PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Rabu, 18 Desember 2019

Sinopsis Diary of a Prosecutor. Episode 1 Part 2

PS : All images credit and content copyright : JBTC

Buat kalian yang suka membaca tulisan aku meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe. 
Tinggal Klik disini, buat yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe bulan ini 
“Pekerjaan Jaksa tidak istimewa.”
Tuan Hong duduk melemaskan otot tanganya yang kaku tapi tanganya malah kram. Dua anak buahnya hanya bisa mengelengkan kepala lalu membantu memijit dan memberikan semportan penghilang rasa sakit.
“Kami lebih sering terjebak di ruang 33 meter persegi ini. Kami bertarung dengan banyak tersangka, korban, dan saksi.”
Yoon Ji bertemu dengan pria yang terlihat marah karena ini berbeda dari perkataanmu kepada polisi. Ia tak percaya pria itu berani melakukan padanya karena tampak baik.
“Dan kami kewalahan dengan tumpukan dokumen besar sepanjang waktu. Tapi beberapa dari kami bersaing dengan sesuatu yang sangat berbeda.”
Jung Woo menatap ke arah meja Sun Woong yang penuh dengan berkas kasus sampai kepalanya tak terlihat. 


Di Ruang Rapat Min Ho, Min Ho mengatakan Seperti yang mereka tahu, Departemen Kriminal Dua punya lebih banyak kasus tidak terpecahkan daripada Departemen Kriminal Satu pada bulan lalu. Ia merasa anak buahnya itu berpikir makin banyak, makin baik.
“Kenapa ada banyak kasus yang lebih lama dari tiga bulan? Apa Kalian membentuk semacam ikatan dengan mereka? Apa Kalian tidak mau melepasnya?” ucap Min Ho membuat semua hanya tertunduk diam
“Tidak berakhir di sana. Kita memiliki sejumlah kasus terkenal peringkat dua dan kasus autopsi. Sebagai tambahan, jumlah anggota staf kita tertinggi kedua. Karena kita Departemen Kriminal Dua, haruskah kita selalu berada di posisi kedua?” keluh Min Ho
“Akankah departemenku berada di posisi pertama? Akankah? Jawab aku.” Kata Min Ho. Semua menjawab “Ya”

Min Ho pikir sudah cukup untuk rapatnya dan akan memulainya,  Jung Woo pun berdiri.  Tuan Hong mengangkat tangan kalau menyarankan makan pasta. Min Ho memastikan kalau yang dimaksud kedai pasta Italia di persimpangan.
“Ya, kedai pasta Italia.” Ucap Tuan Hong, Min Ho mengerti dan menyuruh berikutnya seperti meminta mereka menyarankan restoran yang bagus
“Bagaimana dengan Kedai Bibi?” kata Yoon Ji. Jung Woo pun menuliskan  Kedai Bibi. Jung Woo pikir akan memilih itu.
“Kita akan mengambil suara nanti. Kenapa kamu belum mengerti?” keluh Min Ho dna bertanya apa ada lagi?
“Sup Belut Nenek.” Kata Sun Woong mengangkat tangan, semua hanya bisa mengeluh mendengarnya. Jung Woo pun menuliskan Sup belut.

Di sebuah kedai sup belut, sangat ramai dan penuh. Semua orang mondar mandir bahkan yang mengantri pun sibuk mengobrol. Jung Woo sampai harus berdiri karena banyak yang lalu lalang dibelakangnya. Min Ho pun terdesak karena ada orang yang mendorong bangkunya dari belakang.
“Tidak bisakah kau memesan tempat?” keluh Min Ho iri melihat ada yang makan di ruangan duduk dibawah tanpa terganggu orang yang lalu lalang.
Saat itu Min Ho menerima telp dari Kepala dan terlihat kaget lalu mengucapkan terima kasih dan menutup dengan wajah sedih. Tuan Hong dan Sun Woong ingin tahu ada apa. Min Ho memberitahu kalau  Ada orang baru. Keduanya pun terkejut.
“Akhirnya? Itu bagus.” Ucap Sun Wong dan mengucapkan Selamat begitu juga Tuan Hong
“Lagi pula, tidak ada yang bertahan lebih dari sepekan” komentar Jung Woo. Sun Woong langsun menendang kakinya. Jung Woo pun hanya bisa terdiam. Min Ho hanya diam saja dan menyuruh mereka makan saja. 

Min Ho melamun di kantor kejaksaa teringat dengan Tuan Lee seperti kerasukan hantu wanita mengatakan “Kakiku sakit.” Lalu cerita Sun Woong yang menakutkan “Tiap kali kerja lembur, dia selalu mendengar suara itu. Dari ujung lorong, dia bisa mendengar suara seseorang mendekat perlahan menuju ruang 309. Suara sepatu hak tinggi...
“Apakah karena itu orang-orang terus berhenti?” ucap Min Ho seperti sangat frustasi memikirkanya. 

Seorang wanita masuk memberikan majalah "Momen terbaik Jaksa" Nyonya  Jang bingung kenapa memberikan itu padanya. Mi Ran hanya menunjuknya. Nyonya Jang pun bertanya apakah Sun Woong ada di majalah itu.
“Aku hampir lupa... Itu Asisten Sung Mi Ran.”
Sun Woong yang baru masuk mendengarnya kalau ada ia dalam majalah itu. Nyonya Jan menunjuk foto Sun Woong yang kecil sementara dibagian depan ada foto Cha Myung Joo saat diwisuda. Ia pun tak pecaya Mi ran bisa menemukan wajah Sun Woong yang kecil.
“Mustahil untuk mengetahui apa yang dia pikirkan.” Mi Ran duduk lalu merobek kertas dengan cutter lalu tersenyum bahagia entah apa yang dilakukanya.
"Asisten Sung Mi Ran Dia hanya mengucapkan dua kata per hari"

Saat itu telp berdering, Nyonya Jang pun menjawab “Cabang Jinyeong, Departemen Kriminal Dua. Lalu terlihat kaget dan berkata semoga tidak terluka parah. Sun Woong yang mendengarnya ingin tahu Apa yang terjadi. 
Sung Woong masuk ke ruangan rawat inap lalu bertanya apakah Bu Park Jung Nam di sini. Seorang pria menyapa Sun Woong yang datang. Sun Woon pun menyapa Nyonya Park yang terbaring dengan tangan di gips dan memberikan minumna pada anaknya.
“Sudah kubilang aku enggan datang. Kau memohon kepadaku dengan putus asa. Jadi, aku merasa tidak enak dan berubah pikiran. Tapi kau lihat apa yang terjadi?”Ucap Nyonya Park
“Maafkan aku... Apa yang sebenarnya terjadi?” tanya Sun Woong penasaran.
“Sebuah mobil tiba-tiba muncul. Dia terjatuh saat berusaha menghindarinya.” Kata anaknya.
“Astaga. Itu pasti membuatmu takut.” Ucap Sun Woong simpati. Nyona Park pikir dugaanya benar.
“Siapa pun yang mencoba menyakiti Sun Cheol akan mendapat masalah. Apa Kau mengerti?” keluh Nyonya Park
“Itu tidak masuk akal. Aku selalu menghina cenayang itu. Bukankah seharusnya aku sudah mati?” kata Anaknya. Nyonya Park langsun memukul anaknya yang beran mengatakan itu.
“Ibu bicara omong kosong. Ibu terobsesi. Ibu punya masalah.” Keluh sang anak. Nyonya Park meminta anaknya berhenti bicara.
“Pak, aku mau kamu pergi. Apa kamu tahu? Aku tidak tertarik menggugat dia atau semacamnya. Tolong jangan datang atau meneleponku lagi.” Ucap Nyonya Park. Sun Woong hanya bisa melonggo bingung. Anaknya pun tak percaya ibunya mengatakan hal itu. 

“Sayang sekali... Meskipun kau mencabut gugatan, kejahatan seperti ini bisa dihukum terlepas dari kehendak korban. Pertama, kami harus menyelidiki apakah dia melakukan pelanggaran.” Kata Sun Woong
“Apa yang dia katakan?” keluh Nyonya Park tak mengerti.  Sung Woong mempersingkat kalau Nyonya Park tidak bisa membatalkan gugatannya.

“Ibu harus bagaimana sekarang? Selesaikan ini. Ibu tidak mau mendekati kantor kejaksaan. Inilah yang dikatakan cenayang itu. Dia bilang ada hantu jahat bergentayangan di kantor kejaksaan. Kau lebih baik pergi dari situ jika tidak mau mengalami masalah. Pergilah sekarang. Aku perlu istirahat.” Kata Nyonya Park marah
“Baiklah... Semoga kau cepat sembuh. Aku akan meneleponmu.” Kata Sun Woong. Nyonya Park melarang Sun Woong berhenti meneleponnya.
“Bagaimanapun juga, aku tidak akan datang...” tegas Nyonya Park. Sung Wooong mengerti dan meminta maaf tapi akan tetap meneleponnya.


Sung Woong pun akhirnya keluar ruangan dengan wajah kecewa. Anak Tuan Park mengantarnya keluar. Sun Woong mengeluh Nyonya Park itu begitu memercayai Lee Sun Cheol. Anak Nyonya Park memberitahu kalau Lee Sun Cheol memprediksi beberapa hal dengan akurat.
“Sekitar tiga tahun lalu, seorang pencuri masuk ke rumah kami, dan Sun Cheol sudah meramalkannya. Tahun lalu, ada kebakaran di ladang kami. Dia sudah memprediksi dan menyuruh kami berhati-hati.” Kata Anak Nyonya Park
“ Itu cukup menarik.” Komentar Sung Woong sambil menunggu lift. Anak Nyonya Park merasa bukan seperti itu
“Ibuku sering diramal. Beberapa ramalan kebetulan terjadi.” Kata Anak Nyonya Park. Sung Woong mengerti
“Omong-omong, Apa pencurinya sudah tertangkap?” tanya Sun Woong. Si anak menjawab tidak.
“Seseorang membobol rumah kami, tapi tidak banyak yang dicuri. Jadi, kami tidak melakukan apa pun.” Jelas si anak. Sun Woong mengerti.
“Bagaimana kebakaran bermula di ladangmu?” tanya Sun Woong. Si anak juga tak tahu kalau Mungkin ada yang membuang puntung rokok di sana.
“Tunggu. Kau bilang, ibumu terjatuh saat berusaha menghindari mobil?” kata Sun Woong. Si anak membenarkana. Sun Woong pun menganguk mengerti. 


Nyonya Jang melihat Sun Woong sudah kembali dan bertanya Apakah wanita itu terluka parah. Sun Woong sambil membaca berkas memberitahu kalau Nyonya Park bilaang  tidak mau mendekati kantor mereka mengira dirinya terluka karena hantu.
“Dia ketakutan.” Cerita Sun Woong. Nyonya Jang bertanya Apakah Sun Woong percaya pada hantu?
“Seperti yang mungkin kamu tahu, kita mendengar beragam kisah saat bekerja di kejaksaan. Adakalanya roh korban muncul di mimpi jaksa dan mengatakan di mana dia dimakamkan. Aku sudah mendengar banyak kisah dari tiap cabang sehingga aku mulai percaya pada hantu” ucap Sun Woong
“Tapi lucunya, beberapa hantu bisa ditangkap. Bisakah kau mengumpulkan rekaman kamera pengawas dari lokasi pada hari kecelakaan Park Jung Nam?” kata Sun Woong. Nyonya Jang menganguk mengerti.
“Ayo tangkap hantu ini.” Kata Sung Woong. Nyonya Jang tersenyum bahagia. 


Di ruangan, Seorang peramal sedang berbicara dengan hantu. Min Ho mengunakan kacamatanya duduk menjauh seperti ketakutan. Akhirnya si peramal memberitahu di tempat kerjanya ada wanita menakutkan bahkan melihat dia memakai sepatu hak tinggi.
“Masalahnya, dia suka sendirian. Jadi, tiap ada yang datang ke ruangan itu, dia mengganggu dan mengusir mereka.” Kata Si peramal
“Lalu aku harus bagaimana?” tanya Min Ho bingung.  Si peramal menyuruh Min Ho mengambil jimat kertas ini dan menempelkannya di ruangan itu diam-diam.
“Jadi, Apa tempelkan saja di ruangan itu diam-diam?” tanya Min Ho 
Akhirnya Min Ho masuk ke ruangan 309, lalu memberanikan diri menempelkan jimat dengan lem. Ia lalu berjalan keluar dan teringat ucapan si peramal “Satu hal lagi. Setelah menempelkannya, kau tidak boleh berbalik meskipun kau mendengar suara aneh apa pun.”
Min Ho mendengar suara sesuatu teringat terus perintah Peramal “ Jangan pernah menengok ke belakang.” Akhirnya Ia bergegas masuk ke dalam lift dan makin mendengar suara saat akan berbalik teringat kembali suara Peramal “ Jangan berbalik apa pun yang terjadi.” Tanpa menoleh belakang pun langsung menekan lift. 



Min Ho dan Jung Hwan sudah ada didepan pintu mengedornya menyuruh mereka keluar karena harus menjemput orang baru. Tapi tak ada sahutan, Min Ho heran kalau ini hari yang penting dan bertanya-tanya  kmana mereka pergi
Sun Woong sedang pergi ke tempat pancing lain, sementara Jung Woo pergi ke terminal bus sambil menelp memberitahu kalau baru sampai dan menanyakan keberdaanya lalu melihat bus nomor 11 Cheonil Express.
“Halo... Senang bertemu denganmu. Silakan turun.” Sapa Jung Woo pada wanita yang bernama Ye Rim saat berada didepan pintu.  Ye Rim pun tersenyum melihat Jung Woo
“Kau pasti lelah... Terima kasih sudah datang.” Kata Jung Woo penuh semangat. Ye Rim mengaku memang agak lelah. Jun Woo pikir Lalu lintasnya macet Ye Ri mengaku Tidak apa-apa dan berjalan meninggalkan terminal. 

Seorang pria terlihat kebingungan sambil menelp saat itu Min Ho dan Jung Hwan datang. Mereka menyapa pegawai baru yang datang dari Seoul dengan memperkenalkan diri lebih dulu. 

Min Ho mengemudikan mobilnya, si pria duduk disampingnya melihat hari yang indah. Min Ho pun bertanya apakah pria itu sudah menikah. Si pria terlihat gugup dan menganguk. Min Ho  bertanya lagi apakah punya anak. Si pria menganguk lagi.
“Astaga, kukira kau bujangan.” Kata Min Ho memuji. Si Pria malu merasa tak seperti itu.
“Kau tinggal di mana?” tanya Min Ho. Si pria menjawabtinggal di Seoul. Mereka pun menyebrangi jembatan terbesar Junyeong.
Min Ho seperti mengajak Si pria tentang Junyeong ke tempat galangan kapal dahulu ada di sana  dan pergi ke tempat lain yang sangat terkenal. Si pria melihat tempat dengan lantai kaca merasa  Terlihat baru dan mereka pun langsung selfie. 

Jung Woo juga mengajak Ye Rim ketempat yang sama, Ye Rim terlihat bahagia melihat pemandangan yang bagus. Min Ho pun mengajak si pria ke pasar dengan memperlihatkan hasil laut yang bagus dengan bertanya berapa harganya.
Sementara Jung Woo membawa si wanita ke pameran lukisan. Ye Ri mengaku selalu ingin datang ke sin dan mengucapkan Terima kasih banyak sudah mengajaknya ke tempat itu. Jung Woo tersenyum tapi beberapa saat kemudian menguap karena tak begitu suka lukisan.

Jung Woo mengajak Ye Rim ke sebuah restoran dengan pemandangan dimalam hari dengan bangga kalau ini pasti luar biasa. Ye Rim menganguk. Jung Woo memberitahu kalau ini restoran perpaduan terpopuler di Jinyeong.
“Pemandangannya indah, bukan?” ucap Jung Woo bangga. Ye Rin membenarkan kalau pemandangannya menakjubkan.
Sementara di lantai atas, Min Ho mengajak si pria dalam restoran lesehan mengucapkan terimakasih sudah datang jauh kemari karena pasti sibuk. Si pria pikir tak masalah karena senang mencari udara segar.
“Ini restoran sashimi terpopuler di Jinyeong. Tempat ini sangat populer. Lepaskan jaketmu.” Kata Min Ho. Si pria pun melepaskan jasnya.
“Kau suka sashimi, kan?” ucap Min Ho memastikan. Si pria menganguk. Min Ho memberitahu Sashimi di sini meleleh di mulutnya.
Mereka mulai makan, Si pria berkomentar rasan Enak sekal dan Luar bias dan mengajak bersulang. Min Ho mengucapkan Terima kasih sudah datang sementara si pra mengucapkan terima kasih sudah menemaninya. Min Ho pun menawarkan pria itu  lobster ini.
“Terima kasih. Akan kucoba.. Tapi Pak, aku harus ke toilet.” Ucap Si Pria. Min Ho pu mempersilahkan. 
“Dia pasti mengidap sindrom iritasi usus.” Komentar Jung Hwan. Saat itu Min Ho mengeluarkan jimat dari saku celanya.
Ia teringat yang dikatakan si peramal “Sedangkan jimat ini harus ditaruh di dalam jaket orang baru. Itu akan membuatnya tinggal di Jinyeong selamanya.” Min Ho berjalan akan menaruh dalam jaket, tapi pria itu datang. Min Ho melonggo kaget.
“Apa? Apa yang kau lakukan, Pak?” kata si pria. Min Ho berpura-pura  hanya mencoba memeriksa labelnya.
“Jaket ini sangat bagus. Kainnya luar biasa Kau sangat modis.  Astaga, keren sekali.” kata Min Ho. Si pria Terima kasih lalu mengambil jasnya lalu pergi. 


Di lantai bawah
Jung Woo membahas kalau Dosennya, Maksudnya paman Ye Rim selalu menyayanginya sejak masih kuliah. Ye Rim seperti baru mengetahuinyanya. Jung Woo bertanya apakah Ye Rim mendengar sesuatu tentangnya. Ye Rm mengaku tidak ingat apa pun.
“Aku dikenal sebagai mahasiswa hebat selama masa kuliah. Semua dosenku selalu berkata, "Pria sepertimu harus menjadi jaksa." Kata Jung Woo bangga
“Aku ingat pamanku menceritakan kisah menarik.” Ucap Ye Rim. Jun Woo ingin tahu kisah apa yang dimaksud.
“Saat dia masih menjadi jaksa, cabang paling selatan tempat dia bekerja berada di Daejeon. Dia bilang cabang itu adalah tempat untuk menunjukkan kemampuan. Khususnya saat masih baru, hanya nilai yang menjadi ukuran.” Kata Ye Rim
“Peringkat lima besar akan masuk ke Kejaksaan Pusat Seoul. Setelah itu, masuk Cabang Timur, Selatan, dan Barat di Seoul. Lalu apa pun di luar Seoul... Dia bilang, makin rendah nilai kita, kita akan makin jauh dari Seoul.” Kata Ye Rim
“Andai saja aku tidak melakukan kesalahan saat mengisi jawaban.” Ucap Jung Woo sedih
“Jung Woo... Kamu cukup manis... Kau bukan sekadar kutu buku.” Puji Ye Rim, Jung Woo pikir seperti itu dan mereka pun langsung bersulang. 


Min Ho mengantar si pria keluar dari restoran, Si pria mengucapkan terima kasih atas makanannya, Si pria juga mengaku senang ini sesuai dengan seleranya dan sekarang bisa sering menyantap makanan seperti ini. Si pria hanya tersenyum.
“Kalau begitu, bagaimana kalau kita melihat-lihat kediaman kita, dan melanjutkan babak kedua?” ucap Min Ho penuh semangat.
“Tidak, terima kasih. Aku akan melihat-lihat dan pergi nanti.” ucap  S pria. Min Ho bingung karena sebaiknya ikut dengan mereka.
“Pak, kau mungkin membuatnya tidak nyaman.” Bisik Jung Hwan. Min Ho mengerti lalu mempersilahkanya untuk melihat-lihat.
“ Kami akan ke rumah dinas.. Sampai nanti.”kata Min Ho melihat si pria pergi tapi akhirnya langsun memanggilnya kembali.
Min Ho menatap si pria sambil memegang bahunya mengaku senang bertemu dengannya lalu memeluknya mengaku menyambutnya dengan tulus di Jinyeong sambil memasukan jimat ke dalam saku celana. Si pria bingung tapi Min Ho menutupinya dengan menepuk erat pundaknya.
"Tangan lebih cepat dari mata." Bisik Jung Hwan bisa melihatnya. Min Ho menyuruh Jung Hwan diam saja dibanding mengejeknya. 


Di dalam mobil, Min Ho ingin tahu pendapat Jung Hwan apakah firasatnya bagus kali ini. Jung Hwan menganguk dan yakin akhirnya kita bertemu dengan pemilik sejati ruang 309. Min Ho dengan bangga kalau tadi itu sangat genius.
“Tanganmu sangat cepat. Itu sungguh luar biasa.” Ucap Ji Hwan tapi saat itu si pria bisa menemukan jimat dalam saku celana dan langsung membuangnya. 

Ye Rim sudah naik bus "Jinyeong ke Seoul" si pria melihat kursi disamping Ye Rim lalu duduk dan mengeluarkan ponselnya.
“Pertama-tama, senang bertemu kalian hari ini.” Tulis Si pria. Ye Rim juga menulskan pesan pada Jung Woo. “Terima kasih sudah mentraktirku makanan enak hari ini.”
“ Aku menikmatinya. Aku senang melihat laut dan menikmati udara segar hari ini.” Tulis Si pria. Jung Woo pulang ke rumah dengan senyuman bahagia.
“Tapi aku mengirim SMS ini dengan penyesalan mendalam. Aku yakin kau akan menemui orang yang jauh lebih baik dariku. Jaga dirimu.” Tulis Ye Rim
“Setelah memikirkannya baik-baik, kurasa ini bukan tempat yang tepat untukku. Terima kasih atas keramahanmu.” Tulis Si Pria. 

Min Ho akhirnya membaca pesan dari si pria sambil mengumpat kesal kalau membawanya berkeliling seharian dan mentraktirnya makan tapi berani menolaknya. Jung Hwan pun terlihat kesal.
***
Sun Woong pulang ke rumah dengan alat pancingnya lalu mengeluh melihat Jung Hwan sudah menyiapkan bir dimeja, Sung Woong ingin tahu apa yang sedang dilihatnya itu. Jung Woo memberikan ponselnya
"Terima kasih sudah mentraktirku makanan enak hari ini Aku yakin kamu akan menemui orang yang lebih baik dariku. Jaga dirimu”” ucap Sun Woong membaca pesan dari Ye Rim.
“Dia bilang Jaga dirimu"? Bukankah dia baru bertemu denganmu hari ini?Jika mengkhawatirkanmu seperti ini, dia seharusnya tidak mencampakkanmu.” Komentar Sung Woong
“Benar sekali.” ucap Jung Woo tersenyum bahagia. Sun Woong heran kalau Jung Woo tersenyum padahal Ye Rim mencampakkanya.
“Apakah dia mengejekmu? Itu bahkan membuatku marah. Benar, kan?” kata Sun Woong
Jung Woo membenarkan dengan mengunakan bahasa banmal. Sun Woong marah langsung meminting kepala Jung Woo. Jung Woo panik menepuk tangan Sun Woong agar melepaskanya. 

Tuan Nam tak percaya kalau orang itu sudah berhenti padahal baru tiba di Jinyeong beberapa jam.Ia pun ingn tahu alasan pria itu berhenti, lau berkomentar kalau ini rekor baru. Tuan Kim dan Min Ho hanya bisa tertunduk diam.
“Pak Cho. Apa kamu membuat kesalahan?” ucap Tuan Nam. Min Ho mengaku tentu saja tidak.
“Dia hanya tidak ditakdirkan menjadi bagian dari kantor kita.” Kata Mn Ho  Tuan Kim dengan santai mengartika kalau ini orang ke-12
“Jangan diambil hati. Mari kita pikirkan ini dengan perspektif jangka panjang.” Kata Tuan Kim. Min Ho menganguk mengerti.
“Aku yakin pemilik sejati ruang 309 akan segera muncul. Atau... Kita mungkin akan menjadi pemilik baru ruang 309  Aku sudah lama memikirkan ini. Bagaimana jika mengosongkan ruang itu dan menjadikannya ruang meditasi? .” Kata Tuan Kim. Min Ho binggung
“Kita bisa menggelar beberapa matras yoga di satu sisi. Lalu di sudut lain, kita bisa nikmati teh yang nikmat. Kita juga bisa memutar musik yang menenangkan. Para pegawai Cabang Jinyeong bisa datang tiap kali mereka lelah bekerja dan menggunakannya sebagai tempat untuk memulihkan tenaga.” Ucap Tuan Kim.
“Ruang 309, maksudmu? Apa Kau sungguh membicarakan ruang 309?” kata Min Ho gugup.
“Daripada terus membiarkannya kosong, bukankah itu lebih baik?” kata Tuan Kim. Tuan Nam langsung setuju.
“Sayang sekali jika ruangan itu kosong.” Kata Tuan Nam. Min Ho pkir  anggota keluarga baru akan bergabung dengan kami kelak...
“Pak Cho... Di salah satu sisi ruang meditasi aku akan menaruh sepeda statis agar kau bisa berolahraga. Anggap itu sebagai keluarga barumu dan gunakan sesukamu.” Ucap Tuan Kim.
Min Ho ingin bicara tapi Tuan Nam sengaja memuji kalau itu ide yang bagus dan mengaku kalau iri kepadanya. 



Di ruangan lain, Sun Woong bertemu kembali dengan Tuan Lee mengucapkan  Terima kasih sudah datang meskipun mendadak meneleponnya. Tuan Park mengaku Tidak masalah karena Dewinya memberitahu bahwa akan menerima telepon dari kejaksaan.
“Jadi, aku sudah mempersiapkan diri sebelumnya.” Kata Tuan Lee. Sun Woong mengerti
“Kalau begitu, apakah dewimu memberitahumu kenapa kami meneleponmu?” tanya Sun Woong
“Ya. Kurasa aku tahu kenapa aku kemari. Korban, Bu Park Jung Nam, telah mencabut gugatannya. Itulah yang dikatakan dewiku.” Kata Tuan Lee yakin.
Sun Woong menawarkan secangkir kopi. Tuan Lee memperbolehkan. Sun Woong lalu menceritakan kalau Bu Park Jung Nam terluka parah dan bertanya apakah sudah menemuinya. Tuan Lee menganguk dan berharap dia cepat sembuh dan bahkan menjadwalkan pengusiran setan berikutnya.
“Dia terluka karena kau dan dewimu. Jadi, kuharap kau bekerja sama dalam penyelidikan.” Ucap Sun Woong. Tuan Lee pikir seperti  itu.
“Omong-omong, tampaknya dewimu juga bisa berkemudi. Fakta bahwa Bu Park Jung Nam jatuh saat mencoba menghindari mobil terus menggangguku. Jadi, aku memeriksa kamera dasbor dari mobil-mobil yang diparkir di sekitarnya.” Ucap Sun Woong memperlihatkan foto dari blackbox
Saat kejadian Nyonya Park sedang berjalan dan tiba-tiba mobil melaju dengan kencangnya dan membuatnya terluka.  Sun Woong bertany apaakah Tuan Lee  tahu siapa pemilik mobil itu. Tuan Lee panik mendengarnya. Sun Woo memberitahu Dia adalah sepupunya, Pak Lee Min Cheol.
“Apa Kau tahu Pak Lee Min Cheol menelepon siapa tepat setelah kejadian itu?” ucap Sun Woong
Peramal yang bernama Lee Min Cheol menelp Sun Cheol, melaporkan kalau sudah selesai. Tuan Lee pun memujinya. Sun Woong bisa tahu kalau peramal itu menelepon Lee Sun Cheol.




Flash Back
Nyonya Jang pergi ke kantor polisi sambil memberikan minum ingin tahu Apa tidak ada barang berharga yang bisa dicuri. Polisi menjawab ada tapitidak ada yang hilang.
“Selain itu, kami sedang menyelidiki kasus mencurigakan di lingkunganmu yang berkaitan denganmu mengingat kemungkinan kalian juga berkaitan. Memeriksa semua kasus kecil akan membutuhkan waktu lama.” Ungkap Sung Woong
“Tapi terlepas dari hal itu, kau membahayakan nyawa korban dengan mencoba menabrakkan mobil ke arahnya. Itu adalah percobaan pembunuhan atau konspirasi untuk membunuh. Konon, manusia lebih menakutkan daripada hantu. Kau baru saja membuktikannya.” Kata Sun Woong menyindir.
“Kau akan mendapat masalah karena ini!” ucap Tuan Lee kembali berpura-pura kesurupan.
“Kau sebaiknya berhenti menyebabkan masalah dan menyewa pengacara. Minumlah sebelum dingin. Interogasinya akan memakan waktu. Ayo ke ruang interogasi dan Bawa kopimu.” Kata Sun Woong tak takut. Tuan Lee tak bisa berkata-kata.
“Sepertinya ada kesalahpahaman.” Kata ucap Tuan Lee tapi Nyonya Jang mengajak agar bergegas. 

“Kau mungkin menyadari. Sebenarnya, tidak semua jaksa ingin bekerja di Cabang Jinyeong. Jaksa Agung lupa mengunjungi kami tiga kali, dan 12 jaksa baru berhenti dari cabang kami berturut-turut. Tapi itu tidak mengejutkan.”
“Bagaimanapun juga, kami datang ke kantor tiap hari. Apa pun yang terjadi, kami menjalankan tugas. Lagi pula, ini tempat kerja kami, dan Jinyeong juga membutuhkan jaksa.”
Min Ho menatap ruangan 309 yang kosong lalu menghela nafas dan pergi. Sementara di ruangan terlihat sangat sibuk dengan semua kasus yang harus diselesaikanya. 

Sun Woong pun hanya sendirian di malam hari mengeluh kalau lelah lalu berpikir akan pulang dan pergi ke toilet, saat itu melihat ada seoran wanita lewat dengan pakaian putih.
“Tapi kemudian... Orang ini tidak ada kaitannya dengan Jinyeong.”
Saat itu Myung Joo berdiri didepan ruangan 309. Sun Woong melihat Myung Joo bertanya-tanya kenapa wanita itu ada disini. Keduanya pun saling menatap. 

[EPILOG]
Seorang memegang “Surat Panggilan” dari kejaksaan. Sun Cheol panik memegangnya.
"Lima tahun lalu"
Seorang pria datang pada Sun Cheol  kalau tiap malam,  mendengar langkah kaki dari ujung lorong. Ia mendengar Suara sepatu hak tinggi tapi saat keluar, tidak ada apapun di sana.
“Kurasa itu berkaitan dengan kasus yang kuhadapi.” Kata si pria. Sun Cheol bertanya Kasus apa
“Seorang anak hilang saat berjalan memakai sepatu hak tinggi. Sepertinya aku dikunjungi oleh anak itu.” Kata si pria.
“Kamu bekerja di ruang berapa?” tanya Sun Cheol.
Saat itu Sun Chul mengingat ada Ruang 309 lalu menyuruh Min Ho Jangan menoleh ke belakang.
Bersambung ke episode 2

Cek My Wattpad... Stalking 

      
Cek My You Tube Channel "ReviewDrama Korea"

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar