Hye Jin
kecil berdiri didepan kesal menceritakan citanya ingin menjadi penulis cerita
anak-anak yang bisa membuat orang bahagia, dan dengan cerita yang menarik,
dimana semua orang bisa jadi pemeran utama, semua teman kelasnya memberikan
tepuk tangan dengan meriah.
“Saat kita masih muda, banyak
yang bertanya,Apa cita-citamu?Tapi setelah dewasa, orang yang menanyakan hal
itu semakin berkurang.”
Hye Jin
mulai menjadi pelayan di bar dan pulang menaiki bus dengan mulut menganga
karena terlalu lelah berkerja.
“Terus mendekap impian sampai dewasa
tidaklah mudah. Dalam kenyataannya, impian itu sangat sulit digapai, dan
semakin menghilang,sampai akhirnya kita lupa seperti apa mimpi kita dulu.”
Hye Jin
mengambil buku pemberian dari Penulis Lee dan mengingat tawaran menjadi penulis
dongeng seperti cita-citanya dulu.
“Meski begitu, sebelum aku
benar-benar lupa,Syukurlah, ada yang mengingatkan mimpiku lagi.”
Hye Jin
membawa kardus berisi barang-barangnya, Tim management terlihat sedih dengan
kepergiaan Hye Jin, Kepala Bong juga mengucapkan selamat tinggal pada Hye Jin
dan mengaku akan merindukannya. Hye Jin pun mengucapkan terimakasih dengan
wajah bangga, setelah itu meninggalkan semua timnya.
Setelah
Hye Jin pergi, semua seperti tak peduli buru-buru mencari makan siang karena
sudah mulai lapar. Hye Jin keluar dari kantor menatap gedung yang beberapa
bulan ini menjadinya banyak cerita didalamnya, lalu berjalan meninggalkannya.
Hye Jin
datang kerumah Sung Joon langsung mengajaknya menikah. Sung Joon menjerit
mendengarnya. Hye Jin pun sudah menyiapkan cincin yang langsung dipasang pada
jarinya sendiri dan memasangkan untuk Sung Joon juga.
“Aku
sedang melamarmu saat ini, tapi kita tak harus melakukannya sekarang...” ucap
Hye Jin terbata-bata karena takut keputusannya di tolak.
“Kau minta
waktu satu tahun, kan?” kata Sung Joon, Hye Jin terlihat terkejut karena Sung
Joon bisa mengetahui rencananya.
Hye Jin
berjanji akan main-main kerumah, Ha Ri pun berjanji akan mendatangi Hye Jin.
Sung Joon menunggu keduanya yang berpamitan, Keduanya saling berpelukan. Ha Ri
berpesan agar Hye Jin berkerja dengan rajin, Hye Jin berjanji akan berkerja
dengan rajin dan Sung Joon memberikan kecupan dikeningnya sebelum meninggalkan
Hye Jin.
“Jadi, aku tinggal disini dan
sekali lagi kuputuskan untuk mengejar mimpiku.”
Hye Jin
masuk ke dalam ruangan dengan banyak penulis yang sedang berdiskusi dengan
penuh semangat, Penulis Lee dan lainnya terlihat terkejut melihat kedatangan
Hye Jin yang memutuskan untuk bergabung dengan kelompok untuk membuat buku
dongeng. Seorang penulis berkomentar julukan penulis termuda tak lagi padanya
tapi pada Hye Jin. Terlihat wajah Hye Jin benar-benar sumringah melihat
impiannya selama ini bisa dicapainya.
Semua
penulis membahas tentang cerita “Petualangan Chadol” supaya lebih menyenangkan.
Hye Jin menyarankan dari pada memiliki kotak permintaan lebih baik mereka
membuatnya bisa terbang dengan kotak itu. Penulis Lee setuju dengan begiu pertualangan
bisa lebih luar.
Penulis
lain juga setuju karena kalau punya kotak seperti itu pasti ingin bisa terbang
dan yang lainnya mengusulkan untuk membuat mantra juga, Penulis Lee memikirkan
mantra apa yang cocok untuk anak-anak. Semua yang ada didalam ruangan terlihat
sangat bahagia, begitu juga Hye Jin.
Sung Joon
menelp Hye Jin bertanya apakah ia sedang berkerja, Hye Jin menceritakan dengan
penuh semangat tempatnya itu sangat menyenangkan dengan penulis yang baik dan membuat cerita bersama sangat menyenangkan.
“Kau
bagaimana, Apa sudah menyelesaikan semuanya?” tanya Hye Jin.
“Aku mau
rapat dengan tempat kerja baru, karena terlalu banyak telpon penuh cinta dari
mana-mana aku jadi kesusahan.” goda Sung Joon, Hye Jin terlihat tersipu malu
mendengarnya.
Hari
berganti hari [November, 2015. Kebahagiaan
tergantung diri sendiri.] dan [Desember,
2015. Kesuksesan bukanlah akhir.]
Sung Joon
duduk didepan laptopnya memanggil Hye Jin untuk cepat karna sudah sangat lapar.
Hye Jin meminta maaf karena harus mencari minyak wijen, lalu keduanya sama-sama
makan bersama lewat webcam. Sung Joon melihat Hye Jin yang makan bibimbap
langsung meneteskan air liurnya.
“Sepertinya
enak. Aku minta sesuap.” kata Sung Joon, Hye Jin menyuapinya dan Sung Joon
berpura-pura sudah memakannya dengan berkomentar bibimbapnya sangat enak.
“Sung
Joon....Sepertinya kau jadi gila.” komentar Hye Jin yang melihat kelakukan
pacarnya
“Ah..
Benarkah... Aku gila karena merindukanmu. Masih 11 bulan lagi baru kita bisa
bertemu, kan?” jerit Sung Joon lalu berbaring lemas di sofa. Hye Jin juga
seperti tak bisa menahan rasa kangennya.
[Januari, 2016. Hidup adalah pelajaran panjang
untuk kerendahan hati]
Sung Joon
mengunakan handsfreenya menelp Hye Jin bertanya apakah ia baru selesai kerja. Hye
Jin membenarkan lalu bertanya apakah Sung Joon akan berangkat kerja. Sung Joon
membenarkan lalu menceritakan salju sangat tebal yang membuat jalanan macet dan
bertanya balik apakah dikorea tak turun salju.
Hye Jin
yang kelelahan sudah tertidur pulas dengan ponsel ditanganya. Sung Joon
memanggil Hye Jin tapi yang terdengar bunyi dengkuran, dengan senyuman berharap
supaya pacarnya bisa tidur dengan nyenyak dan juga sangat merindukannya.
[Februari, 2016. Kejujuran itu sederhana.] dan
[Maret, 2016. Cinta akan menemukan
jalan.]
Seseorang
membaca majalah Most berkomentar Semua orang pasti berusaha keras menulis
artikel yang membuatnya kagum, terdengar panggilan nomor urut 140, Hye Jin
berteriak menurunkan majalahnya dengan rambutnya kembali keriting.
Ia
berjalan menghitung semua tabunganya yang jumlahnya 80,000,000 (Won), dengan
wajah bahagia merasa sudah cukup untuk sebuah hadiah. Sung Joon menelpnya
dengan suara serak lalu batuk. Hye Jin panik mendengar suara batuk lalu
menanyakan apakah sudah minum obat. Sung Joon mengaku tak parah jadi tak perlu
obat karena akan segera sembuh.
Hye Jin
mengomel karena Sung Joon yang lupa mengisi kulkas dan menyuruhnya untuk beli
makan dan Jangan lupa makan buah, lalu mengeluh karena tak bisa didekatnya.
Sung Joo mengatakan sakitnya tak terlalu parah lalu menutup telpnya. Ponsel Hye
Jin kembali berbunyi lalu dengan wajah sumringah langsung mengayuh sepedanya.
Hye Jin
berteriak gembira mengayuh sepedanya, Penulis Lee yang sedang berjalan bertanya
mau kemana, Hye Jin mengatakan ada yang akan datang dan segera kembali. Ha Ri
duduk dengan wajah serius belajar, Hye Jin berteriak memanggilnya tapi Ha Ri
tak menyambutnya masih tetap serius.
Akhirnya
Hye Jin berusaha untuk mengagetkanya, tapi Ha Ri tetap tak bergeming masih
serius belajar. Hye Jin pindah ke sisi kiri supaya Ha Ri sadar dengan
kedatanganya, tetap saja Ha Ri terus serius belajar. Hye Jin sedikit kesal
mulai menjulurkan lidahnya, sampai akhirnya Ha Ri yang membuat kaget Hye Jin.
Hye Jin
menjerit kaget lalu duduk didepan Ha Ri berkomentar temanya itu terlalu keras
belajar. Ha Ri menyuruh Hye Jin tak perlu menghentikan karena sangat ingin
mendapatkan beasiswa. Hye Jin merasa tak akan menghentikanya karena mendukung
temanya untuk mendapatkanya.
“Bagaimana
kau bisa disini? Hari ini kuliahmu sampai malam.” tanya Hye Jin
“Aku
bolos untuk menemuimu.” akui Ha Ri bangga lalu mendengar ponselnya berdering.
Ha Ri
marah-marah menyuruh seseorang tak menghubunginya lagi, terdengar suara dari
seberang “Aku mencintaimu, noona” Ha Ri menjerit mengancam akan membunuhnya
kalau pria itu menelpnya dan menutupinya.
“Anak
jaman sekarang aneh sekali, Mereka tak pernah mau dengar.” keluh Ha Ri, Hye Jin
pun bertanya siapa yang menelpnya.
“Seseorang.
Mahasiswa yang terus mengikutiku. Umur 22 tahun.” cerita Ha Ri
“Wow! Jadi
ada hal yang menyenangkan begitu dikampus. Pasti kuliahmu menyenangkan” ejek
Hye Jin
Ha Ri
menyuruh temanya menutup mulut dan mencari makan, Hye Jin makin mengodanya
dengan menyanyi ♫Noona,
karena kau wanitaku, Aku akan memanggilmu "kau". Tak peduli orang
bilang apa♫ Ha Ri menjerit dan
mengejar Hye Jin yang terus mengodanya.
Keduanya makan
direstoran, Ha Ri melihat rambut Hye Jin yang tak diluruskan lagi. Hye Jin
sadar rambutnya seperti dulu setelah tinggal di tempat kerjanya sekarang dan
membiarkanya saja. Ha Ri melihat Hye Jin seperti sangat cocok dan sangat senang
dengan tempat kerjanya sekarang. Hye Jin menanyakan alasan Ha Ri mengatakan
itu.
“Kau
kelihatan damai, kalau Tahu begini, harusnya kau lakukan yang kau inginkan dari
dulu.” komentar Ha Ri
“Kalau
tak kerja di THE MOST, aku tak mungkin bisa kemari. Sebelumnya Aku bertemu
penulis Lee karena THE MOST. Pertemuan itu memberiku kesempatan untuk bermimpi
lagi. Dimana, bagaimana, dan berapa lama aku harus tinggal di suatu tempat, Pertemuan
itu mengajariku hal itu.” cerita Hye Jin bangga,
“Aku merasa
kagum.” ungkap Ha Ri
Hye Jin
mengambil kimchi lobak didepannya lalu merasa kalau semuanya benar, Ha Ri
binggung dengan ucapan temanya.
Flash Back
Hye Jin
yang baru melihat Shin Hyuk mengomel karena sangat tega pergi tanpa pamit
sepatah katapun, Shin Hyuk pikir dengan cara seperti ini menemuinya. Hye Jin
yang merasa khawatir menanyakan dimana shin Hyuk tinggal, apakah makan dengan
teratur, Shin Hyuk langsung menarik dan memeluknya.
“Tak
mungkin setiap hari, karena wapimred bisa marah,tapi tiap kau lihat acar lobak,
tolong pikirkan aku.” bisik Shin Hyuk, Hye Jin tersenyum mendengar pesan dari
temanya lalu menatap Shin Hyuk yang pergi berjalan meninggalkanya.
Hye Jin
mengatakan acar lobak itu membuat memikirkanya, Ha Ri terlihat makin binggung
dengan ucapan temanya. Hye Jin tak menceritakan kejadian sebenarnya tapi
mengakui kalau tiba-tiba kepikiran dengan reporter bodoh itu. Ha Ri teringat
dengan penghuni kamar 2024.
“Bagaimana
kabarnya? Melihat kepribadiannya, dia akan baik-baik saja meski hidup di pulau
terpencil, kan?” komentar Ha Ri, Hye Jin setuju dengan hal itu lalu kembali
makan.
Ha Ri
mengantar Hye Jin sampai ditempat kerjanya, lalu Hye Jin menelp Sung Joon tapi
ponselnya tak aktif, wajah Hye Jin binggung karena ponsel Sung Joon mati
padahal selama ini Sung Joon tak pernah mematikan Hpnya, dengan pikiran positif
kalau ponsel Sung Joon baterainya habis.
Ia
kembali ke kamar mencoba menelp Sung Joon dengan webcam, tapi tak tersambung
dan berusaha menelp kembali tetap saja belum aktif. Hye Jin berpikir sebelumnya
Sung Joon sedang demam mungkin ketiduran setelah minum obat.
Akhirnya
ia mengirimkan pesan “Kenapa kau tak bisa
dihubungi? Kau tidur? Sakitmu tak tambah kan?” dimalam hari Hye Jin gelisah
karena pesannya tak dibalas oleh Sung Jon.
Di pagi
hari, Hye Jin terbangun dari tidurnya langsung mengecek ponselnya tetap saja belum
ada balasan dan tak bisa dihubunginya. Di meja makan semua penulis saling
mengobrol cuaca hari ini akan turun hujan. Penulis Lee melihat Hye Jin yang
tertunduk sedih dan memanggilnya.
Hye Jin
tetap saja melamun tak memakan nasinya, Penulis Lee kembali memanggilnya. Hye
Jin pun tersadar kalau semua nasinya berantakan. Penulis Lee bertanya Hye Jin
yang melamun seperti mengkhawatirkan sesuatu. Hye Jin menutupinya dengan
mengatakan tak ada apa-apa.
Setelah
itu semua kembali berkerja menuliskan cerita dongeng, Hye Jin diam-diam mencoba
menelp Sung Joon tapi belum juga aktif, padahal selama ini selalu saja bisa
dihubungi.
“Jangan-jangan,
terjadi sesuatu?.... Ah...Tidak! Memangnya apa yang terjadi? Dia pasti sedang
sibuk.” gumam Hye Jin mencoba berpikir
positif.
Penulis
Lee kembali memanggil Hye Jin beberapa kali sampai akhirnya Hye Jin tersadar dengan
panggilanya, dengan wajah khawatir menanyakan apakah ada sesuatu. Hye Jin
menutupinya dengan mengatakan tidak. Penulis Lee meminta Hye Jin pergi ke
bagian Art karena Mereka bilang ilustrasi untuk cerita yang mereka buat sudah
selesai.
Hye Jin
mengerti langsung membawa jaketnya, Penulis Lee bertanya Hye Jin mau pergi
kemana, memberitahu bahwa pintunya ada disebelah kiri. Hye Jin pun sadar kalau
ia berjalan kearah kanan. Penulis Lee tahu Hye Jin tak bisa menghubungi
pacarnya karena seharian hanya melihat ponselnya terus, Penulis lainnya melihat
Hubungan jarak jauh memang sulit dan keudanya sudah mulai kesulitan.
Hye Jin
baru selesai dari bagian Art dengan hujan yang cukup deras dan kembali menatap
ponselnya karena Sung Joon belum juga menghubunginya. Dengan wajah khawatir
bertanya-tanya apa sebenarnya yang terjadi dan berpikir kalau tak terjadi
apa-apa.
“Apa sakitnya tambah parah? Bagaimana kalau
suhu tubuhny....Bagaimana kalau dia pingsan berhari-hari tanpa ada yang tahu
karena HPnya mati...!” gumam Hye Jin membayangkan tergeletak di
lantai dengan ponsel didekat tanganya.
“Berhenti
mikir yang tidak-tidak, Kim Hye Jin! Dia pasti cuma sedang sibuk.” tegas Hye
Jin mencoba menghilangkan pikiran buruknya.
“Bagaimana kalau dia nyetir sendiri saat
hujan turun dan membuatnya ingat kecelakaan masa lalu?” gumam
Hye Jin kembali dengan gambaran Sung Joon yang tak bisa bernafas saat menyetir
mobil dalam hujan.
“Berhenti
mikir yang aneh-aneh, Kim Hye Jin! Sung Joon sudah bisa mengatasi traumanya!”
jerit Hye Jin menyadarkan pikiranya.
Hye Jin
pun mencoba menelp dan kali ini berdering, wajahnya langsung bahagia. Sung Joon
pun mengangkatnya, Hye Jin langsung menanyakan pertanyaan dengan wajah khawatir
takut Sung Joon sakit. Sung Joon mengatakan baik-baik saja.
“Lalu
kenapa tak angkat telponku? Kau tahu betapa khawatirnya aku?” jerit Hye Jin
“Sweater
pink mu cantik. Cocok sekali.” komentar Sung Joon, Hye Jin ingin menceritakan
dimana membelinya lalu menyadari darimana Sung Joon bisa tahu ia mengunakan
Sweater Pink.
“Karena
aku sedang melihatmu.” ucap Sung Joon sudah berdiri disebarang jembatan.
Hye Jin
melonggo lalu berlari menghampiri Sung Joon, wajah Sung Joon khawatir melihat
Hye Jin yang meninggalkan payungnya padahal sedang hujan. Hye Jin langsung
meloncat memeluk Sung Joon yang tak memberitahu akan datang bahkan tak
mengangkat telpnya, jadi membuatnya berpikir aneh-aneh.
Sung Joon
tersenyum karena ingin mengagetkan pacarnya, Hye Jin memeluk erat Sung Joon
karena merindukanya. Sung Joon pikir dirinya lebih merindukanya bahwa sampai
mau mati karena sangat ingin melihatnya, lalu menatap wajah Hye Jin, setelah
itu merasa bisa hidup sekarang. Hye Jin tersenyum kembali memeluk Sung Joon.
Sung Joon
memegang tangan Hye Jin yang mengunakan cincin mereka berdua, Hye Jin bertanya
alasan Sung Joon yang tiba-tiba datang. Sung Joon mengaku rasanya ingin mati
karena rindu, lalu melihat tangan pacarnya yang sudah berkerja keras.
“Ah...Serius!
Kau sedang liburan?” tanya Hye Jin
“Tidak.
Aku menetap dan sudah mengurus rumah, mobil, dan perusahaan. ,,Aku pikir aku
sanggup, ternyata tak sanggup menunggu satu tahun. Aku tak sanggup berpisah
denganmu.Sebelumnya Aku bilang akan menunggumu, tapi ternyata aku tak sanggup. Aku
tak sanggup. Lebih baik aku menunggu disini sampai proyekmu selesai.” jelas
Sung Joon.
“Lalu,
pekerjaanmu bagaimana?” tanya Hye Jin khwatir
“Kau yang
harus bekerja.”kata Sung Joon
Hye Jin
kaget dengan wajah panik langsung mengeluarkan ponselnya, yang pertama
dikurangi adalah pengeluaran biaya hidup, Sung Joon bertanya apa yang
dilakukanya. Hye Jin meminta Sung Joon menunggu sebentar karena harus
menghitung biaya hidup mereka berdua.
Sung Joon
tersenyum melihatnya, Hye Jin bertanya lagi apa yang perlu dikuranginya, Sung
Joon mengejek Hye Jin yang tak bisa diajak bercanda, memberitahu kalau sudah
mendapatkan rumah dan pekerjaan baru, Hye Jin bertanya dimana tempatnya.
Nyonya
Park menyapa semua timya memberitahu kalau Seseorang yang akan menggantikannya
sebagai Pimred baru THE MOST Korea. Sung Joon tersenyum menyapa semua tim
dengan memperkenalkan diri sebagai pimred baru. Semua terlihat bahagia dan
beberapa anak magang juga senang melihat Sung Joon yang tampan.
Joo Young
melihat Sung Joon yang sudah kembali dari Amerika, Semua memberikan tepuk
tangan sebagai penyambutan Sung Joon yang datang. Joon Woo lalu bertanya nasib
Nyonya Kim setelah tak jadi pimred.
Poong Ho dengan kumis yang sudah dicukur
memberitahu bibinya akan menikah.Semua
langsung menjerit tak percaya, Sung Joon tak bisa lagi menahan tawanya. Nyonya
Kim terlihat malu-malu mengakuinya karena kejadian itu begitu tiba-tiba, lalu
tertawa terbahak-batak. Han Sul penasaran siapa pria yang akan dinikahi Nyonya
Kim.
Seorang
pria italia membawakan sekuntum bunga dan memanggil Nyonya Kim penuh dengan
rasa cinta. Nyonya Kim langsung berlari menghampiri pria yang bernama Dario.
Poong Ho menceritaka
pada semua tim, dengan bertanya apakah mereka tahu tentang Dario, Ah Reum
mengenal Dario adalah Model Itali yang pernah jadi model mereka sebelumnya.
“Dia adalah kekasihnya yang 15 tahun lebih
muda.” cerita Poong Ho, Semua menjerit tak percaya
“Dia bilang bibi adalah wanita tercantik yang
pernah dia temui dalam hidupnya.”jelas Poong Ho
Dario
mengangkat Nyonya Kim dan memutarnya, lalu seperti menurunkan dengan setengah
badan seperti berdansa. Nyonya Kim menjerit karena punggungnya terasa sakit,
Dario panik dengan memanggilnya Nunna, lalu keduanya jatuh bersaman.
Joon Woo
membelikan dua smothie untuk diminum bersama dengan Han Sul di cafe, Han Sul
membicarkan pernikahan Nyonya Kim yang sangat mengejutkan dan membuatnya iri.
Joon Woo tak menyangkan Han Sul bisa iri dengan hal itu.
“Tentu
saja aku iri. Kita bagaimana? Kau dan aku... nanti...” ucap Han Sul binggung
mengutarakan maksudnya, Joon Woo terlihat binggung dengan bertanya “Nanti
kenapa?”
“Maksudku...
kita... akan... Maksudku pernikahan kita!” jelas Han Sul
“Tentu
saja kita akan menikah.” kata Joon Woo
Han Sul
langsung bahagia dan bertanya kapan, keduanya tiba-tiba menyebut bersamaan
tahun ini, lalu tersenyum bahagia. Han Sul menyandarkan kepalanya mengaku
sangat bahagia. Joon Woo memeluknya dengan erat karena merasa lebih bahagia.
Han Sul mulai menyusun rencana menikah ditempat yang murah dan tak perlu
mengunakan foto Prewed yang mahal, karen hanya buang-buang uang.
Ha Ri
sedang sibuk belajar seorang pria datang memberikan kopi dengan note
bertuliskan “Noona kau akan menyukaiku”
lalu mengungkapkan perasaanya dengan membentuk love dengan tanganya dan
berteriak “Noona! Aku mencintaimu!” semua yang ada ruangan menata Ha Ri dengan
senyuman, Ha Ri terlihat kebinggungan dan malu karena kelakuan pria muda yang
agresif mendekatinya.
Hye Jin
merapihkan pakaian kedalam tas, Penulis Lee masuk kedalam kamar bertanya Hye
Jin yang akan pergi ke rumah orang tuanya sekarang. Hye Ji membenarkan dan
besok akan akan kembali karena Hari ini hari istimewa. Penulis Lee bertanya
hari istimewa apa.
“Hari
dimana aku memenuhi janji pada diri sendiri.” kata Hye Jin bahagia.
Sesampainya
dirumah, ibunya heran melihat anaknya datang kerumah. Hye Jin mengaku sangat
merindukan ayah dan ibunya, lalu mencubit pipi adiknya dengan mengodanya sangat
cantik. Hye Rin menyuruh kakaknya melepaskanya karena masih baik, Hye Jin malah
mengoda adiknya dengan semakin mencubitnya.
“Ayah kemana?
Aku melihat Percetakannya sudah tutup.” tanya Hye Jin
“Dia
kotor sekali, jadi ke pemandian umum, Sebentar lagi juga kembali.” kata ibunya.
Terdengar
suara ayahnya yang merasa segar, Hye Jin ingin menyambut ayahnya dan terlihat
Sung Joon yang mengaku baru pertama kali pergi ke pemandian umum dan meminta untuk mengajaknya kembali. Hye Jin
melonggo bertanya apa yang dilakukan Sung Joon dirumahnya.
“Oh! Kau Sudah
pulang?” kata Sung Joon
“Kau
bilang “Oh! Sudah pulang?" Jadi tempat tinggal yang kau maksud itu... rumahku?”
kata Hye Jin tak percaya. Sung Joon mengangguk.
Hye Jin
menjerit ingin memberitkan pukulan, Ayahnya langsung menghalanginya. Ibunya
memberitahu sengaja menyuruh Sung Joon untuk tak memberitahu. Hye Jin
menanyakan alasanya, Hye Rin tau kakaknya itu pasti mengomelinya terus. Hye Jin
merasa tak pernah melakukan itu, ketiganya seperti paduan suara berteriak “Kau selalu melakukannya.” dengan nada
bicara seperti Hye Jin. Sung Joon yang mendengarnya tak bisa menahan tawanya
dengan senyuman.
Flash Back
Saat
ulang tahun pernikahan, Ayah dan ibunya sudah menganggap Sung Joon seperti
keluarga dan mengajaknya untuk makan malam bersama. Hye Jin berteriak “Tidak bisa! Dia sangat sibuk!”
Akhirnya
mereka makan bersama-sama dan Ayah ibunya memperlakukan Sung Joon sangat
istimew dengan memberikan semua makanan ke dalam mangkuk, Hye Jin kembali
berteriak “Biarkan dia makan sendiri!”
Ketika
foto bersama, Ayahnya memanggil Sung Joon dengan panggilan ‘Menantu Ji’ untuk
ikut foto bersama, ibunya pun setuju mereka harus foto sebagai keluarga. Hye
Jin berteriak “Berhenti panggil dia
menantu Ji!”
Hye Jin melirik
sinis karena seharusnya Sung Joon memberitahunya lebih dulu. Sung Joon membela
diri sebagai anak harus menuruti
perintah orang tua. Hye Jin tetap melirik sinis karena kesal, Sung Joon meliriknya
dengan tatapan mengoda, lalu keduanya sama-sama tersenyum karena bisa satu
rumah bersama.
bersambung ke part 2
Cieee. .liat mereka berdua berbunga-bunga. .saya jd ikutan berbunga-bunga juga. . Hahaha
BalasHapusYaelah,sweettt bgt sih tuh org bdua! Bikin aq senyum gaje...
BalasHapusGuemessss..