PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Sabtu, 04 April 2020

Sinopsis Hospital Playlist Episode 4 Part 2

PS : All images credit and content copyright : TVN
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe. 
Tinggal Klik disini, buat yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe bulan ini 
Perawat semua berkumpul mengajak untuk makan karena Bekal baru datang dan masih hangat. Perawat senior membagikan kotak makan memberitahu  Hari ini pasien penuh jadi Makanlah selagi sempat.
“Pasien kamar 6103, Jo Je-yeong, pernah TACE di tahun 2016?” ucap Perawat wanita.
“Ya, tetapi masih ada beberapa lesi. Jadi, dia terus melakukan RFA dan TACE.” Jelas perawat senior.
“TACE itu apa?”tanya Perawat pria. Perawat senior menjawab Transcatheter arterial chemoembolization, Kemoembolisasi di arteri hepatik. Si pria masih terlihat bingung
Saat itu telp berdering, keluarga pasien memberitahu di kamar 6110 kalau tiba-tiba muntah. Mohon segera kemari. Perawat pun memberitahu akan segera kesana. Perawat pria pun berlari ke Kamar 6110.
“Perawat.. Suamiku sulit bernapas... Dia tampak sesak sejak tadi. Tolong segera ke kamar!” ucap keluarga pasien. Si perawat wanita akhirnya berlari tanpa makan.
Akhirnya hanya ada perawat seniora dan sudah siap makan, tapi terdengar suara pasien “Perawat, kasurnya rusak! Aku sudah menekan pengendali, tetapi tidak naik. Aku harus makan malam. Tolong kami! Kami jadi tidak bisa makan.”
“Jangan aku, minta kepada.... Baik, sebentar. Kita ke kamar bersama.” Ucap  Perawat dan bingung karena tak ada siapapun di meja receptionist dan mencari pasien dikamar berapa dari layar komputernya. 


“Perawat Su-bin! Sim Yeong-ho, anak Pak Sim.. Apa Dia di Kamar VIP Dua atau Tiga?” tanya Ik Jun keluar dari kamar rawat.
“Kamar Dua,tetapi kau tidak akan bisa menemuinya.” Kata Sun Bin. Ik Jun ingin tahu alasanya.
“Dia agak sensitif. Perawat pun hanya satu orang yang boleh masuk. Dokter Gwon Sun-jeong juga baru bertemu sekali. Pendonor memang tidak perlu banyak tes, tetapi dia sangat pemarah.” Ucap Sun Bin. Ik Jun terlihat bingung.
“Setahuku tidak.” Jelas Ik Jun. Sun Bin menceritakan  Putranya konon tak mau mendonor hati, tetapi terpaksa agar terlihat sebagai putra baik.
“Konon pengawal pribadi juga sedang mengawasi di dalam karena takut putranya kabur.”jelas Sun Bin dengan masih sibuk mencari sesuatu di layar komputer.
“Kau cari apa sejak tadi?” tanya Ik Jun. Sun Bin terlihat bingung mengaku Tadi seorang wali datang dan bilang kasurnya rusak.
“Aku tidak tahu dia kamar berapa.” Kata Sun Bin. Ik Jun memberitahu kalau sudah memperbaikinya.
“Kapan?”tanya Sun Bin kaget. Ik Jun mengaku tadi kalau Kabelnya lepas lalu tahu kalau Sun Bin belum makan malam.
“Astaga. Cepat makan dahulu. Biar aku yang duduk di sini. Masalah kecil pasti bisa kuatasi.” Ucap Ik Jun
“Kau pulang saja, Dokter. Anakmu pasti menunggu.” Ucap Sun Bin tak enak hati.
“ Besok akhir pekan. Aku bisa main seharian bersamanya.” Kata Ik Jun duduk dikursi yang menurutnya sangat nyaman sekali!
“Kau menontan apa?  Kau sungguh terlihat seperti ayah tunggal.” Ucap Sun Bin melihat Ik Jun
“Benar... Dahulu, aku hidup seperti ayah tunggal, kini secara resmi. Duda tanpa diragukan lagi.” Ucap Ik Jun bangga
“Merawat anak sulit, 'kan? Padahal kau sibuk bekerja di rumah sakit.” Kata Sun Bin
“Tentu. Namun, aku... Aku sangat sayang anakku.” Kata Ik Jun senang walupun hanya hidup dengan anaknya. 


Ik Jun membawa U Ju keluar, U Ju meminta agar mengendongnya agar bisa memilih makanan.  Ik Jun memikirkan akan makan yang mana, U Ju langsung memilih Ham dan keju untuk Ayahnya. Ik Jun pun bertanya apa yang akan dipesan anaknya.
“Aku Penggemar Alpukat.” Ucap U Ju. Ik Jun beerkomentar anaknya yang Penggemar Alpukat tapi ia adalah penggemar U-ju. U Ju hanya bisa tersenyum
“U-ju, kau genius? Apa Ayah melahirkan seorang genius? Ayo Cium ayah.” Ucap Ik Jun. U Ju pun memberikan ciuman pada ayahnya. 

U Ju makan sandwich pilihanya. Ik Jun bertanya apakah anaknya pernah kemari. Ik Jun menganguk. Ik Jun ingin tahu Dengan siapa. U Ju dengan bangga kalau pergi dengan  Jang Mo-ne yaitu Pacarnya. Ik Jun tak percaya anaknya memilik pacar bernama Mo Ne.
“Apa Kalian ke sini berdua saja?” tanya Ik Jun. U Ju menjawab tidak merkea datang bersama ibu Mo-ne. Ik Jun mengerti.
“U-ju... Kalau kau ingin bertemu Ibu, bilang kepada ayah kapan pun. Kalau U-ju bilang, ayah akan segera mengantarmu kepada Ibu... Ahh Tidak. Ayah akan minta Ibu kemari. Mengerti?” kata Ik Jun.
“Kalau Ibu tidak ingin bertemu U-ju, maka U-ju pun tidak ingin bertemu Ibu.” Ucap U Ju
“Kenapa Ibu tidak ingin bertemu U-ju? Tidak. Ibu juga sangat ingin bertemu U-ju. Bahkan Kemarin Ibu juga telepon, menanyakan kabar U-ju. Ibu menelepon ayah setiap hari.” Ucap Ik Ju menenangkan.
“U-ju hanya butuh Ayah... Ayah orang yang paling kusayangi di seluruh semesta.” Ucap U Ju.
Ik Jun seperti tersentuh mendengar ucapan anaknya. U Ju melihat ayahnya hanya diam saja lalu bertanya apakah  tidak makan rotinya. Ik Jun mengaku mau memakanya. U Ju lalu dengan senyuman bahagi meminta agar ayahnay membelikan satu roti lapis lagi. Ik Jun pun hanya bisa tertawa dengan tingkah anaknya. 


Kakak Jung Won sedang menyiram tanaman di gereja. Juniornya datang memberitahu kalau ada tamu. Kakak Jung Won tahu kalau itu adiknya karena sudah janji datang hari ini. Juniorya pikir bukan karena pria itu tampan.
Kakak Jung Won mengerti dan langsung mengarahkan air pada juniornya karena berani mengejeknya. Sang junior hanya diam saja basah kuyup dan langsung pergi. Jung Won bertemu kakaknya sambil makan es krim. Kakak Jung Won bertanya apakah adiknyahabis main bisbol.
“Tidak. Aku dari rumah.”  Ucap Jung Won. Kakaknya bertanya apakah Jung Won tidak ada janji di akhir pekan
“Aku akan menemui Ibu nanti.” kata Jung Won. Kakaknya bertanya apakah Jung Won tak ada kencan.
“Kau menyia-nyiakan masa mudamu.” Ejek kakaknya. Jung Won mengeluh menurutnya tak asalan untuk berkencan.
“Aku tidak tertarik... Omong-omong, kenapa belum ada balasan, ya? Sudah dua bulan sejak kukirim surat rekomendasi.” Kata Jung Won.
“Pasti segera dibalas. Kau Tunggu saja... Kau... Apa sudah bilang pada Ibu?” ucap Kakak  Jung Won.
“Aku akan memberitahunya hari ini.”ucap Jung Won. Kakaknya yakin ibunya pasti pingsan. Jung Won yakin kalau Ibunya  pasti mengerti.
“Ibu mendukung kalian saat mendapat panggilan Tuhan, 'kan? Aku percaya Ibu. Ibu kita berbeda dengan ibu lain.” Ucap Jung Won. 


Tapi saat dirumah, Jung Won mengendor pintu memanggil ibunya. Seperti sang ibu marah sampai tak mau membuka pintu. Jung Won terus mengedor pintu tapi ibunya tetap tak bergeming. Sementara di kuil, Suk Hyung mengantar ibunya dan ingin mengendongnya.  Ibu Suk Hyung menolak.
“Tangganya sampai bawah, Bu. Jadi Biar kugendong.” Ucap Suk Hyung. Sang ibu pun naik ke punggung anaknya. Suk Hyung meminta ibunya agar memegangnya erat-erat.
“Bu, bagaimana kalau kita buat bibim guksu malam ini?” kata Suk Hyung. Ibunya meminta agar hubungi Song-hwa dan Ajak dia makan malam.
“Ibu sangat suka Song-hwa. Dia pendiam dan lembut.”kaata Ibunya. Suk Hyung mengeluh Untuk apa Song-hwa ke rumah
“Sudah kubilang kami hanya teman. Lagi pula, Song-hwa tidak pendiam.Dia sangat menggebu-gebu.” Kata Suk Hyung. 

Di sebuah gereja, Song Hwa menari diatas podium dengan penuh semnagat menarikan lagu “ REJOICE IN THE LORD" Yun Bok dan Hong Bo ikut melihatnya dari tempat duduk hanya bisa melonggo. Hong Bo bertanya apakah "Rejoice In The Lord" seriang ini,
“Berarti dia berhasil menghidupkannya... Hei, sebentar lagi puncaknya.” Ucap Yun Bok dan akhirnya melihat Song Hwa dengan sangat penuh semangat mengakhir tarianya. 

U Ju sudah siap-siap pergi ke sekolah, bibinya memuji U Ju yang tampan sambil mengoda bertanya anak siapa. U Ju menjawab Lee Ik-jun. Sang bibi memuji U Ju memang anakn pintar. Ik Jun berbicara ditelp memastikan kalau Polusi udara hari ini tinggi jadi Tidak ada kelas di luar.
“Ya. Kalau nanti siang keluar, tolong pakaikan masker yang ada di kantong depan tas U-ju, dan kalau ada tabir surya, tolong oleskan ke wajah U-ju.” Pesan Ik Ju lalu pamit pada anaknya. U Ju menatap sang ayah dengan senyuman. 

Ik Jun memarkir mobilnya, saat itu Mobil Song Hwa datang hanya dengan satu kali mundur bisa langsung pakir. Ik Jun keluar mobil memuji Song Hwa itu memang ratu parkir. Song hwa mengejek akan jadi sopir kalau berhenti jadi dokter.
“Hei.. Tolong parkirkan di mana saja!” ucap Jung Won tiba-tiba datang dan langsung memarkir didepan mobil keduanya. Ik Jun dan Song Hwa hanya bisa melonggo melihat Jung Wan yang berlari cepat. 

[KANTOR MEDIS 4 OBSTETRI/GINEKOLOGI]
Dokter Chu melihat seoran dokter didalam ruangan dan langsung menyapanya dan bertanya apakah  kembali sepenuhnya. Sang Dokter hanya bisa tersenyum, lalu dokter Tae In memberitahu sudah mulai kerja lagi hari ini Bahkan sudah menangani satu pasien.
“Apa Kalian tahu siapa dia?” ucap Dokter Chu. Mereka tahu kalau Dokter itu Sang Dewi Persalinan.
“Tentu! Pengalamannya sebagai perawat persalinan saja 15 tahun. Dia memang baru kembali setelah melahirkan, tetapi selama ada dia, kita tidak diperlukan. Kita bisa pulang.” Ucap Dokter Chu.
“Chu Min-ha, kau masih sama. Tidak berubah sama sekali.” komentar si dokter.
“Manusia tidak boleh berubah. Selama kau cuti, banyak dokter spesialis baru, 'kan?” ucap Dokter Chu
“Hanya satu orang. Dokter muda yang tampak pendiam.” Kata Dokter  senior yang mengaku baru melihatnya. Dokter Tae In menjawab itu Dokter Yang Suk-hyung.
“Ya, kurasa hanya dia yang baru. Dokter lain masih sama. Aku lihat hari ini ada persalinan anensefali. Siapa yang bertugas?” ucap Dokter Senior.
“Aku. Aku asistennya.” Kata Dokter Eun-won. Dokter Senior meminta agar Dokter Tae In  harus cekatan.
“Anensefali itu apa?” bisik temanya. Dokter Eun-won menjawab  Bayi tanpa otak.
“Bayi diduga mengalami anensefali di usia kehamilan 13 pekan. Aborsi induksi memang dilarang, dan pasien ingin melahirkan secara normal. Kini pekan ke-32. Air ketuban sudah pecah dan sudah merasakan kontraksi. Diperkirakan bayi akan lahir sekitar siang ini, tetapi dia hanya bisa bertahan beberapa jam. Paling lama beberapa hari.” Ucap Dokter Eun-won
“Cukup. Biar itu jadi rahasia kita. Kita bersiap saja. Dokter Yang Suk-hyung yang menangani pasien itu?  Tadi dia memang ingin bertemu denganku.” Kata Dokter senior.
“Siapa petugas kasus anensefali-ku hari ini?” tanya Suk Hyung masuk ruangan. Dokter Eun-won mengangkat tanganya.
“Chu Min-ha. Bisa bicara sebentar?” kata Suk Hyung. Dokter Chu bingung tapi akhirnya ikut keluar ruangan.
“Apa?? Kau ingin aku menutup mulutnya?”kata Dokter Chu kaget. Suk Hyung meminta agar Jangan tutup hidungnya.
“Tutup saja mulutnya agar kita tak dengar tangisannya. Eun-won tidak bisa karena jadi asisten. Kau masuklah dan tutup mulut bayi. Segera begitu lahir... Paham?” ucap Suk Hyung. Dokter Chu kaget dan bingung. 




Dokter Jang melihat kalau Hasil rontgen juga baik. Demam pun tid jadi Seharusnya tak menelepon Dokter Bae bahkan  Kemarin malam juga  menelepon.  Dokter Bae pikir pasienya gelisah karena belum lama operasi jadi tak ada yang bisa dilakukan.
“Jin-yong kenapa? Ada apa?” tanya Jung Won datang dengan nafas terengah-engah.
“Sekarang dia baik-baik saja, Dokter. Maaf. Dia masuk IGD karena memuntahkan semua makanan sejak dini hari, tetapi sudah membaik.” Jela Dokter Jang.
“Apa Sekarang tidak ada masalah? Apa Tidak ada demam dan distensi abdomen?” tanya Jung Won.
“Demam sudah turun setelah diberi obat. Dia membaik setelah muntah sekali.” Kata Dokter Jang.
Jin-yong sudah membaik, dan sudah kami jelaskan, tetapi ibunya tetap ingin menemuimu.” Ucap Dokter Bae lalu meminta maaf.
Jung Won mengaku tak masalah, saat itu perawat memanggil Dokter Bae kalau ada pasien fraktur jadi harus segera kemari.


Jung Won pun memeriksa pasienya lalu memberitahu ibu Jin Yong  agar  tidak perlu khawatir karena bukan masalah usus lalu bertanya apakah bisa makan sesuatu karena jadi lebih kurus. Sementara Dokter Bae memeriksa pasien yang baru datang, seorang  anak yang merintih kesakitan.
“Apa yang terjadi?” tanya Dokter Bae. Ayahnya mengaku sang anak  jatuh dari meja makan saat bermain.
“Setelah itu lengannya tidak bisa digerakkan. Dia jatuh keras ke arah kanan. Aku rasa tangannya patah. Aku mohon segera lakukan sesuatu.” Ucap sang ayah panik
“Bagaimana kalau kutekan di sini dan sini? Apa Rasanya sama? Apa Bisa kau tarik napas dalam? Apa Saat bernapas pun sakit?” ucap Dokter Bae sang anak terus merasa sakit.
“Menurutku dadanya harus pindai dirontgen. Apa lengannya jatuh lebih dahulu saat jatuh? Apa Dadanya tidak menabrak sesuatu?”tanya Dokter Bae. Sang ayah mengaku tak tahu
Saat itu Jung Won akhirnya ikut bergabung dengan Dokter Bae.  Sang ayah mengakuSaat jatuh dari meja makan hanay terdengar suara sangat keras lalu anaknya jatuh ke kanan. Dokter Bae pikir Menurut pengamatan, lengannya patah.
“Dadanya juga tampak bermasalah, sehingga harus tes rontgen.” Kata Dokter Bae.
“Aku dengar anak tidak dianjurkan tes rontgen. Apa itu perlu?” ucap sang ayah khawatir.
“Hanya radiasi jumlah kecil. Tak apa.” Ucap Dokter Bae. Sang ayah bisa mengertii lalu meminta agar dokter segera hilangkan rasa sakitnya.
Dokter Bae meminta agar jangan khawatir lalu meminta perawat wagar Pindai dengan rontgen dan beri obat pereda rasa sakit.
Saat itu perawat datang memberitahu Jung Won kalau  operasi Kasai sudah siap jadi harus ke sana. Jung Won mengerti. 



Ik Jun memeriksa presdir Sim bertanya apakah Belum enema, Istrinya menjawab Akan dilakukan nanti malam dan memastikan kalau Itu persiapan terakhir sebelum operasi, Ik Jun menganguk. Sang istri pun mengeluh  Persiapannya banyak sekali.
“Belum operasi saja sudah melelahkan.” Kata Sang istri. Ik Jun memberitahu Persiapan penerima donor memang sangat banyak dan Durasi operasi pun lebih lama.
“Kau bilang sekitar sepuluh jam, 'kan?” ucap istri Tuan Sim. Ik Jun pikir  baru bisa tahu setelah operasinya mulai.
“Tetapi biasanya sekitar sembilan sampai sepuluh jam.  Sebagai gantinya, waktu operasi putramu, lebih pendek sekitar empat jam setelah dikurangi waktu anestesi dan penutupan.” Jelas Ik Jun
“Tidak akan ada efek samping setelah operasi, bukan? Suamiku menjalani transplantasi agar bisa lebih sehat.” Ucap sang istri.
“Itu... Bukan agar lebih sehat, tetapi dia tak bisa hidup jika tidak melakukan transplantasi hati. Ini keputusan sulit bagi putramu, dan tentu saja tidak semua anak atau keluarga mampu melakukannya. Sebuah hal wajar dan dapat dimengerti jika mereka menolak.” Jelas Ik Jun.
Sang istri menganguk mengerti. Ik Jun melihat Presdir Sim  agak batuk. Jadi akan melakukan rontgen. Dan bertanya Bagaimana hasilnya. Perawat memberitahu Tidak ada masalah. Ik Jun pikir Semuanya bagus jadi Sampai bertemu besok.
“Baik. Kau juga istirahat, Dokter... Jangan minum-minum dan pulanglah ke rumah.” Ucap sang istri. Ik Jung tersenyum lalu pamit pergi. 


Dokter Chu masuk ruangan mengeluh karena Suk Hyung minta segera tutup mulut bayinya menurutnta itu pasti karean Suk Hyung tidak ingin mendengar suara tangis bayi lalu mengumpat Suk Hyung benar-benar gila dan  Psikopat!
“Apa Dia benar bilang begitu? Dokter Yang bilang begitu?” kata Dokter Senior dan Eun Woo kaget.
“Sungguh! Tadi dia bilang begitu padaku.” Ucap Dokter Chu. Eun Woo pikir  Tak menyangka dia begitu dan sungguh di luar dugaan.
“Apa yang di luar dugaan? Ini Sesuai dengan rupanya! Dia tidak punya perhatian dan perasaan terhadap pasien. Dia hanya penyendiri sederhana yang bodoh dan egois! Sesuai seperti kelihatannya.” Kata Doktar Chu kesal
“Dokter Min-ha... Sudah berapa tahun jadi residen?” tanya Dokter Senior. Dokter Chu menjawab Dua tahun jadi meminta agar mendengarkan baik-baik. 

Perawat menelp Suk Hyun kalau Jo Mi-hyeon, pasien gastroschisis masuk IGD karena sudah kontraksi jadi meminta agar segera datang.  Suk Hyung pun berlari suami Nyonya Jo gelisah menunggu didepan ruangan bersalin. Dokter lain memberitahu  ini terlalu cepat.
“Jarak kontraksi amat pendek... Dokter Eun-won, Dokter Yang datang.” Ucap Dokter. Eun Woo pun melihat Suk Hyung datang
“Jo Mi-hyeon, wanita hamil 37 pekan. Kita berencana lakukan persalinan induksi pekan depan, tetapi kini sakit kontraksi. Suaminya sangat terkejut.” Jelas Eun Woo.
Suk Hyung datang menemui suaminya lebih dulu meminta agar tidak perlu khawatir. Eun Woo memberitahu Bukaan sudah sekitar tiga cm, dan sesaat lalu diberi epidural.

Ik Jun melihat KAMAR VIP 2 [TIRAH BARING! PENGUNJUNG TERBATAS. Perawat berkomentar kalau sangat khawatir menurutnay anak Tuan Sim itu Mentalnya tak stabil bahkan menolak dikunjungi. Ik Jun bertanya apakah Dia sudah dites darah dan dirontgen
“Tentu saja... Aku melihatnya satu kali saat itu saja. Setelah itu dia tidak keluar kamar. Padahal saat konsultasi, dia baik-baik saja.” Kata Perawat.
“Dia tidak mungkin kabur, 'kan?” ucap Ik Jun memastikan. Perawat merasa itu Tidak mungkin.

Suk Kyung keluar ruangan memberitahu Bukaannya masih tiga cm. Masih ada waktu lalu bertanya apakah sudah hubungi Pediatri. Eun Woo mengaku sudah. Suk Hyung ingin tahu apakah sudah menelp. dokter bedah anak.
“Kau belum menghubungi Jung-won, 'kan? Masih ada waktu.” Kata Suk Kyung. Eun Woo menagku belum kuhubungi.
“Aku sudah bicara dengan Kepala Residen. Menurut dia, Dokter Ahn baru selesai operasi sejak dini hari, dan mungkin sedang makan karena belum makan seharian.” Ucap Eun Woo.
“Bagus. Aku akan menunggu di ruangan.” Kata Suk Hyung lalu berjalan pergi. 

Eun Woo akhirnya kembali ke ruangan, Dokter Senior membahasnya kaalu sudah mendengar masih tiga cm. Eun Woo membenarkan. Dokter pikir itu berarti masih lama dan yakin kalau belum menghubungi dokter bedah anak,
“Tentu belum. Aku sudah dua tahun kerja... Aku paham soal itu.” Kata Eun Woo yakin.
Saat itu telp berbunyi, Eun Woo kaget dan langsung keluar berlari dengan cepat. Dokternya ingin tahu kenapa. Eun Woo menjawab sudah Bukaan lengkap!

Suk Hyung datang langsung memakain baju operasinya melihat Eun Woo datang meminta tak masalah jadi masuk santai saja. Eun Woo kebingungan karena Dokter bedah anak sedang makan. Perawt memberitahu kalau Eun Woo tidak perlu menelepon. Eun Woo terlihat bingung.
“Dia sudah datang... Dokter Ahn sudah di Ruang Persalinan sejak sepuluh menit lalu.” Ucap perawat.
“Apa Dia sudah selesai makan?” kata Eun Woo kaget. Perawat mengulang ucapan Jung won.  "Apa Makan penting? Bayinya segera lahir."
“Dia bilang harus siap sedia lebih awal karena temannya yang menangani.” Ucap Perawat.
Dalam ruang operasi suasana terlihat tegang, Jung Won mengunggu. Saat itu Jung Wan keluar membawa bayi tanpa otak.  Suk Hyung memanggil Jung Won seperti ingin memberikan semangat. Jung Won pun tersenyum.
Suk Hyung sedang didalam ruangan, Ass memberitahu kalau sudah siap.

Di ruangan Song Hwa, Jun Wan bertanya dimana Jung Won. Ik Jun memberitahu Ada operasi sejak pagi. Jun Wan bertanya apakah Suk  Hyung juga. Song Hwa membenarkan kalau ada persalinan mendadak, lalu ada kasus anensefali.
“Dia tak bisa makan.” Kata Jun Wan dan mulai makan. Ik Jun membahas Bayi tanpa otak. Song Hwa membenarkan.
***
Flash Back
Diruangan bersalin Suk Kyun meminta agar pasien mulai mengedan untuk mengeluarkan bayinya. Sang ibu berusaha sekuat tenaga mengeluarkan bayinya sampai menangis.
Sampai akhirnya Suk Hyung memberikan kode pada perawat untuk bersiap, saat bayi dilkeluar Dokter Cha membawanya sama seperti yang diminta oleh Suk Hyung.  Suara lagu dengan speaker pun terdengar dengan keras dalam ruangan bersalin.
“Kau sudah bekerja keras.” Puji Suk Hyung. Sang ibu memanggil Suk Hyun mengaku merasa bersalah pada anaknya sambil terus menangis.
“Bu... Kau sudah memperjuangkan anakmu sampai akhir. Itu saja sudah hebat... Kau sudah melakukan yang terbaik, Bu. Kau sudah sangat bekerja keras.” Ucap Suk Hyung memastikan. 

Flash Back
Dokter Senior bertanya pada Dokter Chu bertanya sudah berapa tahun jadi residen. Dokter Chu menjawab Dua tahun. Dokter Senior meminta agar dengar baik-baik dan mengaku Tadi menengok pasien itu karena khawatir.
“Aku bertanya, apa dia ingin melihat bayinya saat lahir. Kami bisa memperlihatkannya bila mau. Dia berpikir cukup lama lalu dia bilang tidak perlu. Dia takut merasa amat terpukul bila melihat bayinya.” Cerita Dokter Senior.
“Sebenarnya dia sudah hebat dengan tidak menggugurkan kandungannya. Namun, saat aku keluar kamar, Dokter Yang Suk-hyung sedang berdiri di luar. Dia bilang ingin meminta bantuanku. Dia bilang, "Saat bayinya lahir nanti, dan bila dia menangis, bisakah kau menaikkan volume musiknya?” cerita Dokter Senior.
“Aku sudah minta kepada orang lain, tetapi aku juga minta tolong kepadamu untuk jaga-jaga." Ungkap Dokter Senior. Dokter Cha tak percaya mendengarnya. 


Suk Hyung terlihat bergegas jalan di lorong rumah sakit meminta agar segera ke dalam. Dokter Senior menceritakan kalau langsung paham apa maksudnya bahkan kaget orang pendiam seperti Suk Hyung bisa begitu Jadi pura-pura bertanya "Kenapa harus menyalakan musik?"
“Dia bilang, "Seorang ibu pasti tahu segalanya dan sudah menyiapkan hati. Meski begitu, jika dia dengar tangisan bayinya saat lahir, trauma itu akan membekas selamanya." Jelas Dokter senior. Dokter Chu hanya diam saja.
***
Bersambung ke part 3

Cek My Wattpad...  ExGirlFriend

      
Cek My You Tube Channel "ReviewDrama Korea"

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar