PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Rabu, 15 April 2020

Sinopsis When the Weather is Fine Episode 14 Part 2

PS : All images credit and content copyright : JBTC
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe. 
Tinggal Klik disini, buat yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe bulan ini 


Bibi Sim melihat Tuan Cha yang datang, lalu mengeluh kenapa terus kembali ke kota ini. Tuan Cha beralasan kalau Bibi Sim yang memberitahu tentang jadwal kereta. Bibi Sim tak peduli hanya menatap Tuan Cha yang ada diseberang jalan.
“Hei, Shim Myeong Yeo... Biarkan aku memelukmu sekali saja.” Ucap Tuan Cha. Bibi Sim kaget mendengarnya dan mencoba pergi agar Tuan Cha tak melakukanya.
Tuan Cha sudah lebih dulu menariknya dan langsung memeluknya dengan erat. Bibi Sim tak bisa menolaknya.
“Sejujurnya, aku juga tidak pernah ingin putus darimu untuk sesaat.” Ucap Tuan Cha
“Apa Kau yakin sudah membaca tulisanku di naskah yang kukirimkan?” tanya Bibi Sim
“Pasal 4-3, "Kerahasiaan Konten". Aku tidak akan menanyakan mana yang nyata dan mana yang bohong." Kata Tuan Cha
“Kau bahkan tidak tahu mana yang nyata dan mana yang bohong. Lihat dirimu sekarang.” Ucap Bibi Sim. Tuan Cha pikr  Apa itu salah.
“Kau lebih toleran daripada dugaanku, Cha Yun Taek.” Kata Bibi Sim. Tuan Cha pikir itu pasti
“Itu sebabnya aku mencintaimu.” Akui Tuan Cha yang tak bisa melupakan Bibi Sim. 


Jang Woo datang dengan sepedanya lalu membawa sesuatu di jok belakang. Semua anggota club buku sibuk membereskan rumah seperti akan ada pesta. Jang Woo bingung melihat Hyun Ji  agar jangan membawanya lalu bertanya apakah seseorang memukul kepalanya dengan kapaknya. Hyun Ji masih saja terus berjalan.
“Jang Woo, kau di sini... Aku senang kamu di sini. Masuklah.” Ucap Eun Sil dari balik pintu.
“Di dalam? Hanya kita berdua di ruangan kecil itu?.. Tunggu, biar kutaruh ini.” Ucap Jang Woo gugup.
“Kenapa kamu terlambat sekali?” keluh Tuan Bae. Jang Woo mengaku  mampir ke tempatnya dulu.
“Eun Sil, ada apa?” tanya Jang Woo gugup. Eun Sil meminta agar Jang Woo mencicipi makananya.
“Bagaimana menurutmu? Bagaimana rasanya?” tanya Eun Sil memberikan sepotong daging. Jang Woo bingung mengaku tak tahu.
“Astaga. Aku harus bagaimana? Kalau begitu... Bagaimana dengan ini?” kata Eun Sil memberikan japchae.
“Enak.” Kata Jang Woo cepat. Eun Sil bingung dan mengaku membeli dari toko ibunya.
“Jadi, maksudmu hanya ini yang enak?”keluh Eun Sil. Jang Woo mengaku bukan itu maksudnya.
“Kalau begitu, bagaimana dengan ini? Bagaimana menurutmu? Apa terlalu asin? Manis?” tanya Eun Sil memberikan masakan yang lainnya.
“Aku sungguh tidak tahu.”kata Jang Woo. Eun Sil kesal mendengarnya merasa Indra pengecap Jang Woo  hilang hanya pada masakanya.
Ia ingin memukul Jang Woo tapi kakinya tersandung dan hampir terjatuh. Jang Woo langsung memegangnya. Keduanya saling menatap dengan penuh arti. Eun Sil berkomentar kalau Lengan dan kakinya sangat kuat lalu memujinya dengan wajah gugup.
“Hei, kalian berdua. Sedang apa kalian?”goda Tuan Bae melihat keduanya.
“Kenapa menyeringai?”keluh Jang Woo dan mengaku Bukan apa-apa. Tuan Bae tak ingin membahasnya memilih masuk ke dalam rumah. 


Tuan Bae melihat selimut yang bagsu disiapkan oleh Bibi Choi. Bibi Choi senang karena butuh waktu lama untuk membuatnya dan ternyata memang bagus.  Tuan Bae pun keluar dari ruangan. Bibi Choi memanggilnya lagi.
“Saat sudah selesai, bisakah kamu membersihkan cetakannya juga?” ucap Bibi Choi
“Tentu, aku memang akan melakukan itu.”kata Tuan Bae. 

Hwi melihat temanya berkomentar kalau  pandai membelah kayu dan berpikir sudah ikut kursus belah kayu. Hyun Ji pikir akan keren menyertakannya dalam penampilan hip hopnya jadi sengaja melatihnya. Hwi mengeluh kalau orang-orang menyebutnya gila.
“Astaga, aneh sekali... Young Soo. Makin aku memikirkannya, aku makin marah.. Maksudku, Song Jae In. Gadis yang memberi tahu semua orang bahwa dia pacarmu.” Ucap Hwi mengeluh
“Kau bilang apa padanya? Dia memukuliku habis-habisan. Hei, aku belum pernah ditampar sebelumnya.  Aku telah dikucilkan selama dua tahun, tapi tidak ada yang pernah menampar wajahku.” Keluh Hwi kesal
“Kudengar kau juga menjambak rambutnya.” Kata Young Soo. Hwi mengdau kalau Jae In yang memulainya. Young Soo hanya tersenyum.
“Apa kau baru saja mengejekku? Kamu mau berkelahi?” ucap Hwi marah.
“Hei... Song Jae In ingin ke sekolah bersama kita tiap pagi.”kata Young Soo. Hwi mengeluh kenapa.
“Tidak! Aku benci itu! Astaga, aku tidak ingin berangkat bersamanya.”jerit Hwi kesal. 


Eun Seob mengantar Tuan Jung masuk ke dalam rumah dengan Eun Seob. Saat itu semua langsung menyambut Tuan Jung yang baru kembali ke rumah dan berteriak “Selamat datang kembali!” Tuan Jung tersenyum
Eun Seob mengantar Hye Won pun, Hye Won pikir Eun Seob pasti lelah. Eun Seob mengaku Tidak dan menyuruh Hye Won agar Masuk dan beristirahatlah. Hye Won menganguk mengerti lalu teringat sesuatu.
“Bo Yeong meminta maaf... Dia meminta maaf kepadaku dengan tulus. Tapi dia juga bilang bahwa dia membenciku. Dia membenciku karena menyukaiku. Dia bilang mungkin aku tidak menyukainya.” Cerita Hye Won. Eun Seob mengerti.
“Entahlah.. Apa aku tidak pernah menyukainya? Aku hanya memikirkan perasaanku terhadapnya saat ini. Aku lupa bagaimana perasaanku saat kami dekat. Tapi keadaan tidak bisa kembali seperti dahulu meski aku ingat perasaanku kepadanya dahulu.” Kata Hye Won
“Kepercayaan itu seperti kaca. Setelah rusak, retakannya akan selalu terlihat meskipun kita rekatkan dengan lem.” Ucap Hye Won. Eun Seob membenarkan.
“Tapi jangan terlalu banyak berpikir.” Ucap Eun Seob mengelus rambut Hye Won lalu menyuruhnya masuk.  Hye Won pun meminta Eun Seob agar Hati-hati di jalan.
Eun Seob melihat ponselnya, Bibi Sim mengirimkan pesan “Eun Seop, aku sudah kirim surel. Bisakah kamu memeriksanya?” 


Eun Seob pulang ke rumah membuka laptop dan melihat judul  "Labirin Sisterfield - Shim Myeong Yeo" lalu mulai membacanya dan hanya bisa terdiam sampai akhirnya pagi pun datang dengan Eun Seob yang belum tidur.
“Aku sudah membaca surelmu. Katamu terserah padaku untuk berbagi yang kubaca dengan Hae Won atau tidak. Tapi mungkin, kau mengirimiku tulisan ini karena kau ingin dia tahu kebenarannya.” 

Di rumah Hye Won baru bangun menyapa Gunbam dengan wajah bahagia. Lalu berjalan keluar dari rumah dengan senyuman bahagia.
“Seperti katamu, menyakiti anggota keluarga adalah kejahatan. Aku tidak bisa menyangkal itu, tapi aku tidak tahu apa yang terjadi. Karena itulah, aku tidak bisa menilai ini. Memang sulit, tapi memberitahunya secara langsung adalah tindakan yang tepat.”
“Tapi jika kau tidak berani menghadapinya, akan kusampaikan tulisan ini kepada Hae Won dan membiarkannya. Merahasiakan ini pasti sangat menyakitkan. Tapi apa pun yang terjadi, aku percaya bahwa cintamu kepada Hae Won adalah nyata.” 

Hye Won baru saja datang, Eun Seob memberikan amplop diatas meja. Hye Won bingung apa itu. Eun Seob meminta agar Hye Won membacanya. Hye Won ingin tahu apakah itu novel yang ditulis Eun Seob. Eun Seob menjawab Bukan. Hye Won pun bingung apa itu. Eun Seob tak menjawabnya.
 “Tapi kenapa kamu menyuruhku pulang? Aku ingin tetap di sini.” Ucap Hye Won heran.
“Kurasa membaca ini lebih penting. Aku akan ke Rumah Hodu sepulang kerja. Kita bicara di sana.” Ucap Eun Seob.
Hye Won mengerti, Eun Seob tiba-tiba mendekat dan langsung memeluk pacarnya. Hye Won terlihat bingung Tiba-tiba Eun Seob yang memeluknya. Eun Seob tak banyak berkata-kata hanya memeluknya. 
Hye Won pulang ke rumah memangil bibinya lalu menaruh berkas diatas meja. Ia pun kembali ke kamar dan akhirnya turun saat malam tiba, lalu melihat berkas diatas meja teringat ucapanya pada Eun Seob “Tapi kenapa kamu menyuruhku pulang? Aku ingin tetap di sini.”
“Kurasa membaca ini lebih penting.”kata Eun Seob. Hye Won akhirnya membuka berkas dan melihat  "Labirin Sisterfield - Shim Myeong Yeo"


"Sehari sebelum aku putus denganmu, 4 September 2010. Hujan mulai turun di pagi hari. Kakakku mengirimiku pesan."
Nyonya Sim mengirimkan pesan pada adiknya "Kari?"Bibi Sim yang tertidur membaca pesan kakaknya membalas "Tentu" lalu tertidur lagi. Menjelang sore Bibi Sim keluar dari apartement dengan wajah bahagia pergi ke rumah kakaknya.
“Hari itu berjalan seperti biasanya.”
Bibi Sim masuk ke rumah lalu mendengar suara Tuan Mok yang marah dan melihat kakaknya yang dipukul habis-habisan di dalam kamar.
"Bahkan kakak iparku memukuli kakakku sama seperti biasanya. Satu-satunya perbedaan adalah akhirnya aku membunuhnya."
Hye Won membaca tulisan "Labirin Sisterfield" hanya bisa menangis bisa membayangkan sang bibi yang menabrak ayahya. 



Nyonya Sim pulang, Hye Won memanggil ibunya lalu dengan terbata-bata ingin tahu Siapa yang membunuh Ayah. Nyonya Sim bingung. Hye Won membaca tulisan bibinya memastikan kalau “Apa ini artinya bukan Ibu yang membunuh Ayahnya.
“Tapi Bibi, Apa dia orang yang mengasuhku? Jadi, Bibi...” ucap Hye Won. Nyonya Sim kaget dan bingung.
“Katakan... Apa Bibi yang sebenarnya membunuh Ayah?” ucap Hye Won ingin tahu. Nyonya Sim mencoba menjelaskan.
“Jawab aku sekarang!” teriak Hye Won. Nyonya Sim menegaskan bukan bibinya dan menahan Hye Won.
“Lepaskan! Jadi, kalian berdua tahu...  Aku tahu kenapa Ibu membenci Ayah, Aku juga tidak selalu menyukai Ayah... Meski begitu, dia ayahku. Bukan Ibu yang membunuh Ayah, tapi Bibi?” ucap Hye Won tak percaya.
Hye Won mengingat saat ke rumah neneknya Bibi Sim mengatakan “Bibi akan merngasuhmu mulai sekarang.” Saat itu Hye Won pun menahan amarah karena ditinggalkan sendiri setelah ibunya masuk penjara.
“Hanya dia yang bisa kupercaya dan kuandalkan... Kalian berdua menakutkan” ucap Hye Won marah. Nyonya Sim mencoba menenangkanya.
“Jangan ikuti aku.” Tegas Hye Won lalu keluar dari rumah. Setelah itu Bibi Sim pulang ke rumah dan melihat  berkas "Labirin Sisterfield" diatas meja. 



"Katakan kepadaku. Apa Kau pikir bisa memaafkanku?"
Hye Won duduk sendirian di halte  "Pertigaan Bukhyeon" seperti menenangkan diri saat hujan.
Flash Back
Ia mengingat saat memberikan bunga pada ibunya tapi sang ibu hanya bersikap dingin dengan kacamata hitamnya. Tuan Mok memanggil anaknya lalau berkomentar kalau suasana hati ibunyasedang buruk hari ini jadi mengajak untuk bermain dengan Ayah saja. 

Hye Won akhirnya sampai ditempat pemberhentian terakhir bus. Sopi bertanya apakah baik-baik saja. Eun Seob keluar dari toko bukudengan wajah panik dan langsung mengemudikan mobilnya dengan cepat. Ia sampai di tempat bus terakhir.
“Permisi. Kau melihat seorang wanita muda di sini?” tanya Eun Seob. Si pria menunjuk kalau duduk di sana.
Eun Seob melihat Hye Won yang duduk sendirian sambil menangis.  Hye Won hanya menatap Eun Seob, dengan wajah sedih. Eun Seob memberikan jaketnya dan Hye Won pun menangis dipelukan Eun Seob. 

"Unggahan Blog Pribadi Toko Buku Good Night"
"Terkadang aku berpikir bahwa hidup, Adalah proses menemukan tempat seseorang. Tempat di mana tidak masalah jika aku ada. Tanpa mengganggu siapa pun, atau diganggu. Menemukan tempat di mana tidak ada yang akan menolakku"
"Kukira itulah hidup.. Tapi kini, aku berubah pikiran.. Di mana pun itu, tempatku berada sekarang adalah tempatku.. Selama aku hidup sebagai diriku sendiri. Aku yakin tidak apa-apa jika aku ada di tempat ini.”
“Hanya itu yang ingin kukatakan hari ini. Jika aku mengatakan lebih banyak, mungkin aku ingin berhenti"
Bersambung ke episode 15

Cek My Wattpad...  ExGirlFriend

      
Cek My You Tube Channel "ReviewDrama Korea"

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 



2 komentar: