PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Kamis, 06 Agustus 2020

Sinopsis Was it Love Episode 9 Part 2

PS : All images credit and content copyright : JBTC
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe. 
Tinggal Klik disini, buat yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe bulan ini 


Ae Jung berkumpul dengan semua warga meniup lilin yang tertulis SELAMAT. Semua warga terlihat bahagia sambil bertepuk tangan. Dae Oh melihat Ae Jung bekerja seharian tanpa makan. Ryu Jin pun memilih lagu dan mulai menyanyi. Dae Oh langsung menarik Ae Jung untuk duduk.
“Berhentilah bekerja.” Ucap Dae Oh memberikan sumpit dan sendok. Ae Jung menatap bingung. Yeon Woo menatap dari kejauhan dan ditahan oleh bibi yang ingin menari.
“Sekarang makanlah... Kau belum makan apa-apa dari pagi. Jangan khawatir soal izin tempat syuting. Aku akan melakukan segalanya untuk mendapat izin.” Kata Dae Oh
“Akhirnya kau seperti sutradara sungguhan. Sekarang, mari kita hanya fokus pada pekerjaan... Hanya bekerja..” kata Ae Jung dan mulai makan.
“Aku iri kepadamu karena bisa begitu. Bagaimana bisa rasa cinta seperti dimatikan dengan sakelar? Aku tak bisa begitu. Kau juga… Kau juga menyukaiku, 'kan?” ucap Dae Oh
“Aku mau pergi.” kata Ae Jung marah. Dae Oh meminta Ae Jung agar mengatakan padanya.
“Apa alasanmu meninggalkanku?” tanya Dae Oh. Ae Jung menatap Dae Oh . Tuan Koo yang tadi mendengarkan ditarik bibi agar bisa menari juga.
“Apa alasanmu membenciku selama ini?” kata Dae Oh. Ryu Jin masih terus menyanyi denga tatapan ke arah Dae Oh dan Ae Jung.
“Katakan, dan kita selesaikan. Dengan begitu, kita…” kata Dae Oh. Ae Jung langsung berdiri merasa tak mau bicara apa-apa.
“Tidak. Aku harus mendengar alasannya.” Tegas Dae Oh ikut berdiri. Saat itu Kepala desa keluar rumah langsung mematikan mesin karaoke.
“Empat belas tahun lalu... Alasanmu meninggalkanku.” Kata Dae Oh dengan suara nyaring karena suara musik berhenti.
Ae Jung marah memilih untuk pergi. Semua warga pun ingin tahu apa yang terjadi antara Dae Oh dan juga Ae Jung. Mereka berpikir keduanya bertengkar. Dae Oh pun mengejar Ae Jung, sementara Ryu Jin dkk hanya menatap dalam diam. 





Dae Oh menarik Ae Jung mengeluh dengan sikapnya seperti ini. Dae Oh mengeluh dae Oh yang harus bertanya sampai akhir. Dae Oh mengaku mau mulai dari awal lagi. Ae Jung pun bertanya Bagaimana?, Dengan cara apa menurutnya mereka tak bisa kembali ke 14 tahun lalu.
“Hatiku memang sempat berdebar, dan aku memang goyah. Tapi itu tak bisa memperbaiki semua kejadian 14 tahun lalu.” Kata Ae Jung. Dae Oh pikir Walaupun begitu…
“Pilihannya adalah aku mati atau meninggalkanmu. Hanya dua pilihan itu yang aku punya 14 tahun lalu. Aku pilih meninggalkanmu karena aku tak boleh mati. Dan sejak saat itu, aku menganggapmu sudah mati.” Ucap Ae Jung. Dae Oh ingin bicara.
“Jadi, kumohon teruslah mati di hatiku selamanya.” Ucap Ae Jung lalu melangkah pergi. Dae Oh pun tak mengerjanya. 


Ae Jung duduk sendiri di tepi pingir jalan mengingat yang dikatakan Dae Oh “Katakan kepadaku. Apa alasanmu meninggalkanku? Apa alasanmu membenciku selama ini?” lalu ia mengatakan
“Jika itu bisa menyelesaikan masalah, aku pasti sudah memberitahumu. Jika semudah itu, aku tak akan meninggalkanmu saat itu. Aku juga tak akan membencimu seperti ini.” Gumam Ae Jung dan langsung menangis.
Yeon Woo melihat Ae Jung menangis mengurungkan niatnya, hanya duduk  menemani di dekat Ae Jung. 

Ryu Jin lewat depan rumah melihat Dae Oh duduk sendirian dan memilih tak mengubrisnya. Dae Oh mengajak mereka untuk bicara. Ia mengaku tak mau membicarakan ini lagi tapi hanya Ryu Jin yang bisa diajak bicara. Ryu Jin akhirnya berdiri disamping Dae Oh
“Aku pikir hanya aku yang tersiksa. Hanya aku yang tersiksa hingga mau mati. Tapi sepertinya dia juga begitu. Dia juga tersiksa hingga mau mati. Sepertinya ada sesuatu yang aku lewatkan. Tapi aku benar-benar tak tahu apa itu.”ungkap Dae Oh
Ryu Jin terdiam mengingat saat Ae Jung datang lalu menangis dibahunya.  Setelah itu Ae Jung meminta agar dibelikan minuman keras. Ia pun mengeluh Kenapa Dae Oh katakan itu kepadanya dan mengaku Mana mungkin tahu yang Dae Oh sendiri tak tahu. 



Yeon Woo kembali, Tuan Koo melihat Yeon Woo langsung bertanya Apa Nona Noh baik-baik saja. Yeon Woo mengangguk dan ingin tahu alasan Tuan Koo yang sangat perhatian pada Ae Jung. Tuan Koo mengaku Ae Jung itu mirip seseorang yang tak bisa dilindungi.
“Apa Kau sudah kenal Nona Noh sejak lama?” tanya Tuan Koo. Yeon Woo membenarkan.
“Aku iri akan itu... Iri pada Pak Cheon, Ryu Jin, dan kau. Tapi bisa saja itu bukan hal baik.” Kata Tuan Koo. Yeon Woo hanya diam saja. 


Ae Jung akan tidur dengan istri Kepala desa sambil menghela nafas. Kepala Desa meminta Jangan merasa terganggu dengan warga di sini, ia meyakinkan Desa  merekaibisa bertahan lama karena pintar menyimpan rahasia. Ae Jung mengerti dan akan mematikan lampunya.
“Omong-omong, apa yang terjadi 14 tahun lalu? Sepertinya dahulu kalian punya hubungan yang khusus.” Tanya Si istri kepala desa penasaran
“Aku matikan lampunya, ya.” Ucap Ae Jung tak mau membahasnya. Istri kepala desa pu menganguk mengerti.
“Omong-omong, kalian bisa bertengkar begitu karena kalian masih saling suka. Jika tidak, kalian tak akan bertengkar.” Ucap istri kepala desa.
Ae Jung hanya terdiam sambil memiringkan badanya. Sementara Dae Oh terlihat frustasi hanya duduk diam saja, begitu juga Yeon Woo duduk diruangan, Tuan Koo di teras rumah, sementara Ryu Ji duduk di tempat warga berkumpul. 




Pagi hari
Ae Jung sudah berganti pakain lalu keluar dari kamar dan hanya melihat Tuan Koo keluar sendiri dari kamar lalu bertanya Ke mana yang lain. Saat itu istri kepala desa datang dengan Ryu Jin yang memuji sangat cekatan mencabutnya.
“Apa Kalian sudah bangun? Pak Cheon sudah kembali naik kapal pertama pada dini hari.” Kata Istri Kepala desa. Ae Jung kaget Dae Oh yang pergi Dini hari.
“Ternyata kalian sudah bangun. Apa kalian juga harus pulang ke Seoul? Lantas, apa kita akan bertemu lagi saat syuting dimulai?” ucap kepala desa datang bersama dengan Yeon Woo yang membantunya.
“Terima kasih banyak, Pak.” Ucap Ae Jung, Kepala desa merasaTak perlu begitu. Istri kepala desa pun mengajak untuk sarapan lebih dulu.

Hye Jin datang ke kantor merasakan ada orang didalam dan melihat Dae Oh di ruang rapat sambil tertidur dan memanggilnya. Dae Oh pun terbangun melihat Hye Jin yang sudah datang ke kantor.  Hye Jin tak percaya Dae Oh yang tidur di sini.
“Bukankah kau pergi ke pulau dengan Nona Noh?” kata Hye Jin. Dae Oh mengaku kembali lebih dahulu.
“Apa Kau langsung bekerja setelah kembali?” tanya Hye Jin tak percaya. Dae Oh memberitahu bahan rapat diatas meja nanti.
“Syuting juga harus segera mulai.” Kata Dae Oh. Hye Jin  Setidaknya Dae Oh libur sehari.
“Bagaimana jika kau pingsan karena bekerja terlalu keras?” ucap Hye Jin khawatir.
“Kuharap aku pingsan agar bisa tak berpikir sejenak. Aku mandi dahulu.” Kata Dae Oh lalu keluar dari ruangan. Hye Jin hanya bisa terdiam lalu melihat ponsel Dae Oh bergetar dan nama JOO A-RIN terlihat dilayar. 

A Rin kesal karena Dae Oh tak mengangkat ponselnya. Kwang Soo pikr Mungkin Dae Oh sedang sibuk dan pasti akan menghubunginya nanti. A Rin langsung cemberut . Kwang Soo memperingatkan A Rin Nanti harus masuk dan tersenyum.
“Bagaimana bisa begitu?” ucap A Rin kesal. Kwang Soo meminta A Rin agar Berhentilah memikirkan Pak Cheon.
“Bagaimana bisa begitu? Kita mengantarnya pulang saat dia mabuk, tapi dia tak pernah menghubungiku.” Ucap A Rin marah
“Berhati-hatilah dalam bicara. Banyak reporter yang datang. Jagalah ekspresi wajahmu. Jangan lupa, kau malaikat.” Kata Kwang Soo menasehati.
“Bagaimana bisa? Perasaanku sangat buruk sekarang.” Kata Ae Rin kesal. Kwang Soo meminta agar Sekarang A Rin  harus berhenti berakting marah.
“Coba Lihat. Kau paling cantik saat tersenyum.” Ucap Kwang Soo memuji saat melihat A Rin yang tersenyum bahagia. 

Di ruangan, A Rin tersenyum membagiakan makanan untuk tuna wisma, Kwang Soo memuji A Rin yang sudah melakukannya dengan baik. Ae Rin pu yakin karena seorang artis harus bisa berakting tersenyum. Dua tuna wisma meliat A Rin langsung berkomentar.
“Selebritas memang berbeda... Sepertinya dia sangat baik.” Ucap si Tuna wisma.
“Apa Kau tak pernah dengar soal jangan percaya orang dengan riasan? Sebelum aku menjadi begini, aku lama bekerja di industri perfilman.” Ucap Pria yang duduk didepa tuna wisma.
“Kalian tahu, 'kan? Pada zamanku, aku sudah bekerja samadengan banyak bintang. Do-yeon, Ji-hyun, Kang-ho, Jung-jae, Byung-hun.”ucap si pria yang ternyata Tuan Wang mantan CEO Ae Jung
“Bagaimana dengan A-rin? Apa Kau tak pernah bekerja dengannya? Coba ke sana dan beri salam.” Kata si pria menantang
“Haruskah aku coba ke sana dan minta tambah kimci?” ucap CEO Wang berusaha menyakinkan.
“Kalau Ryu Jin? Kali ini A-rin dan Ryu Jin akan main film bersama.” Kata si pria memberikan selembar koran
CEO Wang melihat berita [PACAR NASIONAL, MALAIKAT ASIA, DAN PENULIS TERKENAL, PENULIS CHEON EOK-MAN DEBUT SEBAGAI SUTRADARA] Wajah CEO Wang langsung meloto kaget melihat nama penulis "Cheon Eok-man."


Flash Back
CEO Wang datang menemui Dae Oh seperti sedang mabuk dan meminta agar bisa kontrak dengannya. Saat itu ada naskah [CINTA ITU TIDAK ADA, CHEON EOK-MAN] 

Manager Myungterlihat kesal mengambil air minum dalam kulkas. Ryu Jin langsung meminta maaf pada managernya.  Manager Myung mengeluh kalau sangat takut dan Bu Song ingin mencari Ryu Jin jadi mengobrak-abrik rumah ini.
“Aku juga hampir serangan jantung saat dia lihat hadiah yang kau beli untuk putrimu.” Kata Manager Myung. Ryu Jin kaget mendengarnya.
“Jangan khawatir... Aku sudah berkelit tentang itu. Kubilang kau persiapkan itu untuk ulang tahun anakku.” Kata Manager Myung
“Aku harus ke kantor sekarang.” Ucap Ryu Jin. Manager Myung bertanya memangnya kenapa.
“Itu bukan hadiah untuk anak tiga tahun.” Kata Ryu Jin lalu bergegas pergi. 

Tuan Koo akhirnya pulang ke rumah dan bertanya Apa yang terjadi. Tuan Kim membawakan sebuah baju dan memberitahu kalau menemukannya di sekitar wihara. Tuan Koo menegasakan Apa pun yang terjadi, lacak dia Dan selalu perhatikan sekitar Dong-chan.
“Omong-omong, aku menemukan ini.” Ucap Tuan Kim memberikan sebuah foto. Tuan Koo kaget bertanya Bagaimana bisa?
“Di foto itu ada kau, dan wanita yang mirip Nona Noh. Sebenarnya apa yang terjadi?” kata Tuan Kim. Tuan Koo hanya bisa terdiam. 

Di rumah, Dong Chan sibuk mengintip dari depan pintu seperti ingin melihat sosok Ae Jung. Sementara dirumah Ha Nee mengomel karena Dong Chan tak beli camilan yang ia suka dan hanya beli yang ibunya suka. Dong Chan lalu bertanya apakah Ha Nee pernah mendengar sesuatu dari ibunya.
“Tentang apa?” tanya Ha Nee. Dong Chan berkata Misalnya, penyesalan terbesar dalam hidupnya, atau orang yang ibunya rindukan.
“Kenapa kau tiba-tiba bertanya soal itu? Sadarlah. Orang yang harus kau perhatikan adalah Ryu Jin, bukan ibuku. Paham?” kata Ha Nee.
“Memang begitu, tapi… bisa saja kita dapat alamat pria itu dari ibumu. Mereka bekerja bersama, jadi, mungkin tahu alamat satu sama lain.” Kata Dong Chan.
“Hei, Koo Dong-chan yang polos.  Barusan kau mengatakan hal yang mustahil. Lebih baik dekati orang yang suka bergosip, dan… Tunggu... Ada Hye-jin.” Kata Ha Nee.  Dong Chan bertanya Siapa?


Ha Nee bergegas pergi dengan Dong Chan keluar rumah. Saat itu Yeon Woo datang memanggil keduanya. Ha Nee menyapa Yeon Woo yang baru pulang. Yeon Woo pun melihat Ternyata ada Dong-chan juga dan bertanya mereka berdua mau ke mana?
“Kami mau… Ke tempat Bibi Sook-hee. Kami harus beri makan anjing.” Ucap Ha Nee berbohong. Dong Chan membenarkan.
“ Kami pergi dahulu... Sampai jumpa.” Ucap Ha Nee lalu bergegas pergi. saat itu Yeon Woo memanggilnya
“Biar aku ikat dahulu... Kau akan jatuh jika begini.” Kata  Yeon Woo mengikat sepatu Ha Nee. Ha Nee hanya terdiam melihat sikap Yeon Woo yang baik hati.
Nyonya Joo melihat dari dalam mobil anaknya yang memberikan perhatian pada anak Ae Jung. Ia ingin keluar dari mobil dengan wajah kesal tapi mengurungkan niatnya.


Yeon Woo masuk rumah menyapa Nyonya Choi, Nyonya Choi bertanya apakah Yeon Woo baru pulang. Yeon Woo mengaku Kemarin ada urusan. Nyonya Choi bisa mengerti dengan senyuman penuh arti dan melhat Yeon Woo sudah dewasa.
“Begini… Aku menganggapmu bisa dipercaya dan bertanggung jawab. Menurutku kau sempurna, jadi, aku tak khawatir... Sedikit pun.” Kata Nyonya Choi. Yeon Woo hanya bisa terdiam
“Aku juga… selalu berterima kasih kepadamu. Kau selalu baik kepada Ha-nee. Dan tak peduli kata orang soal Ae Jung, kau selalu ada di sampingnya.” Kata Nyonya Choi 
“Bu... Aku akan naik dan istirahat dahulu.” Kata Yeon Woo seperti tak nyaman membahas tentang Ae Jung. Nyonya Choi pun mempersilahkan. 


Hye Jin menyapa Ae Jung yang baru datang dan merasa pasti lelah. Ae Jung membenarkan dan bertanya Di mana Pak Cheon. Saat itu Dae Oh baru saja selesai mandi, Ae Jung seolah tak terjadi sesuatu mencoba menyapanya.
“Hye-jin, siapkan bahan yang kuminta tadi.” Ucap Dae Oh tak peduli pada Ae Jung. Hye Jin pun menganguk mengerti.
“Apa kalian bertengkar di sana?” bisik Hye Jin. Ae Jung mengelengkan kepalanya. 

Dae Oh memulai rapat membahas bagian hutan bambu dan bertanya Apa merkea bisa lihat yang ditandai Ia pikir Sepertinya lebih baik merekam dengan kamera pada tali atau drone, lalu bertanya Bagaimana Tim CGI, Ae Jung menjawab A akan rapat secepat mungki dan putuskan itu.
“Baik. Mari lihat adegan selanjutnya. Aku mau menggambarkan pertemuan pertama dan terakhir mereka melalui musik. Lalu…” ucap Dae Oh tak mau membuang waktunya untuk rapat.
“Apa kalian mau kopi lagi?”tanya Ae Jung pada seorang wanita yang duduk didepanya. Mereka pun menganguk.
“ Apa kau juga mau?” tanya Ae Jung melihat gelas Dae Oh yang kosong. Dae Oh menolaknya dan tak peduli langsung membahas Adegan 46. 
Hye Jin memberikan berkas pada Ae Jung yang sudah dirapihkan.  Ae Jung menganguk mengerti. Hye Jin lalu berkomentar kalau Dae Oh agak aneh hari ini karena hanya membicarakan pekerjaan dan bekerja sangat keras. Ia merasa Sepertinya Dae Oh  bekerja keras untuk melupakan sesuatu.
“Dia seperti orang yang patah hati.” Kata Hye Jin kasihan melihat Dae Oh. Ae Jung tak mau membahasnya hanya mengucapkan Terima kasih laporannya.


Ae Jung melihat Dae Oh pergi ke pantry membuat kopi sendiri, lalu berjalan mendekatinya. Dae Oh tak peduli hanya berdiri dengan tatapan kosong. Ae Jung memberitahu kalau sudah selesaikan urusan dengan Kepala Desa.
“Mungkin saja kau penasaran tentang ini. Dan tentang Tim CGI, aku akan segera rapat dan selesaikan, Pak.” Ucap Ae Jung. Dae Oh yang sedari tadi hanya diam akhirnya bicara.
“Bolehkah aku terus melakukan ini? Aku sedang menahan semuanya. Aku ingin menahanmu dan mengobrol sepuluh bahkan seratus kali. Tapi aku takut kau pergi lagi jika aku semauku.” Ucap Dae Oh. Ae Jung terdiam.
“Jika kau pergi lagi, itu tak adil untukku. Aku serius dengan semua perkataan yang sudah kukatakan kepadamu. Jadi, beri aku kesempatan. Aku tak peduli tentang lukaku. Akan kulakukan apa pun untuk menyembuhkan hatimu.” Ungkap Dae Oh. Ae Jung tetap terdiam. 


Di halte bus, Ae Jung menepuk dadanay merasa kalau kedaanya benar-benar membuatnya gila dan Dadanya sangat sesak. Sementara Ha Nee dan Dong Chan masuk ke kantor dan melihat kosong. Ha Nee pikir Mereka semua sudah pulang.
“Dong-chan, ini kursi ibuku. Ini Sangat bersih. Jika kita tak ketinggalan bus, pasti bisa bertemu.” Ucap Ha Nee melihat meja ibunya yang kosong.
“Siapa kalian? Oh... Kau mau bertemu ibumu.” Ucap Dae Oh melihat Ha Nee yang datang dan mengajak untuk duduk saja. Ha Nee pikir tak perlu dan akan pergi.
“Siapa orang di sebelahmu? Pacarmu?” tanya Dae Oh dengan nada mengoda. Ha Nee mengaku bukan, karena Dong Chan sebagai temanya.
“Ternyata hanya teman. Tapi kenapa temanmu sangat murung?” ucap Dae Oh meliah Dong Chan tertunduk sedih
“Kau kenapa? Kenapa? Kita bukan teman?” keluh Ha Nee. Dong Cahn yang sedih akhirnya memilih untuk pamit pergi. Ha Nee bingung.
“Ada apa denganmu? Ini keadaan yang tak diduga. Kita harus buat rencana baru. Ya?” kata Ha Nee. Dong Chan bergegas pamit pergi. Ha Nee ingin mengejarnya tapi Dae Oh menahanya. 



Akhinya Dae Oh mengajak Ha Nee makan karena anak Ae Jung jadi setidaknya harus mentraktirnya. Ha Nee pun mengucapkanTerima kasih. Dae Oh merasa kalau Rasa terima kasih Ha Nee  seperti tak tulus dan mengejek Sepertinya Ha Nee memikirkan temannya tadi.
“Ya. Tak akan begini jika kau tak berkata aneh seperti tadi.” Ucap Ha Nee menatap sinis
“Astaga, matanya... Kau sangat mirip dengan ibumu. Ingatlah perkataanku. Dia kaget lalu pergi karena kau menatapnya begitu.” Ucap Dae Oh
“Ini urusan pribadiku dengan teman sekolahku. Lantas, memang kau tahu apa tentang ibuku?”kata Ha Nee.
“Ibumu? Ibumu seseorang yang hebat di universitas.” Ucap Dae Oh. Ha Ne tak percaya kalau Dae Oh satu universitas dengan ibunya.
“Apa Kau tak tahu? Apa ibumu tak pernah bercerita tentangku?” ucap Dae Oh. Ha Nee mengaku Tak pernah. Dae Oh merasa kecewa mendengarnya.
“Lantas, apa kau mengenal ibuku dengan baik?”tanya Ha Nee. Dae Oh terlihat gugup dan mengaku sedikit.
“Kau teman satu universitas ibuku, 'kan? Apa ibuku akrab dengan Ryu Jin? Bagaimana hubungan mereka dahulu?” tanya  Ha Nee penasaran 
“Ryu Jin? Entahlah. Mereka Hanya junior dan senior. Tak lebih. Mereka tak punya hubungan apa-apa. Kenapa?” kata Dae Oh
“Lalu, apa kau tahu orang yang ibuku suka? Apa Kau pernah melihatnya? Kau pernah, 'kan? Kau kenal dia.”ucap Ha Nee melihat tatapan Dae Oh yang berubah.
“Entahlah, aku kurang tahu.”ucap Dae Oh. Ha Nee yakin kalau Mata Dae Oh itu berkata Dae Oh tahu. Dae Oh memilih untuk bergegas pergi mengambil es batu untuk minumanya dengan wajah gugup.
“Ada apa dengannya? Sungguh tak berguna.”keluh Ha Nee melihat sikap Dae Oh. 




Ae Jung minum dibar Nyonya Kang, Nyonya Kang membawakan arak yang lebih lama dan kuat sambil bertanya  Apa itu bisa menyembuhkannya karena Menurutnya, miras obat terbaik untuk Ae Jung saat ini. Dan ingin tahu Kira-kira, apa lagi yang membuatnya frustrasi sekarang.
“Aku hanya sedang berusaha. Aku mengingat perkataanmu kepadaku. Kau bilang kepadaku bahwa selalu ada yang harus dibayar saat mencintai seseorang sepenuh hati. Aku tak akan melupakan perkataan itu.” Ucap Ae Jung
“Aku tahu benar betapa sakitnya rasa itu. Jadi, aku tak akan berbuat kesalahan lagi. Tak akan pernah.” Ucap Ae Jung
“Walaupun begitu, jangan bilang Ha-nee adalah harga yang telah kau bayar.”  Kata Nyonya Kang. Ae Jung mengaku Tentu bukan itu.
“Lalu Sebenarnya apa alasan kau ragu?” tanya Nyonya Kang. Ae Jung hanya diam saja. 


Dilift, Nyonya Song melihat foto diponselnya. Seperti seorang paparazi mengikuti Ryu Jin yang datang ke sekolah, lalu pergi ke rumah sakit dengan Ha Nee yang dipeluk oleh Ae Jung.
**
Ae Jung  berjalan pulang mengingat ucapan Nyonya Kang “Walaupun begitu, jangan bilang Ha-nee adalah harga yang telah kau bayar.” Lalu ucapan Dae Oh di pantry “Jadi, beri aku kesempatan.” Akhirnya Ae Jung membalikan badan dan memutar arah langkahnya.
“Benar. Aku tak punya maksud lain. Aku hanya… mau mengobrol dengannya.” Ucap Ae Jung saat berada didepan rumah Dae Oh. 

Ia menekan bel dan tak ada yang menyahut bahkan membukakan pintu. Ia mencoba menekan lagi dan pintu terbuka, tapi ternyata Ae Jung yang membuka pintu. Ae Jung kaget begitu juga Dae Oh karena A Rin ada dirumah Dae Oh.
“Kenapa kau di sini selarut ini?” tanya Ae Rin. Ae Jung dengan gugup mengaku ada urusan dengan Pak Cheon.
“Benarkah? Tapi dia tak di rumah sekarang. Bisa kau datang lain kali? Selamat jalan, Nona Noh.” Ucap A Rin seolah sudah dekat dengan Dae Oh bisa masuk rumah dan langsung menutup pintu.
“Maaf, tapi aku harus bicara dengannya malam ini.” Kata Ae Jung menahan pintu. Keduanya saling menatap karena memperebutkan hati Dae Oh.
Bersambung ke episode 21
Cek My Wattpad...  ExGirlFriend

      
Cek My You Tube Channel "ReviewDrama Korea"

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 
`

Tidak ada komentar:

Posting Komentar