun menatap seniornya dengan tatapan heran.  Sun Woong terus bicara memohon agar bisa membantu dan datanglah. Jung Wook bertanya pada Nyonya Jang opa dia harus bertindak sejauh itu. Nyonya Jang menjawab separuh tugas memanggil orang.
“Kau hanya perlu datang ke sini... Tentu saja... Baiklah. Terima kasih, Bu.” Ucap Sun Woong mencoba  menutup telp tapi Nyonya Park terus bicara.
"Jaksa Lee Sun Woong, Karakter utama, seorang ahli memohon"

Nyonya Jang berkomentar kalau Nyonya Park itu sangat keras kepala saat meneleponnya dan menurutnya Kemampuan Sung Woong itu sungguh luar biasa. Sung Woong dengan bangga kalau tidak pernah gagal.
“Omong-omong, wanita itu adalah korban. Kenapa dia tidak mau menemui jaksa?” kata Jung Woo
“Kita lihat saja saat bertemu dengannya. Kita mewawancarai para korban hari ini, bukan?” kata Sung Woong. Nyonya Jang membenarkan nanti pukul 14.00. Sung Woong mengerti. 


Di ruang interogasi, Seorang pria duduk dengan mata tertutup. Sung Woong duduk dengan Nyonya Jang disampingnya. Ia memanggil nama  Pak Lee Sun Cheol memberitahu Pada tanggal 18 Februari, menerima biaya pengusiran setan sebesar 2.000 dolar tunai dari korban bernama Park Jung Nam.
“Apa itu benar” tanya Sung Woong. Tuan Lee membenarkan. Sun Woong memberitahu Putra korban menuntut karena Tuan Lee menerima uang itu tanpa melakukan pengusiran setan.
“Ayolah, jangan konyol... Pasti ada kesalahpahaman. Aku sudah melakukan pengusiran setan. Sebanyak 21 kali.” Kata Tuan Lee.
“Kalau begitu, apakah korban Park Jung Nam atau putranya hadir saat pengusiran setan?” tanya Sun Woong 

“Sebenarnya tidak. Aku sendirian.” Kata Tuan Lee. Sun Woong pikir dari sudut pandang korban, korban tidak akan tahu apakah Tuan Lee sungguh melakukan pengusiran setan.
“Kenapa kamu tidak mengundang korban saat melakukannya?” tanya Sun Woong.
“Astaga, Jaksa Lee... Bu Park adalah salah satu pelanggan tetapku. Tiap kali wanita tua itu dalam masalah, menurutmu berapa kali aku melakukan pengusiran setan? Aku selalu melakukannya sendiri. Itu karena kepercayaan di antara kami.” Kata Tuan Lee.
“Kamu pikir aku apa? Aku penipu? Yang benar saja. Aku tidak percaya ini...” kata Tuan Lee marah
“Aku mengerti. Tenanglah... Kalau begitu, adakah yang bisa membuktikan kau benar-benar melakukan pengusiran setan?” tanya Sun Woong
“Paman Gi Bok mungkin melihatnya.” Kata Tuan Lee. Sung Woong pun mencatat nama Paman Gi Bok dan ingin tahu siapa nama keluarganya.
“Jang Gi Bok.” Jawab Tuan Lee. Sung Woong mencatatnya dan ingin tahu  Berapa nomor ponselnya
“Dia mungkin tidak punya ponsel.” Kata Tuan Lee. Sung Woong dan Nyonya Jang terlihat binggung.
“Dia meninggal tiga tahun lalu.” Kata Tuan Lee. Sung Woong menghela nafas lalu mengartikan kalau Tuan Lee melihat orang mati
“Tentu saja.. Aku bisa melihat, mendengar, dan bahkan berkomunikasi dengan mereka. Ini semua karena kekuatan misterius dari dewi yang kulayani.” Ucap Tuan Lee. Nyonya Jang bingung mendengar "Dewi"




“Kalau begitu, bisakah kau menemui mendiang pamanku? Dia sangat menyayangiku saat masih hidup.” Kata Nyonya Jang  Tuan Lee memikirkan tentang Paman Nyonya Jang.
“Beraninya kamu berbohong di depanku, dasar wanita licik? Apa Kau tahu sedang bicara dengan siapa? Beraninya kamu membohongiku dengan mulut kotormu itu?” teriak Tuan Lee seperti kerasukan. Nyonya Jang dan Tuan Lee kaget. 

Mereka pun keluar dari "Ruang Investigasi" Sung Woong pun pamit pergi dengan Tuan Lee dan akan menghubungi lagi. Tuan Lee pun berjalan dan tiba-tiba seperti merasakan sesuatu, lalu menjerit ketakutan sampai terjatuh. Sung Woong dan Nyonya Jang melihatnya bingung.
“Ada apa dengannya?” tanya Sung Woong heran dan semua orang yang ada di dalam ruangan pun langsung keluar.
“Kakiku sakit.” Ucap Tuan Lee sepert kerasukan hantu wanita, Semua panik karena ada hantu wanita?
“Aku harus menemui ibuku... Tapi kakiku sangat sakit dan aku tidak bisa berjalan... Ibu!” jerit Tuan Lee. Sung Woong meminta agar Tuan Lee tenang.
“Kau akan baik-baik saja. Aku akan membantumu.” Kata Sung Woong. Yoon Jin melihat dengan Min Ho mengajak pergi karena ketakutan. 


Di depan kamar 309 dan terlihat kosong tanpa berpenghuni.
“Cabang Jinyeong punya sejarah lain yang aneh. Itu berkaitan dengan ruang 309 yang terletak di Departemen Kriminal Dua. Selama lima tahun terakhir, pemilik ruang 309 berganti 11 kali.”
“Tapi yang mengejutkan adalah setelah bekerja di kantor 309, mereka bersebelas berhenti bekerja sebagai jaksa. Mereka juga melarikan diri.”
Sung Woong menceritakan Nyonya Jang mencoba mengetes Tuan Lee, tapi itu menjadi bumerang menurutnya pria itu tidak main-main. Yoon Jin mengartikan kalau Tuan Lee itu mendadak kerasukan. Sung Woong membenarkan. 

“Kudengar dahulu tempat ini adalah pemakaman.” Kata Tuan Hong. Jung Woo tak percaya mendengarnya.
“Apa Kau tidak tahu? Lokasi sial yang dahulunya pekuburan harus digantikan dengan energi kuat seperti kantor kejaksaan. Jika tidak, akan terjadi bencana.” Jelas Yoon Jin
“Apa itu artinya ada hantu di cabang kita?” tanya Jung Woo. Tuan Hong pikir sulit mengatakan tidak ada hantu.
“Apa Maksudmu ada atau tidak?” kata Jung Woo penasaran. Sun Woong mengaku ada.
“Gadis yang memakai sepatu hak tinggi.” Ucap Sun Woong, Semua melonggo ketakutan, Yoon Jin ingin tahu apa maksud ucapan Sun Woon itu
“Apa Kalian tidak tahu? Kurasa sekitar lima tahun lalu. Ada kasus seorang gadis berusia sekitar delapan tahu menghilang dengan sepatu hak tinggi milik ibunya. Empat hari kemudian, sepatunya ditemukan di dekat tanggul laut, tapi gadis itu tidak ditemukan.” Ucap Sun Woong.
Semua menjerit tak percaya.  Sun Woong memberitahu sepatu hak tinggi itu satu-satunya barang bukti Jadi, polisi tidak tahu siapa penculiknya dan Kasus itu belum terpecahkan.
“Tapi jaksa yang menangani kasus itu menggunakan ruang 309. Tiap kerja lembur, dia selalu mendengar suara itu.” 


 Jaksa sendirian di ruangan melihat berkas "Kasus Anak Hilang" lalu tiba-tiba merasakan sesuatu di lorong kantornya.
“Dari ujung lorong, dia bisa mendengar suara seseorang mendekat perlahan menuju ruang 309. Suara sepatu hak tinggi...”
Semua langsung menjerit ketakutan, Tuan Hong mengeluh Yoon Jin yang berteriak terlalu berlebihan. Yoon Jin memberitahu tentang cenayang itu bilang, "Kakiku sakit." Ia merasa kalau itu hantu sepatu hak tinggi. Semua langsung membenarkan.
“Lalu apakah anak itu tewas?” tanya Tuan Hong. Yoon Jin pikir Mungkin sebabnya dia menjadi hantu dan kembali kemari.
“Mungkin dia menyimpan dendam.” Ucap Sun Woong. Jung Woo pikir Ruang 309 adalah ruang terburuk.
“Kisah yang sungguh seram, sedih, dan malang. Tapi kalian tahu apa yang seram, sedih, dan malang?” kata Min Ho. Semua langsung mendekat dan peasaran.
“Ruang 309 telah kosong selama beberapa bulan, tapi kalian bergosip tentang hantu seperti ini tanpa merasa khawatir.” Ucap Min Ho.
Semua hanya bisa menghela nafas mendengarnya. Bahkan Sun Woong berpura-pura mengeluh sup ini asin.



Di rumah, Sun Woong mencari keyword "Kemampuan gaib cenayang" dan "Hasil Pencarian" bentuk dengan gambar-gambar yang  menakutkan. Ia pun ketakutan saat melihat dari depan pintu seperti ada seseroang, ternyata Tuan Hong masuk rumah. Sun Woong pun bernafas lega.
“Kau sudah pulang... Astaga. Birnya sudah mau habis.”ucap Tuan Hong membuka kulkas.
“Kalau begitu, belilah... Jangan datang dengan tangan kosong dan menyambar kulkas.” Kata Sun Woong.
Saat itu datang seorang pria dengan kacamata masuk ke dalam rumah, Di kantor ia selalu menyapa dengan menyebutkan tugas dan namanya yaitu Penyidik Lee Jung Hwan seperti terus berganti-ganti partner.
“Ini Penyidik Lee Jung Hwan. Tiap kali jaksa baru datang ke ruang 309, dia dipindahkan ke sana sebagai penyidik.”


“Kau sudah pulang. Aku datang karena mendengar suara kaleng bir dibuka.” Kata Jung Hwan mengambil bir dalam kulkas.
“Tidak bisakah kamu memakai celana panjang? Bagaimana jika ada yang melihatmu?” komentar Sun Woong melihat Tuan Hong hanya mengunakan celana pendek.
“Lagi pula, hanya kita yang ada di sini. Karena kita berkumpul di sini, mari bersulang.” Kata Tuan Hong. Semua pun langsung bersulang.
Tuan Hong lalu menganti berita di TV, sebuah drama tentang jaksa yang mengaku ini akan mencegah dia menjadi menteri lalu memberikan USBnya. Si pria mengaku bangga dan akan memercayai Jaksa Kim seperti biasanya.
“Apa itu? Drama tentang kejaksaan lagi?” keluh Tuan Hong. Sun Woong melihat drama hanya bisa tertawa mengejek.
“Mungkin ada dua tipe jaksa di kepalamu. Pertama, jaksa yang telah menjadi budak kekuasaan.” 

Tuan Hong menganti channel seorang reporter sedang melaporkan adlam ruang sidang “Menurut dokumen yang disediakan pihak penuntut, hakim dan jaksa yang menangani kasus ini...Sidang akan segera dimulai.”
“Jaksa lainnya adalah orang suci yang melawan kejahatan di masyarakat.”
Sun Woong terdiam saat melihat sosok wanita berdiri di podium. Wanita itu memberitahu ia adalah Jaksa Cha Myung Ju dari Unit Khusus Dua yang bertanggung jawab atas penyelidikan Yayasan Berkat.
“Aku di sini menggantikan Wakil Kepala Jaksa Woo Min Jae Yayasan Berkat telah.” Ucap Myung Ju
“Apa Cha Myung Ju memimpin pertemuan? Di mana bosnya?” kata Tuan Hong. Sun Woong mengeluh kalau tak mungkin tahu.
“Pada penipuan asuransi ini, total kerugiannya mencapai 200 juta dolar. Dan jumlah biaya medis telah dibesar-besarkan untuk...” kata Myung Jun.
“200 juta dolar? Apa kerugian pada kasus dukun itu?” tanya Tuan Hong. Sung Woong menjawa Dua ribu. Tuan Hong memastikan lagi.  Sung Woong menjawab Dua ribu dolar.
“Seperti inilah sebagian besar jaksa.”


Jung Woo baru saja datang, Semua menyapa Jung Woo yang baru pulang. Tuan Hong mengajak Jung Woo agar minum bersama mereka. Jung Woo mengeluh tolong jangan ganggu saat ada di rumah lalu masuk ke dalam kamar.  Tuan Hong mengeluh melihat tingkah Jung Woo lalu bertanya apakah Sun Woong masih tidak tahu kode aksesnya
“Aku berusaha. Kita tonton acara lucu saja dan tertawa sekeras mungkin. Siapa tahu Pak Kim akan penasaran dan keluar?” kata Sun Woong.
“Baiklah. "Men on a Mission". Tapi Kapan kita harus tertawa?” ucap Tuan Hong bingung melihat tayangan Knowing brother.
Sun Woong mulai tertawa walaupun tak mengerti, Semua sengaja ikut tertawa keras. Sementara dikamar Jung Woo terlihat galau menatap ponselnya, saat melihat seseorang yang menelp dan langsung mengangkatnya dan mengaku mendapat nomornya dari Dosen Jeong.


“Ye Rim, aku menyukai suaramu... Kamu punya waktu akhir pekan ini?  Sabtu ini.” Kata Jung Woo penuh semangat. 

Bersambung ke part 2

Cek My Wattpad... Stalking 

      
Cek My You Tube Channel "ReviewDrama Korea"

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar