Dong il
baru selesai rapat mengambil botol bekas minuman sambil mengeluh lebih baik tak
usah dibuka kalau hanya diminum sedikit. Suk Joon melihat temannya seperti
pemulung. Dong il mengaku khawawti karena tahun depan, serikat pekerja akan
kecewa lalu akan menjatuhkanya.
Suk Joon
tetap saja diam dengan wajah tanpa ekspresi. Dong Il kesal melihat Suk Joon tak
berkomentar padahal didalam radio, diam 2 detik saja sudah membuatnya gelisah.
“Apa Haeng
Ah ada di lantai 4?” tanya Suk Joon
“Iya,
hari ini ada makan malam diluar. Kemungkinan mereka akan ke restoran ayam dengan
si penulis termuda. Kenapa? Kau Mau ikut? Kali ini jawab aku.” perintah Dong
il, Suk Joon mengatakn tidak
“Bagus,
tak usah datang... Kau bisa kena masalah, karena Tim itu punya penulis yang
aneh dan sangat dekat dengan Haeng Ah.” jelas Dong il
Tae Hee
mengaku akan mengantinya karena merasa aneh. Se Young mengeluh padahal sudah
menyukai tamu yang diundang dan menganggap rapat sudah selesai. Haeng Ah
menjelaskan karena takut rancu dengan promosi, jadi tamu itu tak cocok. Si pria
muda menyarankan merek mendatangi tamu yang bukan artis.
Se Young
pikir mereka harus mengundang ibunya, Tae Hee rasa itu bagus mereka bisa tahu
cara membesarkan putri dengan julukan "paling terakhir". Se Young
langsung menolak karena ibunya lebih parah dalam bicara yang kasar. Haeng Ah
menyarankan bibi penjual heottok yang ternyata si pemilik gedung.
“Kita
undang orang seperti itu, lalu tanya hal itu benar atau tidak.” jelas Haeng Ah
“Aku
penasaran pada satu orang,Direktur Kang Suk Joon, Tak ada yang pernah lihat dia
tersenyum, mengantuk, pergi ke toilet dan tak minum alkohol, bahkan tak pernah
tersenyum saat siaran.”ucap si pria muda. Haeng Ah langsung gelisah, Tae Hee
mengomel karena tak masuk akal.
“Aku
dengar dia itu preman dan membunuh anjing dengan tangan kosong.” cerita Se
Young yakin.
Tae Hee
yakin orang seperti itu tak akan datang, Haeng Ah memilih untuk minum walaupun
akhirnya keselek. Si pria muda akan membuat daftar orang yang kemungkinan akan
hadir. Se Young setuju dan mengajak mereka pergi minum. Haeng Ah menyuruh
duluan karena ingin menyusun lagu.
Tae Hee
tahu lagu dengan semua judul “bodoh” yang disusun itu untuk si bajingan Suk
Joon, lalu bertanya apa yang dinginakan temanya itu mencekik atau mengunci
mereka berdua didalam ruangan. Haeng Ah pikir tak perlu sambil mengucapkan
terimakasih.
“Anggap
saja kau cerita padaku tentang bajingan itu sambil menangis. Lalu aku
menyumpahinya dan bilang akan menghajarnya. Tapi besoknya, kau muncul sambil
gandengan tangan dengannya. Lalu kau bilang padaku, "Bicaramu semalam
keterlaluan.” dan aku akan kehilangan
temanku satu-satunya. Aku tak mau itu.” tegas Tae Hee dengan sikapnya.
“Bukan
seperti itu... Kemarin, dia bilang dia tak bisa hidup tanpaku. ,,Kenapa aku
ingin percaya kata-kata itu? Aku tahu itu tidak benar. Kalau aku sampai tak
tahu itu, berarti aku bodoh. Selama kami pacaran, aku tak berguna baginya. Kau
tahu hadiah ulang tahun yang kuberikan? Seharusnya aku bicara "Karena ini
ulang tahunmu, ayo kita liburan sama-sama." Tapi Hadiahku adalah
meninggalkan dia sendiri.” cerita Haeng Ah sedih dan tak akan minum nanti.
Ketika
meninggalkan ruang siaran lagu dengan judul lagu bodoh, dari Park Hyo Shin, Big
Bang, Epik High, Coffee Boy.
Yi Seul
melihat peta dengan gambar-gambar di dinding, Ri Hwan mempersiapkan jarum
akupunturnya dan memintanya untuk duduk. Yi Seul merasa tak enak ternyata
klinik Ri Hwan sudah tutup dan sengaja menunggunya. Ri Hwan mengaku sengaja ada
di klinik sampai malam hanya untuk membaca saja karena dirumah hanya untuk
tidur.
“Sepertinya
kau suka jalan-jalan.” komentar Yi Seul melihat dinding dengan peta dan tempat
wisata.
“Iya,
meski belum pernah ke luar negeri.” akui Ri Hwan, Yi Seul kaget karena Ri Hwan
benar-benar belum pernah keluar negeri sekalipun, dengan jarum akupuntur yang
ditusuk pada kakinya.
“Lalu
untuk apa semua buku panduan itu?”tanya Yi Seul melihat deretan buku dira.
“Entah
kapan akan berangkat, jadi aku pelajari dulu. Saat waktunya tiba, akan kututup
mataku. Lalu Kulempar dart, dan akan pergi ke tempat yang kulempar.” cerita Ri
Hwan bangga.
Yi Seul
ingin tahu maksud kalimat "Saat
waktunya tiba?" tapi saat itu ponsel Ri Hwan berdering dengan tertulis
dilayar [Ji Hoon Bodoh] lalu menceritakan temannya itu pasti mabuk dan kemarin
yang mengambil gambar mereka, lalu membalikan telpnya. Tapi telp di ruanganya
berbunyi, mau tak mau Ri Hwan mengangkatnya lalu mendengar Ji Hoon yang
menangis.
Ji Hoon
ternyata duduk dengan tenang sambil minum bersama Dong Il dkk begitu juga Ri
Hwan yang mengajak Yi Seul. Haeng Ah datang dengan wajah lesu, Ri Hwan mengaku
sudah ditipu oleh Ji Hoon, lalu Se Young langsung memberikan segelas bir.
Haeng Ah
sudah siap untuk meminumnya tapi Tae Hee dengan cepat menariknya agar temanya
itu tak minum, Haeng Ah pun hanya bisa tersenyum menahan keinginan untuk tak
minum. Se Young mengajak Yi Seul bicara agar menerima diskon dari mall tempat
kakaknya berkerja. Yi Seul mengaku tak pernah belanja di tempat kakaknya.
Ji Hoon
mengoda Tae Hee dengan memberika paha ayam, Tae Hee sinis menolaknya karena
bukan hari ulang tahunya. Dong il pun menerima paha ayam, Haeng Ah mencoba
minum, hanya dengan satu jari Tae Hee mengancam agar Haeng Ah tak minum.
Akhirnya
Haeng Ah hanya bisa menopang dagu dengan mengingat ucapan Suk Joon saat ada di
rooftop “Apa aku kelihatan baik bagimu? Apa
akan kubiarkan kau disampingku hanya karena kau menyukaiku? Kalau aku bisa
hidup tanpa melihatmu. Pasti sudah kulakukan sejak dulu.”
Bibi Gong
melihat rekaman CCTV dengan wanita yang selalu mengunakan syalnya. Dong Hwa
benar-benar geram karena dituduh sebagai pencuri. Paman melihat wanita yang
berkencan buta dengan Ri Hwan berdiri didepan kumpulan foto-foto. Dong Hwa dan
yang lainnya bertanya-tanya apa sebenarnya yang dilihat oleh Yi Seul.
Akhirnya
dengan kamera ponsel, Dong Hwa mencoba mematikan gambar apa yang dilihat,
dengan mencocokan gambar di CCTV. Bibi Gong bergeser ke kanan agar gambarnya
sama dengan di CCTV. Bibi Gong melihat foto Haeng Ah yang sedang tersenyum
dengan baju toga.
Ketiganya
kembali melihat rekaman CCTV, melihat tatapan aneh Yi Seul. Paman berpikir Yi
Seul itu menyukai Haeng Ah. Tiba-tiba mereka menjerit kaget karena Yi Seul
mengarahkan pandangan pada camera CCTV.
Ri Hwan
memapang Ji Hoon yang mabuk berat, Yi Seul menyarankan untuk mengantarnya
pulang dengan supir penganti. Ri Hwan menolak karena harus membawa temanya, Yi
Seul rasa karena itu mereka harus diantar pulang. Ri Hwan menatap Haeng Ah dari
belakang yang berdiri di pinggir jalan.
Yi Seul
dengan wajah cemberut tetap ingin mengantarnya, Ri Hwan pun setuju. Haeng Ah
menutup pintu mobil, Ri Hwang mengeluarkan sebagian badanya meminta Haeng Ah
menelp apabila sudah mendapatka taksi, Haeng Ah mengerti lalu menyuruh mereka
pergi saja. Yi Seul didalam mobil terlihat cemberut.
Haeng Ah
berpura-pura menuju taksi yang ditunjuk Ri Hwan, tapi akhirnya kembali ke dalam
restoran dan beberapa jam kemudian keluar dengan keadaan mabuk dan tertawa-tawa
melihat lampu yang bentuknya bulat, sambil mendengarkan siaran radio.
“lagu judul "Bodoh" oleh
Coffee Boy dan Yoon Jin minta lagu "Bodoh" oleh Na Yoo Ji.Dia bilang
liriknya seperti hidupnya.Seharusnya aku tak pernah ketemu dia. Sudah terlambat
untuk menyesal.”
Haeng Ah
berjalan dengan menari-nari lalu mengetuk toko bunga yang sudah tutup dan pergi
ke tempat penjual ikan hidup.
“Sekarang masih terlalu awal untuk
menerima kalau kita sudah putus. Aku terlalu tua untuk menangis di sembarang
tepat. Tapi aku terlalu muda untuk tertawa dan bilang "Di dunia ini kita
hanya sendiri" Baru mau bilang "aku mencintaimu", tapi kita
sudah putus. Aku ingin bilang "Aku pernah mencintaimu." tapi aku
masih mencintaimu. Kita akhiri malam lagu "Bodoh" ini dengan lagu
terakhir. "Bodoh" oleh Na Yoo Ji.”
Setelah
itu Haeng Ah yang berjalan sempoyongan pergi ke sebuah cafe membeli smoothie
dengan gambar yang sama dalam poster, tapi merasa ditipu karena bentuk yang
beda.
Haeng Ah
tiba-tiba menelp Yi Seul yang baru sampai rumah, memberitahu baru saja membeli
kopi dari kedai milik kelurganya dan juga membeli dua makhluk laut. Yi Seul
terlihat binggung, Haeng Ah memangginya “Unnie”. Yi Seul menegaskan lahir pada
bulan Januari. Haeng Ah tertawa-tawa karena ingin muntah. Yi Seul pun bertanya
dimana Haeng Ah membeli minumanya.
Yi Seul
binggung melihat Haeng Ah sudah duduk didepan minimarket sendiri. Haeng Ah
langsung menawari bungkus es yang dibeli karena diskon 50%, Yi Seul pun
menolaknya. Haeng Ah pun menjatuhkan es krimnya, sambil mabuk mengatakan
uangnya itu sangat banyak. Yi Seul terlihat ketakutan, melangkah mundur.
“Unni,
kau tinggal disekitar sini?” tanya Haeng Ah, Yi Seul menegaskan bukan Unnienya,
Haeng Ah mengataknan akan segera pindah.
“Oh, itu Ri
Hwan sudah datang.” teriak Yi Seul melihat mobil Ri Hwan yang lewat
“Bagaimana
dia bisa tahu?” ucap Haeng Ah panik, Yi Seul mengaku kalau sengaja menelpnya.
“Apa aku
kelihatan mabuk?” tanya Haeng Ah, Yi Seul dengan jujur menjawab “ya”
Haeng Ah
makin panik, meminta Yi Seul untuk tak memberitahu Ri Hwan lalu buru-buru masuk
ke dalam minimarket.
Yi Seul
pun akhirnya mengikuti Haeng Ah masuk ke minimarket. Haeng Ah membeli sebuah
sosis yang dianggap bisa menghilangkan alkohol ditubuh, lalu berbisik orang di
depanya itu “Barcode” dengan tertawa. Yi Seul tak mengerti, sampai akhirnya
Haeng Ah mengambil alat scan barcode dan menaruh dibelakang kepala yang botak
dengan rambut setipis barcode.
Si pria
marah dengan memanggil Haeang Ah “nonna” tapi memanggil Yi Seul “ahjumma”
menyuruhnya untuk pulang apabila mabuk. Yi Seul kesal karena di panggila
Ahjumma. Ri Hwan datang memarahi Yi Seul yang tak mengunci pintu jadi membuat
wanita gila berkeliaran lalu mengendong Haeng Ah untuk keluar.
Setelah
memasukan Haeng Ah ke dalam mobil, Ri Hwan meminta maaf karena Haeng Ah menelp
Yi Seul bahkan mabuk. Yi Seul mengeluh karena mereka pasti jadi sering bertemu.
Haeng Ah keluar dari pintu sebelah kanan dan kembali menemui Yi Seul karena
ingin mengucapkan salam perpisahan.
“Ini
hadiah untuk unni, Satu untukku, satu untuk unni....” ucap Haeng Ah memberikan
sebuah belut
Yi Seul
menjerit kaget, tapi Haeng Ah malah memasukan ke dalam tas tanpa ragu dan
mengajak untuk bersama-sama memeliharanya. Ri Hwan terlihat benar-benar kesal,
lalu Haeng Ah pamit pergi dengan menaiki taksi untuk kembali berkerja.
Ri Hwan
tak bisa meninggalkan Yi Seul sendirian, merasa tak enak hati dengan tas yang
dipakai Yi Seul pasti harganya 1 juta won lebih, Yi Seul dengan wajah cemberut
mengatakah harga tasnya 15 juta won. Ri Hwan bersandar di mobilnya dengan
lemas.
Suk Joon
yang akan pulang melihat ada lampu yang menyala, Haeng Ah tertidur diruang
siaran dengan tangan memegang mouse. Di sampingnya Suk Joon menatapnya dengan
wajah dingin, tanpa ada ekpresi sedikit senyuman.
Ponsel
Haeng Ah berdering, Suk Joon melihat itu dari Ri Hwan dan sengaja diangkatnya.
Ri Hwang berteriak kesal karena akan menelp polisi kalau tak diangkat dan
memarahinya karena datang ke kantor, menyuruh untuk cepat turun karena sudah
menunggunya dibawah. Suk Joon hanya diam saja, Ri Hwan binggung tak ada sahutan
dari Haeng Ah.
“Bagaimana
kalau bicara lain kali? Haeng Ah sedang... tidur di sampingku.” ucap Suk Joon dingin
seperti sengaja membuat Ri Hwan cemburu.
Ri Hwan
mengumpat lalu berusaha masuk ke dalam radio, tapi penjaga langsung
menghadangnya tak boleh masuk, Ri Hwan memohon hanya lima menit saja karena ada
Haeng Ah di radio dan orang lain yang mengangkatnya. Si penjaga tak mau tahu,
tetap tak memperbolehkan masuk.
Akhirnya Ri
Hwan dengan gelisah berdiri didekat dinding, disampingnya tepat pintu lift yang
terbuka, langsung saja ia melompati pagar dan masuk kedalam, si penjaga
berteriak melarang tapi pintu lift sudah tertutup.
Di ruang
siaran
Haeng Ah
tersadar dan betapa kagetnyea melihat Suk Joon sudah ada didepanya. Suk Joon
mengatakan kalau sengaja memelankan volume radio agar Haeng Ah tak terbangun.
Haeng Ah panik karena takut ada yang melihat.
Ri Hwan masuk
ke dalam ruang siaran sambil bergumam akan membunuh Suk Joon apabila
bertemunya, Suk Jon melihat Ri Hwan lalu sengaja mendorong Haeng Ah agar tak
terlihat, Ri Hwan pun masuk ke dalam ruang control dan Suk Joon sengaja
mengunci ruang siaran dari dalam.
Haeng Ah
terlihat binggung, dari luar Ri Hwan berusaha membuka dan mengedor-gedor pintu
sambil memanggil Haeng Ah. Ia pun menaiki meja control sambil mengedor jendela,
Suk Joon dengan sengaja lebih ke sudut agar tak terlihat. Ri Hwan hanya bisa
terdiam lemas sampai akhirnya pergi ke luar dan sengaja menyalakan alarm
kebakaran.
Suk Joon
hanya bisa menghela nafas dari dalam ruangan mendengarnya, Ri Hwan kembali
keruang siaran. Haeng Ah pun keluar melihat Ri Hwan terlihat sangat marah.
“Tak
peduli aku kakaknya atau bukan.Yang penting bukan dia tidak denganmu, bajingan.”
ucap Ri Hwan lalu memberikan pukulan pada Suk Joon.
[Yang
kuinginkan adalah yang kau inginkan.]
Di tempat
penjual ikan hias
Ri Hwan
melihat kepala botak seorang kakek, menanyakan kenapa begitu mengkilat. Haeng
Ah pikir kakek itu tak tak perlu nyalakan lampu. Ri Hwan bertanya apakah akan
panas jika memegangnya. Haeng Ah mengejek Ri Hwan yan bodoh, karena sudah pasti
panas sekali.
Kakek itu
pun tersenyum lalu memperbolehkan keduanya mencoba memegang kepalanya, Ri Hwan
dan Haeng Ah pun memegang kepala sang kakek dengan wajah tersenyum. Ayah Haeng
Ah masuk memarahi keduanya yang berani memegang kepala sang kakek dan meminta
maaf, keduanya hanya diam.
Ayah
Haeng Ah mengancam akan memasak ikan kokinya saja nanti, Ri Hwan memohon agar
tak melakukanya. Haeng Ah pun meminta maaf dan Ri Hwan berjanji tak akan melakukanya
lagi dan keduanya sama-sama membungkuk meminta maaf. Kakek itu hanya tertawa
melihat dua anak yang sopan meminta maaf padanya.
Ri Hwan
dan Haeng Ah berjalan pulang sambil saling menjambak rambut, Ayah Haeng Ah
melihat keduanya kembali bertengkar. Haeng Ah tak ingin Ri Hwang mengambil
plastik itu dari tanganya. Ri Hwan mengatakan kalau itu milikinya juga. Ayah
Haeng Ah pun membaginya dengan satu plastik milik Haeng Ah dan juga Ri Hwan dan
menyuruh menjaganya baik-baik. Keduanya pun tersenyum bisa memegang ikan milik
masing-masing.
Dua ikan
hias dimasukan ke dalam akuarium, Ri Hwan duduk dengan mengunakan celemek
sementara Haeng Ah duduk dengan dasi memarahi Ri Hwan yang tak membersihkan
akuarium yang sudah kotor.
“Kau cuma
main seharian, pulang-pulang bau yogurt. Sekarang Kau berani bicara begitu
padaku?” keluh Ri Hwan
“Kau
pikir aku minum yogurt karena aku ingin? Tapi Eun Hee yang kelas 2 memberiku, mana
bisa aku tolak.” kata Haeng Ah membela diri, Ri Hwan tak percaya begitu saja.
“Kau
pikir aku main seharian? Apa susahnya buang kotoran dan memberi mereka makan?”
omel Haeng Ah yang menaruh mainan koin diatas meja.
Ri Hwan
kesal Haeng Ah bisa mengatakan itu padanya, karena itu ikan mereka bersama jadi
harus dibesarkan bersama-sama. Haeng Ah dengan melipat tanganya didada,
berpikir sekarang mereka harus sama-sama tinggal dirumah tanpa harus mencari
uang. Ayah Haeng Ah melihat kedua anaknya itu sedang bermain rumah-rumahan.
“Permisi,
kalian berdua... Kenapa tak tunggu 4 minggu lagi?” ucap Ayah Haeng Ah, keduanya
menengok dengan wajah binggung.
Bersambung ke episode 4
Dilanjut yaa sinopsisnya..fighting!!
BalasHapusDilanjut yaa sinopsisnya..fighting!!
BalasHapusmasih bingung dengan jalan ceritanya, tapi penasaran terus...
BalasHapusfighthing ya kak!!!