PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Sabtu, 01 Juni 2019

Sinopsis Her Private Life Episode 16 Part 1

PS : All images credit and content copyright : TVN
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe. 
Tinggal Klik disini, buat yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe bulan ini 


Duk Soo terlihat sedang mengambar di jalan, bersama dengan Duk Mi dan juga Yoon Jae. Eun Gi berteriak memangil ibu Duk Mi mengadu kalau Duk Mi sedang coret-coret lagi. Duk Mi dengan tatapan sinis memberitahu kalau ini Bukan coret-coret.
“Aku sedang menggambar.” Tegas Duk Mi. Eun Gi mengejek kalau baginya terlihat coret-coret.
“Aku hanya lihat kau sedang coret-coret.” Ejek Eun Gi, Duk Mi marah langsung memukul Eun Gi.  Eun Gi memanggil ibunya.
“Duk Mi. Sudah dibilang jangan memukul Eun Gi...”kata Ibu Duk Mi lalu melonggo melihat semua jalanan dan tembok penuh dengan gambar.
“Sudah dibilang kau akan dapat masalah jika coret-coret lagi.” Ucap Ibu Duk Mi mengomel. Duk Mi mengeluh kalau ini bukan coret-coret
“Duk Mi. Kau akan jadi apa...Saat tumbuh dewasa?” tanya Ibu Duk Mi. Duk Mi menjawab Seniman yang menggambar lukisan.
“Aku akan menggantung lukisanku di galeri besar.” Kata Duk Mi bangga, Yoon Jae diam-diam mendengar ucapan Duk Mi
Mereka akhirnya bermain air bersama untuk membersihkan tembok dan jalan yang sudah digambar. Duk Mi, Duk Soo, Eun Gi dan Yoon Jae terlihat bahagia bermain air bersama. Ibu Duk Mi pun terlihat bahagia merawat empat anak. 


Ryan sibuk mengambar menatap Duk Mi yang masih tertidur disampingnya, Duk Mi akhirnya membuka mata, Ryan bertanya apakah mimpinya indah. Duk Mi mengaku mimpinya sangat manis karena itu adalah ingatannya  Namun, sedikit menyedihkan juga.
“Aku bermain dengan Yoon Jae, Eun Gi, dan Duk Soo... Kau bangun lebih awal... Sedang apa?” tanya Duk Mi
“Aku Sedang menggambar... Menggambarmu sedang tidur.” Kata Ryan. Duk Mi bertanya Apa ia terlihat cantik
“Kau seorang wanita dari luar dunia ini, sulit untuk mengekspresikan melalui gambar.” Ucap Ryan
“ Dalam mimpiku, aku menggambar dengan Yoon Jae. Kami menggunakan kapur dan menggambar begitu banyak di sana-sini. Tapi, Eun Gi bilang aku coret-coret, dan bilang dia akan beri tahu Ibu. Jadi, aku katakan padanya... Aku akan menjadi seorang seniman nanti dan lukisanku akan digantung di galeri.” Cerita Duk Mi
“Meskipun aku gagal jadi seorang seniman, setidaknya aku jadi orang yang menggantung lukisan di galeri. “ ucap Duk Mi bangga
“Hari ini, kita tidak pergi ke pameran dan melihat karya seni secara langsung. Apa yang kita lihat adalah sebuah konsep mengenai apa yang kurator anggap sebagai seni. Sederhananya, seorang seniman sejati bukanlah penulis, tapi kurator. Semuanya tergantung pada pilihan kurator.” Jelas Ryan.
“Slavoj Zizek? Aku sangat setuju dengannya.” Kata Duk Mi, Ryan pikir  Seorang kurator juga seorang seniman bahkan bisa menggambar lagi. Berkat Korator Sung Duk Mi.
“Ruang pameran adalah kanvasku. Namun,... Sekarang, wajahmu seperti kanvasku... Bisakah aku menggambarnya?” ucap Duk Mi mengoda menatap Ryan.
“Dengan apa?” tanya Ryan. Duk Mi pikir  Tiba-tiba  merasa sangat kreatif lalu memikirkan cara menggambar dan akan memulainya. Ryan mendorong Duk Mi lebih dulu diatas tempat tidur dan langsung menciumnya.

Duk Mi mengajak pegawainya agar menggambar di kanvas mereka, Kyung Ah binggung,  Duk Mi menjelaskan kalau mereka akan melihat lukisan milik Tuan Nho Seok. Semua mengerti dan terlihat sangat bersemangat. Yoo Sub memasang foto profile orang-orang yang bergabung dalam pameran.
 [SHI AN, - AKU HARAP, AKU JADI BAGIAN DARI IMPIANMU] Kyung Ah memastikan semua walkie talkie berjalan dengan baik dibagian receptionist. Hyo Jin memasang poster acara gallery dibagian depan, Yoo Sub terlihat bangga melihatnya.
Hyo Jin seperti tak peduli karena ia hanya peduli dengan souvenir yang dibuatnya. Yoo Sub pun memastikan proyector pada ruang gallery yang sudah dipasang lukisan agar tidak terlalu gelap.


Hyo Jin memasang poster "The Room, The Life", Pameran ulang tahun kelima Cheum Gallery, dengan wajah bahagia mereka  akhirnya mengadakan pameran. Kyung Ah ingi tahu perasaan Hyo Jin karena ini pameran pertamanya.
“Aku senang.. Rasanya aku bertemu dengan seseorang dari imajinasiku. Ini Benar-benar sulit, tapi aku semangat.” Kata Hyo Jin
“Apa kau yakin bukan karena kau bertemu dengan Cha Shi An?” goda Yoo Sub, Hyo Jin tak bisa menutupi karena sudah Ketahuan.
“Omong-omong, Direktur Bagaimana kau menemukan judul pameran?” Kyung Ah. Ryan menjawab  Dari kamar seseorang.
“Bagaimana ruangan itu terlihat?” tanya Yoo Sub, Ryan menjawab  Ruangan itu penuh dengan sesuatu yang ceria, menyenangkan, dan bahagia sambi menatap Duk Mi
“Isi kamarmu dengan sesuatu yang kau sukai agar kau bisa hidup lebih bahagia.” Ucap Duk Mi yang terlihat masih sama ada foto Shi An dan juga Ryan. 


Semua pengunjung sudah menunggu di pintu masuk gallery, para fans Shi An pun sudah datang pertama dan berharap lebih baik jika cepat buka. Di dalam ruangan, Shi An dengan bertemu dengan wartawan yang mengambil gambarnya.
Duk Mi dan Ryan melihat dengan wajah tegang, Shi An pun melayani permintaan wartawan untuk melambaikan tanganya ke kamera. Hyo Jin dengan ibunya melihat sosok Shi An.  Nyonya Eom melihat Shi An seperti sangat takjub.
“Hyo Jin... Apa patung di sana bagian dari pameran?” ucap Nyonya Eom. Hyo Jin bangga karena Shi An memang terlihat sangat sempurna.
“Dia sangat tampan.” Ucap Nyonya Eom lalu meminta Sek Kim memberikan ponselnya lalu mengambil foto Ryan.
“Hyo Jin... Bukankah kau yang desainnya?” ucap Nyonya Eom melihat Shi An mengangkat souvenir yang dibuat oleh Hyo Jin.
“Ibu... Aku bisa mati sekarang tanpa penyesalan.” Kata Hyo Jin tak percaya melihatnya.
“Tidak, tidak. Hyo Jin, kau tidak boleh mati. Jangan katakan sesuatu yang mengerikan. Hyo Jin, aku sangat bangga padamu.” Ucap Nyonya Eom. Duk Mi dan Ryan terlihat sedikit tegang memulai pameran. 


Duk Mi dan Ryan menatap lukisan yang di perlihatkan dalam gallery saat penjunjung akhirnya masuk. Lukisan penari ballet dengan caption  [AKU MEMAKAI SEPATU POINTEKU PADAHAL AKU SUNGGUH BENCI BALET]
“Seni mungkin hebat, tapi tidak bisa lebih besar dari manusia yang hidup. Terlepas dari betapa tidak signifikannya aku terlihat, Aku masih lebih besar dari lukisan yang digantung di dinding itu. Karena aku adalah makhluk hidup, dan akan terus hidup.” ucap Duk Mi, Ryan menatap Duk Mi saat duduk menatap lukisan.  

Duk Mi melihat foto koleksi Tuan Nho, teringat saat pergi ke rumah memberitahu Ryan kalau Mata ini bukan mata perpisahan yang kesedihan atau mata seseorang menunggu kematian.
“Dia melihat seseorang yang dia cintai. Dia ingin meninggalkan ini untuk orang itu. Dia melihat orang ini, dan matanya menyapa orang itu. "Halo aku disin Aku akan selalu melihatmu seperti ini"
Akhirnya Ryan menuliskan caption dari foto tersebut”HALO” Keduanya melihat video gelembung yang dibuat oleh Da In untuk mengambarkan lukisan Lee Sol. 9 lukisan Lee Sol dibuat layaknya sebuah cerita tentang seorang anak kecil
“Gelembung, Kuda goyang, kincir ria, dan naik kapal Viking. Itu semua adalah sesuatu yang disukai anak-anak. Sepertinya aku tahu apa yang dipikirkan sang seniman saat dia menggambar lukisan-lukisan ini.” Ucap Duk Mi mengingat pertemuan Ryan dengan ibunya.
“Kami berdua tersenyum... Kami terlihat sangat bahagia.” Ucap Ryan dan gambar Lee Sol dengan caption   [ISI KAMARMU DENGAN SESUATU YANG KAU SUKAI, AGAR KAU BISA HIDUP LEBIH BAHAGIA]

Shi An melihat gambar ibunya lalu mengucapkan  Selamat atas pameran pertamanya. Ibu Shi An mengucapkan terimakasih lalu mengucapakan selamat juga pada Yoon Jae. Ryan pun membalas dengan memanggil ibunya Pelukis Lee Sol.
“Terima kasih sudah mengizinkan kami memamerkan karya menakjubkanmu.” Kata Ryan. Ibu Duk Mi pun mengucapkan terimakasih pada Duk Mi yang akhirnya ikut bergabung.
“Apa kalian ingin aku mengambil foto? Mari kita ambil foto.” Ucap Duk Mi, Ryan memuji kalau Duk Mi adalah fotografer hebat. Akhirnya Duk Mi mengambil foto mereka bertiga beberapa kali, Shi An seperti sangat manja pada ibunya bersandar dibahunya.

Sun Joo gugup melihat Shi An dan ibunya datang ke cafe, bertanya ingin memesan. Duk Mi ingin memesan tapi Sun Joo sudah tahu pasti pesanannya  Es Americano dan latte dengan susu kental tanpa espresso. Shi An heran Ryan yang tak minum kopi.
“Aku tidak bisa minum kopi karena mirip seseorang.” Kata Ryan melirik ibunya. Ibu Shi An pun memutuskan akan pesan yang sama dengan Ryan.
“Cha Shi An, mau pesan apa?” tanya Sun Joo mencoba agar tenang tapi terasa canggug.
“Aku akan pesan yang sama dengan Sung Nuna. Es Americano yang enak.” Kata Shi An.
“Dua latte dengan susu kental tanpa espresso, satu Es Americano, dan satu Es Americano yang enak. Aku akan bawa secepatnya.” Ucap Sun Joo mengoda. Ryan hanya menatap heran karena akan membuat minuman khusus untuk Shi An.
“Ibu, aku tidak tahu kau tidak bisa minum kopi.” Komentar Shi An. Ibunya hanya bisa tersenyum. 


Joo Hyuk menatap sinis pada Sun Joo karena  pikir ia adalah favorit tapi seperti dikalahkan oleh Shi An. Sun Joo memberitahu kalau Sekali menjadi fan-girl, maka akan selalu jadi fan-girl. Ia mengaku kalau Joo Hyuk mungkin favoritnya, tapi Shi An ada di level yang berbeda.
“Dia pasti tidak terlalu tertarik.” Komentar Joo Hyun. Sun Joo mengaku Shi An adalah yang pertama. Shi An tiba-tiba mendekat, Sun Joo berusaha tenang.
“Musik apa ini? Aku belum pernah mendengarnya sebelumnya.” Tanya Shi An. Sun Joo pikir kalau lagunya pasti bagus.
“Ada band bernama Paid, dan dia penyanyi utama dan gitaris band itu... Joo Hyuk... Mereka akan segera membuat album.”kata Sun Joo bangga memperkenalkan Joo Hyuk.
“Paid? Ini Sangat bagus. Aku akan menantikan albummu.” Kata Shi An.
“Ketika album ini dirilis, aku akan memberikannya kepadamu sebagai hadiah secara pribadi.” Ucap Sun Joo.
Shi An menganguk lalu tersenyum kembali ke bangkunya, Sun Joo benar-benar terlihat tak percaya berbicara dengan Shi An meminta Joo Hyuk mencubitnya. Joo Hyuk pun mencubit Shi An dengan keras. 

Duk Mi dan keluarga naik mobil Eun Gi pergi ke kuil, Ibu Shi An ikut juga lalu bertemu dengan ibu Duk Mi lebih dulu. Ayah Duk Mi mengajak semua masuk lebih dulu agar mereka berdua bisa bicara. Ibu Shi An memperkenalkan dirinya sebagai ibu Yoon Jae.
“Sesudah mendengar kau akan berada di sini, aku terjaga sepanjang malam memikirkan apa yang harus kukatakan kepadamu.” Kata ibu Shi An.
“Pikiranku terus kosong kecuali untuk meminta maaf.” Kata ibu Duk Mi tertunduk
“Yoon Jae menceritakan semuanya. Bahkan jika singkat,aku berterima kasih kau telah menjaganya.” Ucap Ibu Shi An. Ibu Duk Mi mengangguk mengerti. 

Mereka masuk kuil melihat nama Duk Soo, semua ingin berdoa untuk Duk Soo. Duk Mi akhirnya melihat tempat adiknya disemayamkan, Ibu Duk Mi memberitahu saat Duk Mi masih kecil  pernah membawanya bersama Eun Gi, dan Duk Soo datang berkunjung.
“Sesudah menemui seorang biksu Duk Soo tidak bisa menahan tawanya. Dia terus berteriak, "Botak" Kau bisa bayangkan betapa memalukannya itu. Itu sebabnya aku membawanya ke sini sehingga dia bisa tertawa dalam hidupnya.”cerita Ibu Duk Mi
“Kalau begitu aku yang akan membuatmu tertawa.” Kata Duk Mi berjanji pada ibunya. 

Setelah semua berdoa, Ibu Duk Mi memberikan sesuatu pada Ibu Shi An yaitu memberikan foto saat Yoon Jae masih umur 7 tahun. Ibu Shi An mengaku hanya dengan melihat foto anaknya bisa tahu kalau ibu Duk Mi betapa baik dan murah hati pada putranya.
“Wajahnya terlihat bahagia.” Kata Ibu Shi An. Ibu Duk Mi merasa beruntungnya, karena Yoon Jae akur dengan Duk Mi dan Eun Gi dan juga makan dengan baik.
Ibu Yoon Jae melihat surat yang ditulis oleh anaknya   [HEO YOON JAE, 7 TAHUN. AKU RINDU IBU. AJUMMA, TERIMA KASIH, DEOK MI, EUN GI, KITA AKAN MAIN LAGI LAIN WAKTU]
“Sesudah Duk Soo meninggal, aku tidak dalam kondisi pikiran yang benar. Ketika akhirnya berhasil menenangkan diri, ternyata Yoon Jae sudah diadopsi.”kata ibu Duk Mi merasa bersalah.
“Kau kembali untuknya ke panti asuhan tempat dia berada.” Kata ibu Shi An.
“Andai saja aku tiba di sana lebih cepat. Ada banyak hal yang aku sesali. Kepada kau dan Yoon Jae... Bahkan aku malu berada di hadapanmu. Aku orang yang paling malu di hadapan Yoon Jae, Kau mengalami kecelakaan dan Kau tidak menelantarkannya.” Ungkap Ibu Duk Mi
“Aku punya putra lagi dengan nama Shi An. Sesudah kehilangan Yoon Jae, seorang pria membantuku mencarinya. Dia adalah ayah Shi An. Kau akan penasaran bagaimana orang bisa memulai keluarga lagi sesudah kehilangan putranya.” Kata Ibu Shi An.
“Anak itu bisa dengan mudah tak mengerti dan benci. Namun, Yoon Jae bilang ini. Seorang janda adalah seorang istri yang kehilangan suaminya. Seorang duda adalah suami yang kehilangan istrinya. Anak yatim adalah anak yang kehilangan orang tuanya.” Ucap Ibu Shi An.
“ Namun, dia membaca di suatu tempat bahwa rasa sakit itu sangat hebat bagi orang tua yang kehilangan anak-anak mereka, oleh karena itu tidak ada yang bisa menyebutkan nama. Aku membuat pilihanku sehingga bisa mengatasi dan melanjutkan hidupku, dan dia bilang tidak ada yang akan menyalahkan aku.” Jelas Ibu Shi An.
“Dia bilang kepadaku untuk jangan menyesal. Meskipun aku tidak tahu malu, aku akan menjalani hidupku dengan berpikir bahwa dia memaafkanku. Hal yang sama berlaku untukmu. Kau seharusnya tidak hidup dalam rasa sakitatau penyesalan lagi.” Kata ibu Shi An. 



Duk Mi membuka pintu bersama dengan Ryan melihat ibu mereka sedang berbicara dengan wajah serius, lalu memilih untuk menutup kembali pintunya. Ryan penasaran apa yang mereka bicaranya. Duk Mi pikir ibunya bertanya soal ulang tahun Ryan. Keduanya akhirnya pergi.
“Ayah, apa yang ada di tanganmu?” tanya Duk Mi melihat ayahnya berdiri sendirian. Tuan Sung memperlihatkan sebuah batu ditanganya.
“Cantik.. Apa kau menemukannya di sini?” tanya Duk Mi, Tuan Sung membenarkan yaitu pada hari membawa Duk Soo dibawa ke kuil. Duk Mi tak percaya mendengarnya.
“Ibumu masih menangis di dalam. Ayah melangkah keluar terlebih dahulu dan melihat batu ini. Ayah sedang tak sadar saat mengambil ini. Tapi rasanya hangat seperti tangan Duk Soo. Itu sebabnya Ayah meremasnya dengan erat seperti Ayah memegang tangan Duk Soo dan membawanya pulang.” Cerita Ayah Duk Mi
“Apa itu sebabnya Ayah mengumpulkannya?” tanya Ryan pun terlihat penasaran.  
“Sesudah hari itu, aku bepergian di seluruh negeri seperti orang gilauntuk mengumpulkan batu.” Cerita Ayah Duk Mi
“Untuk memberi Duk Soo beberapa teman?” kata Duk Mi, Ayah Duk Mi pikir seperti itu.
“Bisakah aku memegang tangan Duk Soo juga?” ucap Duk Mi, Ayahnya memberikan batu ditanganya. Duk Mi pun merasa batu itu sangat hangat. 


Dibawah pohon, Eun Gi duduk dengan ibunya berpikir akan hidup bersama sesudah  menerima tabunganku. Nyonya Nam tak percaya seperti anaknya sedang dirasuki sesuatu sesudah menolak selama ini. Eun Gi mengajak ibunya untuk hidup bersama sampai ia menikah.
“Sampai kau menikah? Antara kau dan Ibu, pernikahan Ibu akan terjadi lebih cepat.” Kata Nyonya Nam yakin
“Apa Kau punya pria?” tanya Eun Gi tak percaya, Nyonya Nam mengaku  sudah berdoa meminta suami hari ini.
“Apa kau meminta suami?” ucap Eun Gi tak habis pikir. Nyonya Nam merasa  tak minta banyak.
“Seseorang yang baik, bersuara lembut, menghargai, setampan Jung Woo Sung yang memiliki gedung. Itulah yang aku doakan.” Kata Nyonya Nam bangga.
“Aku pikir gara-gara aku Ibuku tak menikah, tapi karena punya standar tinggi.” Komentar Eun Gi
“Kenapa menikah dengan seseorang yang tidak pantas?” keluh Nyonya Nam, Eun Gi setuju kalau ia akan hidup dengan ayah tiri yang memiliki gedung.
“Fokus saja pada pernikahanmu sendiri.. Apa tidak ada orang yang kau suka?” ucap Nyonya Nam, Eun Gi  mengaku ada
“Senang melihat kalian menikmati waktu bersama.” Komentar Ayah Duk Mi melihat Eun Gi dan Nyonya Nam, mereka lalu berjalan pulang bersama. 

Duk Mi dan Ryan melakukan kencan, disebuah dinding Duk Mi menunjuk akan membaca sebuah kalimat.  "Petualangan Kakak Raja Singa". Ryan tak percaya kalau itu menyangkut dirinya, lalu berpikir akan membaca... dan menunjuk ke arah Duk Mi
“Apa Orang ini? Apa Kau ingin membaca ini? Apa kau menginginkannya?” kata Duk Mi mengejek. Ryan pun tertawa lalu keduanya berjalan ke arah yang lain.
“Jalan kereta api dan Shi An is My Life.” Ucap Ryan memegang tangan Duk Mi menyusuri jalan kereta.
“Sekarang, panggil aku "Ryan is My Life".” Kata Duk Mi, Ryan pikir lebih  baik"Heo is My Life"./
“Bagaimana dengan "Jae is My Life"?” kata Duk Mi mengoda. Ryan pun tersenyum.
“Di sinilah aku belajar seni sewaktu SMA.” Ucap Duk Mi memperlihatkan kelas lukis
“Apa kau mempelajari jenis seni yang berbeda?” tanya Ryan. Duk Mi membenarkan kalau  mungkin bisa menggambar wajah Davide di Michelangelo jauh lebih baik daripada Ryan.
“Apa Kau ingin menggambarku?” ucap Ryan, Duk Mi mengeluh mendengarnya dengan tatapan sinis. Ryan meminta maaf dan bergegas pergi karena ketakutan. 



Mereka akhirnya pergi ke peralatan lukis, Duk Mi bertanya kenapa Ryan membeli banyak tinta merah. Ryan mengaku kalau akan mengambar Duk M dan terlihat paling cantik dengan warna merah. Duk Mi tersenyum lalu bertanya apakah Ryan akan terus menggambar di rumah.
“Aku berpikir untuk membuat ruang kerja, tapi aku akan memanfaatkan waktu senggangku, jadi, aku lebih suka rumahku.” Kata Ryan. Duk Mi seperti tak percaya melakukan Di waktu senggang.
“Apa rumahku berbau tidak sedap?” komentar Ryan, Duk Mi pikir  terlihat bagus dengan warna biru juga dan Kuning juga.
“Tentu saja begitu.” Ucap Ryan mengoda, Duk Mi mengeluh kalau itu artinya Tidak ada warna yang tidak cocok dengannya.
“Bukankah kau bilang ada sesuatu yang penting pada jam 5 sore?” tanya Ryan mengalihkan pembicaraan. Duk Mi bertanya Apa Ryan ingin pergi dengannya. 


Duk Mi membawa Ryan ke warnet. Ryan bingung kenapa Duk Mi membawanya kesini.  Duk Mi memberitahu aklau Untuk beli tiket ke konser Shi An. Ryan pikir Shi An bilang  akan memberimu tiket gratis ke konsernya.
“Aku Shi An is my life,  Maka, aku harus menonton dari lantai dua. Aku ingin tiket lantai berdiri, dalam baris lima.” Jelas Duk Mi lalu menarik Ryan duduk didepan komputer.
“Perhatikan baik-baik.. Apa kau lihat tombol ini yang tertulis, "Jadwal untuk dijual"? Tepat pukul 17:00, akan berubah jadi "pesan tiket". Maka, kau perlu memilih tanggal dan waktu yang kau inginkan dan tekan tombol "pesan tiket". “ jelas Duk Mi penuh semangat
“Sesudah itu, pilih tempat duduk yang terdekat apa pun yang terjadi, di mana saja dalam baris lima, dan tekan "selesai pilih tempat duduk".” Kata Duk Mi, Ryan pikir Kedengarannya mudah.
“Ini memang Mudah. Sampai kau melihat tulisan "Tempat duduk sudah dipesan".” Jelas Duk Mi, Ryan terlihat binggung.
“Tidak bisakah Sun Joo datang saja melakukan ini?”kata Ryan, Duk Mi mengeleng lalu melihat waktunya tinggal Tiga menit lagi.
“Tiket akan dibuka untuk dijual tepat jam 5 sore.” Kata Duk Mi melemaskan jari siap menekan keyboard.
Ryan melihat tangan Duk Mi yang cepat diatas  keyboard. Duk Mi berusaha memilih tempat yang dingikan untuk menonton tapi hasilnya [TEMPAT DUDUK SUDAH DIPESAN] Ryan memanggil Duk Mi, Duk Mi pikir kalau Ryan itu pasti tak berhasil Duk Mi.
Ryan melihat sesuatu di layar  [INFORMASI PEMESANAN, LANTAI 1, TIKET BERDIRI] lalu memastikan pada Duk Mi apakah memang berhasil . Duk Mi melonggo tak percaya lalu tersenyum bahagia. Ryan dengan bangga kalau bisa melakukan apa saja...
“Pacarku punya tangan Dewa!.. Kerja bagus...” puji Duk Mi mencubit pipi Ryan dengan wajah bahagia. 

Duk Mi membaca buku di kamar sendirian, lalu memanggil Ryan dan melihat sedang asik melukis diruanganya. Akhirnya Duk Mi pergi ke meja kerja Ryan
“Sebagai seorang seniman, Ryan Gold... Karena kota kelahirannya New York. Aku akan mempelajari trend seni New York terlebih dahulu.” Ucap Duk Mi mencari sesuatu di internet.
Ryan baru selesai melukis menatap dengan wajah bahagia dengan style lukisan dirinya, lalu melihat Duk Mi tertidur diatas meja. Ia melihat catatan  [MONO ART GALLERY, RIAN GALLERY, LORETTA GALLERY] lalu membangukan Duk Mi agar tidur dikamar.
Duk Mi menganguk, Ryan akhirnya mengendong Duk Mi untuk ke kamar tidur. Duk Mi sudah tertidur pulas, Ryan hanya menatapnya seperti sangat bahagia ada didekat Duk Mi.
**
Bersambung ke part 2

Cek My Wattpad... Stalking 



Cek My You Tube Channel "ReviewDrama Korea"

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar