PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Selasa, 22 September 2020

Sinopsis Record of Youth Episode 5 Part 2

PS : All images credit and content copyright : TVN

Buat kalian yang suka membaca tulisan aku meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe. 

Tinggal Klik disini, buat yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe bulan ini 


Do Ha keluar dengan Tuan Lee dan berpamitan pada seorang wanita sepertil lawan mainya, lalu berkomentar wanita itu terlihat baik. Tuan Lee hanya diam saja. Do Ha kembali berbicara kalau wanita itu baik.

“Pak Do-ha, lebih baik bilang dia cantik. Bagaimana kau tahu kepribadiannya?” ucap Tuan Lee

“Kau lamban sekali.” kata Do Ha. Tuan Lee bingung. Do Ha pun mengeluh Tua Lee yang terus memanggilnya "Pak Do-ha"

“Bahkan aktor tak terkenal pun dipanggil dengan benar oleh manajernya.” Keluh Do Ha. Tuan Lee mengerti kalau akan minta kontaknya.

“Bukan begitu. Aku tak pernah meminta kontaknya. Dasar kurang ajar.” Ucap Do Ha marah 




Hye Jun sedang memarkir mobil, tiba-tiba seorang anak lewat dan Ia buru-buru menyinjak rem. Jeong Ha sudah membuka sabuk pengamannya pun hampir terpelanting, Hye Jun bisa menahan dengan tanganya. Seorang ibu pun menghampiri anaknya lalu meminta maaf dan memastikan kalau anaknya baik-baik saja.

“Kenapa kau terburu-buru? Kenapa sudah lepas sabuk pengaman? Bagaimana jika terluka?” ucap Hye Jun marah.

“Tak mungkin terluka.” Ucap Jeong Ha. Hye Jun mengeluh kalau  Itu karena ia menahannya.

“Terima kasih sudah menahanku. Aku hampir terluka dan ke rumah sakit.” Ucap Jeong Ha. 


“Kecelakaan bisa terjadi kapan dan di mana saja. Tak ada salahnya berhati-hati.” Kata Hye Jun akhirnya mencoba parkir dengan baik.

“Kau ingat pernah bilang "kau pintar mengajari" padaku?” kata Jeong Ha. Hye Jun menjawab tidak.

“Sa Hye-jun. Salah satu kelebihanmu adalah selalu mengakui fakta” keluh Jeong Ha. Hye Jun akhirnya meminta maaf dan mengaku mengingatnya.

“Kau juga begitu. Apa lepas sabuk pengaman lebih awal harus dimarahi?” ucap Jeong Ha.

“Kenapa kau berbicara seperti itu? Apa Kau mau dimarahi?” kata Hye Jun. Jeong Ha pun ingin tahu Bagaimana Hye Jun akan memarahinya. 


“Mencondongkan muka itu curang.” Kata Hye Jun melihat Jeong Ha seperti menantangnya dan jaraknya sangat dekat.

“Apa Kalian berpacaran?” tanya Nyonya Lee dari belakang. Keduanya langsung berteriak kesal.

“Baik. Astaga, kupingku bisa meledak. Dilihat dari belakang terlihat begitu. Tentu, itu karena pengaruh Aktor Sa cukup besar. Tatapan romantisnya…” ucap Nyonya Lee

“Aku bosan mendengarnya.” Ucap Hye Jun. Jeong Ha juga merasa bosan dan mengaku Tadi seru, kini tidak.


“Kukira kalian bertengkar?” ucap Nyonya Lee. Jeong Ha mengaku mereka tak bertengkar tapi hanya bertukar pendapat.

“Benar. Kami bertukar pendapat. Jika kau anggap ini pertengkaran…” ucap Hye Jun dan Jeong Ha menyela

“Kau harus dimarahi.” Kata JeongHa. Hye Jun mengeluh kalau itu tak tepat. Jeong Ha pikir Benar juga menurutnya Sedikit tak pantas.

“Kalian sungguh konyol! Aku lapar! Kalian mau apa? Aku pesankan dulu. Jjajang atau jjamppong?” ucap Nyonya Lee kesal. Keduanya menjawab Jjajang bersamaan.



 

 

“Secara malu-malu, aku mencoba mengatakan "bawa sial" padamu. Aku juga tak mau melakukan ini. Namun, katanya jika tak dilakukan aku akan sial selama tiga tahun.” Ucap Jeong Ha memegang baju Hye Jun.

“Itu hanya takhayul... Bawa sial...” kata Hye Jun melakukan hal yang sama memegang baju Jeong Ha.

“Kalian sungguh bukan main. Aku mau jjamppong!” ucap Nyonya Lee kesal dan akhirnya keluar dari mobil

“Dia sangat suka jjamppong” ejek Hye Jun. Jeong Ha mencoba membuka pintu mobil tapi tak bisa terbuka.

Hye Jun yang melihatnya akhirnya membantu Jeong Ha, Jeong Ha gugup berdekatan lagi dan akhirnya hanya bisa mengucapkan Terima kasih. Hye Jun mengejek kalau Jeong Ha itu cukup merepotkan.

Jeong Ha mengaku tak pernah dengar itu lalu turun dari mobil. Saat itu Hye Jun melihat ponsel Jeong Ha terjatuh di kursi dan wallpapernya sudah berubah. 

Jeong Ha menunggu didepan restoran, Hye Jun datang meminta agar bisa meminjamkan ponselnya. Jeong Ha heran dan ingin tahu alasan minjamnya. Hye Jun meminta agar bisa meminjamkanya saja.  Jeong Ha akhirnya mencari ponsel ditasnya dan bingung karena tak ada.

“Bagaimana ini? Di mana aku menyimpannya? Apa ada di mobil? Tunggu... Tak mungkin di studio...Jadi Ada di mana, ya? Tolong buka pintu mobil.” Ucap Jeong Ha. Hye Jun dengan sinis menolaknya.

“Boleh pinjam kunci mobil? Aku segera kembali.” kata Jeong Ha mengulurkan tanganya. Hye Jun pun memperbolehkanya. 


“Kau sungguh tipe orang yang merepotkan.” Keluh Hye Jun dan akhirnya memberikan ponsel Jeong Ha.

“Ini tak adil.” Kata Jeong Ha. Hye Jun tak mengerti apa maksudnya. Hye Jun mengaku tak pernah dengar orang katakan itu.

“Aku tak merepotkan. Di mana pun berada, aku selalu mengurus orang lain.” Ucap Jeong Ha. Hye Jun mengaku  akan percaya.

“Kau mengatakan "Aku akan percaya" tak berarti percaya.” Komentar Jeong Ha kesal

“Apa itu penting?” tanya Hye Jun. Jeong Ha membenarkan. Hye Jun heran ingin tahu alasan Kenapa penting sambil berjalan. 


“Aku tak mau jadi orang seperti ibuku.” Ucap Jeong Ha. Hye Jun berhenti melangkah bertanya Kenapa jadi membahas ibunya.

“Aku tak bisa memercayai ibuku. Ibu ceraikan Ayah, padahal bilang tak akan cerai. Ibu bilang tak akan nikah dengan pria miskin, tapi dia menikahinya.” Ucap Jeong Ha

“Kau bisa ceritakan hal sulit seakan itu hal sepele.” Ucap Hye Jun. Jeong Ha pikir Bayangkan betapa sulitnya bagi dirinya bisa melalui masalah itu.

“Aku baca buku psikologi juga. Untungnya, hubunganku dengan ayahku cukup baik. Jika hubunganku dengannya buruk, maa kehidupan sosialku pasti hancur.” Ucap Jeong Ha. 


“Apa Hubungan dengan ayah buruk, kehidupan sosial hancur? Aku baik-baik saja.” Ucap Hye Jun santai.

“Kau sering konflik dengan orang-orang tua, 'kan?” ejek Jeong Ha. Hye Jun menyangkal menurutnya Mereka menyukainya.

“Pemilik restoran barbeku tempat aku kerja paruh waktu bahkan mau mewariskan restoran padaku.” Kata Hye Jun bangga

“Aku akan percaya.” Kata Jeong Ha. Hye Jun membalas  "Aku akan percaya" tak berarti percaya.

“Aku memercayaimu. Puas?” ucap Hye Jun,Jeong Ha. pun tersenyum mengaku ia juga lalu masuk ke dalam restoran. 


Tuan Lee sibuk bermain golf memberitahu caranya, dengan mengusahakan kepala berpusat ke depan. Ia pikir Alih-alih mengayunkan tongkat, lebih baik alihkan berat badannya dengan kaki lalu memukul bola golf. Dua pria melihatnya hasilnya dilayar memuji Pukulan Tuan Lee bagus.

“Kau sudah bisa main di lapangan. Aku akan mengajakmu lain kali.” Kata Sutradara

“Untuk apa aku menunggumu saat ada orang lain yang mau mengajakku?” ejek Tuan Lee

“Aku begitu karena senang melihat kesuksesanmu.” Ucap Sutradra. Tuan Lee mengeluh kalau Sutradara itu terlalu sok dekat dengannya. 


“Apa Menurutmu aku sok dekat? Kita memang dekat. Kita sudah kenal sejak lama.”kata Sutradara.

“Kita sudah kenal sejak lama, tapi aku hanya ingat kenangan saat kau mengabaikanku. Karena ingat masa lalu, aku menjadi kesal dan pukulanku payah.” Ucap Tuan Lee kesal

**

“Tae-su, kenapa kau terus mengingat masa lalu?” ucap Sutradara Yoon. Anak buah Sutradara Yoon memberikan minum.

“Apa kau Mau Do-ha main di dramamu?” kata Tuan Lee. Tuan Yoon menganguk.

“Tunggu... Do-ha akan segera jatuh hati padaku. Aku bisa memikat hati orang.” Ucap Tuan Lee yakin

“Aku paham, orang akan berubah jika sukses. Namun, kau terlalu banyak berubah.” Ejek Tuan Yoon. 


“Aku… pernah membimbing seseorang bernama Sa Hye-jun. Saat pertama bertemu dia, pancaran auranya sangat luar biasa. Meski berwajah tampan, kepribadiannya pun sangat baik.” Ucap Tuan Lee

***

Flash Back

Hye Jun datang bertemu dengan Tuan Lee yang terlihat sangat frustasi,  mengatakan kalau akan terus berkarier bersamanya. Ia percaya  dengan perkataan Tuan Lee bahwa semua akan berjalan baik setelah ini berlalu.Tuan Lee memegang tangan Hye Jun sambil menangis mengucapkan Terima kasih.

**

“Aku sungguh berpikir…dia pasti sukses. Tak ada yang lebih baik dari dia. Bahkan Tak mungkin dia tak sukses. Namun, Ia tak sukses. Itu Ternyata tak terjadi. Semua hanya mimpi. Setidaknya aku sedikit senang saat berharap padanya.” Ucap Tuan Lee.

“Namun, itu fantasi semata. Hidup adalah pertempuran yang sesungguhnya. Ada istri anak yang harus dihidupi. Lalu aku sadar. Pada akhirnya, para bajingan yang menguasai dunia ini.” Kata Tuan Lee


“Lalu bagaimana? Aku juga harus jadi bajingan. Coba Lihat? Harus ada cerita seperti ini agar bisa menjelaskan perubahan seseorang. Kau mau dapatkan sesuatu, tapi sama sekali tak berusaha. Setidaknya kau minta maaf padaku soal kejadian dulu.” Kata Tuan Lee. Sutradara Yoon langsung berdiri.

“Aku tak menyuruhmu untuk minta maaf. Aku tak butuh permintaan maaf yang sudah kedaluwarsa.” Ucap Tuan Lee menahan Tuan Yoon bedii.

“Jadi, kau akan beri Do-ha atau tidak?” tanya Tuan Yoon. Tuan Lee pikir Hanya jika perusahaannya ikut proses produksi.

“Kudengar kau dapat saham perusahaan. Baiklah. Ayo pergi minum miras.” Kata Sutradara Yoon.

“Aku mengurangi miras. Aku harus hidup lama di dunia yang menyenangkan ini.” Kata Tuan Lee. 



Hye  Jun pulang ke rumah, Gyeong Jun keluar rumah betanya apakah adiknya bertanya apakah sudah makan. Hye Jun menjawab belum.  Gyeong Jun mengaku mereka sudah makan dan menahan adiknya sebelum masuk rumah.

“Kau setuju aku keluar dari rumah, 'kan?” ucap Gyeong Jun. Hye Jun mengaku tak peduli jadi Lakukan sesuka kakaknya.

“Kau dapat kamar jika aku keluar. Tak masuk akal seorang pria di abad ke-21 tak punya kamar sendiri.” Ucap Gyeong Jun. Hye Jun menganguk mengerti.

“Katakan pada Ibu bahwa kau menginginkan kamar.” Kata Gyeong Jun. Hye Jun mengeluh kalau bukan anak kecil.

“Kau harus bilang itu agar Ibu berubah pikiran.” Ucap Gyeong Jun. Hye Jun hanya bisa menatapnya dan langsung masuk ke rumah. 


Nyonya Han sibuk memasak didapur, Hye Jun keluar kamar bertanya apakah bisa membantunya. Nyonya Han pikir tak perlu dan menyuruh agar Panggil ayahnya keluar. Hye Jun berteriak memanggil ayahnya. Nyonya Han mengeluh agar bisa mendatangi dan melihat wajahnya.

“Ayah benci melihatku.” Ucap Hye  Jun. Nyonya Han pikir tidak seperti itu. Nyonya Han menegaskan kalau Orang tua cepat lupa perkataan anaknya.

“Ayah diminta keluar untuk rapat keluarga.” Ucap Hye Jun berdiri didepan pintu kamar ayahnya. Tuan Sa menganguk mengerti.

“Apa pendapatmu tentang buku ini? Apa Kau pernah lihat ibumu baca ini?” tanya Tuan Sa yang terlihat frustasi.




“Ya. Sering.” Ucap Hye Jun. Tuan Sa mengaku merasa Aneh sekali. Hye Jun bingung memangnya kenapa

“Begini… Gyeong-jun bilang buku ini seperti itu. Gadis dari keluarga miskin bekerja sebagai ART. Dia dan tuan pemilik rumah…Ah.. Sudahlah. Lupakan saja. Aku hanya mempermalukan diri di depan anakku.” Ucap Tuan Sa frustasi.

“Ayah... Apa Ayah tahu alasan Ibu suka buku ini?” tanya Hye Jun akhirnya masuk kamar. Tuan Sa kaget anaknya tahu alasan ibunya. 



Nyonya Han terseyum bahaggia membaca buku GADIS DENGAN ANTING-ANTING MUTIARA di meja makan. Hye Jun sedang mengambil minum bertanya Apa buku itu sangat menarik. Nyonya Han tersadar anaknya datang.

“Bercerita tentang apa?” tanya Hye Jun. Nyonya Han mengaku tak tahu karena Belum baca sampai akhir.

“Padahal Ibu sering membacanya?” kata Hye Jun heran. Nyonya Han memberikan bukunya pada Hye Jun. 


“Kalimat Ini sama seperti yang ibu pikirkan. Coba Lihat bagian ini. Saat bersih-bersih, barang harus dikembalikan ke tempat semula.” Ucap Nyonya Han.

“Apa Ini alasan Ibu suka buku ini?” tanya Hye Jun heran. Nyonya Han membenarkan

“Ibu melakukan ini sejak kali pertama bekerja. Ibu bertanya-bertanya apa itu benar atau tidak. Lalu, buku ini mengatakan bahwa ibu benar.” Ucap Nyonya Han berbinar-binar

“Jadi, Apa Ibu senang?” tanya Hye Jun. Nyonya Han membenarkan kalau Itu artinya ibu memiliki pemikiran yang sama dengan penulis buku ini.

“Meski tak bisa menulis buku, ibu tahu hal yang tertulis di dalam buku. Tidakkah ibu terlihat keren?” ucap Nyonya Han

“Ibu... Apa Bekerja sebagai ART tak melelahkan?”tanya Hye Jun. Nyonya Han pikir  Tak ada hal yang tak melelahkan di dunia ini.

“Hidup sudah melelahkan sejak lahir. Kita harus membuat hal menyenangkan di dunia yang keras ini. Nak, kau juga harus membuatnya. Hal menyenangkan tak diberi cuma-cuma.” Ucap Nyonya Han. Hye Jun menganguk setuju. 


Di sebuah restoran mewah, Nyonya Kim sudah berkumpul dengan keluarganya lalu meminta suaminya untuk mulai.  Tuan Won pun mengangkat gelas wine dan berkata kalau Meski Hae-na sudah pasti diterima di sekolah hukum, tapi ia tetap senang.

“Hae-na mengikuti rencana ayah dengan baik. Hae-hyo membuat ayah cemas karena mengikuti rencana Ibu.” Ucap Tuan Won menyindir

“Itu bukan pidato ucapan selamat. Pidato ucapan selamat seharusnya hanya berisi ucapan selamat. Biar ibu yang ambil alih.” Kata Nyonya Kim 


“Tak sopan menyela pembicaraan orang.” Keluh Tuan Won. Nyonya Kimm mengaku sedang mencabut kewenangan ayah mereka.

“Kewenangan tak bisa dicabut begitu saja. Ayah masih memiliki kewenangan.” Ucap Hae Na membela ayahya.

“Apa Kau lihat? Ini semua hasil karyaku.” Ejek Tuan Won. Nyonya Kim menegaskan kalau Ini semua karya "kita".

“Kami memang karya kalian, tapi bukan milik kalian.” Tegas Hae Hyo. Nyonya Kim mengeluh anaknya yang harus memberi batas seperti itu

“Ayah tak ingin memiliki kalian. Cukup jalani hidup dengan baik. Ayo bersulang. Selamat sudah masuk sekolah hukum. Ayah harap kau menjadi orang berguna bagi negara dan masyarakat.” Ucap Tuan Won 

“Astaga. Kaku sekali. Ibu harap kalian menikmati hidup. Meski tak berhasil, tak perlu cemas. Ada kami. Kami selalu ada di pihak kalian selamanya. Bersulang.” Ucap Nyonya Kim. Mereka seperti keluarga bahagia yang penuh dengan makanan diatas meja. 


Sementara di meja makan Tuan Sa, hanya ada buah dan wajah mereka hanya terdiam. Tuan Sa berkomentar Padahal serumah, tapi sudah lama tak berkumpul semua. Nyonya Han pikir mereka punya ritme hidup berbeda.

“Aku tak setuju Gyeong-jun keluar dari rumah.” Ucap Nyonya Han. Gyeong Jun mengeluh kalau Ibunya tak boleh tiba-tiba berbicara seperti itu.

“Kenapa Ibu tak setuju?” tanya Hye Jun. Nyonya Han tahu Gyeong Jun digaji dan Jumlah uang yang diterima sudah pasti.

“Tapi Apa Harus bayar sewa 900.000 won dan biaya pemeliharaan? Selamanya dia takkan bisa menabung. Meski kami tak bisa membelikanmu rumah, kau bisa berhemat jika tinggal bersama kami. Simpan uang lalu pindah dengan sistem deposit. Saat itu, ibu takkan menghalangi.” Ucap Nyonya Han. 


“Ibu, aku tak pernah bermain sekali pun selama 27 tahun hidupku. Aku mau nikmati hidup selagi masih lajang dan bisa bertanggung jawab atas diri sendiri.” Keluh Gyeong Jun.

“Kenapa harus pindah dari rumah? Apa Di sini ada yang buat tak nyaman?” tanya Nyonya Han.

“Apa Ibu tak pikirkan Hye-jun? Dia harus punya kamar sendiri. Pasti tak nyaman sekamar dengan Kakek.” Ucap Gyeong Jun.

“Kau bicara seolah aku tak nyaman sekamar dengan Kakek. Katakan yang mau kau katakan. Jangan melibatkanku.”kata Hye Jun kesal

“Kau pernah mengatakan itu saat SMP.” Ucap Gyeong Jun. Hye Jun kesa Gyeong Jun yang bahas masalah saat SMP


“Saat itu, kau melarangku pakai komputer.’ Tegas Hye Jun. Gyeong Jung pikir Itu fakta.

“Itu bukan fakta! Kata-kata yang kau gunakan menyudutkan. Kau menutupi masalah dan menyakiti perasaan orang.” Ucap Hye Jun marah

“Kubilang mau punya kamar sendiri, bukan tak nyaman sekamar dengan Kakek.” Balas Gyeong Jun.

“Kau menyakiti perasaan Kakek dan membuatku menjadi bajingan.” Ucap Hye Jun marah

“Sejak kapan kau pandai bicara?” keluh Gyeong Jun. Hye Jun pikir itu berkat kakaknya.

“Kau selalu menceramahiku dengan kata-kata sulit.” Ucap Hye Jun. Tuan Sa mengeluh keduanya selalu bertengkar setiap bertemu

“Padahal dulu kalian saling perhatian. Kau yang salah... Tak seharusnya melawan kakakmu.” Ucap Tuan Sa membela. 


“Kakak beradik itu setara. Harus saling menghormati. Seorang kakak harus menyayangi dan menjaga adiknya. Kau dulu menyayangi Yeong-gyun” komentar Kakek Sa

“Kenapa membahas Yeong-gyun?” keluh Tuan Sa. Kakek Sa mengaku membahas itu karena tadi Tuan Sa bicara tentang kakak beradik.

“Ayah, kenapa tak makan apa pun?” ucap Nyonya Han mengalihkan pembicaaan ayahnya.

“Aku juga mau mengatakan sesuatu. Gyeong-jun tak mirip denganku. Awalnya kupikir dia mirip denganku. Setelah dipikirkan, kami tak mirip. Menurutku, Hye-jun mendapatkan fisikku dan Yeong-nam mendapatkan sifatku.” Ucap Kakek Sa 


“Aku? Ayah!” keluh Tuan Sa. Kakek Sa pikir anaknya tak mengenal Ayahnya dengan baik.

“Apa? Aku sudah kenal Ayah lebih dari 50 tahun.” Ucap Tuan Sa. Kakek Sa tahu kalau dulu angkuh dan sombong, tapi kini tak begitu.

“Karena sudah sukses, Gyeong-jun mau keluar dan hidup nyaman sendirian. Meski berkeliaran di luar, ayah tak berniat makan enak dan hidup nyaman sendirian. Ayah salah karena ceroboh dan tak bersikap dewasa.” Ucap Kake Sa. Nyonya Han terlihat gelisah. 


“Kakek. Aku keluar bukan untuk kenyamanan sendiri. Jika aku keluar, ruang personal bertambah. Suasana menjadi lebih menyenangkan karena kepadatan berkurang. Hye-jun dan aku bertengkar karena Hye-jun tak punya kamar sendiri dan terus masuk ke kamarku.” Ucap Gyeong Jun

“Karena aku gagal mengendalikan emosiku saat masa puber, kami terus bertengkar. Pertengkaran ini menyinggung perasaan dan buat saling menyakiti hingga kini. Ini masalah yang muncul dari kemiskinan, bukan karena kesalahan pribadi.” Jelas Gyeong Jun

“Aku sudah menghasilkan uang, Jika aku keluar, masalah ini akan selesai. Aku tak akan bertengkar dengan Hye-jun. Itu sebabnya aku membuat keputusan ini.” Jelas Gyeong Jun 


“Kau sungguh orang terpintar di keluarga ini!” ucap Tuan Sa memberikan tepuk tangan.

“Apa Menurutmu kita bertengkar karena aku terus masuk ke kamarmu dan membuatmu marah?” ucap Hye Jun menyindir.

“Astaga. Rupanya kau masih belum introspeksi. Kita bicarakan itu nanti. Kini bahas agenda rapat dulu.” Ucap  Gyeong Jun

“Kenapa kau selalu menentang kakakmu?” keluh Tuan Sa. Kakek Sa membela kalau Hye-jun tak menentang.


“Itu karena Gyeong-jun banyak mulut. Intinya dia mengatakan alasan keluar dengan memutarbalikkan perkataan. Aku tahu karena sering ditipu orang seperti itu. Memanipulasi dengan kata-kata dan Sangat meyakinkan.” Ucap Kakek Sa

“Kenapa Kakek terus seperti ini padaku?” keluh Gyeong Jun. Kakek Sa pikir Karena Gyeong Jun terlalu pandai berbicara.

“Kau sangat membanggakan, tapi…para penipu sangat pandai bicara.” Ucap Kakek Sa

“Ayah, apa tak malu? Apa Bangga telah ditipu? Kenapa begitu percaya diri?” keluh Tuan Sa

“Ayah sudah menebus kesalahanku” ucap Kakek Sa. Tuan Sa mengeluh Menebus apa danbertanya Bagaimana cara Ayah menebus?

“Kau selalu menghina ayah di depan anggota keluarga lain! Hei. Apa penebusan kesalahan yang lebih besar daripada dihina oleh anak sendiri? ucap Kakek Sa marah. Hye Jun memegang tangan kakeknya agar tenang.

*** 


Nyonya Han akhirnya masuk kamar anaknya menyuruhnya pergi tapi biaya sewa harus lebih rendah, sekitar 300.000 hingga 400.000 won. Gyeong Jun mengeluh karena Alangkah baiknya jika Ibunya seperti ini sejak awal. Tuan Sa pun masuk kamar ingin tahu apa hasilnya. Gyeong Jun menjawab kalau  Ibunya sudah menyuruhnya keluar.

“Bagaimana ini? Ayah mendengar semua pembicaraan kita. Kita Harus bagaimana? Aku harus melakukan apa?” ucap Nyonya Han gugup. Gyeong Jun ingin tahu apa yang ibunya katakan.

“Kakek pasti merasa dikhianati oleh Ibu. Perlakuan Ibu pada Kakek sangat berbeda dengan perkataan Ibu.” Kata Gyeong Jun

“Kau senang? Puas?” kata Nyonya Han marah. Gyeong Jun mengeluh ibunya yang marah padanya. 


“Kakek asal bicara padaku. Aku dibilang egois.’ Ucap Gyeong Jun. Nyonya Han pikir Itu bukan asal bicara, tapi fakta. Gyeong Jun akhirnya memilih untuk berbaring diatas tempat tidurnya.

“Sayang, kau harus minta maaf.” Ucap Nyonya Han. Tuan Sa pikir Untuk apa. Nyonya Han pikir suaminya berhenti dan sudah cukup.

“Berhenti membicarakan masa lalu. Lupakanlah.” Ucap Nyonya Han. Tuan sa mengak coba melupakannya, tapi terus teringat jadi tak bisa melakukan apapun.

“Jadi, kau akan terus begitu? Kita juga orang tua. Tak seharusnya begini di depan anak-anak.” Ucap Nyonya Han

“Apa salahnya? Kita tak sama dengan Ayah.” Kata Tuan Sa. Gyeong Jun berkomentarkalau Kakeknya tak bisa dibandingkan dengan Ayah.


Hye Jun sibuk membentangkan alas tidur. Tuan Sa dengan tatapan kosong memberitahu cucunya kalau akan menjadi model. Hye Jun memastikan kalau Kakeknya sudah memutuskan. Kakek Sa menganguk kalau akan sukses dan menunjukkan kemampuannya kepada ayah Hye Jun.

“Semangat... Kau bersemangat lagi... Karena itu aku mencintaimu.” Ucap Hye Jun memeluk kakeknya.

“Kakekmu adalah orang yang sangat menawan.” Kata Kakek Sa. Saat itu Nyonya Han dan Tuan Sa masuk kamar dan menyuruh Hye Jun agar keluar dulu. 


Nyonya Han tak enak hati meminta maaf pada ayah mertuanya. Kakek Sa merasa tak masalah karena Orang bahkan menghina raja di tempat tersembunyi. Ia pun menegaskan kalau Gyeong-jun sungguh tak mirip dengannya.

“Gyeong-jun mirip denganku. Dia putraku. Kenapa mirip Ayah? Aku juga tak mirip dengan Ayah. Kenapa sifatku mirip Ayah?” keluh Tuan Sa

“Jangan menyangkal. Sifatmu sangat mirip dengan ayah.” Ucap Kakek Sa. Tuan Sa kesal mendengarnya. Karena membuatnya gila.

“Ayah harap bisa menang lotre  agar bisa pindah dari sini.” Ucap Kakek Sa. Nyonya Han mengeluh mendengarnya tak rela berpisah dengan ayah mertuanya. 


Hye Jun mengambil minum didapur. Gyeong Jun pun dengan bangga kalau akan pindah dan adiknya itu pasti senang.  Hye Jun mengaku  senang karena dapat kamar. Gyeong Jun pun menyruuh Hye Jun agar Datang ke kantornya saat ada waktu dan akan traktir makan. Hye Jun menganguk mengerti dengan wajah dingin.

“Hei... Tidakkah seharusnya kau membungkuk jika diperlakukan seperti ini?” ucap Gyeong Jun. Hye Jun tak mengerti maksud ucapan kakaknya.

“Kenapa harus begitu?” ucap Hye Jun melawan. Gyeong Jun tak pecaya melihat sikap adiknya yang berani melawa.

“Kenapa? Apa Kau mau memukulku? Tak akan kubiarkan kau memukulku.” Ucap Hye Jun. Gyeong Jun pikir sudah minta maaf.


“Apa Bekas pukul hilang dengan maaf? Sakit hatimu lama sekali. Aku akan lupa jika kau bersikap baik. Namun, kau terus menggangguku.” Ucap Hye Jun

“Aku begitu karena cemas, bukan mau mengganggu. Kita di posisi yang sama.” Kata Gyeong Jun seperti tak nyaman karena adiknya lebih tinggi.

“ini Tak cukup meyakinkan. Menurutku, posisimu jauh lebih baik dariku. Kau punya kamar.” Kata Hye Jun lalu masuk ke dalam kamar. 


Hye Jun melihat kakeknya yang sudah tidur lalu melihat buku yang didepanya “ORANG BIASA” Ia mengambil foto buku lalu memberikan #AMOR FATI#CINTAI TAKDIRMU #NIETZSCHE #SUKA


Sementara di warnet, terlihat mata Hae Han dan juga Jin U ke layar komputer. Mereka tahu kalau Semua kelas ini sangat populer. Hae Han memastikan kalau Jin U sudah siap. Jin u mengaku Sudah siap bertempur dan mulai menghitung mundur.

Saat tepat jam pendaftaran kelas, Hae Han terus menekan mousenya agar bisa langsung daftar. Beberapa detik kemudian pun semua kelas Hae Han dibisa masuk. Ia pun berteriak bahagia kalau Berhasil dan saling berpelukan. 


Jin U mengajak Hae Na pergi ke cafe bertanya Apa senang, Hae Na menganguk. Jin U mengatakan akan membuatnya lebih senang lalu memberikan sebuah kartu. Hae Na mengerti. Jin U mengeluh apa maksudnya mengerti.

“Aku sudah lihat ada dua stempel.” Kata Hae Na. Jin u menegaskan agar Tunggu sebentar lagi karena akan segera…

“Kau terlalu berlebihan.” Keluh Hae Na melihat tingkah Jin U. 


Didalam mobil, Nyonya Lee yang sedang mengemudi mengaku gugup karena Adegan ini harus berjalan baik dan bertanya pada Hye Jun Apa tidur nyenyak. Hye Jun menganguk. Nyonya Lee melihat Hye Jun terlalu tenang dan Terlalu hening.

“Aku terus memikirkan karakterku, Su-yeong.” Ucap Hye Jun dingin. Nyonya Lee tak percaya kalau Tiba-tiba Su-yeong berbicara padanya.

“Astaga! Kau kini aktor sungguhan. Karaktermu bahkan berbicara.” Ucap Nyonya Lee.

“Reaksimu tak terlihat tulus.”keluh Hye Jun. Nyonya Lee pikir kalau terlihat jelas. 


“Aku tak terlalu paham. Aku bukan aktor. Aku senang kau bisa mendalami karaktermu. Aku tak bisa ikut ke lokasi hari ini. Jadi, aku cemas. Tapi Aku kini bisa tenang.” Ucap Nyonya Lee

“Kenapa bertemu Pak Yoon?” tanya Hye Jun. Nyonya Lee pikir Jika sutradara mau ketemu manajer, itu pasti masalah pemilihan peran.

“Film terakhirnya gagal. Roda hidup berputar. Kali ini filmnya akan berhasil. Dan coba tebak! Dia terlihat tertarik padamu. Tidakkah hidupmu terasa lebih baik sejak bertemu denganku?” ucap Nyonya Lee bangga

“Sikap pamer seperti ini. Aku suka.” Kata Hye Jun bangga. Mereka pun langsung saling high five dengan kepalaan jari.

***

Bersambung ke part 3

Cek My Wattpad...   First Love

Cek My You Tube Channel "ReviewDrama Korea"

 

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

 

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 

INSTAGRAM dyahdeedee09  FANPAGE Korean drama addicted




 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar