PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Rabu, 15 April 2020

Sinopsis When the Weather is Fine Episode 14 Part 1

PS : All images credit and content copyright : JBTC

Buat kalian yang suka membaca tulisan aku meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe. 
Tinggal Klik disini, buat yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe bulan ini 


Hye Won memanggil bibinya dan masuk ke kamar panik ternyata bibi Sim sudah tergeletak di lantai. Bibi Sim membuka matanya dan Hye Won kaget melihat mata bibi Sim yang tak normal dengan selaput yang menutupinya.
“Haruskah kuberi tahu? Aku selalu berlatih kembali ke hari itu. Jika aku kembali ke hari itu, rasanya aku bisa menjadikan semuanya kembali normal. Semua yang telah berlalu dalam hidupku.” 

Bibi Sim seperti ingin kembali ke masa muda dulu, saat kuliah terlihat sangat bahagi dengan kehidupanya. Setelah dewasa dan masih bersama dengan Tuan Cha, meminta untuk tak berhubugan lagi. Tapi Tuan Cha berteriak.
“Aku akan melakukan semuanya bersamamu!.. Aku akan melakukan semuanya bersamamu.” Ucap Tuan Cha memasangkan cincin di jari manis Bibi Sim untuk menyakinkanya.
“Semua yang telah hilang dariku. Tolong biarkan aku kembali menjadi diriku yang dahulu... Kumohon...”
Bibi Sim terbangun dari tidurnya dan tersadar kalau sudah ada di rumah sakit. Ia pun duduk sambil bergumam “Kumohon.. Menjadi diriku pada hari itu..” seperti ia ingin mengulang hidupnya yang dahulu. 


"Episode 14, Labirin Sisterfield"
***
Hye Won bertemu dengan dokter memberitahu kalau Ini disebut glaukoma bersudut tertutup dan ini sejenis glaukoma. Hye Won hanya bisa terdiams seperti tak percaya bibinya menyembunyikan penyakitnya selama ini dibalik kacamata hitamnya.
“Tekanan intraokular bibimu tiba-tiba naik dan dia pingsan.”jelas Dokter. Hye Won ingin tahu kelanjutanya.
“Kami harus melakukan tes lagi. Sepertinya dia hampir kehilangan penglihatan satu mata. Dan... Tapi apa pasien membiarkan matanya seperti ini selama ini tanpa mengurusnya? Itu pasti sangat menyakitkan.” Ucap Dokter.
Hye Won hanya bisa terdiam lalu teringat dengan ibu Hyun Ji saat pergi ke apotik “Omong-omong, apa bibimu sudah menemui dokter? Dia sakit kepala parah.” Lalu saat bertanya pada bibinya apakah sakit kepala. Bibi Sim menjawab Ini benar-benar membuatnya gila seperti hanya bercanda.
“Saat ini, dia mungkin mengalami sakit kepala parah dan rasa sakit di matanya. Dia mungkin juga sering muntah. Itu akan sulit untuk ditangani. Ini kali pertama dia datang ke rumah sakit, kan?” ucap Dokter. Hye Won hanya bisa diam saja. 


Hye Won meminjam telp rumah sakit menelp seseorang. Suara wanita yang menjawabnya bertanya Siapa ini . Hye Won mengeluh kalau ibunya itu tak bisa mengenal suara anaknya sendiri. Ibu Hye Won pun akhirnya keluar dari tempat kerjanya.
“Bibi pingsan.” Ucap Hye Won. Ibu Hye Won hanya diam saja. Hye Won bertany apakah ibunya masih mendengar ucapanya.
“Dia pingsan.” Ucap Hye Won. Ibu Hye Won mengaku mengerti dengan dan dingn. Hye Won bingung dengan reaksi ibunya.
“Ibu mendengarmu.” Kata ibu Hye Won lalu menutup telpnya.Hye Won memanggil ibunya terlihat bingung dengan sikap ibunya yang dingin. Sa
Saat itu Eun Seob datang memanggil Hye Won, Keduanya duduk di ruang tunggu dengan Hye Won yang terus memegang tangan Eun Seob. Saat iu perawat lalu memanggil  Wali Bu Shim Myeong Yeo. 

Kedai sup iga
Pegawai senior bertanya apakah Jang Woo akan pergi nanti. Jang Woo memberitahu kalauyang dimaksud Ke balai desa. Si pegawai wanita menyuruh Jang Woo agar makan yang banyak jadi bisa bantu para orang tua. Jang Woo mengerti dan mencoba untuk makan.
“Omong-omong, kudengar Ji Eun Sil putus dengan pacarnya.” Ucap pegawai wanita. Jang Woo kaget mendengar nama Eun Sil.
“Kau tahu, gadis yang bekerja di Balai Kota Gangneung.” Ucap si pria. Wanita yang disampingnya memastika kalau itu Putri pemilik toko lauk
“Ya. Kudengar dia putus dengan pacarnya” ucap sipria. Pegawai wanita pun merasa itu sangat diSayang sekali.
“Apa Dia pernah punya pacar?” ucap Jang Woo kaget. Si pria memberitahu kalau Eun Sil berpacaran dengan koleganya.
“Kenapa kamu begitu terkejut?” ucap si pria. Jang Woo mengaku Karena baru mengetahui hal itu.
“Tapi bagaimana Anda tahu sesuatu yang aku sendiri tidak tahu?” ucap Jang Woo penasaran
“Istriku memberitahuku.” Ucap si pria. Sementara wanita senior mengaku mendengarnya dari ibu Eun Sil.
“Apa Anda kenal ibu Eun Sil?” ucap Jang Woo tak percaya. Si wanta menagku. Toko lauk mereka ada di kompleks apartemennya.
“Apa Kau tahu toko jahit di samping tempat itu?” kata si wanita, dua senior Jang Woo memastikan kalau itu keluarga Young Ran dengan tiga putra dan seorang putri.
“Mereka? Kenapa? Apa ada masalah?” tanya si pegawai wanita.  Jang Woo hanya terdiam tak percaya dengan berita yang didengarnya.
“Tidak, kudengar mereka melahirkan anak kembar baru-baru ini.” Kata si wanita senior.
“Aku sudah dengar. Ji Woo dan Chae Yeon. Mereka kembar fraternal.” Kata Si pegawai wanita.
“Benar! Kamu tahu Hyeon A yang bekerja di toserba? Dia akan menikah.” Kata si wanita senior
“Aku sudah tahu. Dia akan menikahi guru matematika.” Kata si pria. Si wanita senior membenarkan. Si wanita yang mendengar itu mengaku iri.
“Jang Woo, kapan kamu akan menikah?” tanya si wanita. Jang Woo yang masih lemas mengaku belum berpikir untuk menikah.
“Kenapa tidak?” kata si wanita. Jang Woo mengaku tak tahu.



Seorang bibi datang ke tempat ibu Bo Yeong lalu menaruh beras didepanya. Ibu Bo Yeong sedang mengolah tepung beras didalam menganguk. Beberapa orang melihat kalau Banyak orang meninggalkan beras di depan toko Ibu Bo Yeong.
“Apa Sudah waktunya festival kue beras?” tanya beberapa nenek. Yang lainya pun menganguk. Didepan sudah ada spanduk  "Festival Kue Beras Hyecheon"
“Tiap bulan Februari, kota ini  mengadakan festival untuk membuat kue beras seperti adegan film.”
Beberapa orang sudah berkumpul dan mulai membuat kue beras bersama. Seperti semua warga desa keluar rumah dengan wajah bahagia.
“Saat itulah kau tahu musim dingin sudah berakhir, dan musim semi akan datang.”
Eun Sil dan yang lainya pun ikut membantu dalam festival kue beras lalu masuk ke tempat ibu-ibu yang sedang membuat kue beras isi kacang merah. Seorang bibi bertanya apakah Dia dibawa ke rumah sakit. Eun Sil membenarkan dibawa dengan mobil Ji Yeon.
“Ibu, dokter bilang saraf optiknya rusak. Matanya terlihat hijaukarena glaukoma.” Ucap Eun Sil menceritakan pada ibunya.
“Keluarga Rumah Hodu dengan putri-putri cantiknya, bukan?” kata ibu Eun Sil. Semua membenarkan
“Gadis-gadis itu cantik, tapi mereka menyia-nyiakannya. Yang satu hamil dan menikah dengan pria di Seoul. Lalu suaminya meninggal dan dia dipenjara karena itu.” Ucap Ibu Eun Sil
“Kudengar yang satunya sukses sebagai novelis, tapi sekarang dia terjebak di sini dan hidupnya berantakan. Putri sulungnya membunuh suaminya, kan?” ucap Ibu Eun Sil. Eun Sil berteriak pada ibunya.
“Bu!.. Itu pembunuhan tidak disengaja.” Tegas Eun Sil membela. Ibunya bertanya ada ada bedanya. Eun Sil mengeluh kalau itu pasti beda.
“Intinya, peristiwa itu membuat ibu mereka sedih. Itu sebabnya dia menderita kanker di usia tuanya.” Kata Ibu Eun Sil
“Benar. Sebelum itu, dia sangat sehat... Astaga. Aku kasihan kepadanya. Hidup yang menyedihkan.” Ucap bibi yang lain. Eun Sil pun tak banyak komentar.
“Hei, apa yang kau lakukan?” ucap seorang bibi meihat Eun Sil yang membentuk kue. Lalu memujinya hebat Bagus sekali.
“Ohh. Benar juga. Pria yang bekerja di Balai Kota, Jang Woo. Kudengar dia melakukan kencan buta. Kurasa semua berjalan lancar.”ucap ibu Eun Sil mulai bicara.
“Apa? Dia ikut kencan buta?” kata Eun Sil kaget. Ibu Eun Sil mendengar Jang Woo yang mungkin akan menikah bulan depan.
“Apa? Itu... Kemungkinan akan menikah?” ucap Eun Sil kaget. Bibi yang lain pikir itu berita bagus karena mereka akan makan mi dan kue beras.
“Kita akan makan besar di prasmanan. Sudah lama tidak begitu.” Kata bibi lainya. Semua pun ikut senang mendengarnya.
“Eun Sil, kau senang bekerja di Balai Kota?” tanya salah satu bibi. Eun Sil mengaku ini sama sekali tidak menyenangkan.
“Tapi soal kencan buta itu...” ucap Eun Sil dan tiba-tiba kepalanya dipukul dengan nampan oleh ibu Eun Sil.
“Ketahuilah bahwa kamu sangat beruntung. Bersyukurlah kau punya pekerjaan.” Ucap Ibu Eun Sil. Eun Sil mengeluh pada ibunya.
“Jangan kejam kepada putrimu.” Kata bibi yang duduk disamping Eun Si. Eun Sil mengeluh memilih tak membantunya lagi. 





Seorang nenek yang menumbuk beras mengaku sangat lelah lalu berbaring di kursi panjang. Sebuah mangkuk besar sudah siap dibawa kedalam, Tuan Bae akan membawanya tapi Jang Woo datang langsung mengangkatnya. Si bibi menyuruh agar membawa ke ruang tamu.
Jang Woo menyapa ibu Eun Seob lebih dulu lalu masuk membawa adonan kue beras untuk dibentuk. Seorang bibi langsung memberitahu kalau itu Jang Woo yang ikut kencan buta baru-baru ini. Jang Woo bingung dengan Kencan buta. Mereka pun memuji Jang Woo yang tampan.

“Apa Universitas Nasional Seoul?” kata Si bibi. Jang Woo membenarkan dengan mata yang mencari seseorang.
“Apa Kau mencari sesuatu?” tanya seorang bibi. Jang Wo  mengaku tidak.
“Tidak. Aku masuk untuk mengantarkan ini dan menyapa... Ini akan sangat lezat.” Kata Jang Woo mencoba untuk tetap tenang. Tapi saat itu Eun Sil sudah ada dibelakang Jang Woo. Mereka pun mengucapkan terimakasih.
“Astaga. Hai, Eun Sil...” ucap Jang Woo kaget saat membalikan badanya. Eun Sil pun ingin tahu siapa yang dicari Jang Wo.
“Aku? Itu Kau. Maksudku, tunggu.. Aku harus ke toilet. Aku akan kembali.” ucap Jang Woo gugup bergegas pergi.
Eun Sil menatap penuh senyuman, sementara beberapa ibu-ibu masih berkomentar kalau Jang Woo itu memang tampan. Eun Sil pun masih bertanya-tanya apakah Jang Woo melakukan kencan buta. 


Di luar beberapa anak terlihat sedang bermain ditangga. Eun Sil dan Jang Woo makan es krim bersama terlihat sedikit canggung. Akhirnya Eun Seil mulai bicara menanyakan Apa kakek Seung Ho baik-baik saja. Jang Woo menjawab kalau Dia baik-baik saja. Eun Sil pun mengucap syukur.
“Hei, bagaimana festival kopinya?” tanya Jang Woo. Eun Sel mengaku  Semua berjalan lancar berkat Jang Woo.
“ Hei... Kudengar kamu melakukan kencan buta dan akan menikah.” Kata Eun Sil. Jang Woo kaget mendengarnya.
“Jadi, itu hanya rumor?” kata Eun Sil. Jang Woo membenarkan. Eun Sil ingin tahu Seberapa banyak yang tidak benar.
“Bagian "menikah".” Jawab Jang Woo. Eun Sil pun ingin tahu bagaimana dengan kencan buta
“Aku melakukan kencan buta. Orang tuaku mau aku segera menikah, jadi, aku melakukannya sekali, tapi...” ucap Jang Woo yang langsung disela oleh Eun Sil
“Jadi, kau tidak suka teman kencanmu.” Kata Eun Sil. Jang Woo membenarkan. Eun Sil tersenyum mendengarnya.
“Baiklah. Sekarang sama sekali tidak dingin, bukan?” kata Eun Sil bahagia. Jang Woo pikir ini masih sangat dingin.
“Tidak, lihatlah... Kau hanya bisa melihat separuh napasmu, dibandingkan di tengah musim dingin.” Ucap Eun Sil tak ada terlihat hembusan nafasnya.
“Itu mungkin karena kapasitas paru-parumu.” Kata Jang Woo. Eun Sil tak percaya mendengarnya.
“Omong-omong, bibirmu sudah ungu sekarang. Itu tampak sangat pucat.” Kata Jang Woo
“Jang Woo, kau selalu terlihat pucat.” Komentar Eun Sil. Jang Woo seperti tak menyadarinya. 



Hye Won masuk kamar melihat bibinya sudah berganti pakaian lalu bertanya apa yang dilakukan karena harus menginap beberapa hari lagi dan masih harus menjalani beberapa tes. BibiSIm mengaku tidak punya uang.
“Bibi akan dipindahkan ke kamar enam orang saat ranjangnya kosong... Kudengar rasanya sakit sekali.” ucap Hye Won mencoba simpati.
“Omong kosong... Penyakitku tidak seburuk itu.” Kata Bibi Sim mengelak.  Hye Won tahu kalau Dokter bilang itu pasti sangat menyakitkan.
“Memang menyakitkan, tapi bibi terlalu malas merasakannya.” Kata Bibi Sim
“Kudengar pasti cukup sakit sampai harus menemui dokter.” Kata Hye Won
“Kegilaan bibi mengalahkan rasa sakitnya.. Apa Sudah selesai?” kata Bibi Sim mencoba untuk acuh. Hye Won memanggil bibinya.  
“Mok Hae Won, kamu tidak akan kembali ke Seoul? Kau muncul dan mengatur bibi seperti ini, itu membuat bibi lelah. Kau sebaiknya kembali ke Seoul sekarang.” Ucap Bibi Sim mengeluh. Hye Won hanya bisa diam saja.
“Mereka yang harus pergi akan pergi. Mereka yang tertinggal akan melakukan itu. Musim itu akan datang.” Gumam Eun Seob yang duduk diluar ruangan. 

Uap panci terlihat keluar saat membuka tutup, sup pun siap disajikan. Eun Sil dan Jang Woo juga berusaha melayani yang orang yang lebih tua. Jang Woo mengikuti Eun Sil, Eun Sil melihatnya lalu menyuruh Jang Woo agar mengantar makana sendiri. Jang Woo pun menurutinya.
“Setelah membuat kue beras dari tahun lalu, kita bersiap menanam beras di ladang. Begitulah.” Ucap Tuan Bae pada ibu Eun Seob.
“Ya, tepat sekali... Kami harus menutup arena seluncur es.” Ucap Ibu Eun Seob sedih
“Waktu cepat berlalu, bukan?” kata Tuan Bae. Ibu Eun Seob mengejek kala Tuan Bae itumasih muda.

Bibi Sim masuk ke dalam rumah dikagetkan dengan sosok orang yang ada dirumanya. Nyonya Sim sudah berdiri di ruang tengah. Bibi Sim mengeluh kalau kakaknya itu mengagetkannya. Nyonya Sim memastikan kalau Bibi Sim itu dari rumah sakit
“Sedang apa Kakak di sini? Apa Hae Won menelepon Kakak?” ucap bibi Sim. Nyonya Sim membenarkan.
“Aku baik-baik saja.. Reaksi Hae Won berlebihan.” Ucap Bibi Sim akan masuk ke dalam kamar.
“Myeong Yeo... Lepas kacamata hitammu.” Kata Nyonya Sim. Bibi Sim akhirnya membuka kacamatanya. Nyonya Sim kaget melihatnya.
“Bukan ini yang kakak... Kakak mengirimmu ke sini agar kau bisa hidup bahagia. Agar kamu bisa menulis buku, kencan, dan fokus menjalani hidupmu...” ucap Nyonya Sim marah
“Bagaimana... Bagaimana mungkin aku bisa seperti itu?” kata Bibi Sim. Nyonya Sim kaget mendengarnya.
“Bagaimana mungkin aku bisa? Aku membunuh seseorang. Orang lain mungkin mengasihani Kakak, tapi aku tidak. Aku mengasihani diriku sendiri.” Ucap bibi Sim
“Kenapa kamu mengasihani dirimu sendiri?” ucap Nyonya Sim heran
“Aku berhak menanggung perbuatanku, tapi Kakak merebutnya dariku.” Kata Bibi Sim menangis
“Itu karena kau tidak bersalah.” Tegas Nyonya Sim. Tapi Bibi Sim menegaskan kalau bersalah.
“Aku yang menginjak gas dan membunuhnya. Kakak, aku bahkan ingat aroma darah yang terbawa angin ke wajahku hari itu. Kenapa Kakak bilang aku tidak bersalah?” ucap Bibi Sim mengingat saat melihat darah yang ada dibawah mobil.
“Bagaimana mungkin aku menganggap tidak pernah terjadi apa-apa dan melanjutkan hidupku? Bagaimana mungkin?” ucap Bibi Sim lalu berlari masuk  ke dalam kamar.
Nyonya Sim hanya diam dan masih terus menangis, Hye Won masuk ke dalam rumah. Nyonya Sim langsung menghapus air matanya dan bertanya apakah Hye Won sudah makan. 



Nyonya Sim akhirnya makan jajangmyeon. Hye Won bertanya Ibuya sudah membujuk Bibi dan meminta agar bisa mencobalah membujuknya. Nyonya Sim hanya diam saja dan terus makan. Hye Won memberitahu  Dengan pengobatan dan perawatan laser, setidaknya mereka bisa menyelamatkan mata satunya.
“Ibu dan Bibi dekat, bukan?” ucap Hye Won. Nyonya Sim pun bertanya-tanya apakah mereka pernah dekat
“Dia akhirnya mulai menulis lagi, dan sepertinya dia juga menemui Pak Yun Taek lagi. Kukira dia berubah sedikit demi sedikit. Tapi aku keliru. Bibi tidak pernah ingin melakukan apa pun.” Kata Hye Won. Nyonya Sim terdiam hanya mengaduk mienya. 

Flash Back
Bibi Sim bersandar dibahu kakaknya sambil  mengatakan kalau ingin melakukan semuanya. Nyonya Sim tak mengerti maksudnya.  Bibi Sim mengau ingin melakukan segalanya di dunia ini dan akan melakukan semuanya. Nyonya Sim hanya tersenyum dan melihat Cuacanya bagus.
Saat menemui kakakny di penjara. Nyonya Sim menangis mengaku sangat takut pada Kakak berulang-ulang. Nyonya Sim hanya bisa menatapnya dan seperti baru menyadari kalau adiknya berubah saat itu. 

Seorang wanita datang ke kelas Hwi dan langsung menamparnya. Hwi kaget sampai terlempar. Si wanita tak terima karena Hwi yang datang ke sekolah naik sepeda Young Soo. Hwi tak mengenal wanita itu bertanya siapa dia yang berani menamparnya.
“Aku? Aku pacar Young Soo, Song Jae In.” Ucap Jae In. Hwi akhirnya mengerti dan langsung bangun.
“Ohh. Begitu rupanya. Jadi, kamu orangnya... Aku senang kamu di sini.” Ucap Hwi.
Keduanya akhirnya langsung saling menjambak rambut, semua anak yang melihatnya buka merelai tapi malah merekam dengan handphone. Hwi menyuruh agar melepaskanya, saat keduanya mencoba melepaskanya tak ada yang mau melepaskanya.
***
“Hei, Young Soo! Song Jae In dan Lim Hwi bertengkar hebat karenamu.” Teriak temanya didepan pintu. Young Soo hanya diam saja.
Apa Kau tidak akan ke sana?” teriak temanya. Young Soo tetap diam saja. Temanya heran dengan Young Soo yang tak peduli. Young Soo terlihat gelisah tapi tetap diam di tempat duduknya. 


Eun Seol bergegas keluar dari "Toko Buku Good Night" sambil berbicara dengan ibunya di telp kalau akan segera ke sana. Akhirnya Ibu Eun Seob datang ke sekolah dengan Eun Seob mengajak pulang Hwi sambil mengeluh  kalau ini  Memalukan. Hwi mengeluh dengan ibunya yang merasa malu.
“Bagaimana bisa kau bertengkar dengan gadis lain karena pria? Ibu malu kepadamu” kata Ibu Eun Seob.
“Ibu... Pria adalah segalanya bagiku.” Kata Hwi. Eun Seob hanya bisa tersenyum. Ibu Eun Seob pikir anaknya itu memang gila sambil memukul anaknya.
“Sakit! Aku tidak gila. Aku baik-baik saja. Setelah meminum tonik otak itu, pikiranku menjadi lebih jernih.” Jerit Hwi
“Kenapa kau mendekati pria yang sudah punya pacar?” keluh sang ibu. Hwi mengeluh kalau itu hanya kesepakatan.
“Kesepakatan, seperti kesepakatan bisnis.” Ucap Hwi. Eun Seobmulai berkomentar kalau bukan seperti itu
“Bukan itu intinya...” keluh Ibu Eun Seob. Saat itu Seung Hoo datang memanggil Hwi.
“Seung Ho, sedang apa kamu di sini? Apa Kau datang sebagai waliku? Baiklah.” Ucap Hwi mengodanya.
“Kudengar kau mendapat masalah.” Ucap Seung Ho. Hwi membenarkan dan bingung Seung Ho bisa mengetahuinya.
“Apa Kau yang memberitahunya?”tanya Hwi pada kakaknya. Eun Seob membenarkan.
“Ayolah. Saat kau mendapat masalah, orang tuamu dipanggil ke sekolahmu. Aku tahu itu... Benarkan?” ucap Seung Ho.
“Seung Ho, kamu sangat pintar... Anak Pintar.” Puji Ibu Eun Seob memegang pipi Seung Ho.
“Haruskah Ibu memujinya karena dia pintar? Apa Ibu ingin semua orang tahu aku mendapat masalah? Astaga.” Keluh Hwi
“Jika kamu mengkhawatirkan itu, kenapa kau mendapat masalah?” balas Ibu Hwi
“Sudah kubilang itu hanya kesepakatan. Semua orang sudah tahu.”ucap Hwi. Ibu Eun Seob langsung memukulnya.
“Berhentilah memukuliku.”keluh Hwi karena sakit. Eun Seob hanya bisa tersenyum lalu berjalan dengan Seung Ho. 



Seung Ho pergi ke rumah sakit dan langsung memanggil kakeknya. Kakek Jung langsung memeluk cucunya. Saat itu Hye Won mendorong kakek Jung tersenyum melihat Eun Seob yang juga datang.
“Apa Kakek merasa lebih baik? Kakek baik-baik saja sekarang?” ucap Seung Ho. Kakek Jung mengaku lebih baik.
“Kau sudah dewasa karena mengkhawatirkan kakekmu. Ayo pulang sekarang.” Kata Kakek Jung. Seung Ho tersenyum mendengarnya. 

Eun Seob mengaku banyak menyetir hari ini. Hye Won pikir seperti itu lalu bertanya apakah sudah berusaha menghubungi ayah Seung Ho. Eun Seob menganguk tapi tidak bisa menghubunginya. Hye Won ingin tahu apakah Eun Seo punya nomor telepon yang tepat
“Entahlah. Aku meneleponnya, tapi tidak bisa menghubunginya. Aku juga mencoba menelepon agen perjalanan tempatnya bekerja, tapi tampaknya dia sudah berhenti.” Jelas Eun Seob.
“Begitu rupanya... Kapan dia terakhir di sini?” tanya Hye Won. Eun Seob pikir sekitar lima tahun lalu
“Aku memberi mereka nomorku... Bagaimana denganmu?” ucap Eun Seob.
“Keadaanku sama saja. Bibi bersikeras mengatakan dia baik-baik saja dan ibuku sepertinya tidak mau membujuknya. Ada apa dengan mereka berdua?” kata Hye Won kesal.
“Apa yang terjadi kepada ayah Seung Ho dan Myeong Yeo. Mungkin hanya waktu yang akan menjawabnya.” Kata Eun Seob
“Seperti saat musim semi datang setelah musim dingin?” ucap Hye Won. Eun Seob membenarkan.
“Rasanya musim semi akan segera datang.” Kata Eun Seob. Hye Won menatap Eun Seob dan langsung memegang tanganya. Eun Seob pun mengenggap tanganya. 


Bibi Sim mencoba menulis dikamarnya, dengan tulisan "Hei. Menurutmu siapa yang membunuh kakak iparku?" Tuan Cha duduk di dalam taksi seperti terlihat sangat frutasi.
“Cha Yun Taek... Ya, kau benar. Semua orang salah dan kau benar. Sejujurnya, aku.. Aku tidak pernah ingin menyerah untuk sesaat..” 

Flash Back
Bibi Sim melihat namanya "'Labirin Sisterfield' oleh Shim Myeong Yeo" wajahnya terlihat biasa saja tak raut wajah bahagia sebagai "Pemenang Kontes Sastra" Ia lalu berbicara dengan Tuan Cha kalau ini sangat lucu. Tuan Cha tak mengerti maksudnya.
“Lagi pula, aku penulis terbaik di sini.” Kata Bibi Sim percaya diri. Tuan Cha hanya bisa melonggo.
“Aku penulis terbaik. Apa gunanya jika aku memenangkan kontes? Pada akhirnya, aku akan mengalahkan semua orang. Apa aku salah?” ucap Bibi Sim dengan senyuman angkuhnya. Tuan Cha hanya diam saja. 

Bibi Sim mulai merasakan kepalanya sakit dan hanya sendirian. Ia pun menangis histeris dan akhirnya mulai muntah sendirian.
“Aku tidak pernah memikirkan itu seumur hidupku. Aku tidak pernah membayangkan menghabiskan sisa hidupku sendirian di tempat kosong ini seperti orang yang menunggu untuk mati.”
Bibi Sim menyuruh Tuan Cha agar Hiduplah yang menyenangkan dan Nikmatilah hidupnya. Ia menyuruh  Tuan Cha agar Menikahlah seperti cita-citanya dan punya anak seperti cita-citanya lalu hidup bahagia selamanya. Tuan Cha mencoba agar menahan Bibi Sim.
“Berbahagialah. Lupakan orang bodoh sepertiku, ya?”ucap Bibi Sim lalu berjalan pergi.
“Aku tidak pernah ingin putus denganmu walau sesaat.  Itu yang sebenarnya, Cha Yun Taek..”
Tuan Cha yang ada didalam taksi meminta supir agar putar balik mobilnya?
***
Bersambung ke part 2

Cek My Wattpad...  ExGirlFriend

      
Cek My You Tube Channel "ReviewDrama Korea"

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar