PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Selasa, 15 September 2020

Sinopsis Record of Youth Episode 3 Part 2

 PS : All images credit and content copyright : TVN
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe. 
Tinggal Klik disini, buat yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe bulan ini 

Pagi hari 
Hye Jun terbangun melihat pesan di ponselnya [TRANSFER DARI PERAGAAN BUSANA 9.670.000 WON] Ia langsung duduk menelp pria yang mengadakan show,  memberitahu kalau baru memeriksa uang masuk dan menurutnya sepertinya salah kirim karena bayaranya terlalu banyak.
“Berterimakasihlah kepada Pak Jung. Dia memberi bonus karena penampilanmu baik.” Ucap Si pria. Hye Jun pun hanya bisa menghela nafas panjang. 

Jeong Ha sibuk merias seorang pria yang cukup tua didepanya. Si pria mengaku senang jika Jeong Ha yang meriasnya. Jeong Ha mengucapkan Terima kasih menurutnya Karena telat memulai karir, jadi senang jika dipuji.
“Kau Tak telat sama sekali. Aku mulai menjadi model saat berumur 65 tahun.” Ucap si kakek
“Apa Kau belum lama menjadi model?” tanya Hye Jun. Si kakek mengaku sudah 13 tahun. Sekarang umurnya 78 tahun. Jeong Ha kaget mendengarnya.
“Kenapa kau begitu kaget? Aku ingin kerja sampai sepuluh tahun lagi.” Ucap si kakek. Jin Ju dengan sinis menyuruh Jeong Ha bergeser.
“Kau akan berkarir sampai 100 tahun. Model senior selalu dibutuhkan. Ini iklan ginseng merah. Sutradara dan aku putuskan memakai citra kuat dan meyakinkan.” Ucap Jin Ju.
Jeong Ha terdiam mengingat saat bicara dengan kakek Sa dengan Hye Jun. Kakek Sa bertanya “ Apa kau sudah mencari tahu?” Hae Jun menjawab kalau sedang mencari tahu. Hye Jun pun memperlihatkan foto kakeknya pada Jeong Ha.
“Dia bisa jadi aktor. Kenapa tak coba berakting?” ucap Jeong Ha. Akhirnya Jeong Ha mengingat kakek Sa berpikir bisa memulai karirnya walaupun sudah tua.  


Hye Jun keluar dari kamar, Kakek Sa sibuk memasak mengaku  baru akan memanggil cucunya dan Waktunya pas sekali. Hae Jun pun duduk dimeja makan. Kakek Sa memberitahu Ibu Hye Jun  membuat gimbap. Hae Jun mengambil satu sambil berkomentar
“Dulu dia bilang tak mau membuatkannya karena repot. Ini pasti karena aku mau pergi wajib militer.” Ucap Hye Jun
“Apa yang akan kulakukan selama kau wajib militer? Aku akan merindukanmu.” Ucap Kakek Sa sedih
“Tunggu saja 18 bulan.” Kata Hye Jun. Kakek Sa merasa  Delapan belas bulan bagi Hae Jun terasa seperti 18 tahun baginya.
“Jangan begitu! Kau terlihat menyedihkan. Aku tak suka. Apa moto kita? "Tetap senyummeski didiskriminasi dan dilecehkan." Kata Hye Jun mengingatkan.
“Benar. Tersenyum membawa keberuntungan... Aku menghangatkan supmu. Enak.” Ucap Kakek Sa.
“Kau punya tangan emas. Semua pasti berhasil jika disentuh olehmu.” Puji Hye Jun. Kakek Sa memuji cucunya memang yang terbaik.
“Jangan mencemaskanku. Berpacaranlah.” Ucap Hye Jun.  Kakek Sa menyuruh cucunya saja yang melakukan itu karena ia hanya ingin bekerja.
“Kurasa akan ada kabar baik. Apa Kau temukan pekerjaan? Di mana?” tanya Kakek Sa penuh semangat.
“Belum tahu. Aku harus bertemu langsung dengannya.” Ucap Hye Jun. Kakek Sa penasaran Bertemu siapa. 


Jeong Ha sedang merapihkan alat make up. Hae Hyo datang menayap Jeong Hae. Jeong Ha bertanya Kenapa Hye Hyo ke sini. Hae Hyo menjawab  mau dirias untuk syuting drama. Jeong Ha pun meminta menunggu karena Jin-ju segera datang.
“Aku mau kau meriasku.” Kata Hae Hyo. Jeong Ha menegaskan kalau  Tak bisa.
“Apa Kau sudah datang? Kau datang tanpa reservasi.” Ucap Jin Ju datang dengan direktur
“Ya. Aku ingin dirias oleh Jeong-ha. Namun, dia bilang tak bisa. Kenapa tak bisa?” tanya Hye Hyo
“Menurut peraturan tak boleh. Posisi Jeong-ha masih asisten.” Kata Jin Ju sinis
“Apa Peraturan lebih penting daripada kepuasan pelanggan?” tanya Hae Hyo akhirnya berdiri.
“Kepuasan pelanggan tentu lebih penting. Nona An, kau bisa merias Hae-hyo.” Ucap Direktur.
“Pangkatku belum mencukupi.” Ucap Jeong Han. Direktur menegaskan kalau  Pangkat bisa dinaikka dan Peraturan bisa diubah.
“Silakan keramas dulu.” Ucap Direktur. Akhirnya Hae Hyo pergi dengan pegawai lain.
“Bagaimana kau bisa melakukan ini?”keluh Jin Ju kesal. Direktur berkomentar Ada alasan kenapa pelanggan tak memilih Jin Ju
“Kau seharusnya berintrospeksi.” Kata Direktur dan Akhirnya Jin Ju pergi dengan wajah kesal. Jeong Ha pun terlihat bingung. 


Jeong Ha pun mulai merias Hae Hyo dengan memakaikan toner lebih dulu. Hye Hyo memberitahu kalau Kulitnya terasa halus. Padahal sebelumnya terlihat kasar. Ia pun berkomentar kalau setelah dilihat, ternyata Jeong Ha terampil. Jeong Ha hanya diam saja dan fokus memberikan make up.
“Firasatku sungguh bagus. Aku bisa tahu tanpa mencoba.” Ucap Hae Hyo.
“Tolong jangan bergerak.” Ucap Jeong Ha. Hye Hyo langsung duduk dengan tegak. Jeong Ha bingung apa yang dilakukan Hae Hyo sekarang.
“Katanya jangan bergerak.” Ucap Hae Hyo. Jeong Ha berkomentar kalau Hae Hyo boleh bernapas.
“Apa Kau merasa lebih baik?” tanya Hae Hyo. Jeong Ha bingung  Memangnya ia kenapa
“Kau tiba-tiba dingin. Aku hampir membeku karenamu.” Ucap Hae Hyo. Jeong Ha bertanya apakah Hye Hyo tahu perkataan itu.
“Apa Kau pikir bisa mengenalku dari informasi di internet?” ucap Hye Hyo.
“Aku tak terlalu menggali informasimu karena tak tertarik.” Komentar Jeong Ha
“Kau membuatku tertantang. Jika mengenalku lebih dalam, maka kau tak akan bisa lepas.” Ejek Hae Hyo
“Begitu? Sungguh menakutkan. Aku tak akan mengenalmu lebih dalam.” Ucap Jeong Ha
“Apa Kau hanya ingin mengenal Sa Hye-jun?” tanya Hae Hyo. Jeong Ha mengaku tidak dan  sudah cukup mengenalnya.
“Kau pasti jadi menyukainya. Aku sangat kenal Hye-jun.” ucap Hae Hyo. Jeong Ha mengaku sudah suka dia sebelumnya dan mengaku sebagai penggemarnya.
“Maksudku, kau jadi lebih suka setelah bertemu dengannya.” Ucap Hae Hyo.
“Benar. Aku jadi lebih menyukainya. Aku sedang berusaha untuk tak jatuh hati.” Ucap Jeong Ha
“Ikuti hatimu. Kenapa harus berusaha?” ucap Hae Hyo. Jeong Ha pikir Mengidolakan seseorang itu indah karena bukan kenyataan.
“Saat fantasi bertemu kenyataan, keadaan akan kacau.” Ucap Jeong Ha. Hae Hyo pikir Pasti menyenangkan jika menjadi kacau.



Saat itu Hye Jun datang ke salon bertanya Di mana Jeong-ha. Si pegawai menjawab ada didalam.  Jeong Ha sedang duduk dengan direktur, lalu bertanya pada Hae Hyo apakan suka riasannya hari ini. Hae Hyo mengucapkan Terima kasih membiarkannya untuk memilih penata riasnya sendiri.
“Aku lebih berterima kasih. Nona An, kerjamu baik.” Puji direktur. Jeong Ha yang terdiam terlihat tersadar dari lamunanya.  Saat itu Hye Jun datang
“Kenapa kau ada di sini?” tanya Har Hyo. Hye Jun pikir harus tanyakan hal yang sama.
“Menurutmu kenapa?” ejek Hae Hyo. Direktur melihat keduanya terlihat dekat dan bertanya sejak kapan berteman?
“Kami teman SD.” Jawab Hae Hyo. Direktur pun tahu kalau Hye Jun  Rumahnya di Hannam-dong juga. Hye Jun membenarkan.
“Rupanya kalian anak orang kaya. Belakangan ini banyak pesohor yang berasal dari keluarga berada. Zaman dulu sebagian besar adalah tulang punggung keluarga.” Komentar direktur.
“Tak semua yang tinggal di Hannam-dong kaya.” Kata Hye Jun dengan nada sedikit tinggi.
“Tak perlu merendah seperti itu...Kau mau minum teh apa?” ucap Direktur merasa tak nyaman. Hye Jun pun memint es kopi.
Jeong ha ingin mengambilkanya, tapi Direktur melarangnya agar bisa menemani keduanya. Jeong Ha merasa tak enak hati, Direktur pikir kalau ia sangat  disukai orang karena tahu kapan harus bergabung dan pergi.
“Teman-teman merindukanmu. Apa yang kau lakukan?” ucap Hae Hyo. Jeong Ha merasa tak nyaman akhirnya memilih untuk pamit pergi pada keduanya.
“Apa Kau datang untuk menemuinya?” tanya Hae Hyo. Hye Jun membenarkan dan bertanya apakah Hye Hyo ada syuting drama.
“Ya. Semua syuting akan selesai pekan depan.” Ucap Hae Hyo lalu saat itu Hye Jun melihat telp Hae Hyo bergetar dan menyuruh agar mengangkatnya.
Hae Hyo pun mengangkat telp dar penulis Kim lal mengaku ingin membantu tapi menurutnya acara hiburan harus diskusi dengan agensi dulu. Hye Jun duduk diam sambil meminum es kopinya. Hae Hyo memberitahu kalau akan berperan dalam film Sutradara Choi.
“Jangan berlebihan. Kita lihat dulu... Ya. Terima kasih.” Ucap Hae Hyo lal menutup telpnya.
“Dia penulis yang kukenal saat tampil di acara hiburan. Dia kini penulis utama, dulu dia asisten. Ada beberapa anggota grup pria. Dia ingin buat acara bepergian.” Cerita Hae Hyo
“Kau sedang apa? Kita sudah telat. Kau tak keluar meski ditelepon.”keluh managernya akhirnya masuk salon. Hae Hyo pun meminta maaf.
“Rupanya Hye-jun juga di sini... Apa Kau ada proyek?” tanya manager. Hae Jon mengelengkan kepala.
“Kenapa ke salon?” tanya manager dengan nada mengejek. Hae Hyo tak ingin memperpanjang mengajak managernya pergi dan berjanji  akan menelp Hye Jun selesai syuting.




Hye Jun menunggu diruangan lain bertanya Apa maksud JeongHa dengan pekerjaan luar biasa. Jeong Ha sedang merapihkan peralatan make up mengeluh kalau tak sabar sekali lalu membuka laptopnya. Hye Jun duduk disampingnya.
Jeong Ha mencoba membuka folder, tapi ternyata malah membuka video Hye Jun yang sedang catwalk. Ia pun buru-buru menutup layar dan mencari folder lain, tapi kembali melihat video Hye Jun. Hye Jun menatap heran. Jeong Ha yang malu mencoba mencari video lainya.
Akhirnya mereka melihat video AKADEMI MODEL SENIOR, Jeong Ha mendekat. Jeong Ha gugup berpikir kalau terlalu dekat Hye Jun merasa tak masalah, tapi akhirnya sedikit bergeser karena melihat Jeong Ha yang tak nyaman.
“Impian kakekmu menjadi pesohor, 'kan? Ini adalah pekerjaan yang paling mendekati impiannya.” Ucap Jeong Ha.
“Aku tak mau mewujudkan impian kakekku. Dia mencari pekerjaan paruh waktu. Umurnya 71 tahun.” Kata Hye Jun
“Ada banyak model senior berusia 80 tahun yang masih aktif. Punya fisik seperti itu di usianya adalah sebuah talenta.” Ucap Jeong Ha menyakinkan.
“Tidak, bukan ini.” Kata Hye Jun menutup laptop. Jeong Ha pikir Hae Jun tak seharusnya memutuskan ini sepihak tanpa menanyakan pendapat kakeknya.
“Kau menarik.” Puji Hye Jun. Jeong Ha merasa kalau Hae Jun yyang mengatakannya dan menganggap sebagai pujian.
“Caramu marah tenang sekali.” komentar Hye Jun. Jeong Ha pikir Hae Jun  bisa tak suka dengan pemikirannya.
“Tapi tak seharusnya menganggapku konyol seperti itu.” Ucap Jeong Ha dengan nada cemberut.
“Aku sering melihat model senior, tapi tak pernah terpikirkan untuk Kakek bisa melakukannya.” Jelas Hye Jun
“Seperti gelap di bawah api lilin, orang terdekat bisa tak menyadarinya.” Ucap Jeong Ha
“Kenapa tiba-tiba membahas lilin?” ucap Hye Jun heran. Jeong Ha menjelaskan Manusia itu berubah.
“Diri yang sekarang bisa berbeda dengan yang dulu.” Jelas Jeong Ha. Hye Jun merasa kalau Perkataan Jeong Ha tak begitu meyakinkan.
“Begitu? Lalu Bagaimana dengan ini? Mulutmu mengatakan demi kakekmu, tapi sebenarnya dalam hati kau mengabaikannya.” Ucap Jeong Ha 
“ Jangan lewati batas.” Ucap Hye Jun. Jeong Ha menegaskan  Batas dibuat untuk dilewati.
“Meski begitu, bukan ini.” Ucap Hye Jun. Jeong Ha yakin Hye Jun mulai terayu. Hae Jun mengelaknya dan beranjak pergi. Jeong Ha bertanya Hae Jun mau ke mana
“Ada yang harus aku urus. Kau kerja sampai pukul berapa?” ucap Hye Jun. Jeong Ha bertanya Siapa. 



Hye Jun berjalan di lorong rumah dan melihat nama Jjampong Entertainment didepan pintu. Ia pun menekan bel, Nyonya Lee membuka pintu dengan rambut tangkat apelnya. Hye Jun mengejek kalau ini Luar biasa.
Nyonya Lee akhirnya membuka pintu. Hye Jun pun masuk ke rumah hanya bisa melonggo karena berantakan. Nyonya Lee buru-buru membereskan meja dan langsung menyuruhnya duduk. Hye Jun pun duduk di meja kerja. Nyonya Lee menyindir kalau Hye Jun datang untuk menghibur setelah menyakitinya
“Aku membelikanmu roti. Roti kacang merah kesukaanmu.” Ucap Hye Jun. Nyonya Lee marah karena Hae Jun tak dibuka
“Kau banyak mau.” Keluh Hye Jun lalu membuka rotinya. Nyonya Lee tersenyum lalu memakanya. Hye Jun memberikan sebuah amplop. Nyonya Lee bingung apa ini.
“Aku sudah terima bayaran untuk peragaan busana. IniLebih banyak dari yang kukira.” Ucap Hye Jun. Nyonya Lee tak mengerti maksudnya.
“Saat kita ke Italia, kau membayar tiket pesawat dan akomodasi.” Ucap Hye Jun
“Katanya mau wajib militer? Pakai saja. Aku melakukannya tanpa pamrih.” Kata Nyonya Lee. Hye Jun pikir Tak bisa begitu.
“Apa boleh kunasihati?” tanya Nyonya Lee. Hye Jun menolak karena  muak dengan nasihat.
“Kau tak berambisi.” Ucap Nyonya Lee. Hye Jun mengeluh Nyonya Lee yang tadinya bertanya.
“Arahmu sudah benar. Menjadi pesohor bisa meningkatkan status sosial. Jika berhasil, kau bisa beli gedung dalam sekejap. Bahkan kau Hanya tunjuk muka bisa dapat uang.” Ucap Nyonya Lee menyakinkan.
“Apa sukses begitu penting? Lakukan apa yang kau suka dan makan makanan enak, menikah, serta punya anak. Yang terpenting menikmati hari ini.” Kata Hye Jun.
“Jika terlahir tanpa apa-apa, kau harus hidup miskin selamanya. Tak akan membaik. Biasanya… baru sadar setelah berusia 30 tahun. Orang berusia 20-an punya fantasi bisa mewujudkan mimpi.  Orang pintar sadar di usia 20-an.” Ucap Nyonya Lee
“Lebih baik cari uang daripada bermimpi. Sedangkan kau, masih belum bisa melepaskan mimpimu. Kenapa kau harus bintangi film Sutradara Choi? Sutradara itu memang hebat. Namun, sutradara itu bisa salah dan mungkin kau yang benar. Jangan menyerah sebelum kaucoba semua peluang.” Ucap Nyonya Lee
“Bisa mulai lagi setelah wajib militer.” Kata Hye Jun. Nyonya Lee mengeluh  Siapa yang akan mengingat Hae Jun saat itu karena Sekarang saja tak dikenal.



Hye Jun berjalan pulang melihat iklan dilayar besar [TERLAMBAT JIKA SUDAH BERLALU, MASA MUDA KITA MASIH BELUM SELESAI] dan model minuman adalah Hye Hyo.
“Aku tak bisa menjelaskannya, tapi dalam hatiku, aku merasa sesuatu muncul. Aku mengetahuinya. Kita bersinar dengan cara masing-masing.” Gumam Hye Jun mengingat ucapan pegawai saat pemotretan.
“Temanmu baik. Harusnya ini wawancara tunggal Hae-hyo.” Ucap si pegawai saat pemotretan.
“Apa Hye-jun bisa ikut?” ucap Hae Hyo pada managernya ketika berganti pakaian
Manager Hae Hyo datang dengan nada dingin bertanya paakh Hye Jun ada proyek. Hye Jun menjawab tak ada. Managernya pun heran kenapa Hye Jun ke salon. Saat bertemu dengan Nyonya Lee berpikir mulai lagi setelah wajib militer.
“Siapa yang akan mengingatmu saat itu? Sekarang saja kau tak dikenal.” Ucp Nyonya Lee.
“Kupikir tak membandingkan adalah hal baik. Aku tertipu. Sekarang aku merasa lega.” Gumam Hye Jun. 


Hye Jun masuk ke salon bertanya apa Jeong Han sudah selesai. Jeong Han heran Hye Jun bahkan datang tanpa kabar. Hye Jun mengaku ada yang harus dilakukan. Jeong Ha bingung apa disalon ini. Hye Jun meminta agar memotong rambutnya cepak.
“Apa kau ingin kembali menjadi anak tujuh tahun?” tanya Jeong Ha mengejek.
“Aku akan pergi wajib militer.” Ucap Hye Jun. Jeong Ha kaget bertanya kapan.  Hye Jun menjawab Sepuluh hari lagi.
“Lalu, kenapa potong sekarang?” ucap Jeong Ha heran. Hye Jun menjawab Karena ia terus ingin tak pergi.
“Kau seperti akan pergi selamanya. Bukankah durasi wajib militer berkurang?” ucap Jeong Ha mengejek
“Mudah bagimu bicara.” Keluh Hye Jun. Jeong Ha pikir itu pasti, menurutnya Hye Jun  tak perlu memotong rambutnya sepuluh hari sebelumnya.
“Dipotong cepak hanya akan membuatmu teringat apa yang akan datang.” Kata Jeong Ha. Hye Jun pikir benar juga. Jeong Ha pikir seperti itu dengan wajah bangga.
“Persuasimu membaik dari tadi siang. Kemampuan belajarku cukup baik. Kau pintar menyombongkan diri.” Ucap Hye Jun. 
“Itu fakta, bukan menyombongkan diri.” Kata Jeong Ha dan menyuruh Hye Junpulang karena ada Su Bin.
“Tapi Apa Kau sungguh penggemar Hae-hyo?” tanya Hye Jun memastikan. Jeong Ha membenarkan.
“Aku benci pembohong.” Kata Hye Jun lalu melangkah pergi dan menghitung mundur.
“Benar. Aku penggemarmu.” Akui Jeong Ha. Hye Jun hanya bisa tersenyum sumringah dan langsung beranjak pergi.
“Apa-apaan? Dia pergi begitu saja? Sial.” keluh Jeong Ha kesal. 



Hae Na masuk ke dalam ruangan ibunya bertanya apakah di rumah tak ada sirop maple. Nyonya Kim yang sibuk mencari sesuatu  menjawab kalau Harusnya ada. Hae Na menagku sudah mencarinya tapi tak ada. Nyonya Kim yang kebingungan akhirnya bertanya  Apa Hae Na mengambil anting berliannya. Hae Na menjawab tidak.
“Ada di mana, ya?” ucap Nyonya Kim terus mencari. Hae Na yakin  Pasti ada di suatu tempat dan bertanya Di mana sirop maple
“Pasti ada di suatu tempat! Kenapa tanya?” keluh Nyonya Kim kesal. Hae Na mengeluh kalau mau makan panekuk. Nyonya Kim pun tak peduli terus mencari antingnya. 

Nyonya Han sibuk meminum soju dari botol merasa kalau hidup untuk rasa ini. Nyonya Lee sibuk melihat baju yang dibawa oleh Nyonya Han menurutnya baju itu Cantik sekali menurutnya Selera Hae-na dan dirinya sama Namun, ukurannya tak sama.
“Berikan pada Jin-ri.” Ucap Nyonya Han. Nyonya Lee pikir  Ini bukan gayanya jadi berikan ke keponakannya saja.
“Ada celana juga. Ambil saja jika kau mau.” Kata Nyonya Han. Nyonya Lee pikir Selera ibu Hae-hyo berbeda dengannya jadi akan memberikan untuk kakak iparnya.
Saat itu ponsel Nyonya Han bergetar. Nyonya Kim menelp bertanya ap melihat anting berliannya. Nyonya Han menjawab Pasti di tempatnya. Nyonya Kim menjawab tak ada. Nyonya Han bertanya Nyonya Kim itu menyimpan dimana. Nyonya Kim mengeluh kalau tak ingat.
“Sirop maple! Sirop maple ada di mana?” teriak Hae Na menyela. Nyonya Han pun mendengarnya.
“Ada di laci ketiga di kulkas sebelah kanan.” Ucap Nyonya Han. Hae Na pun mengucapkan terimakasih pada Nyonya Han.
“Kau hanya peduli dirimu, 'kan? Aduh. Ada di mana, ya?” ucap Nyonya Kim kebingungan.
“Coba periksa kamar mandi atau ruang rias.” Ucap Nyonya Han. Nyonya Kim seperti baru mengingatnya. 


Nyonya Lee mendengarnya mengelu kalau Nyonya Kim Selalu menelepon karena tak tahu letak barang dan meminta agar Berhenti saja adn bisa kerja di tempat lain. Nyonya Han memberitahu kalau Di sana ia kali pertama belajar melakukan pekerjaan ini.
“Karena itu, aku kini bisa hasilkan uang. Aku bersyukur.” Ucap Nyonya Han. Nyonya Lee tahu Nyonya Han juga membencinya.
“Aku tak membencinya. Aku terus bandingkan diriku. Membandingkanmu dengan mereka akan membuatmu menderita. Aku tak bandingkan diriku dengannya. Tapi terus bandingkan anak kami.” Ucap Nyonya Han sedih
“Dulu, kita harus berterima kasih hanya karena sudah dilahirkan.” Kata Nyonya Lee
“ Masa itu sudah berakhir. Tuangkan aku miras.” Kata Nyonya Han. Nyonya Lee pu menuangkanya.
“Kau terlihat menarik saat minum miras. Sehari-hari kau terlalu disiplin.” Puji Nyonya Lee. 

Saat itu Tuan Kim datang melihat Nyonya Han ada dirumah, keduanya pun duduk bersama. Nyonya Lee bertanya apakah suaminya mau minum juga. Tuan Kim menganguk. Nyonya Lee pun mengambil gelasnya.
“Bagaimana audisi film Hye-jun?” tanya Tuan Kim. Nyonya Han dan Tuan Sa hanya terdiam dengan wajah sedih.
“Kau tak peka sekali. Jika lolos, mereka pasti beri tahu. Astaga.” Ucap Nyonya Lee memarahi suaminya.
“Kenapa tak cerita bahwa Hye-jun tak lulus audisi dan akan pergi wajib militer?” ucap Nyonya Han berjalan pulang
“Bukan hanya kau yang mencintai anak. Apa Kau kira aku senang marah kepada Hye-jun?” ucapTuan Sa
“Kau sadar telah melakukan itu?” ejek Nyonya Han. Tuan Sa merasa pernah melaluinya dan begitu karena pernah melaluinya.

KEBAHAGIAAN HARI DEMI HARI
Hae Hyo sedang melakukan pilates mengeluh pada ibunya,apakah tak punya teman. Nyonya Kim menjawab tak ada.  Hae Hyo pun mengeluh agar bermain dengan bibi dan Kenapa terus mengikutinya. Tuan Kim mengeluh kalau Ibu bukan mengikuti Hae Hyo, tapi mengurusnya.
“Jika begini, citraku akan rusak. Aku seperti anak manja. Wanita benci itu.” Ucap Hae Hyo
“Baik. Ibu akan mundur karena alasan strategis.” Ucap Nyonya Kim, Hae Hyo tersenyum kalau  Ibunya patuh pada saat begini.
“Ibu juga tak suka anak manja. Citra itu tak cocok denganmu.” Kata Nyonya Kim.
“Karena ini, aku tak bisa benci Ibu.”ucap Hae Hyo. Nyonya Kim tak percaya anaknya pernah benci ibunya.
“Kau tak boleh merasa begitu meski di alam bawah sadar. Itu membuat ibu sedih.” Ucap Nyonya Kim
“Aku harus segera berpacaran. Aku harus ke salon.” Ucap Hae Hyo. Nyonya Kim pikir pacar anaknya  ada di salon
“Ibu tak memperhatikan, ya?” keluh Hae Hyo. Nyonya Kim pikir juga harus ke salon jadi akan hubungi Bu Jin-ju.
“Aku tak dengannya lagi.”ucap Hae Hyo. Nyonya Kim bertanya dengan siapa. Hae Hyo menjawab An Jeong-ha.
“Bukankah dia masih asisten?” ucap Nyonya Kim. Hae Hyo menjawab dia sudah naik pangkat.
“Meski begitu, dia belum cukup berpengalaman. Tapi dia ramah dan terampil.” Kata Nyonya Kim. Hae Hyo membenarkan. 


Kakek Sa sibuk memilih-milih baju. Hye Jun bertanya kakeknya mau kemana. Kakek Sa menjawab kalau mau bertemu teman-temannya dan bertanya mana baju yang lebih bagus. Hye Jun pun memilihkan baju untuk kakeknya.
“Kenapa pemikiran kita sama? Aku juga lebih suka ini.” Ucap Kakek Sa.
“Kakek... Apa kau bisa jadi model?” tanya Hye Jun. Kakek Sa pun mulai berjalan layaknya model.
“Tentu. Aku bisa lakukan segalanya.” Ucap Kakek Sa bangga. Hye Jun hanya bisa tertawa. Kakek Sa mengeluh melihat cucunya tertawa dan menyuruh Hye Jun berjalan.  Hye Jun pun berjalan layaknya model.
“Setelah diperhatikan, ternyata kau berpinggang lurus. Bagus!” puji Kakek Sa. Hye Jun membenarkan.
“Jika seusiamu, aku bisa jadi model.” Ucap Kakek Sa bangga. 

Nyonya Lee sibuk dimeja kerjanya dan melihat nama diponselnya STUDIO FILM UNCHILGISAM PRODUSER KIM dan langsung mengangkatnya. PD Kim kaget kalau Nyonya Lee langsung angkat. Nyonya Lee mengaku Ponselnya itu persis di sebelahnya.
“Aku ingin mengecek jadwal Sa Hye-jun.”ucap PD Kim. Nyonya Lee ingin tahu alasanya. 

Hye Jun pergi ke sebuah tempat dan terlihat para manula sedang berlatih berjalan di atas catwalk. Ia pun kebagian meja receptionist mengatakan ingin daftar kelas pemula.Si pegawai memberitahu Ini untuk model senior. Hye Jun tahu karena ini untuk kakeknya. Pegawai pun meminta Hye Jun mengisi biodata leih dulu.
***
Nyonya Lee mengirimkan pesan pad Hye Jun [Ada sesuatu yang harus aku berikan.] akhirnya mereka bertemu di sebuah cafe, Nyonya Lee memakan es serut berkomentar kalau kombinasi sempurna. Jeruk bali dan madu. Hye Jun heran Nyonya Lee yang menunda-nunda.
“Apa yang ingin kau berikan?”tanya Hye Jun. Nyonya Lee memberikan naskah [ORANG BIASA, DISUTRADARAI CHOI SE-HUN]
“Ada lima adegan. Dua adegan hanya berdiri. Tiga adegan dengan dialog. Karakternya jelas. Meski peran kecil, mereka harap kau yang mainkan. Aku pergi dulu.” Ucap Nyonya Lee
“Apa Kau pergi?”kata Hye Jun bingung. Nyonya Lee bingung apa yang harus dilakukan.
“Bukankah kau harus lebih merayu dan mendorongku?” kata Hye Jun heran. Nyonya Lee mnyuruh Hye Jun agar enyah saja dan bergegas pergi. Akhirnya Hye Jun menghabiskan waktu dengan membaca naskah dan sangat serius. 


Tuan Sa mengetuk dinding sambil berkomentarTambalannya banyak sekali. Si pria memberitahu kalau Bangunan ini berusia 20 tahun dan bertanya Apa masih bisa ditambal lagi. Tuan Kim melihat kalau Ruangan akan jadi terlalu sempit.
“Jika dibongkar, biayanya makin mahal. Dia minta semurah mungkin. Tolong ditambal saja.” Ucap si pegawai,
“Tak masalah bagi kami. Coba diskusikan lagi. Jika klien lebih suka yang murah, akan kulakukan. Ini terlalu sempit untuk kedai kopi. Lebih baik jika tembok dan atap dibongkar, lalu diubah jadi bentuk struktur pelat.” Ucap Tuan Sa.
“Aku akan coba bicara dengan klien.” Kata si pegawai. Tuan Sa pun menganguk mengerti.
“Lantainya harus diratakan ulang. Drainase, suplai air, kabel listrik, dan pengecatan. Butuh lebih banyak orang.” Ucap Tuan Kim
“Cukup Chang-min dan Ho-cheol.” Kata Tuan Sa dan berpikir harus beli daging sebelum pulang jadi menyuruh Tuan Kim pulang saja lebih dulu
“Apa? Untuk Gyeong-jun?” tanya Tuan Kim. Tuan Sa tahu  Hye-jun akan pergi wajib militer jadi Harus diberi makanan enak.
“Aku juga mau beli samgyeopsal untuk anak-anakku.” Kata Tuan Kim akhirnya pergi ke toko daging. 
Hye Jun pulang ke rumah mendekati ibunya yang sedang memetik bayam., Nyonya Han melihat anaknya tahu bertanya Apa yang ingin dibicarakan. Hye Jun tak percaya kalau ibunya sudah tahu lalu memberitahu kalau dihubungi studio film. Nyonya Han heran karena anaknya bilang

“Peran lain, tapi menarik. Hanya ada lima adegan. Aku ingin melakukannya.” Ucap Hye Jun penuh semanga.
“Kau mau menunda karena itu? Apa itu akan mengubah situasi?”ucapNyonya Han.
“Kenapa harus mengubah?” kata Hye Jun. Nyonya Han mengaku mengharap Hye Jun tak terluka lagi.
“Menyerah juga sebuah keberanian.” Ucap Nyonya Han. Saat itu Tuan Sa pulang. 

Nyonya Han menyapa suaminya, Hye Jun langsung masuk kamar. Tuan Sa mengajak untuk makan bulgogi lalu mengeluh pada  Hye Jun yang bahkan tak sapa ayahnya. Hye Jun membalas kalau Ayahnya juga melihatnya. Tuan Sa marah karena anaknya memang tak tahu sopan santun.
“Semoga wajib militer membuatmu sopan.” Ucap Tuan Sa. Hye Jun berhenti masuk ke kamarnya.
“Ayah... Aku menerima tawaran film.” Ucap Hye Jun. Tuan Sa yang marah langsung melempar daging sambil mengumpat.
“Jika ayah melempar daging, artinya drama dimulai.”gumam Hye Jun kaget dan bisa menghindar dari lemparan daging.
“Ayah pikir kau sudah sadar! Ternyata kembali lagi” teriak Tuan Sa mengejar anaknya. Nyonya Han mencoba menahanya.
“Aku yang jalani hidupku.” Ucap Hye Jun membela diri. Tuan Sa mengeluh meminta agar istrinya bisa melepaskan tanganya.
“Jangan hanya menasihati. Biar kulakukan yang kusuka. “ ucap Hye Jun. Tuan Sa marah karean Tinggal beberapa hari dan Kenapa tergoda lagi? Tuan Han meminta agar dilepaskan.
“Sudah kulepaskan.” Teriak Nyonya Han. Tuan Sa bingung apa yang dilepaskan istrinya.
“Aku melepaskanmu.”teriak Nyonya Han. Hye Jun bingung karena berpikir ayahnya akan mengejarnya sekarang.
Bersambung ke episode 4
Cek My Wattpad...   First Love

Cek My You Tube Channel "ReviewDrama Korea"

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar