PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Jumat, 10 April 2020

Sinopsis Hospital Playlist Episode 5 Part 1

PS : All images credit and content copyright : TVN
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe. 
Tinggal Klik disini, buat yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe bulan ini 
Jung Won melihat bekas memar ditubuh pasienya lalu mengumpat marah pada sang ayah. Ia pun meminta Dokter Jang untuk lapor polisi. Dokter Jang bingung. Dokter Bong pikir itu Penganiayaan anak. Jung Won membenarkan.
“Ya. Kecelakaan lalu lintas mustahil memarnya seperti ini. Selain itu, beberapa  memar berbeda warna. Bekas memar lama  warnanya lebih terang, sedangkan yang baru lebih jelas.” Jelas Jung Won
“Memarnya menyebar  sampai ke punggung. Ayahnya pasti memukulinya.” Kata Jung Won lalu melihat Dokter Jang hanya diam saja.
“Kenapa diam? Cepat lapor polisi!” teriak Jung Won. Saat itu sang ayah melihat dari kejauhan dan memilih untuk kabur.
Dokter Jang yang melihatnya langsung mengejarnya dengan melepaskan sandalnya. Dokter Bong dan Jung Won hanya bisa melonggo melihat Dokter Jang yang mengejar ayah pasien. 


“Dia harus segera dioperasi.” Ucap Jung Won.  Dokter Bong mengerti lalu membahas Dokter Jang apa tidak apa bertelanjang kaki.
“Aku sudah lapor polisi. Mereka tiba dalam lima menit. Mereka akan datang bersama pekerja sosial. Seseorang harus membantu Dokter Jang Gyeo-ul.” Kata Dokter Bae datang.
“Sudah hubungi Keamanan, ‘kan?” tanya Jung Won.Dokter Bae menganguk mengerti.
“Dia berani sekali. Bagaimana jika pria itu bawa pisau? Omong-omong, kakaknya Jae-yong juga datang kemarin.” Kata Dokter Bae.
“Apa dia baik-baik saja?” tanya Jung Won.  Dokter Bae menjelaskan Kata ayahnya sang anak itu patah lengan.
“Rontgen menunjukkan tulang rusuknya juga. Aku merasa agak aneh.” Jelas Dokter Bae. Jung Won menatakan mau lihat rontgennya.

Dokter Jang terus mengejar tak mau menyerah, sampai si ayah menendangnya saat sudah ditangkap. Ayah pasien mengumpat Dokter Jang itu wanita gila, tapi saat itu sebuah botol galon mengarah padanya. Ia pun langsun jatuh tersungkur.
Dokter Jang hanya bisa melonggo melihat Song Hwa yang menendang botol galon kosong ke arah ayah pasien. Akhirnya pihak kemanan datang dan langsung menangkapnya. Song Hwa memastikan kalau Dokter Jang baik-bak saja. Dokter Jang menganguk dan mengucapkan terima kasih.
“Apa Kalian punya bukti? Mana buktinya?” ucap Sang Ayah tak bisa terima. Polisi pun mengajak untuk bicara di kantor polisi.
“Hei, Pak Dokter! Kau punya bukti aku memukuli anakku? Apa Ada buktinya?” teriak sang ayah
“Menurut Dokter, kedua anakmu dicurigai mengalami penganiayaan.” Jelas Polisi
“Memangnya mereka Tuhan? Dokter itu Tuhan atau apa? Mereka anakku! Mereka anakku. Jadi, aku yang lebih tahu. Mereka baru bertemu sepuluh menit. Tahu apa?” teriak si ayah.
“Jika tidak merasa bersalah, kau bisa bicara di kantor polisi. Ayo kita pergi!” ucap Polisi
“Soal Jae-hun... Kemarin lengannya patah karena jatuh dari meja makan. Menurut hasil rontgen, tulang rusuk kanannya juga patah.” Jelas Jung Won akhirnya bicara.
“Memang benar. Lalu kenapa? Itu karena dia jatuh ke arah kanan. Apa masalahnya?” teriak sang ayah.
“Patah lengan dan tulang rusuk saat terjatuh dari meja makan amat jarang terjadi. Dan aku juga menemukan bekas patah tulang rusuk kanan paling bawah. Begitu pula sebelah kiri bawah. Apa Kau residivis karena penganiayaan?” ucap Jung Won. Polisi langsung mengecek dari ponselnya.
“Kau ditangkap karena terbukti melanggar kesejahteraan anak. Kau berhak memilih pengacara, memberi keterangan secara bebas, dan menuntut ganti rugi kekeliruan penahanan ke pengadilan.” Ucap Polisi
“Aku sudah mengingat wajahmu dengan jelas. Aku habisi kau jika kita bertemu lagi! Waspada! Paham?” kata Sang ayah mengancam sebelum pergi. Jung Won tak peduli. 


Jung Won melihat seorang wanita yang itu dari pekerja sosial, memberitahu Operasinya bisa dua sampai tiga jam jadi Jae-yong mungkin gelisah saat bangun. Ia mohon bantuan untuk menjaganya. Si wanita pun mengerti.
“Selain itu, di rumahada kakak Jae-yong, Jae-hun. Dia mungkin menunggudan belum makan sejak pagi.” Kata Jung Won
“Tim kami pasti sudah tiba di sana. Jangan khawatir.” Kata pekerja sosial. Jung Won mengucapkan terimakasih.
Dokter Jang menatap Jung Won seperti ingin mendapatkan pujianya.  Tapi Jung Won memuji Dokter Bae yang sudah  Kerja bagus karena ia saja tidak terpikirkan untuk melihat rontgen kakaknya lalu mengucapakan Terima kasih.Dokter Jang sedih melihat Jung Won pergi.
“Dokter Jang Gyeo-ul. Kenapa diam? Cepat siapkan operasi! Aku sudah hubungi Anestesiologi. Bila sudah dapat izin, segera bawa pasien ke Ruang Operasi.” Ucap Jung Won. Dokter Jang pun hanya bisa menganguk mengerti dengan wajah cemberut.


“PUSAT MEDIS YULJE”
Ik Jun masuk ruangan mengeluh karena lapar sekali. Jung Won pun mengajak untuk makan daging dan sudah hubungi yang lain. Ia lalu bertanya apakah Masalah itu sudah selesai. Ik Jun mengaku Hampir lalu duduk dibangkunya.
“Astaga. Tidak disangka aku bisa mengalami hal semacam itu. Aku butuh manisan. Apa Ada?” ucap Ik Jun.  Jung Won menunjuk ke laci meja.
“Berarti pasien yang dilihat Dokter Kwon Sun-jeong itu palsu?” tanya Jung Won.
“Ya. Mereka hanya memperlihatkan putra aslinya padaku. Dokter Kwon Sun-jeong hanya lihat putra palsu.. Luar biasa. Dasar anak kecil!” kata Ik Jun tak percaya.
“Mereka sudah lalui dua kali tes, perawatan mental, registrasi sidik jari. Semua pemeriksaan sudah ketat. Kenapa mereka kira ini bisa berhasil?” ucap Jung Won tak percaya
“Astaga.. Pak Sim sangat membutuhkan transplantasi, tetapi putranya tidak bersedia, dan mereka pun bertaruh. Sulit dipercaya. Aku lihat persiapan mereka cukup matang. Hampir semua tes dilakukan putra aslinya.” Jelas Ik Jun
“Yang palsu sembunyi di kamar, dan muncul di hadapan Dokter Kwon dan perawat terpilih saja. Dokter Kwon yang mengoperasi pendonor. Jadi, dia harus tahu wajah putra palsu. Ternyata mereka pun memilih putra palsu dengan berbagai tes di rumah sakit lain sejak setahun lalu.” Ungkap Ik Jun.
“Padahal kemungkinan besar akan ketahuan di hari operasi.” Kata Jung Won lalu meminta coklat juga
“Mereka tahu dokter pendonor dan penerima mungkin berbeda dan memanfaatkannya. Mereka tahu aku menangani Pak Sim, dan Dokter Kwon menangani putranya. Mereka pikir mungkin kami hanya mengurus pasien masing-masing.” Ucap Ik Jun
“ Astaga! Mereka pikir rumah sakit bodoh? Lantas, aku?Apa Mereka kira aku hanya mengoperasi? Rutinitasku adalah melihat semua kamar!” kata Ik Jun kesal.
Jung Won memperingatkan Ik Jun jangan menghabiskan semuanya,  karean Jun-wan sudah menghitungnyadan Itu cokelat kesukaannya. Ik Jun mengeluh dengan temanya yang aneh lalu bertanya-tanya dimana Jun Wan padahal Jadwal mereka semua hari ini padat.
“Entah... Hari ini dia cuti dan pergi berpakaian rapi. Dia bilang akan menyusul ke kedai.” Ucap Jung Won. 
“Pasti bertemu wanita.” Kata Ik Jun. Jung Won pikir seperti itu dan sudah menduganya karena temanya  sudah lama lajang.
“Kali ini pun pasti hanya tiga bulan. Entah kenapa dia tidak bisa pacaran lebih dari tiga bulan, padahal wajahnya lumayan.” Ucap Ik Jun heran.
“HeI, Ik-jun. Kau sudah lihat ini? Putra palsu Pak Sim adalah karyawan perusahaan ayah Suk-hyung.” Kata Jung Won melihat ponselnya.
“Suk-hyung di mana?” tanya Ik Jun panik. Jung Won pikir Mungkin di Ruang Operasi.
Suk Hyung keluar dari ruang operasi setelah membantu melahirkanya, lalu membuka ponsel dan melihat berita “ANGGOTA DEWAN SIM KETAHUAN MENGGANTI PENDONOR LEVERNYA” Ia pun hanya bisa menghela nafas. 




Mereka pun berkumpul direstoran. Song Hwa baru tahu tentang Renovasi interior dan bertanya Mulai kapan, lalu mereka akan tinggal di mana. Jun Wan menjawab Mulai besok. Jung Won mengeluh agar tak dibiarkan saja dan berpikir temany itu mau menikah jadi mendadak merenovasi rumahnya.
“Apa Kau bisa mandi di kamar mandi itu? Aku hanya merenovasi kamar mandi tua.” Ucap Jun Wan.
“Mereka sementara tinggal di rumahku.” Kata Ik Jun. Song Hwa pun ingin tahu nasi U-ju imut
“Dia ke Changwon bersama Bibi Wang.. Suk-hyung, bukankah kau minum terlalu banyak? Berhenti minum kola. Ini sudah kaleng ketiga.” Ucap Ik Jun
“Lebih baik minum bir saja. Tidak akan ada panggilan... Dasar naif!” keluh Jun wan kesal
“Wahai, Bubuk Kacang. ..Kau seperti keluargaku...Bubuk ini hancur bagai keluargaku, ya?” ucap Suk Hyung mencelupkan daging ke bubuk kacang.
“Benar juga...Sama seperti keluargamu. Ya, ‘kan? Keluargamu memang hancur. ..Ayahmu sungguh... Ada apa dengan ayahmu?” kata Ik Jun heran.
“Dia selingkuh, dan menghasut karyawan untuk transaksi organ.” Kata Song Hwa.
“Tahun lalu dituntut karena pelalaian pajak, bayar biaya restitusi sepuluh miliar won.” Ucap Jun Wan
“Hei, Apa kau tidak ada sesuatu?” tanya Jun Wan pada Jung Won. Suk Hyung pun mempersilahkan temanya untuk bicara saja.
“Saat kuliah tingkat satu, aku ke basemen untuk berlatih band. Aku datang paling pertama. lalu berlatih drum sendiri, dan ayah Suk-hyung turun. Dia memintaku belikan sebungkus rokok.” Cerita Jung Won. Semua menunggu denga penuh penasaran. 
“Dia tidak memberi uangnya... Dia masih belum bayar. Harganya 1.100 won. Merek 88 Light. Ini Sungguh bukan main.” Kata Jung Won. 
Semua hanya bisa mengeluh mendengarnya, Ik Jung akhirnya memilih untuktambah dua porsi samgyeopsal Dan semangkuk sup miso. Song Hwa melihat ponselnya memberitahu ayahnya tidak ditahan. Suk Hyung tak percaya dan merasa tak paham dengan ayahnya yang tak masuk penjara tapi menurutnya itu pasti berdalih pakai penyakit jantungnya.
“Lalu Ibumu bagaimana?” tanya Song Hwa. Suk Hyung menjawab  Tidak peduli sama sekali.
“Bahkan mungkin ibuku berharap dia dipenjara.” Kata Suk Hyung. Saat itu bibi datang membawakan pesanan tambahan.
“Lebih baik cerai seperti aku!” ucap Ik Jun bangga. Song Hwa pikir  Belakangan ini, mereka amat santai bisa membahas hal macam ini dan jai tampak dewasa.
“ Memang cerai salah? Apa Cerai itu dosa? Hei.. Suk-hyung, cerai itu dosa?” ucap Ik Jun meminta pembelaan. Tapi Suk Hyung menganguk kalau itu dosa. Ik Jun mengeluh mendengarnya.
“Aku masih merasa bersalah pada mantan istriku. Dia pasti merasa lelah dan sakit hati karena aku dan keluargaku. Keputusanmu cerai sangat benar!” jelas Suk Hyung.
“Jadwal kita padat. Cepat makan! Kita harus berlatih dan melakukan sesuatu. Kita sibuk.” Kata Song Hwa. Jun Wan pun melihat sudah pukul 21.00.


Akhirnya mereka pun mulai berlatih dan terlihat sangat lancar tanpa ada kesalahan. Suk Hyung melihat ada telp tapi tak mengangkatnya. Mereka terus menyanyi dengan suara lantang dan merdu.  Ik Jun juga mehat telpnya bergetar tapi tak mengangkatnya.
“Maaf, pasien mencariku. Aku pergi!” ucap Suk Hyung akhirnya bergegas pergi.
“Jangan! Aku membutuhkanmu!” ucap Song Hwa. Jung Won pun mengumpat kesal.
“Hei, mendadak pasienku tidak ingin transplantasi... Aku pergi!” kata Ik Jun akhirnya bergegas pergi.
Akhirnya mereka bertiga menyanyi dengan lirik “Jangan pergi.. Jangan pergi meninggalkan sampai selesai. 

Akhirnya Suk Hyung sampai di rumah sakit berbicara di telp kalau pasienya itu tak apa saat diperiksa tadi sore. Dokter Chu mmberitahu tetapi mendadak detak jantung janin turun sampai 70 dan tak memulih jadi meminta agar Langsung masuk ke Ruang Perawatan.
Sementara di ruangan lain, Seorang ayah memangis mengaluh “Bagaimana seorang ayah melakukan ini kepada anaknya. Ia merasa tidak bisa dioperasi. Perawat memberitahu Bin sudah mengambil keputusan sulit.
“Dia sengaja tidak ke kamarmu agar operasi lancar bila kondisimu baik. Kau selalu menangis setiap melihatnya. Bin lebih sedih kalau kau begini, Pak. Aku akan mengoperasi tanpa rasa sakit.” Jelas Ik Jun mencoba menenangkanya.
“Bukan untukmu, tetapi untuk Bin. Aku akan operasi tanpa rasa sakit sedikit pun. Jadi Tenang saja...Konon kau mantan detektif. Namun, ternyata kau cengeng.” Ucap Ik Jun sedikit bercanda. 


Suk Hyung akhirnya masuk ke “RUANG PERAWATAN” dengan wajah panik ,tapi yang terjadi semua timnya memberikan kejutan dan mengucapkan Selamat ulang tahun. Suk Hyung hanya bisa diam saja melihatnya seperti pasrah.
Sementar di rumah, Jung Won sudah memegang cake dan Song Hwa botol wine, tapi Suk Hyung tak juga datang. Jun Wan tak tahan ingin pulang saja, tapi saat itu ibu Suk Hyung datang. Jung Won langsung menghampirinya memberitahu kalau Suk-hyung ke rumah sakit karena ada panggilan.
“Kami sudah bicara di telepon...Terima kasih... Kalian Coba makan ini. Aku membelinya sendiri.” Ucap Ibu Suk Hyung membawakan buah.  Mereka pun mengucapkan Terima kasih.
“Song-hwa, mau menginap malam ini?” kata Ibu Suk Hyung. Song Hwa hanya bisa melonggo bingung.
“Malam sudah larut.  Kau Menginap saja. Kamar Suk-hyung sudah kurapikan. Jadi Kau Menginap saja.” Kata Ibu Suk Hyung seperti ingin menjodohkan anaknya. Song Hwa hanya bisa diam saja. 


“Bila terjadi sesuatu pada pendonor, aku pun akan kesulitan. Aku akan berusaha sebaik mungkin mengoperasi Bin. Sementara itu, Dokter Jong Se-hyeok akan mengangkat lever suamimu. Operasi akan dilakukan hampir bersamaan.” Jelas Ik Jun.
“Saat lever suamimu sudah terangkat, dan persiapan lainnya sudah selesai, aku akan melakukan transplantasi kepada suamimu. Durasinya... kira-kira sepuluh hingga 12 jam dari anestesi sampai operasi.” Ucap Ik Jun.
“Kau boleh cemas jika aku keluar di tengah operasi. Namun, jika tidak, dan meski waktunya lama, anggap saja operasi sedang berjalan dengan baik.” Ungkap Ik Jun dengan tenang.
“Apa operasi putriku sangat sulit, Dokter?” tanya Ibu Bin. Ik Jun pikir Semua operasi pasti sulit.
“Namun, Bin masih muda dan sehat. Apalagi tekadnya sangat kuat. Bin pasti dapat segera pulih. Namun... sirosis suamimu parah sehingga pembuluh darah membesar dan hemostasisnya kurang baik, memungkinkan terjadi banyak pendarahan.” Ucap Ik Jun
“Mereka pasti sudah jelaskan saat kau teken surat persetujuan... Kenapa kau belum tidur?” ucap Ik Jun melihat Bin keluar dari kamar.
“Jangan khawatir, Bu! Kudengar dia selalu melakukan operasi ini.” Kata Bin menyakinkan.
“Tidak "selalu"... Ahh.. Benar juga. Aku "selalu" melakukannya... Kau lebih kuat daripada ayahmu.” Komentar Ik Jun
“Putriku lebih baik daripada aku... Bin, kita tidur bersama malam ini, ya?” kata sang ibu. Bin mengeluh pada ibunya. Ibunya pun pamit pada Ik Jun. 


Ik Jun masuk ke ruangan operasi lebih dulu. Perawat akhirnya membawa ayahnya Bin  pindah ke ruangan operasi. Dokter lain ikut mendampingi istrinya berkomentar kalau Katanya suaminya itu tangguh tapi Tampaknya tidak.
“Ayah macam apa yang mengambil lever putrinya agar bisa hidup? Aku sungguh ayah yang buruk.” Ucap Ayah Bin yang masih terus menangis.
“Semua pasti baik-baik saja, Pak. Anggap saja hanya tertidur nyenyak. Kau harus tenang agar kondisimu tetap baik dan operasinya bisa berjalan lancar.” Jelas dokter. 

Sepasang suami istri datang ke ruangan Suk Hyung, Sang suami menuntun istrinya agar bisa masuk dengan hati-hati lalu menyuruhnya agar bisa bersandarlah di punggungnya. Sang istri malu meminta agar suaminya untuk menghentikanya. Doktar Chu yang melihatnya hanya bisa menahan tawa.
“Dokter, kenapa bayiku belum keluar? Aku rasa dia tidak mau bertemu kami.” Ucap sang ibu khawatir.
“Tidak mungkin... Kita tunggu beberapa hari. Tidak lama lagi.” Jelas Suk Hyung.
“Dia baik-baik saja, 'kan?” kata sang suami. Suk Hyung melihat kalau semua baik-baik saja. Sang istri pun mengucapkan Terima kasih.
“Semua ini hasil perawatan baik dari ibunya. Selebihnya serahkan saja kepadaku dan tenangkan diri. Banyak makan dan tidur juga. Itu saja cukup.” Jelas Suk Hyung.
“Aku ingin bertanya... Apa Dokter sudah menikah?” tanya sang Istri. Suk Hyung dengan cepat menjawab Ya lalu baru menyadari pertanyaanya.
“Setiap bertemu, aku merasa kau pria baik dan ingin menjodohkanmu.” Ucap si istri.
“Tidak perlu. Aku... tidak perlu.” Kata Suk Hyung panik. Si istri pikir suk Hyung pasti sudah punya pacar.
“Tidak. Tidak punya, tetapi tidak usah... Mulai pekan ke-37 adalah masa hamil tua. Jadi, saat merasa sakit perut, kau harus segera ke rumah sakit.” Kata Suk Hyung ingin bergegas menyudahi konsultasi.
“Aku juga ingin bertanya. Saat istriku melahirkan nanti, apa aku boleh bernyanyi untuknya?” kata Sang suami.
“Sudah kubilang, jangan! Selamat tinggal.” Kata sang istri menarik suaminya untuk segera pergi.
“Aku selalu menyanyikan lagu selama dia hamil. Bayiku pasti suka. Aku sangat ingin... Sayang, aku...” ucap sang suami dan akhirnya keluar dari ruangan. Suk Hyung hanya bisa terdiam. 


[PUSAT MEDIS YULJE]                                    
Jun Wan sedang mengoperasi meminta agar Dokter Do  Pelan-pelan lalu berkomentar kalau ia Terlalu kuat dan meminta agar Secukupnya saja karena Kalau terlalu kuat bisa terpotong. Dokter Do mengerti dan meminta maaf
“Apa  Kau belum cukup tidur?” tanya Jun Wan. Dokter Do langsung menjawab ya dan mengubahnya jadi tidak.
“Kenapa? Kemarin kau libur, 'kan?” tanya Jun Wan. Dokter Do tak menjawab tapi perawat lain yang menjawab
“Dokter Cheon Myeong-tae memintanya memeriksa 200 orang untuk data tesisnya hari ini Jadi, dia bergadang.” Kata Perawat
“Dokter Cheon Myeong-tae siapa?” tanya Jun Wan. Dokter Do memberitahu kalau ia adalah Dokter baru sejak pekan lalu dan bertanya apakah Jun Wan tak tahu.
“Tidak. Apa Dia terkenal?” tanya Jun Wan. Dokter Do membenarkan kalau Dokter Cheon terkenal keras kepada pasien.

Dokter Cheon terlihat sangat serius memeriksa pasienya. Sang anak berkomentar kalau melihat beberapa karya ilmiah. Konon di negara lain, penggantian katup aorta dilakukan dengan prosedur non-operasi.
“Apa Kau dokter?” ucap Dokte Cheon sinis. Sang anak bingung mengaku  Bukan...tapi  hanya bertanya karena khawatir.
“Operasi pun tak apa-apa. Jadi Silakan pergi.” kata Dokter Cheon. Akhirnya sang anak mengajak ayahnya untuk pergi. 

Jun Wan akhirnya keluar dari ruang operas meminta Dokter Do Jae-hak, mohon selesaikan. Dokter Do langsung memanggilnya meminta agar Jangan buangnya karena bisa dipindah ke tempat lain kalau membuangnya. Jun Wan kesal menyuruh juniornya itu untuk fokus. 

Song Hwa bertanya Geon-hui bagian siapa. Dokter Yong menjawab itu Dokter Ahn Chi-hong dan meminta  Ahn Chi-hong agar mulai. Dokter Ahn memberitahu  Hong Geon-hui, bocah lima tahun, masuk IGD karena pingsan saat meniup balon.
“Menurut hasil CT angio, diduga Sindrom Moyamoya. Kuatur bisa lakukan kateterisasi otak sore ini. Sekarang dia sedang diberi oksigen dan infus. Kondisi pasien pun stabil.” Ucap Dokter Ahn.
“Apa penyebab penyakit ini? Apa Keturunan?” tanya Heo. Song Hwa menjawab  Kemungkinan orang tua menurunkannya.
“Sindrom Moyamoya kepada anak memang tinggi, tetapi tak semua anak mengalaminya. Jadi, itu tidak selalu karena keturunan. Ahn Chi-hong, apa yang harus diwaspadai dari Geon-hui?” tanya Song Hwa.
“Dia tidak boleh menangis. Menangis atau merajuk membuat pembuluh darah otak menyempit dan peredaran darah ke otak tidak lancar sehingga terjadi kejang otot dan hemiplegia.” Jawab Dokter Ahn.
“Benar. Jangan sampai kau buat Geon-hui menangis.” Kata Song Hwa. Dokter Yong mengeluh kalau itu Sulit.
“Tentu sulit... Hati-hati juga saat pindai CT. Tenangkan dahulu sebelum mulai. Bila tidak berhasil, mungkin harus diberi obat penenang. Itu Menidurkan adalah cara teraman.” Jelas Song Hwa. Dokter Ahn menganguk.
“Perhatikan dan buat keputusan. Dan Rapat selesai.” Ucap Song Hwa lalu bertanya apakah Dokter Yong ingin makan siang
“Dokter Do Jae-hak janji traktir karena depositonya turun hari ini. “ ucap Dokter Yong. Dokter Heo pikir ia boleh ikut juga.
“Dokter Do Jae-hak Si Pelit yang mentraktir. Aku harus ikut.” Kata Dokter Heo penuh semangat.
“Apa Dokter Do Jae-hak pelit?” tanya Song Hwa kaget. Dokter Heo mengatakan kalau Dokter Do Sangat pelit, bahkan legenda di rumah sakit ini.
“Uang saku bulanannya 100.000 won. Dia mendepositokan setengah gajinya.” Ucap Dokter Heo.
“Luar biasa... Baiklah kalau begitu. Selamat makan!” kata Song Hwa. Dokter Ahn tiba-tiba bertanya
“Aku bagaimana? Aku bisa menemani... Aku bisa makan siang bersama.” Ucap Dokter Ahn. Song Hwa bingung.
“Apa Kau tidak ikut? Ini momen bersejarah” ucap Song Hwa. Dokter Ahn mengaku tidak dan ingin makan bersama Dokter Chae.
“Ohh Begitu? Ayo! Aku traktir yang mahal di kantin dokter spesialis.” Ucap Song Hwa.
Dokter Yong dan Dokter Heo mengeluh mendengarnya karena harusnya bilang dari awal karena pasti menginginkanya. Song Hwa menjawab kalau sudah terlambat dan hanya mentraktir Chi-hong.Dokter Ahn pun tersenyum bahagia bisa makan dengan Song Hwa. 




Ik Jun pun bisa mengeluarkan liver dari tubuh Bin lalu meminta  bertanya pada Dokter Kim Tae-hyeong apa tidak ada pendarahan jadi meminta agar  dicek dan selesaikan. Dokter Kim pun meminta agar beristirahatlah karena harus lanjut operasi penerima donor.
“Mereka masih hepatektomi, 'kan?” kata Ik Jun. Dokter Kim membenarkan.
“Selamat bekerja, Semua! Gyeo-ul, selamat bekerja!” ucap Ik Jun lalu keluar dari ruangan. 

Ik Jun keluar dari ruangan, terdengar kepanikan dari ruangan sebelaah . Dokter Jong ingin tahu Tanda vitalnya. Perawat menjawab Tekanan darah 90/60, detak jantung 100. Dokter Jong mengaku Tak terlihat dan meminta agar Kasa steril serta Beri darah lagi!
“Apa Pendarahan banyak? Tidak apa?” tanya Ik Jun akhirnya melongo dari depan pintu.
“Vena kava inferior agak terbuka, sulit diraih.” Ucap Dokter Jong. Ik Jun pun bertanya  Dokter Anestesi, tanda vital aman
“Ada sedikit pendarahan, tetapi tanda vital membaik.” Jelas Dokter. Ik Jun mengucapkan Terima kasih.
“Apa Butuh bantuanku?” tanya Ik Jun. Dokter Jong mengaku butuh bantuan.
Akhirnya Ik Jun masuk dan membantu Dokter Jong, Dokter Jong mengaku sudah mengatasi pendarahan besarnya, sementara Levernya membungkus vena kava inferior,lalu terbuka saat dilepas jadi itu sangat sulit sekali.
“Apa Kau tahu Dokter Kwon Sun-jeong, ahli transplantasi lever?” tanya Ik Jun. Dokter Jong menganguk.
“Dahulu, dia pernah kebingungan juga karena pasien pendarahan sejak dadanya dibuka. Dia diganti setelah atasi pendarahan dan tak sempat melihat levernya.” Ucap Ik Jun. Mereka pun tak percaya mendengarnya.
“Astaga... Tidak apa-apa... Hal semacam ini sering terjadi. Bila hal ini terjadi lagi, kau bisa lakukan lebih baik. Jika tak bisa, hubungi aku.” Ucap Ik Jun. Dokter Jong mengucapkan Terima kasih.
“Kita harus selamatkan dia... Aku bisa dibunuh Bin jika terjadi sesuatu.” Kata Ik Jun. Dokter Jong menganguk mengerti. 


Dokter Do pergi ke bank, Pegawai memberitahu kalau Spesimen keluar. Dokter Do memastikankalau Tidak ada tunggakan sama sekali, Pegawai pikir Pelunasan lima tahun 60 kali saja sulit dan Dokter Do bahkan tak pernah terlambat bayar dan memujinya itu Sungguh luar biasa.
“Jadi, totalnya berapa?” tanya Dokter Do penasaran. Pegawai tahu Dokter Do yang akan menarik deposito.
“Setelah dana pokok dan bunga selama lima tahun dikurangi pajak, total menjadi 100.128.480 won. Dananya sudah masuk ke rekeningmu. Selamat!” ucap pegawai. Dokter Do melihat tabunganya dengan nominal yang cukup banyak.
“Ini hadiah dari kepala cabang kami.” Ucap Pegawai memberikan buket bunga dan juga tissu.
“Ada hadiah semacam ini juga?” kata Dokter Do tak percaya. Pegawaimengaku Ini bukan apa-apa bagi pelanggan lima tahun mereka.
“Kepala cabang juga menyelamatimu.” Ucap pegawai. Dokter Do piki  Ini bisa dipakai setahun di rumahnya.
“Apa? Sekarang jangan terlalu hemat lagi. Istrimu juga pasti lelah.” Ucap si pegawai.
“Istriku bahkan tidak menyalakan lampu sebelum pukul 20.00.” akui Dokter Do lalu menelp istrinya kalau punya 100 juta won dengan senyuman bahagia
“Aku juga merasa tidak enak karena selama ini sering minta-minta. Jadi, aku berniat mentraktir staf rumah sakit.” Ucap Dokter Do pada istrinya. 

Dokter Yong dan Dokter Heo hanya menatap menatap  lemas melihat menu makanan didepanya hanya toppoki, sundae dan juga makanan kaki lima lainnya. Dokter Yong mengeluh Dokter Do yang mentraktir mereka makanan seperti ini.
“Maaf. Lain kali kutraktir samgyeopsal.” Ucap Dokter Do. Dokter Heo mau tak mau pun memakanya.
“Ini bagaikan daging sapi bagi Dokter Do Jae-hak.” Ucap Dokter Heo. Dokter Do akhirnya meminta maaf pada Dokter Yong.
“Aku langsung mentransfernya ke istriku. Istriku juga harus merasakan uang 100 juta.” Ucap Dokter Do
“Seratus juta? Berapa depositomu per bulan?” tanya Dokter Yong. Dokter Do menjawab 1.600.000 won. Mereka tak percaya bisa seperti itu.
“Tentu bisa karena dia tidak pakai uangnya sama sekali.” kata Dokter Do.
“Meski begitu, pasti ada pengeluaran dasar seperti perawatan rumah dan biaya telekomunikasi.” Ucap Dokter Heo heran.
“Kau tahu istriku juga bekerja. Istriku tidak pernah cuti sama sekali setelah menikah. Yang kami kumpulkan selama 10 tahun ini adalah 100 juta.”jelas Dokter Do
“Uang itu untuk apa?” tanya Dokter Jang. Dokter Do mengaku  akan sewa rumah besok. Dokter Heo langsung mengucapkan Selamat!
“Aku sungguh senang sekali. Walau hanya apartemen kecil, tetapi itu berbasis deposito.” Ucap Dokter Do bangga
“Berapa depositonya?” tanya Dokter Heo. Dokter Do menjawab  Ditambah kredit bank dan deposito, sekitar 200 juta.
“Baca saksama kontraknya. Beberapa hari lalu ada berita penipuan.” Ucap Dokter Yong memperingati.
“Hei, aku ikut CSAT empat kali, dan ujian profesi enam kali. Jangan mengajariku.” Ucap Dokter Do diremehkan.
“Cek pemilik rumahnya juga.” Kata Dokter Yong. Dokter Do mengeluh  agar Tak usah ikut campur.
“Lagi pula, sekarang semua diurus agen.” Ucap Dokter Do. Dokter Heo mengeluh Seharusnya sisakan 500 ribu won.
“Kau bisa berlibur di akhir pekan bersama istri.” Ucap Dokter Heo. Dokter Do bingung. Berlibur?
“ Berlibur itu apa? Akhir pekan itu apa?” kata Dokter Yong merasa tak ada waktu berlibur bahkan merasakan akhir pekan karena terus saja berkerja.
***
Bersambung ke part 2

Cek My Wattpad...  ExGirlFriend

      
Cek My You Tube Channel "ReviewDrama Korea"

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar