PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Selasa, 07 April 2020

Sinopsis When the Weather is Fine Episode 11 Part 2

PS : All images credit and content copyright : JBTC

Buat kalian yang suka membaca tulisan aku meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe. 
Tinggal Klik disini, buat yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe bulan ini 

Di dalam mobil,  Hye Won menceritakan saat Harinaik kereta Mugunghwa. Ia mengaku sangat ingin mati pada hari itu. Eun Seob hanya menatapnya, Hye Won mengaku itu yag rasakan saat itu.
Flash Back
Hye Won melihat tempat duduknya yang tertulis  "Putri seorang pembunuh duduk di sini" akhirnya ia pun menaiki kereta api sendirian.
“Bangun pada pagi hari dan pergi ke sekolah merasa sangat menderita saat itu. Aku memikirkan bagaimana aku harus mati Lalu aku memutuskan untuk pergi ke stasiun dekat sungai. Aku akan ke sana dan mati.”
Hye Won melihat sungai didepanya dan akan masuk ke dalam sungai, tapi banyak batu yang membuatnya terhenti.
“Tapi rasanya aku tidak akan mati jika masuk begitu saja. Aku berpikir apakah aku harus meletakkan batu di dalam sakuku.”
Hye Won memasukan batu dan tiba-tiba perutnya berbunyi karena sangat lapar. 

“Tapi tiba-tiba aku merasa sangat lapar. Baiklah. Haruskah aku makan sekali lagi sebelum mati?”
Akhirnya Hye Won memesan makana dengan porsi yang cukup banyak dan lengkap, bahkan mejanya penuh dengan makanan. Hye Won pun makan dengan lahap karena ini terakhir kalinya hidup. Makanan pun hampir habis masuk ke dalam perutnya.
“Tapi setelah selesai makan, aku mengantuk. Apa sebaiknya aku tidur dulu sebentar? Sepanjang hari berlalu seperti itu dan terpikir sesuatu.”
Hye Won pun berbaring memandang langit dan bisa sedikit tersenyum lalu mengingat sesuatu.
“Benar, aku tidak akan pernah mati jika begini.. Tidak... Aku harus mati... Aku harus mati. Aku akan mati dan membuat semua orang yang merisakku menyesalinya.”
 Hye Won akhirnya membayar semua makanan dan meninggalkan dompetnya. Ia pun pergi ke sungai lalu melepaskan tanya lalu berjalan ke tengah untuk menenggelamkan diri. Tiba-tiba sesampai ditengah-tengah terdengar teriakan “Hei, Mok Hye Won! Kembali!”
Seorang wanita berlari dan terjatuh memanggil Hye Won. Hye Won kaget melihat yang datang adalah bibinya. 

 “Itu masih membuatku bingung. Bagaimana bibiku tahu aku di sana?” kata Hye Won yang berjalan di taman dengan Eun Seob.
“Itukah alasanmu memutuskan untuk tidak mati?” tanya Eun Seob. Hye Won membenarkan. 


Flash Back
Keduanya akhirnya duduk di tepi sungai, Bibi Sim mengacam Jika Hye Won  ingin mati,maka ia akan mati bersamanya. Hye Won mengeluh dengan ucapan bibinya. Bibi Sim mengajak untuk mati bersama saja karena ibunya juga sudah mati. Hye Won menarik bibinya untuk duduk. Bibi Sim pikir Hye Won pasti takut. Hye Won hanya terdiam menatap bibinya. 

“Pemikiran ingin mati tiba-tiba menghilang. Rasanya seperti bibiku akan terus mengomeliku bahkan saat aku mati” ucap Hye Won
“Aku senang kau hidup... Terima kasih karena tidak mati, Hye Won.” Ucap Eun Seob
“Katakan...Katakan kepadaku, Eun Seop.” Kata Hye Won. Eun Seob bertanya Tentang apa
“Tentang kita... Apakah ini cinta? Aku ingin mendengar jawabanmu. Apa ini cinta?” tanya Hye Won.
Eun Seob menatap Hye Won lalu membenarkannya kalau ini cinta. Hye Won pun mengaku merasakan hal yang sama. Keduanya pun tersenyum 

Sebuah mobil melaju kencang ke  "Rumah Hodu" Tuan Cha turun dan ingin mengetuk pintu tapi Bibi Sim lebih dulu keluar rumah dan mengagetkannya. Bibi Sim langsung bertanya ada apa Tuan Cha datang. Tuan Cha ingin tahu Berapa lembar novel yang sudah ditulis sejauh ini. Bibi Sim bingung
“Sudah berapa banyak yang kamu tulis sejauh ini?” tanya Tuan Cha penuh semangat.
“Dengar, Pak... Ini bahkan belum tiga hari.. Hei, kepala redaktur gila macam apa yang muncul di rumah penulis dan mengganggunya beberapa hari setelah meneken kontrak dengannya? Apa Kau sudah gila?” ucap Bibi Sim marah
“Kau pasti tahu kalimat pembukaannya.” Kata Tuan Cha. Bibi Sim bingung Tuan Cha membahas Kalimat pembukaannya
“Kau memilikinya, bukan?” kata Tuan Cha. Bibi Sim mengaku  Kalimat pembukaannya sudah menulis sesuatu.
“Jangan bilang kamu jauh-jauh kemari untuk membicarakan itu denganku.” Kata Bibi Sim
“Tentu saja. Aku datang jauh-jauh untuk membicarakannya denganmu.” Kata Tuan Cha
“Kau pasti punya banyak waktu luang, Cengeng.” Sindir Bibi Sim. Tuan Cha mengaku Editornya yang mengerjakan semuanyajadi  hanya perlu tanda tangan
“pekerjaanku tidak banyak. Apa Kau tahu?” ucap Tuan Cha bangga. Bibi Sim pikir itu bagus. Tuan Cha bingung apa maksudnya.
“Kau mengenal Sun Yeong, bukan?” kata Bibi Sim. Tuan Cha memastikan. Choi Sun Yeong
“Benar, dia sekarat.” Kata Bibi Sim. Tuan Cha kaget mendengarnya.  Bibi Sim memberitahu kalau Sun Yeong mengidap kanker payudara metastasis.
“Sudah menyebar, bahkan tidak bisa menjalani kemoterapi. Hidupnya kurang dari sebulan lagi.” Kata Bibi Sim
“Hei, kau bicara seolah-olah dia orang asing bagimu.” Kata Tuan Cha. Bibi Sim pikir Bukan ia yang mengalaminya.
“Dia tinggal di Seoul, tapi dia ingin mati di sini, jadi, dia ada di rumah sakit universitas sekarang. Aku harus menemuinya. Antar aku ke rumah sakit. Ayolah. Buka pintunya.” Kata Bibi Sim berjalan ke mobil
“Hei... Aku lelah karena sudah jauh-jauh kemari... Apa Kau tidak bisa menyetir?” ucap Tuan Cha. Bibi Sim mengaku tidak menyetir.
“Kenapa tidak? Dahulu kamu pandai menyetir.” Kata Tuan Cha. Bibi Sim mengeluh mengajak pergi saja. 


Sun Yeong melihat gambar diponsel Bibi Choi karena baru tahu ini yang terjadi saat tidak ada. Keduanya pun tertawa melihat teman mereka seperti mulai botak dan hampir tidak mengenalinya. Pintu diketuk, Bibi Sim pun memberitahu siapa yang datang.
“ Cha Yun Taek!” jerit Sun Yeong senang. Tuan Cha pun menyapa temanya sambil membawakan buah.
“Hei, dia suka persik.” Ucap Bibi Choi. Tuan Cha seperti baru mengetahuinya.
“Kalian berdua tampak serasi.” Ejek Sun Yeong. Bibi Sim mengeluh mendengarnya. 

Di sekolah, Young Soo berjalan disamping Hwi. Hwi denga santai bertanya ada apa. Young Soo mengaku mendengar keluarga Hwi yang punya toko buku. Hwi membenarkan lalu membahas kalau punya sadel baru untuk sepedak nya jadi sangat cepat sekarang.
“Jika melihatku mengendarai sepedaku, kau akan sangat terkejut.” Ucap Hwi dengan bangga lalu berjongkok.
“Aku ingin pergi ke sana... Sebenarnya aku tahu tempatnya, tapi aku tidak mau pergi sendiri. Dan yang lebih penting...” ucap Young Soo berbicara sambil menatap ke arah jendela.
“Apa Kau dengar yang kukatakan?” keluh Young Soo melihat Hwi yang sibuk mengeluarkan sadel sepeda dalam tasnya.
“Aku ingin melihat toko buku keluargamu. Sebenarnya aku...” ucap Young Soo.
Hwi lalu teringat saat Hyun Ji ingin memberikan informasi. Hyun Ji lalu memberitahu kalau Young Soo suka buku. Hwi pun bisa tersenyum karena ucapan Hyun Ji benar. Young Soo kembali membahas kalau ada klub buku di toko buku itu. Hwi hanya bisa tertawa mendenagrnya.
“Ada apa denganmu?” ucap Young Soo bingung. Hwi langsun menolak kalau Young Soo tidak boleh datang.
“Jangan datang. Jika datang, habislah kau.. tapi Sebenarnya, kau bisa datang.” Ucap Hwi. Young Soo menatap bingung.
“Selama kau mempertahankan penawaranmu.” Kata Hwi. Young Soo masih terlihat bingung. 


Hye Won dan Eun Seob akhirnya kembali ke rumah, Hye Won pikir kalau Eun Seob pasti lelah. Eun Seob mengaku sedikit.  Hye Won pun menyuruh Eun Seob Naik dan beristirahatlah dan ia akan tetap di toko. Eun Seob pikir Tidak apa-apa.
“Ayo. Kau pasti lelah karena menyetir... Tidurlah.” Ucap Hye Won. Eun Seob akhirnya menurut tapi hanya menaiki beberapa tangga lalu kembali Hye Won mengeluh melihatnya. Eun Seob menaiki tangga dan kembali turun.
“Aku harus melakukan sesuatu. Ada banyak buku di sini. Aku harus merapikan ini.” Ucap Eun Seob. Hye Won hanya bisa tersenyum menatap laptop
“Hei, Eun Seop... Aku ingin tidur denganmu.” Ucap Hye Won. Eun Seo kaget langsung menjatuhkan semua bukunya.

“Apa katamu?” tanya Eun Seob mengambil kembali bukunya. Hye Won menjawab kalau bilang ingin tidur dengannya. Eun Seo kembali menjatuhkan bukunya. Hye Won hanya bisa tersenyum melihat tingkah Eun Seob.
Diruangan atas, Hye Won dan Eun Seob saling duduk berhadapan, keduanya terlihat gugup. Eun Seo akhirnya membuka bajunya lebih dulu  tapi terlihat kebingunga memastika pada Hye Won Apa ini yang harus dilakukan. Hye Won membenarkan.
Suasana terasa sangat canggung, Eun Seob seperti baru pertama kalinya menatap Hye Won yang ada didepanya. Akhirnya Hye Won pun mencium Eun Seob lebih dulu, Keduanya pun saling berciuman dan menatap penuh cinta.
“Jika ini cinta, kuharap kau bisa memberitahuku. Jangan biarkan aku pergi. Minta aku tetap di sisimu selamanya seperti salju abadi yang tidak pernah meleleh.” 


Sun Yeong keluar dari ruangan lalu memuji Tuan Cha yang  sangat tampan sekarang. Tuan Cah mengeluh kalau menurut temanya dahulu  sepayah itu Sun Yeong membenarkan. Bibi Sim mengeluh Untuk apa lagi bertanya dan mengejeknya. Cengeng. Keduanya pun menyetujui panggilan Tuan Cah itu "Cengeng".
“Sampai jumpa... Kami tidak akan mengantarmu keluar.” Ucap Bibi Choi. Tuan Cha pun pamit pada Sun Yeong.
“Omong-omong.. Itu menggangguku. Kenapa wajahmu memar?” tanya Hye Won. Sun Yeong terlihat bingung.
“Apa wajahmu juga disuntik? Kenapa wajahmu memar?” tanya Bibi Sim. Sun Yeong mengaku menabrak dinding dan memastikan pada Bibi Choi.
“Ya, benar...Aku mendorong kursi rodanya beberapa hari lalu, dan... Benar?Itu kecelakaan.” Ucap Bibi Choi gugup.
“Aku hanya sedikit terbentur, tapi memarnya seperti ini... Ini Sungguh.” Ucap Sun Yeong memastikan.


“Choi Sun Yeong.. Apa suaminya masih memukulnya?   Dia sekarat. Kenapa dia tidak menceraikan bedebah itu? Apa yang menahannya? Aku sungguh tidak mengerti.” kata Bibi Sim kesal saat masuk mobil
“Mungkinkah ini apa yang dia pikirkan? Karena suaminya tidak selalu memukulnya, maka dia bertahan dengannya.” Ucap Tuan Cha. Bibi Sim hanya bisa melonggo. 

Flash Back
Ayah Hye Won membawakan kue untuk istrinya, sikapnya terlihat sangat romantis. Nyonya Sim pun melihat kalau kue yang dibawa suaminya memang sangat cantik. Bibi Sim yang duduk disana pun bisa melihat sikap kakak iparnya yang baik hat.
“Saat dia tidak memukulnya.. Semua akan baik-baik saja.”
Ayah Hye Won pun menanyakan keberadaan anaknya. Ibu Hye Won menjawab akan segera datang. Tuan Cha mengakumenyiapkan bulgogi untuk Hae Won dan nasi kepal untuk istrinya jadi pasti cukup untuk mereka makan bersama.
“Dia mungkin orang paling manis dan hangat di sana.” 

Ayah Hye Won terlihat marah besar saat masuk ke dalam rumah, ibu Hye Won pun mengeluh suaminya yang marah. Ayah Hye Won pikir istrinya itu tidak ingat ucapannya tadi. Ibu Hye Won pun menegaskan kalau ini itu bukan untuk suaminya lalu berjalan masuk.
Tapi sat itu ayah Hye Won langsung menarik rambut istrinya dan menyeretnya masuk ke dalam rumah
"Ya. Tapi dia kehilangan kendali untuk sesaat."
Esok harinya, Ayah Hye Wo langsung berlutut didean rumah meminta maaf dan merasa sudah gila karena berani melaukanya. Ia seperti sangat menyesal.
“Sayang, maafkan aku sekali ini saja..Itu tidak akan terjadi lagi. Maafkan aku, Myeong Ju.” 
"Lihat betapa putus asanya dia memohon maaf. Dia pasti mengatakan itu dalam hati dan terus memaafkannya. Dia menyimpan harapan palsu” kata Tuan Cha
“ Pada akhirnya, dia melanggar janjinya. Dia mengingkari janjinya dan memukulnya lagi. Apa Dia sempat kehilangan kesabaran? Siapa pun bisa marah, tapi mereka menahan diri. Jika tidak bisa menahan emosi, kenapa dia harus tahan dengannya?” ucap Bibi Sim marah. Tuan Cha membenarkan. 
 “Meski hanya memukul sesekali, dia tetap memukulnya. Apa Dia orang yang hangat? Apa itu masuk akal?” kata Bibi Sim. Tuan Cha pikir itu memang tidak masuk akal.
“Bagaimana bisa dia... Apa yang dia lihat darinya?” ucap Bibi Sim kesal. 




Flash Back
Ibu Hye Won mengaku kasihan kepadanya. Bibi Sim bertanya Kakaknya menikahi ayah Hye Won  karena kasihan kepadanya. Ibu Hye Won mengaku tidak alasanya menikahinya karena ayah Hye Won bersikap baik kepadanya Lebih baik dari siapa pun.
“Tapi dia memukulmu.” Ucap Bibi Sim kesal. Ibu Hye Won tahu Tapi merasa kasihan kepadanya sekarang.
“Hei.. Sadarlah... Hye Won akan segera menyadari apa yang terjadi. Sebelum itu, kau harus...” ucap bibi Sim.
“Aku kasihan kepadanya.” Ucap Ibu Hye Won melihat pungung suaminya yang berjalan dengan anaknya.
Hye Won memanggil ibunya agar lebih cepat, Ayah Hye Won pun memanggil istirnya agar lebih cepat.
Bibi Sim yang kesal mengeluh kakak dan temanya itu bodoh, dengan penuh amrah akhirnya meminat Tuan Cha agar bisa menepi.  Tuan Cha bingung apakan disini. Bibi Sim menganguk dan akhirnya turun sambil mengucapkan terimakasih lal berjalan sendiri seperti ingin menenangkan diri.
“Aku kasihan kepadanya... Aku tidak bisa meninggalkannya. Tapi dia memukulku saat marah. Aku tidak akan pernah bisa meninggalkannya. Jika aku meninggalkannya, siapa yang ingin bersamanya?”
Bibi Sim mengingat yang dikatakan oleh ibu Hye Won. 



Jang Woo memeriksa berkas dimeja saat seniornya semua pulang tentang "Strategi untuk Meningkatkan Kepuasan Penduduk" Seoran wanita memanggil Jang Woo lalu mengaku mendengar Jang Woo melakukan kencan buta saat istirahat makan siang.
“Bagaimana kamu tahu?” ucap Jang Woo kaget dan panik. Seniornya pikir Jang Woo tidak tahu bagaimana orang-orang di sini
“Aku cukup yakin manajer kami sudah tahu yang kumakan untuk makan siang hari ini.” Ucap Si wanita. Jang Woo panik yang harus dilakukanya.
“Aku tidak yakin... Tapi Apa Kau menyukainya? Bagaimana? Apa berjalan lancar?” tanya senior yang lainya.
“Dia memang tampak seperti orang baik.”ungkap Jang Woo. 

Flash back
Young Mi pikir Jang Woo pasti terkejut jika tidak tahu soal ini. Jang Woo mengaku Sejujurnya, ini bukan kali pertama lalu menyuruh Young Mi agar makan kuenya. Young Mi menolaknya karena sedang diet belakangan ini. Jang Woo pun baru tahu kalau Young Mi sedang diet.
“Jika kamu PNS, apa hobimu?” tanya Young Mi. Jang Woo terlihat bingung.
“Semua PNS yang kukenal sepertinya memiliki hobi. Pasti merepotkan duduk di kantor seharian. Apa Kau menyukai pekerjaanmu? Bukankah itu membosankan? Pasti cukup membosankan. Apa itu Tidak?” tanya Young Mi 

“Aku tidak tahu cara menjelaskannya, tapi sepertinya aku tidak tertarik kepada wanita yang kutemui saat kencan buta.” Akui Jang Woo .
“Aku mengerti maksudmu.” Kata si senior satu. Senior yang lainnya merasa itu memalukan karena mendengar dia cantik.
“Bagaimana kau tahu? Apa ada yang memotret?” tanya Jang Woo makin panik.
“Kami punya cara sendiri. Jadi, gadis seperti apa yang kamu suka, Jang Woo?” tanya Si senior. Jang Woo terlihat bingung.
“Apa Kau tertarik dengan seseorang?” tanya si senior. Jang Woo mencoba mengingatnya.
Jang Woo mengingat saat Eun Sil makan didepanya, Ia makan daging dengan sangat lahap tanpa peduli kalau sedang diet.
“Kurasa aku suka wanita yang senyumnya cantik dan suka makan.” Ucap Jang Woo malu- malu
“Gadis yang suka makan dan tersenyum manis? Itu terlalu sulit.” Komentar seniornya. Jang Woo seperti tak yakin, akhirnya seniornya menyruh Jang Woo untuk kembali berkerja saja. 


Bibi Choi datang dengan terburu-buru ke rumah Bibi Sim mengedor pintu. Keduanya langsung bergegas meninggalkan rumah
“Kau tahu, apa sebutan serpihan cahaya saat sinar matahari memantul di permukaan danau?” "Kilauan matahari".
Bibi Sim pun akhirnya sampai ke rumah duka, terdengar jeritan  keluarga. Foto temanya sudah ditaruh disamping bunga-bunga, sang suami berteriak histeris merasa kalau ia yang seharusnya mati saja.
“Aku juga ingin bersinar seperti itu Bahkan setelah kematian.”
Sang ibu mencoba menenangkan anaknya karena ia sebagai kepala pelayat.

Flash Back
Ayah Hye Won memukul habis-habisan ibu Hye Won karena tak bisa terima karena berani melakukan itu padanya. Saat itu Bibi Sim melihat sang kakak yang dipukul habis-habisan, Ibu Hye Won meminta suaminya agar berhenti dan mematung karena sang adik melihatnya.

Akhirnya Bibi Sim mencoba membela kakaknya, dengan membalas memukul ayah Hye Won. Tapi ayah Hye Won lebih kuat bisa mendorong bibi Sim. Ibu Hye Won pun mencoba melindungi adiknya dan akhirnya Ayah Hye WO pun turun.
“Kakakku sering dipukuli... Oleh suaminya, yang sangat ramah dan hangat.”
“Bercerailah... Bercerailah!.. Bercerailah... Kamu tidak pantas hidup dengan bedebah seperti itu! Kakak, bercerailah. Kamu tidak pantas...”terika Bibi Sim histeris.
Saat itu Ayah Hye Won kembali naik ke lantai atas, memukul Bibi Sim dan mendorong istrinya yang menghalanginya. Ia tak terima dengan ucapan bibi Sim dan akan memukulnya dengan sterikaan, Ibu Hye Won mencoba menyelamatkan adiknya dengan mendorong suaminya.
Tuan Mok pun tak sengaja terjatuh dari lantai dua, bibi Sim panik melihatnya. Keduanya pun bergegas keluar dari rumah untuk menyelamatkan diri dengan membawa mobil. Tapi saat itu Tuan Mok keluar membawa stick golf.
Amarahnya makin memuncak, Ia memukuli jendela dengan stick golf sampai akhirnya mobil pun melaju dengan kencang didepan garasi. Bibi Sim akhirnya tersadar duduk dibelakang stir sudah membunuh ayah Hye Won.
“Ceritaku dimulai dari sini... Ini kalimat pertama dari novelku.”


Hye Won dan Eun Seob saling menatap penuh cinta. Hye Won ingin membahas sesuatu tapi diurungkan niatnya. Eun Seob ingin tahu Apa yang hendak dikatakan. Hye Won mengaku bukan apa-apa dan lain kali saja lalu memeluknya dengan erat.
Di kantor "Kepala Redaktur Cha Yun Taek" ada sebuah buku diatas meja "Kabut dan Hutan" dan berita "Penulis novel terlaris Shim Myeong Yeo, 'Lahan Kosong'" Ia pun menuliskan dikalender "Tanda tangan kontrak dan bertemu dengan Sim Myeong Yeo"
Telp berdering di ruangan, saat itu sebuah fax masuk “Hei. Menurutmu siapa yang membunuh kakak iparku?” 
"Unggahan Toko Buku Good Night"
"Aku putra gelandangan yang tinggal di gunung. Suatu hari, aku ditelantarkan. Aku dibesarkan oleh orang tua angkatku. Meskipun aku tidak menganggap itu sebagai kelemahan"
"Beberapa orang berharap aku terluka karena itu. Kenapa kamu tidak menderita? Bukankah kamu anak yang tinggal di pondok di gunung? Bukankah ayahmu gelandangan?"
"Apa aku harus hidup menderita dan sedih seperti yang mereka inginkan? Aku sudah lama memikirkannya, dan jawabannya tidak Aku menyadari tidak ada alasan untuk menderita. Saat aku merasa bersyukur kepada banyak orangBagaimanapun, semua itu sudah berlalu"
Bersambung ke episode 12

Cek My Wattpad...  ExGirlFriend

      
Cek My You Tube Channel "ReviewDrama Korea"

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar