PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Minggu, 19 April 2020

Sinopsis Hospital Playlist Episode 6 Part 2

PS : All images credit and content copyright : TVN
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe. 
Tinggal Klik disini, buat yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe bulan ini 
 
Dokter Bong melihat Dokter Do datang bertanya Ada apa datang kemari. Dokter Do memasatikan aklau ini Salon Dokter Bong, yaitu tempat bisa tahu soal para dokter spesialis, mulai dari cinta pertama sampai penyakitnya. Dokter Cha membenarkan dan Dokter Do pasti ingin tahu tentang Dokter Kim Jun-wan.
“Ya, benar... Aku amat mencintai Dokter Kim Jun-wan dan ingin tahu lebih banyak. Bisa? Aku sangat penasaran. Dokter Ahn Chi-hong pasti senang. Dokter Chae Song-hwa bagai Bunda Teresa, 'kan?” ucap Dokter Do akhirnya duduk bergabung dengan semuanya.
“Ya, aku senang.” Akui Dokter Ahn. Dokter Bong melihat kalau Dokter Ahn  tak tampak seperti tentara.
“Apa Kau sungguh lulusan Akademi Militer?” ucap Dokter Bong penasaran.
“Ya, aku menjalani masa militer dengan baik.” Kata Dokter Ahn. Dokter Cha pun ingin tahu alasan berhenti.
“Kau Susah payah masuk Akademi Militer sampai jadi kapten, tetapi kenapa berhenti?” ucap Dokter Cha.
“Ada rumor karena masalah wanita.” Kata Dokter Do. Dokter Cah  dengar Dokter Do yang tak merasa cocok dan berhenti.
“Konon dia berhenti karena trauma setelah kecelakaan hebat di markas.” Kata Dokter Jang
“Masalah wanita.”kata Dokter Do yakin. Tapi dokter Cha yakin  pasti karena tak cocok, yaitu tidak cocok berdasarkan MBTI.
“Tidak, trauma. Gangguan stres pascatrauma. Itu sangat menderita.” Ucap Dokter Jang yakin 



“Apa Kalian tidak lebih baik membicarakan itu saat aku tak ada?” ucap Dokter Ahn mendengar orang yang membahas didepan matanya.
“Tidak. Kami tidak bicara di belakang. Kami selalu bicara di depan. “Ucap Dokter Cha. Dokter Ahn mengerti.
“Kau pasti tidak akan bercerita, 'kan? Lupakan! Kami pun tidak ingin tahu.”. “ ucap Dokter Bong
“Lagi pula, apa pentingnya masa lalu? Yang terpenting adalah masa depan.  Dokter Bong. Apa yang paling disukai Dokter Kim Jun-wan? Aku sudah memperhatikannya selama enam bulan... Dia suka semua orang, kecuali aku.” Ucap Dokter Do heran.
“Jun-wan tidak peduli orang sekitarnya. Dia tidak peduli terhadap orang lain. Sangat egois! Ah... Benar juga! Golf. Jun-wan sangat suka golf. Aku yakin dia pasti ikut meski diajak oleh musuh orang tuanya.” Jelas Dokter Bong. 


Di dalam ruangan, Jun wan memiliki tempat untuk bermain golf dan terlihat bahagia bisa memasukan bola ke dalam lobang.
“Sedangkan Jung-won anak konglomerat. Jadi, dia mencoba banyak hal sejak kecil. Hobinya setiap musim berbeda. Musim semi...” ucap Dokter Bong dan Dokter Jang tahu kalau Jung won  akan ikut Maraton.
“Benar. Dia maraton di musim semi. Musim panas, berselancar.</i> Musim gugur, haiking, dan musim dingin, ski. Namun, kini dia sibuk dan tak bisa melakukannya.” Jelas Dokter Bong bisa tahu dari foto-foto yang dimiliki oleh Jung Won.
“Lalu Dokter Yang? Suk-hyung? Dia punya hobi?” ucap Dokter Cha penasaran.
“Aku rasa dia selalu di rumah. Konon TV di rumahnya berukuran 300 inci.” Ucap Dokter Bong. Semua tak percaya mendengarnya.
“Sedangkan hobi Song-hwa satu-satunya adalah berkemah.”ucap Dokter Bong.
Didalam ruangan, Song Hwa menerima paket wajahnya sangat bahagai melihat ada box makanan dan itu semua perlengkapan untuk kemping. Ia pun membuka alat masak untuk kemping wajahnya terlihat sangat bahagia memiliki semuanya. 


“Sementara Ik-jun... Dia... punya banyak hobi. Dia suka bersepeda, golf, dan gim video. Dia juga bisa main gitar dan bas. Bahkan dia pandai membuat yel tim bisbol dan memasak. Pokoknya banyak dan mahir semua.” Ucap Dokter  Bong
“Dia juga bisa memasak?” tanya Dokter Jang. Dokter Bong membenarkan.
“Tanpa sadar Ik-jun menjadi ayah tunggal bertahun-tahun. U-ju hanya diberi makanan organik buatan sendiri di rumah. Dia selalu masak sendiri dan makan bersama anaknya setiap akhir pekan.” Ucap Dokter Bong. 

Di rumah,   dapur terlihat sangat berantakan dengan tomat yang sudah dikupas. Ik Jun membuat saos tomat sendiri untuk anaknya, lalu mulai mencicipinya dan merasa kalau kurang cuka lalu mencoba menambahkan seperti rasanya tak pas dan menambahkan gula.
Setelah menambahkan beberapa bahan rasanya masih tak pas, Ik Jun akhirnya menyerah dengan menambahkan saos tomat botol agar rasanya sama.  U Ju baru saja selesai mandi, Ik Jun menganti pakaian dengan penuh perhatian mengunting bagian label dibelakang baju anaknya.
“Nanti malam hanya Ma-ne dan ayahnya yang datang?” tanya Ik Jun. U Ju memberitahu namanya Mo-ne.
“Ya, Mo-ne... Mo-ne tidak punya kakak atau adik perempuan?” kata Ik Jun
“Aku yakin dia punya. Bernama Ma-ne. Dia punya kakak kembar, Jang Ma-ne.” Kata U Ju. Ik Jun tak percaya mendengarnya.
“Ma-ne dan Mo-ne selalu bersama. Apa Ma-ne tidak datang?” tanya Ik Jun.
“Entahlah. Aku suka Mo-ne.” Kata U Ju lalu Ik Jun menyuruh anaknya berdiri sambil berkomentar kalauCinta tak dapat diduga.
“Ayah sudah buat donggeurangttaeng. Ada saus juga.” Kata Ik Jun penuh semangat pergi ke dapur.
“Aku ingin makan jajangmyeon.” Kata U Ju dengan wajah polosnya. Ik Jun langsung jatuh lemas mendengar permintaan anaknya seperti sia-sia masak. 


Di taman, Tuan Ju melihat banyak bunga yang bermekaran lalu mengambil gambar ingin tahu Siapa namanya. Ia melihat di layar namanya  "Brachyscome angustifolia." Dan artinya Mekar sepanjang tahun. Ia pun berkomentar kalau Hidup bunga itu juga melelahkan sekali.
"Geranium"? Aku pernah dengar "plutonium" dan "uranium", tetapi tak pernah dengar Geranium. Senang bertemu denganmu!” sapa Tuan Ju pada bunga yang lainya.
“Kau harus ke rumah sakit.” Ucap Nyonya Jung melihat Tuan Ju yang mengobrol dengan bunga
“Aku sudah muak dengan rumah sakit. Bila sakit, aku hanya akan ke kuil diam-diam... Bunga ini juga baru pertama kulihat.. Tunggu Sebentar. Siapa namamu?” ucap Tuan Ju
“Jong-su, coba foto aku.” Ucap Nyonya Jung sudah siap bergaya. Tuan Ju pun mengikutinya.
“Bagaimana? Hasilnya keluar?” tanya Nyonya Jung penasaran. Tuan Ju binggung lalu berkomentar kalau Luar biasa! Dan Pencarian berhasil. Nyonya Jung tak percaya mendengarnya.
“Nama bunganya...  “Masa Muda Telah Berakhir”. Katanya masa mudamu telah berakhir.” Ucap Tuan Ju. Nyonya Jung tak percaya ingin melihatnya tapi Tuan Ju melarangnya mengajak masuk karena dingin.
“Dingin apanya? Ini musim panas... Ayo Perlihatkan padaku!” kata Nyonya Jung kesal 



PUSAT MEDIS YULJE
Dokter Jang menguncir rambutnya di depan lift, Dokter Cha berkomentar kalau Dokter Jang Sudah cantik dan Pakai apa pun pasti cantik karena masih muda. Ia lalu melihat wajah Dokter Jang yang  agak pucat hari ini. Dokter Jang mengaku sedang datang bulan jadi sudah biasa.
“Aku ingin bertanya... Dokter Jang Gyeo-ul, bajumu hanya satu itu saja?” kata Dokter Cha
“Ya. Baju musim panasku hanya ini.” Ucap Dokter Jang lalu menatap kearah dokter Cha. Dokter Cha bingung.
“Wajahku terpantul di wajahmu.” Ucap Dokter Jang. Dokter Jang mengaku Ini riasan lembap natural. Dokter Jang berkomentar itu Agak berlebihan.
“Ibuku bilang mode yang tidak dikenal orang lain bukan mode sesungguhnya” kata Dokter Cha mengelurkan cerminanya.
“Ibuku bilang kita harus mengingatkan teman dekat yang salah jalan.” Balas Dokter Jang. Dokter Cha mengeluh mendengarnya. 


“Kita mulai operasi penutupan cacat septum atrial Jeong Jin-ho. Dokter utama Do Jae-hak, asisten Kim Jun-wan. Silakan mulai, Dokter Do Jae-hak.” Ucap Jun Wan.  Dokter Do pun mulai operasinya.
“Jangan sobek bagian itu. Yang lain bisa terluka jika pembukaan tak tepat.” Perintah Jun Wan pada juniornya. Dokter Do mengerti.
“Jahit dengan tepat sampai endokardium. Jika dijahit bagian luar saja, bisa terjadi pendarahan di sana. Bagian itu jangan terlalu dalam. Jangan tertipu oleh matamu sendiri. Perhatikan sebelum menjahit.” Pesan Jun Wan.
“Dokter Do Jae-hak, aku tak bisa menyelesaikan karena panggilan Unit Perawatan Intensif. Apa aku boleh pergi, Dokter?” ucap Jun Wan melepaskan jubah operasi sambil mengambil ponselnya.
“Pergilah. Kerja bagus.” Kata Dokter Do seperti seorang dokter utama. Jun Wan pun membalas mengucapkan terima kasih.
“Dokter... Terima kasih atas kesempatan ini... Lain kali aku akan berusaha lebih baik.” Kata Dokter Do bersikap seperti junior
“Baiklah. Lain kali harus lebih baik.. Namun, hari ini kau lebih baik daripada dugaanku. Ini tak seperti biasanya?” kata Jun Wan. Dokter Do hanya bisa tersenyum. 


Yun Bok dan Hong Do menunggu di ruangan bedah. Salah seeorang dokter senior masuk meminta agar memberika ponselnya. Hong Do pun memberikanya. Si dokter melihat keduanya Mahasiswa kedoktera lalu bertanya Rumahnya di mana
“Jauh dari rumah sakit... Dengan metro 50 menit.” Jawab Yun Bok. Si dokter berkomentar pasti lelah sekali.
“Baiklah. Selamat bekerja!” ucap dokter lalu pergi. Mereka pun membungkuk dengan sopan.
“Dokter Jang Gyeo-ul... Dia sedang operasi.” Ucap Yun Bok melihat dokter senior lainya datang.
“Oohh Begitu? Terima kasih... Mahasiswa kedokteran, ya? Apa pekerjaan ayahmu?” tanya Dokter senior.
“Ayahku petani.” Kata Hong Do. Dokter Senior mengerti lalu keluar ruangan seperti tak peduli. 

Jung Won sedang mencuci tangan dan siap operasi. Perawat datang memberitahu Kuantitas urine per jam Ji-a tidak sampai tiga cc. Jung Won ingin tahu Tanda vitalnya bagaimana. Perawat memberitahu Tekanan darah aman,tetapi detak jantung 150 dan Terjadi takikardia.
“Dokter, semua sudah siap.” Ucap perawat keluar dari ruang operasi. Jung Won terlihat bingung dan mengatakan segera ke sana.
“Operasi atresia ani pasti selesai sekitar dua jam. Tambah infus dan terus kabari aku. Panggil Dokter Lee Ji-yeong bila makin buruk. Akan kuberi tahu dia.” Perintah Jung Won. Perawat menganguk mengerti. 

Dokter lain datang masuk ke ruangan langsung bertanya siapa mereka. Yon Bok menjawab Mahasiswa kedokteran. Si dokter melihat berkas di ras sambil berkomentar “Kenapa kalian susah payah masuk Kedokteran” dan bertanya Ada anggota keluarga dokter. Yun Bok menjawab Tidak.
“ Pekerjaan ayahmu apa?” tanya si dokter. Hong Do menjawab  Petani. Si Dokter memberitahu Petani hebat.

Dokter Do berbicara dengan istrinya mengaku Bukan operasi sulit hanya Operasi ASD. Cacat septum atrial dan sudah sering melakukannya. Ia dengan bangga kalau Cepat selesai. Sang istri pikir suaminya itu dimahari oleh seniornya.
“Kenapa aku dimarahi? Dokter Kim Jun-wan tidak selalu marah setiap saat.” Ucap Dokter Do lalu bergegas menutup telp melihat Jun Wan berjalan dilorong.
“Dokter, kau mau ke mana?” ucap Dokter Do menyapa. Jun Wan menjawab rahasia dan bertanya apa itu tadi istrinya.
“Ya. Aku pamermenjadi dokter utama pertama.” Ucap Dokter Do bangga. Jun Won mengaku Senang sekali Dokter Do yang punya istri.
“Dokter, aku sewa rumah berbasis deposito. Akhirnya tak ada sewa bulanan! Deposito 200 juta. Aku akan mengundangmu saat perayaan.” Ucap Dokter Do bahagia.
“Sudah periksa dengan baik, 'kan? Sekarang banyak penipuan.” Kata Jun Wan memperingati.
“Ini aku. CSAT empat kali, ujian profesi enam kali. Sekarang sulit cari rumah berbasis deposito. Saat sedang menimbang perpanjang kontrak bulanan, ada rumah yang dipegang agen properti. Aku segera teken kontrak. Prosesnya cepat dan mulus karena rumah itu milik agen.” Jelas Dokter Do penuh semangat.
“Memang agen properti pasti tidak menipu?” ucap Jun Wan. Dokter Do mengaku sudah cek salinan resmi registrasi dan tanda pengenalnya.
“Kau yang harus waspada.” Ucap Dokter Do. Jun Wan bertanya waspada apa maksudnya.
“Dokter Cheon Myeong-taek. Aku dengar rumor buruk soal dia. Jangan berurusan dengannya.” Jelas Dokter Do
“"Rumor buruk"? Apa?” ucap Jun Wan. Dokter Do mengatakan  Rumornya agak kotor.
“Lupakan! Aku tak mau dengar. Aku tak peduli dia selingkuh, berjudi, atau memeras. Kau Lekas pergi! Jangan ikuti aku.” Ucap Jun Wan.
Dokter Do akan pergi tapi kembali memanggil Jun Wan. Jun Wan mengeluh ada apa lagi.  Dokter Do yakin kalau Jun wan itu punya pacar karena terlalu sering lihat ponsel. Jun Wan hanya bisa terdiam karena sudah dua orang yang bisa menebakanya.
“Selain itu, jika dia tidak menghubungi sama sekali, berarti kau ditolak.” Ucap Dokter Do lalu melangkah pergi. 



Ik Jun masuk ruangan, dan langsung mengetahui Hong-do dan Yun-bok yang terkenal itu. Keduanya memperkenalkan diri dengan sopan. Ik Jun pikir mereka pernah bertemu, Waktu itu memberi banyak sosis. Hong Do mengingatnya Pria kantin yang cerewet
“Hei.. Diam.” bisik Yun Bok pada adiknya. Ik Jun lalu bertanya Lagu apa yang populer di kalangan anak sekarang.
“Maksudku musik. Lagu apa yang populer di kalangan mahasiswa?” ucap Ik Jun. Hong Do langsung menjawab IU.
“Aku suka... Zoo.” Ucap Yun Bok. Ik Jun tak percaya mendengarnya memastikan kalau itu Zoo yang dia suka juga.
“Bagaimana kau bisa tahu Zoo?” tanya Ik Jun. Hong Do memberitahu Yun Bok selalu dengar lagu lama menurutnya Seleranya payah.
“Tidak. Kenapa lagu lama payah? Seleramu lebih payah.” Ucap Ik Jun. Yun Bok berkomentar Hong Do itutidak paham romantisme.
“Benar. Jangan berteman dengannya... Romantis...” ucap Ik Jun lalu berhenti karena harus menerima telp dan mengatakan segera ke sana.
“Aku harus pergi menengok pasien. Lain kali kutraktir kau makan enak. Selain itu, kalian jangan diam di sini. Lebih baik Diam di kafe lobi. Kalau di sini, semua orang yang kemari akan beri saran dan turut campur.” Ucap Ik Jun karena pasti lelah lalu bergegas pergi.
“Apa Dia komedian?” tanya Hong Do. Yun Bok terlihat terkesam menjawab bukan tapi Ik Jun Dokter Romantis.


Perawat Song berdiri didepan mesin minuman melihat wajah Dokter Jang memastikan kalau baik-baik saja.  Dokter Jang merasa tak ada yang salah dan hanya ingin cola. Perawat Song memberitahu kalau  Wajahnya bengkak sekali.
“Aku sedang datang bulan. Aku sudah minum obat.” Ucap Dokter Jang. Perawat pikir sepertinya karena obat.
Saat itu Ik Jun yang sedang lewat mendengarnya dan mendekat. Dokter Jang pun menyapa Ik Jun.  Ik Jun melihat Dokter Jang dan menyuruh agar segera ke IGD. Dokter Jang dengan wajah bengkak mersa Tidak perlu. Hany kondisinya yang kurang baik.
“Kau tak baik-baik saja... Kelihatannya alergi. Kau makan apa hari ini?” ucap Ik Jun
“Aku hanya makan biasa.” Kata Dokter Jang dan tiba-tiba jatuh lemas. Ik Jun dan perawat pun membawanya. 

Di ruangan dokter kandungan
“Kau sudah tes darah, dan didiagnosis sindrom antifosfolipid. Darah harus mengalir dengan baik agar kandungan bisa bertahan, tetapi sindrom antifosfolipid menyebabkan peredaran darah kurang baik. Tubuhmu sulit membentuk plasenta dan mempertahankan kehamilan.” Jelas Suk Hyung
“Kalau begitu... semacam aborsi biasa?” tanya Si wanita. Suk Hyung membenarkaan.
“Ini sudah kehamilan ketiga, ya? Dua kehamilan sebelumnya keguguran. Ini pekan ketujuh kehamilan. Betul?” kata Suk Hyung. Si wanita membenarkan dengan wajah tertunduk sambil menangis.. Suk Hyung pun memberikan tissue.
“Lebih baik kau minum obat. Kau harus suntik heparin untuk mengurangi kecenderungan koagulasi darah. Penyuntikan tidak terlalu sulit. Sama seperti pasien diabetes yang suntik insulin. Jarum suntik pun sangat tipis. Tidak akan sesakit yang kau kira.” Jelas Suk Hyung
“Perawat akan menjelaskan cara penyuntikan dan instruksi konsumsi obat secara rinci. Lalu kita akan bertemu dua pekan lagi untuk rawat jalan.”kata Suk Hyung dengan santai. Dokter Cha yang melihatnya merasa kasihan.
“Dokter... pasti sudah sering melihat penyakit semacam ini. Bagimu ini bukan penyakit serius, 'kan?” ucap Si pasien yang masih terus menangis.
“Kenapa keguguran disebut penyakit? Keguguran bukan penyakit. Kau pun tidak salah sama sekali. Pasien sering bertanya, "Apa salahku sampai mengalami hal ini? Apa yang harus kuwaspadai?" Tidak ada. Siapa pun dapat mengalaminya.” Jelas Suk Hyung
“Selain itu, sekarang kau sudah tahu penyebabnya. Lakukan tindakan pencegahan dan pengobatan, maka akan ada hasil yang baik. Jadi, lakukan penyuntikan,  dan beristirahat untuk sementara.” Jelas Suk Hyung
Sang pasien mengerti dan mengucapkan Terima kasih. Suk Hyung pikir ini sudah selesai. Perawat membenarkan kalau sudah selesai. Suk Hyung pikir mereka bisa  Makan siang. Dokter Cha pikir akan mentraktir semuanya. 



Jun Wan pergi ke cafe memesan  dua kue cokelat, dibungkus dengan satu garpu karena akan makan sendiri. Tiba-tiba terdengar dari pengera suara “Bedah Torakoplastik, kode biru. Lorong depan Kamar 6210.” Jun Wan langsung berlari meninggalkan kuenya.
“ Pasien Dokter Park Jin-u?” ucap Jun Wan masuk melihat pasien yang sedang diberi CPR
“Tampaknya pasien ganti katup aorta karena endokarditis. Aku akan cek detak jantung.” Ucap Dokter dan melihat kalau Detak jantung kembali.
“Pak Lee Jong-hyeon... kau tak apa?” ucap perawat dan Tuan Lee terlihat sudah kembali bisa bernafas.
Jun Wan pun mengucap syukur lalu pamit pergi. dan meminta agar Periksa apa alirannya sudah benar. 

Jun Wan keluar dari RUANG PERAWATAN, Seseorang menyapanya. Ju Wan seperti tak tahu siapa dokter didepanya. Sang dokter mengulurkan tangan lalu menyebut namanya Cheon Myeong-taek. Jun Wan pun memperkenalkan dirinya.
“Kau unggulan bedah torakoplastik dan juga Kau unggulan karena menangani Bangsal VIP. Dokter dinilai dari talenta. Ya, 'kan? Apa Kau ada janji akhir pekan ini? Apa Apa kau suka golf?” ucap dokte Cheon. Jun Wan seperti yang tadinya tak peduli mendengar golf langsung bersinar. 

Kantin rumah sakit penut perawat melihat Ada dua kursi kosong di sana dan menyuruh Dokter Cha dan Suk Hyung duduk lebih dulu. Dokter Cha menyuruh perawat saja yang duduk lebih dulu dan melihat bangku kosong didepanya lalu mengajak Suk Hyung duduk bersama.
“Aku ingin bertanya.. Apa boleh?” ucap Dokter Cha dengan wajah gugup. Suk Hyung mempersilahkan sambil sibuk dengan sumpitnya.
“Siapa wanita bergaun biru gelap yang kau temui di taman luar pekan lalu? Aku lihat... kalian mengobrol akrab saling berhadapan. Siapa dia?” ucap Dokter Cha penasaran
“Dia... Wanita simpanan Presdir Taegun Apparel, Yang Tae-yang.” Ucap Suk Hyung santai. Dokter Cha kaget mendengarnya.
“Wanita simpanan Presdir Yang Tae-yang... Kau lihat berita, 'kan? Aku rasa semua karyawan rumah sakit tahu. Aku tidak apa. Sudah terbiasa sejak masih sekolah.” Ucap Suk Hyung. 
Dokter Cha seperti mendapatkan harapan akhirnya membantu Suk Hyung yang kesusahan mengambil daun perila.  Saat Itu Ik Jun datang melihat kursi kosong disamping Suk Hyung,dan mengajak Jun Won duduk disana. Ik Ju mengingatkan kalau besok mereka berlatih band
“Kalian jangan buat janji besok malam. Paham, Ahn Jung-won?”kata Ik Jun. Jung Won mengerti
“Makanmu habis. Tumben tak pilih-pilih?” komentar Ik Jun. Suk  Hyung mengaku tidak pernah pilih-pilih makanan.
“Jangan pilih-pilih teman.”ejek Ik Jun.Suk Hyung mengeluh kalau juniornya ada di sini.
“Kau sahabat Dokter Jang, 'kan?” ucap Ik Jun. Dokter Cha membenarkan dan kaget Ik Jun bisa mengetahuinya.
“Kalian sering bersama... Aku lupa. Gyeo-ul ada di IGD sekarang.” Ucap Ik Jun. Dokter Cha kaget dan bertanya kenapa
“Sekarang sudah membaik setelah disuntik. Kurasa dia mengalami anafilaksis karena OAINS.”REAKSI ALERGI BERAT” Wajahnya bengkak 30 menit setelah minum obat menstruasi, lalu sesak napas. Dia pingsan perlahan seperti di film.” Cerita Ik Jun
Dokter Cha panik langsung bergegas pamit pergi. Ik Jun mengatakan kalau Dokter Jang itu sudah jauh membaik dan mungkin dia sedang tidur. Jung Won pun melihat dari kejauhan. 



PUSAT MEDIS YULJE
Dokter Jang terbangun dari tidurnya, Dokter Cha pun memastikan kalau Dokter Jang baik-baik saja, Ada yang sakit dan apa Perlu dipanggil perawat. Dokter Jang merasa tak perlu karean sudah tidak sakit sama sekali.
“Apa Kau tidur di sini? Apa Sekarang sudah fajar?” ucap Dokter Jang. Dokter Cha menjawab Masih malam.
“Omong-omong, banyak pesan masuk ke ponselmu sejak tadi. Para dokter pun banyak yang kemari.” Ucap Dokter Cha. Dokter Jang langsung mengambil ponselnya.
“Semestinya aku masuk Bedah Umum juga. Kau sungguh diperlakukan seperti tuan putri, bukan dokter residen.” Keluh Dokter Cha.
Dokter Jang langsung terbangun melihat pesan yang masuk.”Aku dengar kau sakit. Apa Sekarang sudah membaik Banyak istirahat. Semoga lekas sembuh.” Dan itu dar Jung Won. Ia pun memastikan kalau Jung Won mengirimkan tanda senyum. Dokter Cha membenarkan.
“Ini tanda senyum, bukan gelombang, 'kan?” kata Dokter Jan kembali memastikan. Dokter Cha membenarkan dan ingin tahu kenapa menanyakan hal itu.
“Apa dia suka padaku?” kata Dokter Jang. Dokter Cha hanya bisa melonggo bingung.
“Dokter Ahn Jung Won suka padaku, 'kan?” kata Dokter Jang. Dokter Cha langsung menjawab tidak. Dokter Jang bingung dan ingin tahu alasanya.
“Kalau suka, dia pasti kemari... Kau suka dia, ya? Dokter Jang Gyeo-ul, kau suka Dokter Ahn Jeong-won, ya?” ucap Dokter Cha. Dokter Jang menganguk sambil menangis. 



Jung Won baru saja akan keluar dari ruangan, Song Hwa menelp lalu bertanya pada Jun Wan Song-hwa ajak makan malam karena Ada yang ingin disampaikan apakah bisa datang. Jun Wan menganguk.
“Ya, dia bisa... Baiklah. Kami juga sedang bersiap keluar... Sampai jumpa nanti.” ucap Jung Won lalu menutup telpnya.
“Ada yang aneh soal dia. Apa ada masalah?” tanya Jung Won keluar dari ruangan.
“Kenapa? Memang suaranya kenapa?” tanya Jun Wan. Jung Won pikir Song Hwa  pura-pura kuat, tetapi kurasa ada yang tak beres.

Di dalam restoran, Jun Wan terlihat marah pada Song Hwa yang baru bilang sekarang adan inin tahu Kapan dites. Song Hwa mengaku Sepekan lalu dan sudah tes biopsi lalu hasilnya keluar besok. Ik Jun tahu kalau itu Biopsi jarum.
“Ya, itu... Bentuknya tak bagus. Aku agak takut saat dokter bilang begitu.”kata Song Hwa berusaha untuk santai.
“Hei, jangan bicara begitu! Kenapa ke Pusat Medis Jae-an? Kalau ke aku atau Ik-jun, pasti segera kami tes dan obati. Jadi Kapan hasilnya keluar? Ada sepupuku di Pusat Medis Jae-an. Biar kutanya.” Ucap Jung Won .
“Astaga. Jangan! Aku sengaja tidak bilang, khawatir kalian ribut begini. Aku takut jadi bahan gosip di rumah sakit jika hasilnya buruk. Aku tidak suka itu.” Ucap Song Hwa
“Buruk apanya? Tidak mungkin. Hasil pasti sudah keluar. Aku telepon.” Kata Suk Hyung.
“Tidak perlu. Jangan! Aku tahu hasilnya besok pagi. Untuk apa telepon? Aku tidak mau. Jangan coba-coba! Aku ke rumah sakit lain karena takut kalian begini. Aku mohon jangan lakukan apa pun.” Tegas Song Hwa.
“Besok pukul berapa?” tanya Jun Wan. Song Hwa menjawab jam 7 pagi. Jun Wan tak percaya bisa Sepagi itu
“Ya. Aku bilang jadwal pekan ini padat, tak bisa pergi. Lalu dijadwalkan sejam lebih awal. Rawat jalan di sini mulai pukul 08.00. Aku sangat bersyukur.” Jelas Song Hwa.
“Kau bilang tak bisa karena jadwal rawat jalan pasien? Luar biasa! Kau bisa minta petugas untuk mengatur ulang jadwal. Apa Kau tak bisa fleksibel?” keluh Jun Wan
“Mana mungkin? Banyak pasien dari desa yang mengatur jadwal sejak sebulan lalu. Jangan khawatir. Biar kuatur sendiri. Cerewet sekali!” ucap Song Hwa kesal
“Meski begitu, dia dokter hebat. Dia mau datang lebih awal demi pasien.” Komentar Jung Won
“Ya, 'kan? Aku tak mungkin bisa sepagi itu. Segera beri tahu begitu hasil keluar.” Ucap Ik Jun. Song Hwa mengerti.
Jun Wan langsung menawarkan diri untuk menemaninya. Song Hwa memperingati agar jangan datang. Jung Won yakin kalau Hasilnya pasti baik dan mengajak makan. Saat itu ada bunyi telp. Jun Won dan semuanya memberitahu kalau bukan telp merek.
“Halo.. Apa Tanda vitalnya stabil? Ada udara bebas juga? Ya, aku dekat sini. Benar, jika ada laserasi lever dan perforasi usus, aku harus laparotomi eksplorasi. Aku segera ke sana.” Ucap Ik Jun lalu menutup telp dan pamit pergi.
Bersambung ke part 3


Cek My Wattpad...  ExGirlFriend

      
Cek My You Tube Channel "ReviewDrama Korea"

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar