PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Jumat, 19 Januari 2018

Sinopsis Black Knight Episode 14 Part 1

PS : All images credit and content copyright : KBS
Soo Ho memanggil Hae Ra saat masuk rumah, tapi tak melihat di dalam kamar bahkan di dress room pun kosong. Wajah Soo Ho yang panik mencoba menelp Hae Ra tapi ponselnya yang tak aktif jadi bisa meninggalkan pesan suara.
“Apa Dia tak menjawab telponnya?” tanya Bibi Lee ikut khawatir. Soo Ho mengelengkan kepal kalau Hae Ra yang tidak menjawab.
“Dia bilang kalau kami harus mulai mencari tempat untuk pindah.” Cerita Bibi Lee. Soo Ho ingin tahu alasannya
“Aku tidak yakin. Mungkin karena dia menyukaimu, tapi juga merasa kasihan padamu. Dan Aku juga tidak tahu.” Ucap Baek Hee. Soo Ho pikir akan ke kantornya.

Soo Ho pergi ke kantor Hae Ra tapi tak melihat ada di tempat duduknya, hanya bisa menatap foto Hae Ra yang memegang es krim saat pertama kali bertemu di slovania.  Ia lalu keluar gedung, berusaha untuk menelp Hae Ra tapi tak juga diangkat.
Soo Ho mendengar suara Hae Ra yang membeli kacang chestnut panggang, tapi saat menengok ternyata hanya orang lain dengan suara yang sama. Ia kembali berpikir dan berlari ke warung tenda, Hae Ra juga tak ada. 

Sharon kembali ke rumah berada di kamar Hae Ra bertanya Kapan perginya. Bibi Lee mengatakan  tidak melihatnya karena Hae Ra berangkat lebih awal hari ini jadi berpikir kalau Hae Ra  mengambil barangnya saat itu. Sharon pikir Hae Ra sangat marah karena ia mengambil cincin lalu menaruh kembali kantung cincin diatas meja.
“Apakah dia pergi karena dia marah atas cincin itu?” ucap Sharon menduga-duga
“Aku meragukan itu dan yakin ada alasan lain” pikir Hae Ra 

Baek Hee memakiakan tetesan parfum ditanganya. Sharon datang mengeluh Baek Hee yang membuat parfum tanpa memberi tahunya. Baek Hee mengaku kalau Minyak itu adalah rahasia kulit awet muda.
“Ini terlalu dini, Tapi ayo kita minum sampanye.” Kata Sharon bahagia. Baek Hee ingin tahu Ada apa  Sharon yang datang larut malam.
“Dia meninggalkan Soo Ho... Dia berkemas dan pergi.” Ucap Sharon bahagia. Baek Hee kaget bertanya kenapa Hae Ra pergi.
“Mungkin dia mengira pria itu bukan miliknya.” Kata Sharon santai. Baek Hee yakin kalau itu hanya Omong kosong.
“Frustrasi ku selama 200 tahun akhirnya mulai terasa lega. Kukira semuanya kembali ke tempatnya.” Kata Sharon dengan senyuman liciknya. Baek Hee pun hanya bisa diam saja. 

Hae Ra mencoba memasuki lorong motel, tapi terlihat ketakutan karena berpapasan dengan pria mabuk. Akhirnya Ia duduk disamping tempat tidurnya membuka amplop dari Tuan Park dan membawa surat itu Nona Lee Mi Soon..
“Ini adalah surat yang ditulis ayahmu kepada pekerja sosial Aku juga mengirimnya ke Soo Ho.” Tulis Tuan Park dalam notenya. Soo Ho pun membaca surat yang sama.
“Dear Nona Lee Mi Soon.. Ini adalah keputusan yang sangat sulit. Sangat menyakitkan untuk menyerahkan anak temanku setelah memutuskan untuk mengadopsi dia, tapi aku tidak bisa membantu lagi. Dia masuk ke kamar putriku dan membuatnya takut dengan mematikan lampu, dan dia juga mengatakan banyak tipuan pada putriku. Dia selalu menyimpan pisau di lacinya dan juga punya banyak pengetahuan tentang bahan kimia berbahaya.”
Soo Ho masih mengingat saat masuk kamar, Tuan Jung sedang menceri sesuatu di laci meja belajarnya. 
“Ingat bahwa ada pekerja sosial yang mengingatmu hampir seperti anak nakal, Soo Ho” tulis Tuan Park dari notenya. Akhirnya Soo Ho dan Hae Ra membuang surat begitu saja terlihat binggung.
 Itu adalah keputusasaan dua orang yang membawa keberuntungan ke Soo Ho. Meskipun seseorang memutuskan untuk menutup hatinya, semuanya akan berakhir. Itu tidak akan terjadi.” Ucap Baek Hee sambil menatap bulan purnama yang bersinar terang. 


Hae Ra panik saat seorang pria berteriak mengedor pintunya mengajak minum karena melihatnya masuk ke kamar. Hae Ra kebingungan, Si pria meminta Hae Ra untuk membuka pintu karena tak mungkin seorang wanita masuk ke dalam hotel.
Saat itu Gon menelp, karena baru melihat panggilan tak terjawab. Lalu mendengar teriakan suara pria yang mabuk “Nona, ayo, mari kita minum.” Wajahnya langsung panik dan bertanya dimana keberadaan Hae Ra sekarang. 

Gon langsung membawa koper Hae Ra keluar dari motel, Hae Ra pikir baik-baik saja dan tidak takut pada orang seperti itu. Gon pun bertanya Apa Hae Ra pindah dari rumah Soo Ho. Hae Ra hanya menjawab kalau itu bukan urusan Gon.
“Lalu Kenapa kau meneleponku?” tanya Gon heran
“Itu Karena aku tidak bisa menghubungi ayahmu dan Kenapa ayahmu begitu jahat?” ucap Hae Ra marah
“Jangan pedulikan dia. Abaikan saja dia, dan Kau tahu dia seperti apa.” Kata Gon memasukan koper ke dalam bagasi.
Hae Ra meminta agar memberikan koper kembali, Gon meminta Hae Ra agar Masuk saja kaena akan membawakan ke tempat lainnya.

Hae Ra sudah berbaring di tempat tidur yang cukup besar. Gon mengaku kalau itu adalah rumah teman dekatnya jadi meminta agar mengnggap saja rumah sendiri. Hae Ra menatap ponselnya ada Panggilan tidak terjawab dari Soo Ho, tapi seperti mencoba tak memikirknya dan memilih untuk tidur.
Soo Ho baru saja keluar dari kamar melihat Sharon sudah duduk di dapur. Sharon mengatakan sudah membuatkan kopi. Soo Ho dengan senyuman mengucapkan Terima kasih sambil menuangkan ke dalam cangkri. Sharon memberitahu kalau sudah mengambil cincin itu.
“Cincin perak yang berharga itu jadi Beritahu Hae Ra untuk pulang. Karena Akulah yang harusnya keluar. Tapi Kenapa dia pergi?” ucap Sharon sengaja membuat Soo Ho berpikir dirinya yang baik. Bibi Lee berteriak memangil Soo Ho dari kamarnya, Soo Ho memberitahu kalau sedang ada didapur.
“Hae Ra mengirimiku sms tadi malam. Dia tinggal di tempat rekannyadan dia bilang jangan khawatir.” Ucap Bibi Lee
“Kenapa dia meninggalkan rumah?” tanya Sharon penasaran
“Dia tidak mengatakannya. Jika dia tidak menjawab panggilanmu, coba kirim SMS padanya.” Ucap Bibi Lee
“Dia akan meneleponku saat dia sudah siap. Terkadang kau ingin dibiarkan sendiri.” Ucap Soo Ho santai dan pamit akan pergi bekerja.


Hae Ra sudah sibuk membereskan meja kerjanya, Ketua Tim melihat Hae Ra yang datang lebih awal dengan mulut masih menguap. Hae Ra pu menawarakan minum kopi lalu keduanya duduk di meja bersama sambil minum kopi.
“Kenapa kau tidak pergi ke kantor Pak Moon hari ini?” ucap Ketua Tim
“Aku harus pergi ke galeri untuk bertemu dengan kurator pameran.” Kata Hae Ra gugu. Ketua Tim baru mengingatnya.
“Aku akan segera mengirim Ju Hee.” Kata Ketua Tim. Hae Ra pun menganguk mengerti dengan menutupi perasaan gugupnya.
Ketua Tim berkomentar kalau ini sudah jelas. Hae Ra binggung apa itu maksudnya.  Ketua Tim mengatakan kalau menurutnya Pak  Moon menyukai Hae Ra, walaupun mencoba untuk tidak menunjukkannya, tapi sudah mengetahuinya jadi merasa kalau itu lucu. Hae Ra hanya diam saja. 

Tuan Han memberitahu Soo Ho kalau sudah  memberi tag nama itu ke polisi, tapi itu tidak cukup untuk memberi petunjuk. Soo Ho yakin itu adalah tag nama itu dari seragamnya, karena Warna itu sama dengan label nama sekolah lamanya.
“Kenapa ada disana?” tanya Tuan Han. Soo Ho juga tak tahu. Tuan Han bertanya apakah Soo Ho memiliki ide lain.
Soo Ho melihat foto yang diberikan Hae Ra, lalu memberitahu Tuan Han  kalau diambil kurang dari setahun setelah pergi dari rumah  dan Tag nama dijahit.
“Mungkin itu orang lain atau seseorang merobeknya dan meletakkannya di sana.” Ucap Tuan Han.
“Kenapa berpikir seperti itu?” kata Soo Ho. Tuan Han merasa kalau sudah berlebihan.
Soo Ho terdiam mengingat ucapan Hae Ra tentang ayahnya “Mereka mengkremasinya dan menyebarkan abu di lokasi kuburan dan yang melakukan adalah  Ayah Gon dan orang-orang dari perusahaan. Lalu menelp Bibi Lee. 


Bibi Lee bergegas masuk ke dalam kantor bertemu dengan Chan Ki lebih dulu kalau datang untuk bertemu Pak Moon. Chan Ki pun memberitahu kalau Tuan Moon ada di ruanganya. Bibi Lee akhirnya menemui Soo Ho dengan memberikan sebuah sisir dalam kantung.
“Kenapa kau memintaku untuk membawa ini? Kau membuatku gelisah.” Ucap Bibi Lee
“Aku harus melihat sesuatu.” Jawab Soo Ho. Bibi Lee mengaku kalau percaya pada Soo Ho
“Bibi harus Beritahu aku jika Hae Ra menghubungi.” Pinta Soo Ho. Bibi Lee menganguk mengerti dan segera pamit pergi.
Setelah Bibi Lee pergi, Soo Ho memberikan sisir pada Tuan Han agar memberikan pada polisi. Tuan Han menganguk mengerti kalau akan segera mendapatkan hasilnya.

Hae Ra pergi ke Pameran Seni Arkeologi dan menatap lukisan sepasang pria wanita yang mengunakan pakaian tradisional. Tiba-tiba seorang pria mengagetkanya, keduanya kaget dan menatap binggung karena tak saling mengenal.
“Maafkan aku. Kupikir kau temanku. Dia juga punya potongan rambut pendek” kata Si pria
“Apa kau kurator?” tanya Hae Ra. Si pria membenarkan. Hae Ra pun memperkenalkan diri dari agen perjalanan dan juga namanya
“Aku Koo Jang Bin.” Kata si pria dengan saling berjabat tangan mengungkapkan senang karena bisa bertemu
“”Ini adalah pameran yang hebat.” Pikir Hae Ra. Jang Bin mengucapkan Terima kasih karena ia juga  mendapat banyak bantuan.
“Pameran yang akan kami adakan di toko tukang cukur... “ ucap Hae Ra jang Bin tahu judulnya "Riwayat 100 tahun Tetangga".
“Bagaimana menurutmu? Kami akan menggunakan gambar penduduk saat ini dan menggunakan beberapa dari sini juga.” Kata Hae Ra, Jang Bi pikir itu Kedengarannya bagus.

“Aku sangat menyukai... gambar yang ini.” Ucap Hae Ra menatap ke arah gambar
“Ini milik kakekku.” Kata Jang Bin. Hae Ra pikir gambarnya  terlihat sangat tua.
“Ayah kakek kakekku yang melukisnya. Keluargaku menyimpannya di rumah seperti harta karun.” Cerita Jang Bin
“Siapa yang dilukisnya? Itu wajah Kakek mu kah?” ucap Hae Ra
“Kurasa tidak ada orang yang tampan di keluargaku.” Pikir Jang Bin. Hae Ra pikir Mungkin buyut Jang Bin melukisnya jauh lebih tampan.Jang Bin hanya bisa mengangguk setuju dengan tawanya.  Hae Ra melihat wajah pria itu sama dengan wajah Soo Ho. 



Soo Ho sedang berada di dalam ruangan melihat Gon yang masuk,  mengaku senang Gon datang karena ingin meminta agar memberitahukanya kalau suratnya itu sangat menyentuh dengan nada menyindir. Gon melihat bagian atas note menyuruh agar mengabaikan saja
“Tak baik kau kesal hanya karena ini. Aku disini karena kupikir kau mungkin khawatir, Hae Ra baik-baik saja. Aku menemukan apartemen dekat kantornya.” Jelas Gon
“Apa Dia menghubungimu?” tanya Soo Ho yang terlihat menahan amarah. Gon membenarkan kalau tadi malah Hae Ra menelp.
“Kurasa dia pindah dari rumahmu tapi Kau tidak perlu mengkhawatirkannya.” Ucap Gon lalu keluar dari ruangan. Soo Ho terlihat kesal hanya bisa mengetuk-ngetukan sepatunya di lantai. 

Ji Hee melihat Hae Ra yang baru datang mengajak agar membawa kpi. Hae Ra binggung dengan sikap Ji Hee yang sangat bersemangat. Ji Hee pikir Hae Ra belum mendengar pengumuman itu. Hae Ra binggung pengumuman apa, lalu berpikir kalau itu Geumseong-dong
“Yah... Akhirnya Dipilih untuk proyek pembangunan kembali. “ ucap Ji Hee. Hae Ra ikut senang kalau Itu berita bagus.
“Itu sebabnya kita sedang rapat sekarang jadi Kita butuh kopi.” Kata Ji Hee penuh semangat. 

Soo Ho memberitahu kalau Laundromat dan supermarket agar jangan sampai hilang karena Jika lingkungan tersebut gagal menjadi tempat tinggal maka akan terasa sepi. Ia juga berpikir kalau Privasi penduduk desa mural diserang karena wisatawan berfoto.
Saat itu Hae Ra masuk ruangan membawakan kopi, Hae Ra berusaha untuk tetap tenang memberikan segelas kopi pada Soo Ho. Soo Ho menatap Hae Ra sempat diam, lalu menatap ke arah leher pacarnya masih ada kalung yang diberikanya. Direktur memanggil Soo Ho karena hanya diam saja.
“Tuan Moon.. Jadi apa kesimpulanmu?” ucap Direktur. Soo Ho pun meminta maaf lebih dulu.
“Sebuah lingkungan yang ada semata-mata sebagai kota turis tidak memiliki vitalitas. Warga harus datang lebih dulu. Kita perlu memastikan... itu tidak menjadi daerah sarat spekulasi.” Jelas Soo Ho
Hae Ra sedang berbicara dengan klien yang ingin pergi ke New York, Soo Ho bersama dengan Direktur dan Ketua Tim keluar dari ruang rapat. Ia menatap Soo Ho dari jendela seperti hanya bisa diam saja karena tak bisa mendekat. 


Hae Ra keluar dari gedung melihat Soo Ho sedang bicara dengan Tuan Han didepan gedung dan buru-buru bersembunyi. Tuan Han pikir Soo Ho  sudah melewati banyak hal hingga saat in dan merasa senang karena kerja keras Soo Ho yang terbayar lunas.
“Ini semua berkat kau dan ini permulaannya baru setengah. Kita sudah setengah jalan.” Ucap Soo Ho lalu menengok kebelakang seperti melihat sosok wanita yang sedang mengintipnya. Hae Ra langsung bergegas bersembunyi di balik dinding. 

Hae Ra mencoba kembali mengintip tapi tak melihat Soo Ho ada didepan mobilnya. Tiba-tiba Soo Ho sudah berdiri dibelakangnya, berpikir kalau Hae Ra sengaja datang untuk menemuinya. Hae Ra terlihat kaget, Soo Ho dengan wajah sini meminta Hae Ra berbicara kalau ingin mengatakan sesuatu.
“Selamat.” Ucap Hae Ra gugup. Soo Ho membahas kalau Hae Ra yang tinggal di studio dekat kantor. Hae Ra berpikir kalau Gon yang memberitahu itu
“Kau pindah karena khawatir setelah menerima surat Ketua Park. Dan... kau menghubungi anaknya?” ucap Soo Ho terlihat marah. Hae Ra mengaku bukan seperti itu maksudnya.
“Sudahlah... Lupakan. Pikirkanlah sesukamu..." kata Hae Ra tak peduli 
"Kau menghilang tanpa mengatakan apa-apa... Dan aku tidak suka itu.” Tegas Soo Ho
“Yahh memang Benar... Ayahmu kejam padaku dan Memang benar aku menderita untuk sementara karena aku teringat bagaimana dia menyakitiku.” Ucap Soo Ho. Hae Ra pun meminta maaf atas nama ayahnya.
“Tetapi aku masih mencintaimu. Siapa yang menyuruhku untuk tidak putus? Itu Kau.” Tegas Soo Ho mengingatkan
“Aku tidak tahu kalau Ayah Gon punya surat itu.” Ucap Hae Ra
“Entah dia punya surat atau tidak, Terserah dia. Tapi Kenapa kau goyah?” kata Soo Ho
“Aku merasa sangat menyesal melihatmu” ucap Hae Ra dengan wajah tertunduk.
“Cintai aku lebih banyak lagi. Aku mengerti kalau kau ingin sendirian dan tidak akan membawamu bersamaku. Tapi kembalilah kerumah seminggu lagi. Kau tidak bisa tinggal diluar lebih lama dari itu. Aku akan sangat merindukanmu.” Ungkap Soo Ho. Hae Ra hanya bisa diam saja.
“Jawab aku atau aku akan melakukan krim roti disini.” Kata Soo Ho mengancam. Hae Ra pun hanya bisa menganguk. Soo Ho pun pamit untuk pergi kerja dan masuk ke dalam mobilnya. 



Sharon pergi ke dress room Soo Ho melihat kemeja yang di gantuny, lalu bergumam seperti seperti bicara pada Soo Ho sebagai suaminya di masa lalu kalau sedang ada dalam ruanganya. Soo Ho pulang kerja terlihat senang melihat Sharon yang ada diruangan, lalu memberikan jaketnya. Sharon ingin mengantungkan tapi Soo Ho menahanya dan mengelus tangan Sharon.
“Aku bahagia sekarang... Kau adalah suamiku.” Ungkap Sharon bagaia menatap Soo Ho, saat itu Soo Ho juga seperti jatuh cinta dengan Sharon meremas lengan Sharon seperti gemas. 

Soo Ho membuka pintu dikagetkan dengan Sharon yang ada didalam. Sharon juga kaget melihat Soo Ho dan meminta maaf kalau mengejutkanya, mengaku kalau menjadi kebiasan dari pekerjaan  kalau ingin merapikan pakaian Soo Ho.
“Kau tidak perlu melakukan hal seperti itu.” Ucap Soo Ho mengambil jaket hitamnya
“Kenapa kau pulang jam segini?” tanya Sharon
“Aku menghadiri pemakaman di malam hari jadi akan mengambil jasku.” Kata Soo Ho
“Tidakkah seharusnya kau menyetrika setelan jasmu?” ucap Sharon menawarkan. Soo Ho menolaknya lalu mengajak Sharon untuk minum teh bersama. Sharon dengan senang hati menyanggupinya. 

Soo Ho menuangkan teh ke dalam gelas, Sharon dengan senyuman memberitahu Bibi Sook Hee pergi untuk berolahrag di pusat kebugara, bahkan mengambil pelajaran berenang dan bernyanyi dan bertanya apakah Soo Ho akan pulang terlambat setelah pemakaman
“Aku sudah menyiapkan makan malam nanti.” Ucap Sharon mengambil kesempatan karena hanya ada mereka berdua dirumah.
“Aku ingin kau pindah hari in dan akan menyuruh karyawanku untuk mengirimkan barangmu.” Ucap Soo Ho dengan tegas
“Kupikir aku akan pindah minggu depan.” Kata Sharon kaget
“Hae Ra tidak ada di rumah... Kurasa ini tak akan nyaman untukmu.” Kata Soo Ho. Sharon mengaku tak seperti itu
“Aku minta maaf, Tapi ini Tidak nyaman bagiku.” Kata Soo Ho lalu beranjak pergi. 

Sharon terlihat sangat marah mulai mengetarkan meja, dan sebuag gelas melayang disamping wajah Soo Ho lalu pecah berantakan. Soo Ho hanya bisa terdiam. Sharon pikir aklau Soo Ho terlalu keras terhadapnya. Soo Ho tahu kalau Toko Jahit Sharon sama sekali tidak dingin jadi Tidak memerlukan pekerjaan konstruksi juga.
“Jangan pergi. Ada yang ingin kukatakan.” Ucap Sharon. Soo Ho  merasa kalau akan mendengarnya lain kali.
“Kau adalah suamiku di kehidupanmu sebelumnya. Kau adalah suamiku, Tapi kau jatuh cinta dengan pelayanku dan mencampakkanku. Aku membunuh kalian berdua karena kesedihan. Aku hidup sampai sekarang sebagai hukuman. Yah... Benar... Aku membunuh kalian berdua, tapi karena aku ditinggalkan. Kau membuatku berdosa.” Ucap Sharon marah. Soo Ho akhirnya mendekat.
“Apa kau akan melakukan hal yang sama lagi kali ini? Apa Kau ingin memelukku?” ucap Soo Ho menantang. Sharon hanya diam saja lalu memperingatkan agar Jangan merencanakan apapun untuk dirinya dan juga Hae Ra.
“Apa menurutmu aku berbohong?” ucap Sharon marah. Soo Ho merasa  tidak tertarik pada Sharon.
“Ini seperti dimasa lalu... Kau menikam belati dihatiku.” Ungkap Sharon dengan mata berkaca-kaca
“Cukup... Aku tak ingin mendengarnya lagi.” Ucap Soo Ho akan pergi.
“Suatu saat kau akan teringat ceritaku. Kau akan merasa sangat menyesal padaku saat itu.” Tegas Sharon
“Dari apa yang kulihat, kau butuh perawatan mental.” Ucap Soo Ho menyindir. Sharon pikir Soo Ho yang bisa merawatnya.
“Aku mencintai Hae Ra dan akan segera melamarnya.” Kata Soo Ho
Sharon bertanya apakah Soo Ho tidak membutuhkan tanahnya. Soo Ho menjawab tidak karena tidak bisa bekerja dengan seseorang yang mencampuradukkan masalah publik dan pribadi lalu bergegas pergi. Saat di mobil Soo Ho hanya terdiam.
Ia mengingat yang dikatakan Sharon “Kau akan mengingatku Kau adalah suamiku, dan kau harus memberiku cintamu yang gagal kau beri sebelumnya.” 

Young Mi dan Gon pergi ke acara pagelaran musik, beberapa petingg di perusahaan lain datang. Keduanya menyapa pemilik perusahaan bahkan Young Mi menawarkan seorang presdir kalau punya kemeja edisi terbatas dari Milano jadi bisa berkunjung ke butiknya.
“Nyonya Sinjin Group mengadakan acara ini. Mungkin itu sebabnya para tamu sangat mewah. Syukurlah kita tidak melewatkan ini.” Ucap Young Mi kembali berjalan dengan Gon
“CEO Bukchon Construction juga ada di sini.” Kata Gon. Young Mi pikir kalau Gon akan menyapa. Gon mengatakan kalau sudah menyapa sebelumnya.
Ponsel Gon berdering, Young Mi langsung cemberut karena Hae Ra yang menelp. Hae Ra mengatakan kalauakan pergi selama beberapa hari jadi ingin tahu berapa yang harus dibayar sewanya. Gon kaget ingin tahu kemana Hae Ra akan pergi.
“Oh, aku harus membantu seseorang. Aku tidak akan menginap dimotel, jadi jangan khawatir.” Ucap Hae Ra
“Aku di Gwanghwamun sekarang. Aku akan segera kesana. Tunggu aku” kata Gon.
Young Mi bertanya mau kemana Gon sekarang. Gon memberitahu harus pergi menemui Hae Ra sebentar karena berada di studio Geon Wu. Young Mi mengumpat Gon itu sudah gila,  karena Konser akan segera dimulai. Gon pikir kalau sudah menyapa semua yang perlu disapa jadi tak masalah dan mengajak Young Mi ikut pergi.
“Aku tidak akan pergi... Jika kau ingin pergi, pergilah sendiri.” Ucap Yong Mi marah.
“Aku akan menghubungimu nanti” kata Gon bergegas pergi. Young Mi kesal melihat Gon pergi begitu saja bukan memilih untuk menemaninya menonton konser lalu berkata kalau pacarnya itu akan mengalami masalah besar.


Gon masuk ke dalam apartement temanya memanggil Hae Ra tapi sudah kosong.  Akhirnya dengan wajah panik menelp Soo Ho memberitahu kalau Hae Ra pindah dari studio jadi meminta agar mencarinya. Soo Ho mengaku aklau sudah memindahkannya ke tempat yang lebih aman jadi Jangan khawatir, seperti ia tak ingin Hae Ra bergantung pada Gon. 

Hae Ra sudah ada di rumah Baek Hee dengan tatapan heran dengan suasana yang sedikit gelap. Baek Hee menyuruh Hae Ra duduk dengan meminta maaf karena meminta tolong dan sedang terburu-buru. Hae Ra pikir tak masalah.
“Bisakah kau tinggal disini selama beberapa hari dan membantuku?” ucap Baek Hee.
“Aku tidak tahu apa aku akan membantu, tapi baiklah.” Ucap Hae Ra akhirnya duduk didepan Hae ra
“ Bahkan jika Kota Seoul membeli gedung itu, maka tidak mungkin bisa mendapatkan gambar... bagian dalam jika keluarga mendiangtidak mengijinkan. Jadi kau harus mendiskusikannya dengan penerbit sebelum kau melanjutkan.” Jelas  Hae Ra
“Menerbitkan buku adalah proses yang rumit. Benar kan?” komentar Baek Hee
“Tapi bukumu terdengar sangat menarik.” Kata Hae Ra. Baek He pun berharap yang sama.
“Kau pasti lelah dan harus mandi. Aku menyiapkan sabun yang baunya sangat enak.” Ucap Baek Hee. Hae Ra pun pergi untuk mandi dan berganti pakaian. 



Baek Hee pun menelp Soo Ho yang masih ada dikantor. Soo Ho mengucapkan Terima kasih karena lega sekarang dengan memastikan kalau Hae Ra tak tak sakit. Baek Hee pikir tidak karena melihat Hae Ra yang sangat ceria.
“Dia juga punya cemilan tengah malam.” Ucap Baek Hee
Aku senang mendengarnya. Biarkan dia tinggal selama beberapa hari.” Pinta Soo Ho
“Jangan khawatir tentang hal itu.” Kata Baek Hee seperti sangat menerima Hae Ra. Soo Ho kembali mengucapkan terima kasih lalu menutup telpnya.
Tuan Han masuk ke dalam ruangan memberikan hasil tes DNA, Soo Ho membaca dengan teliti, sampai akhirnya hasilnya dianggap sesuati kalau Subjek 1 dan 2 berhubungan 99,9 persen, wajahnya pun terlihat tegang.

Bersambung ke part 2

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 

2 komentar: