“Setelah
berhasil dengan ultah 20th dan menyelamatkan The Most, aku akan melamarmu.Aku
akan melakukan apapun agar berhasil dan pasti akan melakukannya.” janji Sung
Joon. Hye
Jin membalikan badanya,menatap Sung Joon
“Bagiku,
selalu ada kenangan akan perasaan seperti kehilanganmu. Selama 15 tahun aku
merindukanmu dan sekarang aku menemukanmu setelah 15 tahun. Aku tak mau
kehilangan kau lagi. Mulai sekarang, 15 thn ke depan, dan 15 thn ke depannya
lagi Dan jika aku diberi waktu lebih, aku ingin menghabiskannya denganmu.”
ungkap Sung Joon, Hye Jin sedikit menghela nafas seperti merasakan dadanya aka
meledak mendengar pengakuan Sung Joon.
Sung Joon
sadar kata-katanya itu membuat Hye Jin kaget, tapi dirinya juga mengaku sangat
gugup saat mengungkapkanya.
“Sejak
lahir, ini pertama kalinya aku begitu yakin akan sesuatu, makanya aku ingin kau
tahu bagaimana perasaanku. Tak ada lagi alasan bagiku untuk ragu.” ucap Sung
Joon lalu memakaikan penuh kepala dari jaket Hye Jin agar tak dingin
“Aku
sungguh berharap kau akan berhasil. Seperti katamu, menghidupkan kembali The
Most... Aku juga berharap kau berhasil.”ucap Hye Jin, Sung Joon menarik penutup
kepala Hye Jin dan menciumnya.
Shin Hyuk
berbicara dengan Direktur Shin ditelp kalau tanggal 7 November akan
bertemu,lalu Direktur Shin menanyakan keadaan Shin Hyuk sekarang, karena
sebelumnya mereka sudah berhasil mendapatkan Leonard Kim, wajah Shin Hyuk
langsung berubah.
Sung Joon
kembali ke kantornya memeriksa ponselnya yang tertinggal, matanya langsung
melotot kaget membaca pesan yang masuk.
“Hallo, ini manajer pribadi Leonard
Kim.Aku minta maaf karena wawancara dengan The Most telah dibatalkan karena
alasan yang tak bisa dihindari.Aku minta maaf.”
Ia
langsung menelp manager Leonard Kim untuk mengetahui lebih jelas, kepalanya
langsung sakit mengetahui wawancara terpaksa dibatalkan. Shin Hyuk mengemudikan
mobil sportnya sambil mengingat pembicaraan dengan Direktur Shin “Akhir-akhir ini,
gosip aneh tentang Leonard Kim menyebar tentang pengunaan ganja.”
Shin Hyuk
datang ke kantor menemui Sung Joon yang duduk dengan lemas bertanya apakah sudah
mengecek ke pihak Leonard Kim tentang gosip itu. Sung Joon dengan tatapan
kosong mengatakan akan diungkapkan pada pers minggu depan jadi Mustahil untuk
wawancara.
“Apakah
ini kesempatan terakhir kita?” tanya Shin Hyuk ikut duduk dengan nafas
terengah-engah. Sung Joon benar-benar tak bisa berkata-kata lagi wajahnya
benar-benar lemas.
Joon Woo
mengartikan bahwa tak ada wawancara utama untuk 12 halaman sekarang. Semua
benar-benar gelisah memikirkanya, Ah Reum mengingatkan apabila mereka tak
meraih peringkat satu maka mereka semua akan berhenti karena Most dibubarkan.
Poong Ho mengeluh keadaan yang membuatnya pusing.
“Lalu,
kenapa kita tak wawancara Choi Min Jung daripada Leonard Kim? Dia mulai
merambah pasar Amerika.” saran Joo Young
“Sudah
kucari tahu, tapi jadwalnya tak cocok karena dia kerja di luar negeri.”jelas Sung
Joon yang ikut berunding didepan meja timnya.
“Bagaimana
dengan Go Sung Jin, Perancang termuda di New York” saran Joon Woo bersemangat
“Kita
pikir itu bagus tapi ceritanya cukup buruk, Jadi, bukan itu yang kita butuhkan
sekarang.”jelas Shin Hyuk
“Tapi mustahil,
kalau bernegosiasi dengan orang-orang kelas atas? Kita malah mengumumkan akan
mewawancarai Leonard Kim, sekarang siapa yang mau terima, saat tahu bahwa
mereka hanyalah pengganti?” jelas Han Sul khawatir
“Jika
kita tak bisa temukan penggantinya, bukankah kita akhirnya menerbitkan edisi
spesial Ultah 20 thn tanpa wawancara?” komentar Sun Min
Eun Young
takut mereka akan benar-benar dihentikan, Poong Ho sambil memegang buku karya
Ten menyarankan untuk mewawancarainya. Semua terlihat kaget, Poong Ho
menjelaskan Baru-baru ini terungkap bahwa penulis terkenal dunia Ten
adalah orang Korea dan buku berjudul "Memory"
sukses besar, menurutnya tak ada yang lebih hebat dibanding penulis itu.
“Tapi Maukah
seseorang yang selama ini bersembunyi dengan baik, diwawancarai, bahkan difoto?”
tanya Joo Young seperti tak yakin
“Tidak.
Jika orang itu selevel dengan Ten, kita tak perlu foto apapun. Ada kemungkinan
bahwa wawancaranya itu sendiri akan jadi gosip panas meski tanpa foto. Bisa
jadi itulah kartu yang paling kita butuhkan daripada hanya obrolan biasa.”
jelas Sung Joon yakin dengan ide Poong Ho
“Yah,
mengagumkan jika mereka mau terima.” ucap Poong Ho berharap, Yi Kyung merasa
pasti itu tak mungkin.
“Entah
mereka mau atau tidak, aku akan cari tahu dari penerbitnya. Sekarang, cari
calon yang lain dengan potensi besar.” perintah Sung Joon lalu kembali
keruanganya. Joo Young memerintahkan semua untuk mengunakan semua koneksi
apapun agar bisa menemukan petunjuk tentang Ten. Nyonya Kim mendengar semua
timnya berusaha mencari siapa penulis Ten dari balkon ruanganya.
“Kami
juga tidak tahu tentang informasi pribadinya, bahkan Kami juga baru tahu dia orang Korea kali ini.”ucap
penerbit buku Ten
“Lalu,
bagaimana kalian berkomunikasi dengan Ten?”tanya Sung Joon binggung
Pihak
penerbit menceritakan hanya menerima naskah via email, lalu menerjemahkan dan
menerbitkan, jadi hanya tahu alamat emailnya, tapi tak bisa mengungkapkannya
langsung. Sung Joon pikir mereka bisa mengirimkan permohonan resmi untuk
wawancara lalu dikirim via email
“Kami
bisa menyampaikannya via email tapi jangan terlalu berharap. Mereka takkan
melakukannya.” jelas pihak penerbit
“Tapi
tetap saja, tolong sampaikan via email dan segera hubungi aku jika kalian
menerima balasannya.” pinta Sung Joon berharap dengan memberikan kartu namanya.
Pihak penerbit pun mengerti.
Hye Jin
baru keluar dari ruangan, Sung Joon memanggilnya karena melihat baru saja sang
pacar dari tim Art. Hye Jin bertanya apakah suskes bertemu dengan penerbit buku
Ten, Sung Joon pikir kesempatan mereka memang tak besar tapi sebagai awalnya
sebaiknya hanya bisa menunggu.
Tiba-tiba
Hye Jin berdiri tepat didepan Sung Joon dengan mencondongkan wajahnya. Sung
Joon binggung melihat sikap Hye Jin tiba-tiba berdiri sangat dekat.
“Katamu
kau akan semangat lagi jika menatapku. Tataplah hingga kelubuk hatimu, sekarang
Kau bisa tatap aku hingga 100 kali.” ucap Hye Jin, Sung Joon bisa tersenyum
sumringah. Hye Jin meminta Sun Joon tak perlu khawatir karena yakin Pasti ada
solusinya.
“Edisi
spesial Ultah 20thn akan terbit sebagaimana mestinya, kan?” tanya Sung Joon
seperti kurang yakin.
“Tentu!
Artikel siapa dulu yang diterbitkan di edisi minggu depan?” ucap Hye Jin bangga
karena artikelnya akan terbit. Sung Joon kembali tersenyum, lalu mengenggam
tangan Hye Jin dengan wajah bahagia.
Han Sul
langsung tertunduk ketika melihat Joon Woo yang datang mendekatinya. Joon Woo
dengan wajah marah bertanya alasan Han Sul menghindar darinya. Han Sul
berpura-pura tak tahu kapan bersikap seperti itu.
“Kau
tidak mengangkat telfonku dari akhir pekan kemarin dan Akhir-akhir ini sikapmu
aneh.” jelas Joon Woo
“Pikirkan
kembali hubungan kita.... Yah, pikirkanlah lagi.” ucap Han Sul lalu buru-buru
pergi. Joon Woo binggung berteriak memanggil Han Sul yang pergi begitu saja dan
tubuhnya langsung lemas dengan bersandar di dinding.
Ha Ri
menelp Hye Jin berpikir mereka bisa makan malam bersama, tapi ternyata Hye Jin
akan pulang telat. Ia langsung terdiam melihat sosok pria yang sudah berdiri
didepan rumahnya, Sang Ayah dengan pakaian rapihnya sudah menunggu sang anak.
Keduanya
duduk di halaman cafe sambil meminum teh, Ayahnya sudah tahu sang anak berhenti
kerja di hotel tapi tak memberitahunya, ia ingin tahu alasannya, berpikir Ha Ri
meras lelah.
“Jika kau
lelah dengan hotelnya, apa sebaiknya Ayah carikan tempat lain?” saran ayahnya.
“Tidak....
Aku hanya ingin memastikan sesuatu. Aku ingin tahu apa yang bisa kulakukan
sendiri dan sampai mana aku bisa melakukannya.” jelas Ha Ri.
Ponsel
ayahnya berdering, Sang ayah menerima telp dari istrinya mengatakan akan pulang dan makan malam, lalu
memberitahu kalau sedang bertemu dengan anaknya karena Ha Ri ingin
memberitahuku sesuatu. Ha Ri tersenyum mendengar sang ayah tak menutupi
pertemuanya dengan ibu tirinya
“Ayah
akan bantu kapanpun kau butuh, jadi mintalah pada Ayah kapanpun saat kau
kesulitan.” ucap ayahnya.
“Takkan
ada lagi yang seperti itu. Bahkan jika aku minta bantuan Ayah saat rapuh, jangan
pernah bantu aku! Itu lebih membantuku.” kata Ha Ri yakin, ayahnya tersenyum
kembali meminum tehnya.
Ha Ri
melihat ayahnya yang pulang kerumahnya, lalu berteriak kesal sendiri karena
selalu ribut ingin melakukan semua sendiri, tapi sekarang benar-benar tak tahu
apa yang harus dilakukanya sekarang.
“Tidak,
tidak, tidak! Tidak boleh ada kata menyerah. Min Ha Ri, kau pasti bisa!!!! Kau
bisa! Pasti bisa!!!!” ucap Ha Ri memberikan semangat sendiri untuk dirinya.
Si
pemilik Cafe yang sedang membersihkan meja, melonggo melihat Ha Ri bicara
sendiri tanpa ada orang didepanya.
Shin Hyuk
mencoret 30 kandidat lain untuk mengisi rubrik wawancara. Joo Young tiba-tiba
datang dengan mengeluh seorang anak baru lainnya yang tak berpengalaman dan
kuliah di luar negeri akan jadi Wakil Presiden. Hye Jin binggung bertanya
maksud dari ucapan seniornya.
“Mulai
minggu depan, putra PresDir Ji Sung Magazine akan dilantik jadi WaPres dan Gosipnya
sudah menyebar ke mana-mana.” keluh Joo Young, Han Sul tak bisa menutupi rasa
terkejutnya.
“Apa?
Anak orang kaya lagi? Bukankah ini terlalu eksklusif? Kenapa selalu Chaebol generasi
kedua?” keluh Shin Hyuk tak setuju.
“Tapi jika
itu Putra PresDir, berarti WaPemRed kita bukan keponakannya? Tak adakah cara
agar kita bisa mendapatkan dukungan dan menyelamatkan tim kita?’ ucap Ah Reum
khawatir.
“Jadi Dia dilantik minggu ini? Apa
ini? Tak ada waktu untuk merayunya. Sebenarnya siapa dia? Tak mungkin Senior
Poong Ho yang dekil itu, Lalu... Senior Shin Hyuk?” gumam
Han Sul bertanya-tanya, tapi memilih untuk mencoba mendekati Shin Hyuk. Dari
jauh Joon Woo menatap cemburu karena Han Sul memandangi Shin Hyuk.
Han Sul
mulai menyapa Shin Hyuk yang baru pulang. Shin Hyuk menyindir tak mungkin kerja
saat bulan bersinar. Han Sul mulai merayu dengan mengajak makan malam lebih
dulu. Shin Hyuk mengerutkan dahinya lalu mendekatkan wajahnya.
“Oh, Han
Seol! Ada bulu yang keluar di hidungmu. Apa yang akan kau lakukan jika orang
lain melihatnya?” teriak Shin Hyuk, Han Sul langsung menutup hidungnya dengan
wajah malu.
“Kau akan
berterimakasih, kan?, Sekarang urus dulu itu baru nanti traktir aku.” ucap Shin
Hyuk sengaja menolak dengan cara jahilnya lalu pergi.
“Omo
dasar! Dia juga seharusnya merapikan jenggotnya! Beraninya dia mencampuri
urusan lubang hidung orang lain?” ejek Han Sul kesal, tapi mencoba untuk
mencoba sekali lagi walaupun Shin Hyuk memang menyebalkan.
Sung Joon
kembali menelp pihak penerbit untuk menanyakan kabar Ten, Pihak penerbit juga
tak tahu, kemungkinan Ten sedang dalam penjalanan karena tak ada respon, jadi
menyarankan agar menyerah saja menjadi
jalan yang terbaik sekarang. Sung Joon masih berharap Ten bisa membalas dan
menghubungi mereka, tatapnya sedih melihat tim yang ada diluar ruangan.
Yi Kyung
berlari dengan nafas terengah-engah memberitahu tim Art bertanya bagaimana
dengan layout halaman wawancara utamanya. Sun Min juga memberitahu Tim iklan juga terus bertanya. Joo Young
sedang sibuk dengan telpnya berusaha untuk membuat janji lagi.
“Kita
bahkan tak bisa menyiapkan rencana sambil kerja, sekarang tim lain malah
mengganggu kita.”keluh Shin Hyuk kesal
“Kalian
semua sudah kerja keras, jadi Pulanglah sekarang.” ucap Sung Joon keluar dari
ruanganya, Ah Reum yang duduk tak jauh dari Sung Joon kaget.
“Tim Art
dan iklan meributikan kita agar mengonfirmasi dan katanya mereka tak bisa
mengantur kembali jadwalnya” jelas Joo Young
“Aku sendiri
yang akan temui tim Art dan iklan dan bicara dengan mereka. Kalian pulang saja,
dan besok pagi kita rapat.” ucap Sung Joon dengan wajah tegang lalu keluar dari
kantor.
Semuanya
terlihat kebinggungan, Ah Reum bertanya-tanya
Apa yang sedang dipikirkan WaPemRed. Shin Hyuk pikir walaupun mereka ada
diruangan tak banyak yang bisa
dilakukan. Sun Min berpikir apabila Majala h Most dihentikan maka apa yang
terjadi dengan WaPemRed, akankan kembali ke New York.
“Kesan
yang Kejamnya jika kembali ke sana. Jika dia gagal, dia takkan dapatkan posisi
meski dia kembali.” ungkap Joo Young sedih, Hye Jin mendengarnya juga dengan
wajah sedih.
"Tapi
tetap saja, apa dia akan kembali ke Amerika dulu? Dia tak punya relasi di sini,
jadi dia tak perlu tinggal di sini.” komentar Ah Reum, Hye Jin juga makin
sedih. Shin Hyuk melihat Hye Jin yang sedih dengan helaan nafasnya.
Shin Hyuk
memanggil “Jackson” yang baru keluar kantor, mengingatkan tahu pepatah
favoritku, "Takkan berakhir hingga semua berakhir." lalu menyakinkan
bahwan semua belum berakhir jadi tak usah dikhawatirkan.
Hye Jin
tersenyum mengangguk dengan penuh rasa yakin, Shin Hyuk mengajak high five
dengan kepalan tanganya, Hye Jin pun menyambutnya. Wajah Hye Jin sedikit
tersenyum melihat Shin Hyuk yang pergi tapi tak bisa menutupi rasa sedihnya
memikirkan nasib Sung Joon apabila Most benar-benar diberhentikan.
Di
lorong, Joon Woo menarik Han Sul dengan mata memerah memberitahu akan ikut kencan buta, lalu bertnya apakah ia
boleh pergi. Han Sul yang sudah tak peduli menyuruhnya pergi saja. Joon Woo
melotot kaget mendengarnya.
“Aku
tanya sekali lagi, Apa sungguh sebaiknya... aku melakukan Kencan butanya?”
tanya Joon Woo sambil mengangkat ponselnya.
“Lakukan!
Lakukanlah! Kubilang silahkan.” ucap Han Sul tak peduli.
Joon Woo
dengan mata berkaca-kaca menelp Seniornya, memberitahu aan pergi kencan buta,
setelah itu pamit pergi. Han Sul sempat melihat Joon Woo yang menengok setelah
berjalan beberapa langkah. Dengan menahan tangisnya akhirnya Joon Woo berlari
dilorong meninggalkanya.
Han Sul
berjalan ke arah berlawanan seperti tak peduli Joon Woo itu akan pergi atau
tidak ke kencan buta, lalu mengeluarkan ponselnya ingin menelp Shin Hyuk.
Teringat saat makan mie pedas dengan Joon Woo, saat itu Joon Woo tak jijik
ketika membuang bekas tissuenya karena hidungnya berair.
Joon Woo
juga panik saat mengetahui dirinya mengaku berpura-pura sakit untuk menghindari
pertemuan. Setelah itu memberikan semua macam obat-obatan agar kembali sembuh.
Han Sul berteriak memanggil Joon Woo sambil menangis.
Han Sul
mengejar bus yang dinaiki Joon Woo, melihat Han Sul yang mengejar bus Joon Woo
meminta sopir bus untuk menghentikan busnya, Sopir mengejek ini bukan taksi
jadi menyuruh untuk turun di halte selanjutnya. Joon Woo mengeluh karena dalam
drama pasti sang sopir berhenti, akhirnya ia mengeluarkan kepalanya agar
bertemu dengan Han Sul di halte berikutnya.
Joon Woo
langsung turun dari halte, melihat Han Sul yang terengah-engah dan mengeluh
pinggangnya sakit karena terlalu lama berdiri.
“Jangan
tinggalkan aku dan pergi ke kencan buta itu!” pinta Han Sul
“Baiklah.
Tidak akan. Aku takkan meninggalkanmu dan pergi ke kencan buta itu.” kata Joon
Woo tersenyum bahagia.
“Aku
hanya akan melihatmu mulai sekarang. Aku sangat, sangat menyukaimu.” akui Han
Sul
Joon Woo
juga mengakui sangat menyukainya, Han Sul pun meminta Joon Woo menciumnya, Joon
Woo memberikan kecupan dibibirnya, Han Sul meminta lagi, Joon Woo kembali
mengecupnya. Han Sul meminta yang lebih lama, Joon Woo memegang leher Han Sul
dan perlahan menciumnya.
Sung Joon
yang sedang berlari mengangat telp Hye Jin denga memanggilnya “maniak-ciuman”
Hye Jin kesal sang pacar selalu mengejeknya, lalu menayakan keberadaanya. Sung
Joon memberitahu sedang berolahraga di pinggir Sungai Han dan berjanji akan
menelp setelah sampai dirumah. Setelah itu pergi ke lapangan basket, dengan
nafas terengah-engah dengan wajah sedih.
“Ji Sung
Joon, ayo main!” teriak seseorang dari belakang, Sung Joon kaget saat melihat
kebelakang, Hye Jin melemparkan bola basket padanya.
“Siapa yang
duluan mendapatkan skor, dia yang menang dan yang kalah belikan minuman.” ucap
Hye Jin mengajak taruhan.
Hye Jin
lebih dulu memasukan bola ke dalam ring, Sung Joon mengoda Hye Jin yang pendek
dengan menaruh bola ditanganya agar tak bisa ditepisnya, lalu memasukan kedalam
ring. Hye Jin mendribel bola, Sung Joon memujinya padahal terlihat kaku, lalu
berpura-pura ada kepala Editor dengan membungkuk memberikan hormat.
Mata Hye
Jin langsung mengarah keluar lapangan, dengan wajah binggung menatap Sung Joon,
lalu Sung Joon dengan cepat memberikan kecupan dikeninganya dan mengambil bola.
Hye Jin langsung tersipu malu, tapi setelah melihat bola masuk berteriak kesal
karena Sung Joon sudah mengambil bolanya. Sung Joon membayar kesalahanya dengan
mengendong Hye Jin pundaknya agar bisa memasukan bola. Setelah memasukan bola,
Hye Jin pun memberikan kecupan dipipinya.
Sung Joon
memberikan minuman untuk Hye Jin sambil duduk ditaman. Hye Jin tiba-tiba
mengeluarkan saputangan dan menaruh diatas pahanya dan meminta Sung Joon
memberikan tanganya. Sung Joon binggung kenapa Hye Jin meminta tanganya.
“Aku akan
potong kukumu sekarang. Ta-da!” ucap Hye Jin mengeluarkan gunting kuku.
“Jika
kuingat-ingat, sudah lama tidak memotong kuku, tak apa, Biar di rumah saja
nanti kupotong.” ucap Sung Joon melihat kukunya yang sudah panjang, Hye Jin
tetap akan memotong kuku Sung Joon.
“Akhir-akhir
ini, kau tak punya tenaga untuk memotongnya, jadi Aku yang akan memotongnya.”ucap
Hye Jin bangga memotong kuku pacarnya, Sung Joon tersenyum menerima perhatian
seperti dengan ibunya.
“Menurutku
kau sudah lakukan yang terbaik dan yang mampu kau lakukan. Semua jadi begini
karena sesuatu yang tak bisa kau atasi, makanya kuharap kau tak terlalu
menyalahkan dirimu.” kata Hye Jin meminta tangan kiri Sung Joon agar di potong
kuku juga.
“Kukira
caraku ini yang terbaik, tapi sepertinya aku paham sekarang. Keputusanku
mungkin bukan yang terbaik. Aku merasa menyesal.” ungkap Sung Joon.
“Bahkan
meski kau menyesal, jangan salahkan dirimu. Kau sungguh sudah lakukan yang
terbaik.” kata Hye Jin yakin.
Sung Joon
bertanya-tanya apakah semua akan berakhir baik atau sebaliknya, Hye Jin
mengangguk setuju, lalu meminta Sung Joon memperlihatkan jari-jarinya. Ia
langsung memuji tangan Sung Joon yang terlihat cantik, Sung Joon pun mengodanya
dengan bergaya seperti model dengan jari-jari didepan wajahnya.
Sung Joon
memberitahu akan hentikan bagian wawancara utama majalah Most, semua terlihat
terkejut dengan keputusan Sung Joon. Shin Hyuk mengartikan mereka mereka membuat
edisi ultah 20 tahun tanpa wawancara utama. Sung Joon mengerti bisa menaikan
penjualan dengan baik tapi dengan adanya wawancara utama bukan berarti majalah
menjadi bagus. Shin Hyuk menganguk mengerti.
“Ayo
selesaikan artikel yang sudah kita tulis dulu, dan coba tulis rencana item atau
artikel yang selama ini kalian mau tulis secara individu tapi tak bisa kalian
tulis. Kurasa akan berarti jika kita isi majalahnya dengan artikel yang kita
buat, kita paling MOST.” saran Sung Joon
“Ide
bagus, tapi apa tak terlalu beresiko?” ucap Joo Young khawatir
“Jika
kita tak ada di posisi nomor 1, maka kita pasti akan dihentikan.” kata Joon Woo
Semua
langsung terdiam, Hye Jin sedang mengetik melihat semua terlihat sedih. Poong
Ho mengingat mereka masih belum dapat jawaban dari Ten. Semua langsung bertanya-tanya
apa yang terjadi dengan Ten, tiba-tiba Nyonya Kim berteriak dengan bahasa
italia masuk kedalam ruang rapat.
“Lihat
kalian di sini, berputar-putar dan ini Sangat tidak-mirip-Most. Aku 100% setuju
dengan WaPemRed Ji. Jangan kerja terlalu keras dan nikmati saja. Bukankah kita
harus mirip-Most sampai akhir? dan berhentilah terobsesi dengan penghentian
itu. Kalian tak pernah tahu, Keajaiban kecil mungkin akan muncul.” ucap Nyonya
Kim penuh arti lalu keluar dari ruangan.
Hye Jin
menatap Sung Joon yang terlihat lesu, dengan senyuman dan anggukanya
menyakinkan bahwa pasti Keajaiban kecil mungkin akan muncul, Sung Joon mencoba
ikut tersenyum walaupun tak bisa menutupi rasa khawatirnya.
Semua
mulai menulis artikel yang tak bisa merek tuliskan sebelumnya, tiba-tiba datang
kurir pengantar makanan. Poong Ho binggung apakah mereka memesanna, Joo Young
merasa tak memesan makanan apapun. Sung Joon memberitahu kalau ia yang memesan
dan mengajak semuanya makan lebih dulu baru setelah itu lanjut berkerja.
Hye Jin
dan semua langsung menjerit bahagia sambil bertepuk tangan, Joon Woo kembali
mesra dengan Han Sul dengan menyuapi ayam, Poong Ho memukul keduanya karena
sikapnya yang berlebihan.
Sementara
Hye Jin dan Sung Joon harus saling berjauhan, tapi Hye Jin memberikan senyuman
sumringah karena Sung Joon sudah memberikan semuanya makan malam. Sung Joon
mencoba agar Hye Jin tak memberikan tatapanya, Shin Hyuk melirik sedih karena keduanya
saling main mata.
Joon Woo
menunjuk Gambar dalam artikel benar-benar merusak suasana, Yi Kyung langsung
memberikan tanda. Poong Ho pun meminta Eun Young pada bagian bawah, seperti ada
sesuatu yang hilang. Sung Joon juga merasa gambar di sampingnya perlu
penyesuaian warna. Joo Young pun melihat ada sesuatu yang harus dihilangkan
dari artikel yang akan diterbitkan.
Setelah
itu, Joo Young kembali memanggil Hye Jin bertanya apakah Kali ini menyukai
artikel yang ditulisnya. Hye Jin merasa tulisannya kali ini lumayan bagus.
“Bagian
yang kau perbaiki sungguh bagus, Bukan artikel yang seutuhnya sempurna untuk
diterbitkan, tapi sebenarnya cukup unik dan baru. Kau banyak peningkatan, Hye
Jin. Kita modifikasi sedikit lagi lalu bisa digunakan. Aku bisa merasakan kau
seperti seorang reporter sungguhan sekarang” komentar Joo Young, Hye Jin
tersenyum bahagia, Shin Hyuk yang mendengarnya juga ikut tersenyum.
bersambung ke part 2
Senengnya liat han sul dan joon woo kembali mesra lagi. .
BalasHapusSung joon ternyata bukan anak presdir ya,, jadi kandidat anak presdir antara Pong Ho atau Shin hyuk. .?