PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Senin, 08 Januari 2018

Sinopsis Andante Episode 16 Part 1

PS : All images credit and content copyright : KBS
[Episode 16: Ayah Pulang]
Bibi Oh menjelaskan tentang Handel dikenal sebagai Bapak Musik. Sementara Soo Ho hanya menopang dagu sambil bergumam, “Ayah sudah menghilang selama 12 tahun. Waktu berlalu begitu cepat tanpa ayah di sini. Namun waktu begitu lambat sejak Bom tiada.”
Tae Min memijat tangan Nenek Oh, Nenek Kim yang melihat mengeluh kalau Tae Min sedang membuat pangsit jadi lebih baik Hentikan dan bernyanyi saja karena pasti akan lebih baik. Tae Min kaget kalau harus melakukan di ruangan rawat.
“Nenek, aku tak bisa bernyanyi di sembarang tempat. Apa Kau tahu berapa besar biayaku?” keluh Tae Min. Shi Kyung melihat sikap Tae Min hanya bisa menatap sinis sambil mengepel lantai
“Omong kosong...Ketamakanmu pada uang akan mengakhirimu. Kau harus berhati-hati.” Ucap Nenek Kim memperingati
“Penyanyi memang seperti itu.  Mereka bahkan tak suka bernyanyi di ruang karaoke.” Ungkap Nenek Oh membela Tae Min
“Benar! Aku bangga dengan pekerjaanku.” Kata Tae Min bangga
Hong Sik melonggo didepan pintu memanggil Tae Min,  meminta agar bertemu sebentar karena Urusan mendesak. Tae Min bertanya Apa yang mendesak. Nenek Oh pun meminta Tae Min pergi saja. Tae Min pun berjanji akan kembali setelah urusan pentingnya selesai. Shi Kyung menatap sinis pada Tae Min yang keluar ruangan. 


Tae Min mengeluh Hong Sik yang datang  lama sekali. Hong Sik pikir Tae Min Setidaknya pura-pura kerja keras selama satu atau dua jam. Tae Min pikir benar juga tapi malah tak bisa apa-apa karena anak itu menempel seperti lem jadi sangat Lelah sekali dan ingin istirahat.
Tae Min keluar dari mobilnya sambil mengangkat tangan dan mengucap merasa kalau sangat Enak sekali tidurnya, lalu kaget melihat Shi Kyung sudah ada dibelakangnya. Ia buru-buru mengaku kalau tak tidur dan Ada telepon penting yang harus diterima di dalam mobil. Shi Kyung tak banyak bicara memberikan sebuah kotak pada Tae Min.
“Apa ini?” tanya Tae Min binggung. Shi Kyung menjawab kalau itu adalah Kotak kenangan Cinta Tae Min.
“Kau bilang Cinta Tae Min? Klub penggemarku mendirikannya saat aku baru jadi penyanyi. Hee Ja ketua klub itu. Apa Ini barang-barang dari klub penggemar itu?” ucap Tae Min melihat isinya.
“Ini surat penggemar yang dulu dia kirim padamu.” Kata Shi Kyung memperlihatkan banyak tumpukan surat yang ditulis oleh Nenek Oh.
“Ini dikembalikan padanya karena dikirim ke alamat lamaku.” Kata Shi Kyung memberikan alasan.
“Dia menelepon agensimu untuk minta alamatmu. Tapi Mereka tak mau memberi tahu.” Ucap Shi Kyung. Tae Min seperti pura-pura terkejut.
“Setelah aku sangat populer, ada banyak penggemar aneh.” Ungkap Tae Min dan melihat kaset kalau itu lagu pertama yang dirilis
“Katanya itu lagu kesukaannya.” Jelas Shi Kyung. Tae Min mengeluh Sudah didengarkan berapa kali karena Sampai keluar pita kasetnya dan melihat sebuah panci dengan tatapan binggung.
“Ahjussi, Apa kau ingat panci ini?” kata Shi Kyung, Tae Min melihat merasa kalau sudah lupa dengan panci miliknya. 



Flash Back
Shi Kyung membereskan ruangan dan melihat panci diatas kota lalu bertanya ini panci apa. Nenek Oh menceritakan Dulu waktu Tae Min belum terkenal tampil di klub malam di pinggir kota, lalu tak punya uang dan mereka tahu Tae Min juga tak makan malam.
“Anggota Cinta Tae Min membuat rencana. Aku membawa nasi dan minyak wijen. Young Eun membawa kimchi. Kyung Ja menyiapkan kecambah. Kami bertemu di jalan samping klub malam. Lalu Kami masukkan semua yang kami bawa ke dalam panci. Setelah itu Cepat-cepat kami campur dan berikan padanya.” Cerita Nenek Oh
“Perbuatanmu bagus. Bagus sekali. Dulu seharusnya juga kuberikan padanya selagi sempat. Kuharap dia tak lapar sepanjang perjalanan ke sana” ungkap Nenek Kim seperti ikut merasa sedih.
“Nenek tak bisa berikan pada siapa?” tanya Shi Kyung. Nenek Kim  hanya mengaku kalau ada seseorang.  
“Ceritakan lagi tentang panci itu. Apa Tae Min gembira saat memakan nasi itu?” ucap Nenek Kim mengalihkan pembicaraan.
“Gembira bagaimana? Saat Tae Min makan nasi itu, dia menangis. Lalu Kami juga menangis Karena hanya itu yang bisa kami perbuat untuknya. Ini Sangat mengecewakan. Makanya kami menangis bersamanya.” Cerita Nenek Oh 



Tae Min bertanya apakah Ini panci yang dulu itu. Shi Kyung membenarkan kalau Selama ini Hee Ja Ahjumma menyimpannya dengan baik dan Seperti halnya Hee Ja Ahjumma menyimpan panci murah ini dengan baik, maka perasaan manusia harus muncul secara alami.
“Tak bisa bila dipaksa. Jadi aku takkan mengawasimu lagi. Namun aku ingin kau tahu satu hal. Panen musim gugur hanya bisa bila ada sinar matahari musim semi. Sinar mataharimu adalah panci itu, kan?” ucap Shi Kyung membuat Tae Min terdiam. 

Tae Min duduk didalam mobilnya seperti merenung. Shi Kyung baru pulang sekolah bergegas masuk ruangan dengan wajah panik. Tae Min sudah duduk didepan Nenek Oh yang terbaring seperti sedang tertidur, lalu  memberitahu kalau Semalam pembuluh darah di otaknya tersumbat jadi hilang kesadaran masih belum siuman.
“Apa Kau bersamanya semalaman?” tanya Shi Kyung
“Ada sesuatu yang ingin kukatakan pada Hee Ja.Tapi Aku belum sempat memberitahunya... Kau benar, Karena aku jadi populer dan menghasilkan banyak uang maka aku melupakan hal yang penting. Yang menjadikan diriku saat ini adalah nasi dalam panci dari 15 tahun lalu. Aku berterima kasih. Dan minta maaf. Itu Ingin kukatakan itu padanya.” Ungkap Tae Min menyadarinya.
“Mungkin dia tak sadar. Tapi mungkin masih bisa mendengarmu. Itu hanya pendapatku. Menurutku siapa pun penggemar sejatimu pasti ingin dengar lebih dari sekedar kata-katamu.” Kata Shi Kyung. 


Dokter Lee, Dokter Park dan Kepala Perawat berkumpul dengan semua relawan, mereka menonton Tae Min yang menyanyi diatas panggung. Nenek Kim pun terlihat bahagia dengan menantunya, semua bahagia menonton Tae Min yang menyanyi sambil membawa kartu bertuliskan [Tae Min Pujaan]</i> [Berkarisma, Pria Bunga Paruh Baya] Nenek Oh yang terbaring seperti bisa mendengar suara Tae Min bisa tersenyum walaupun sedang tak sadarkan diri. Saat itu Nyonya Oh menerima telp dari seseorang. 

Nyonya Oh menerima sebuah amplop berisi barang yang sudah sedikit terbakar, lalu bertanya apa itu. Si pria mengaku  tak tahu harus berkata apa dengan menceritakan sudah melacak jejak korban hilang di wilayah perang saudara.
“Baru-baru ini, Dokter Lintas Batas mengirim tim menjemput jasad korban. Kami mulai dari gedung RS yang hancur dan menemukannya di dekat jasad suami Anda.” Cerita Pria. Nyonya Oh kaget mendengarnya. 

Nyonya Oh pulang ke rumah memeluk peninggalan suaminya hanya bisa menangis sendirian. Semantara Shi Kyung dan Ga Ram pulang bersama membahas kalau  panci murah berumur 15 tahun yang akhirnya melindungi hospice. Shi Kyung pikir Lebih tepatnya kenangan di dalam panci tersebut.
“Kenangan itu menggerakkan hati Tae Min Ahjussi.” Ucap Shi Kyung bangga
“Lalu apa yang menggerakkan hati Lee Shi Kyung?” tanya Ga Ram. Shi Kyung terdiam.
“Setelah Bom pergi, terus terang aku sangat khawatir. Bagaimana bila Lee Shi Kyung yang dulu hilang? Tapi, lihat dirimu, kembali lagi. Di satu sisi, aku senang melihatmu. Tapi Di sisi lain, aku penasaran. Apa yang menggerakkan hati Lee Shi Kyung?” ungkap Ga Ram
“Yang menggerakkanku... adalah Bom-ku.” Gumam Shi Kyung menatap ke langit.
“Bom, kan?” kata Ga Ram menebak. Shi Kyung kaget karena  tak mengirim pesan telepati pada Ga Ram dan berpikir kalau sedang belajar telepati. Gae Ram binggung karena hanya menebak saja. 


Shi Young menelp bibinya karena tonerny habis jadi meminta dengan masuk ke kamar ibunya, mengetahui bibinya sedang belanja online meminta agar dibelikan losion untuknya juga. Ia memakai toner bibinya lalu melihat amplop coklat bertuliskan  [Afrika - Lee Shi Yoon]
“Apa ini Ayah? Apa Ayah yang mengirim ini?” ucap Shi Young lalu memanggil kakaknya untuk melihat yang dibawakanya.
“Tertera nama ibu dan alamat rumah kita. CD itu bisa diputar dengan ini, kan?”ucap Shi Young memperlihatkan sebuah CD
“Apa Tapi tak apa-apa kita lihat sendiri? Kita bisa lihat bersama ibu.” Ucap Shi Kyung khawatir.
“Siapa yang tahukapan ibu pulang? Bahkan Sudah kutelepon berkali-kali, tapi tak dijawab. Apa Kau tak penasaran isinya?” ucap Shi Young menyakinkan.
“Aku penasaran. Apa isi CD ini yang dikirim ayah 12 tahun lalu? Aku penasaran setengah mati. Namun...” gumam Shi Kyung ragu.
Shi Young kesal mendorong kakaknya dan langsung memasukan CD ke dalam laptop untuk mengetahui isinya.  Terlihat rekaman Video Tuan Lee berada ditenda rumah sakit bencana.
“Nyonya Kim Duk Boon... Oh Jung Won... Dan Shi Kyung, Shi Young.” Ucap Tuen Lee. Shi Kyung dan Shi Young tak percaya melihat ayah mereka ada dalam rekaman.
“Apa Kabar kalian baik saja?”tanya Tuan Lee. Shi Kyung masih tak percaya kalau pria yang di lihat pada video adalah ayahnya.
“Di sini sedang perang.  Jadi banyak orang yang terluka dan sekarat di sini. Setiap mendengar teriakan orang yang kehilangan keluarganya, hati ayah sangat sakit Tubuh dan perasaan ayah menderita. Tapi ayah bertahan dengan memikirkan keluarga ayah. Perang saudara semakin gawat, ayah tak tahu kapan bisa pulang.”
Saat itu video seperti macet, Shi Young binggung berpikir ada yang salah dengan layarnya berpiki kalau Ayah berhenti merekam. Shi Kyung pikir CD-nya pasti rusak. Shi Young bertaanya Apa bisa diperbaiki. Shi Yong merasa kalau Mungkin di toko reparasi komputer dan Besok akan ke sana. Shi Young mengaku ingin bertemu ayah lagi dengan wajah sedih. 



Nyonya Oh masih sedih menatap langit seperti ingin bertemu dengan suaminya. Saat itu Shi Kyung dan Shi Young melihat ibunya pulang langsung bertanya darimana saja karena tak bisa dihubungi. Nyonya Oh mengaku tak dengar karena ponselnya hanya bergetar dan bertanya ada apa.
“Apa Ibu dapat CD ayah dari mana?” tanya Shi Kyung. Nyonya Oh binggung CD apa yang dimaksud.
“Yang di dalam amplop, Itu pesan video dari ayah.” Ucap Shi Kyung. Nynya Oh ingin tahu apa yang dikatakan suaminya itu.
“Apa keluarga kita baik saja? Ayah rindu pada kita. Tapi terhenti di tengah-tengah, makanya aku akan ke kota untuk memperbaikinya.” Jelas Shi Kyung
“Ibu, ibu dapat dari mana? Tak ada perangko atau cap pos. Sepertinya diberikan oleh seseorang. Apa Ada yang memberikan?” tanya Shi Young penasaran.
“Tadi karyawan Dokter Lintas Batas datang. Dan Ayah bekerja di Dokter Lintas Batas.” Ucap  Nyonya Oh sedikit terbata-bata. Nyonya Oh ingin tahu kelanjutanya.
“Mereka menemukannya di RS tempat ayah bekerja.” Kata Nyonya Oh. Shi Young ingin tentang keadaan ayahnya.
“Ayah...Jasadnya juga ditemukan.” Ucap Nyonya Oh. Shi Young langsun menangis merasa tak yakin kalau ayahnya sudah meninggal. Shi Kyung terdiam karena sekarang mengetahui ayahnya benar-benar tak ada.
“Mana mungkin itu benar, ibu? Mana mungkin itu terjadi?” ucap Shi Young duduk sambil nangis meraung-raung di depan rumah. Keduanya pun hanya bisa diam. 


Guru Park mengajar di kelas dan tiba-tiba Shi Young berdiri dan keluar dari ruangan. Shi Kyung dan Ga Ram hanya bisa menatap binggung. Di luar sekolah Shi Young menangis sendirian karena sedih mengetahui ayahnya yang sudah meninggal. Ga Ram dan Shi Kyung melihat dari kejauhan.
“Shi Young lebih trauma dari aku dulu. Dulu dia bersikeras ayah masih hidup. Kupikir dia hanya ingin menyakininya.”jela Shi Kyung tentang adiknya
“Ayahku memberitahuku, kalau ibumu bekerja sepanjang hari. Apa Nenekmu baik saja?” kata Ga Ram. Shi Kyung sedikit memikirkan Nenek
“Nenek seperti biasanya.” Shi Kyung dengan nada sedih. 

Flash Back
Nenek Kim menjatuha kacang merah ke lantai dan terlihat panik. Semua langsung masuk rumah dan Nyonya Oh bertanya apa yang dilakukan ibunya. Nenek Kim pikir menantunya itu tak melihat kalau Shi Yoon akan segera pulang jadi harus mulai menyiapkan makanan. Shi Young yang mendengarnya akhirnya masuk kamar karena sedih
“Apa Sudah kau putuskan tamasya ke mana?”tanya Nenek Kim. Nyonya Oh hanya bisa menahan rasa sedihnya. 

Direktur Park tahu Karena nenek Shi Kyung, Nyonya Oh pasti tak punya waktu untuk berkabung dan bersedih. Nyonya Oh pikir Suatu saat aharusMenghadapinya, karena Saat ini kondisi ibu mertuanya lebih penting dari dirinya sendiri.
“Demensia bukan bidangku. Aku tak tahu harus memberi tahu apa mengenai gejala Nenek Duk Boon.” Kata Dokter Lee
“ Jadi Apa pendapatmu, Kepala Perawat? Dulu kau bekerja di RS khusus demensia. Kau lebih berpengalaman dari kami.” Ucap Direktur Park
“Manula penderita demensia sering fokus pada satu ingatan. Dalam kasus ibu mertuamu, tamasya keluarga 12 tahun lalu. Apa ada alasan dia fokus pada tamasya keluarga?”kata Kepala Perawat
“Terus terang sebelum suamiku berangkat ke Afrika, kami seharusnya pergi tamasya. Tapi Terjadi sesuatu, lalu kami tak jadi pergi.” Cerita Nyonya Oh
“Apa itu jadi penyesalan? Makanya ingin pergi tamasya. Karena suamimu berangkat sekitar bulan ini, mungkin itu sebabnya. Lalu kenapa tak kau ajak dia pergi tamasya?”kata Kepala Perawat
“Tak ada gunanya kalau putranya tak ikut.” Ucap Nyonya Oh. Direktur Park pikir itu benar.
“Dia belum tahu soal putranya, kan? Apa yang akan kau lakukan?” kata Kepala Perawat 



Shi Kyung datang ke tempat reparasi komputer dengan membaca CD dari ayahnya. Si pemilik pikir harus mencoba apakah bisa diperbaiki atau tidak. Shi Kyung meminta agar di mengirimkan videonya lewat email  kalau bisa diperbaiki. Si pemilik pun menyetujuinya. 

Shi Kyung heran ibunya mengajak bertemu di cafe bersama adiknya juga. Nyonya Oh mengatakan ingin membahas soal nenek dengan anak-anaknya, kalau ingin memberi tahu nenek mengenai ayah dan ingin tahu pendapat kedua anaknya.
“Ibu bilang Memberi tahu nenek? Tidak..  Aku menentang.”ucap Shi Young dengan tegas. Nyonya Oh ingin tahu alasanya.
“Ibu... Apa Ibu tak lihat nenek belakangan ini? Setiap hari dia hanya memikirkan tamasya bersama ayah. Apa Ibu ingin bercerita soal ayah dengan kondisi nenek seperti itu? Ibu, apa tak terlalu kejam?” ucap Shi Young marah. Nyonya Oh kaget mendengar sikap anaknya.
“Kalau nenek tahu ayah sudah meninggal, maka nenek akan pingsan. Apa harus berbuat seperti itu untuk menghibur diri ibu?” kata Shi Young marah
“Kau bilang Untuk menghibur diri ibu? Sudahlah. Mana mungkin kau paham perasaan ibu? Jadi Shi Kyung, kau bagaimana?” ucap Nyonya Oh
“Aku tak tahu.” Kata Shi Kyung binggung. Nyonya Oh heran anaknya malah menjawab tak tahu.
“Aku tak tahu, jadi aku harus bilang apa? Beri aku waktu beberapa hari.” Kata Shi Kyung
“Tak ada waktu. Ayah kalian akan diberangkatkan beberapa hari lagi.” Jelas Ibunya. Keduanya seperti tak bisa memberikan jawaban.
Nyonya Oh pikir Tak semestinya membahas ini dengan anaknya karena Hari ini iakan memberi tahu nenek. Shi Young heran ibunya yang memutuskan begitu saja. Nyonya Oh pikir tak ada yang dibisa dilakukan, karena Setiap hari nenek menyiapkan makanan untuk pergi tamasya bersama putranya yang takkan kembali.
“Apa Ibu harus diam saja melihat itu? Benar, seperti katamu, ibu tersiksa melihatnya Jadi Ibu akan memberi tahu nenek.” Tegas Nyonya Oh
“Lalu kenapa repot bertanya pada kami?” keluh Shi Young
“Makanya tadi ibu bilang menyesalinya.” Balas Nyonya Oh
“Ibu selalu memaksakan kehendak... Selalu!” teriak Shi Yong marah lalu keluar dari cafe.
“Ibu...Tak bisakah pertimbangkan sehari lagi? Hanya satu hari.” Pinta Shi Kyung pada ibunya. Nyonya Oh seperti bisa sedikit bernafas lega. 

Shi Kyung menerima telp dari pemilik reparasi komputer kalau Cdnya Berhasil diperbaiki tapi Hanya bisa 30 detik dan Bagian lainnya rusak parah karena Sulit diperbaiki.  Ia pikir Sementara kirim dulu yang berhasil diperbaiki. Shi Kyung akhirnya menonton video dari ponselnya.
“Perang saudara semakin gawat, ayah tak tahu kapan bisa pulang. Tapi setelah ayah pulang, kita pergi tamasya keluarga. Ibu, Nyonya Kim Duk Boon. Istri, Oh Jung Won. Putra, Shi Kyung.. Putri, Shi Young... Semua bersama.”
“Ayah ingin pergi tamasya keluarga seperti nenek. Ini misi yang mustahil.” Pikir Shi Kyung setelah menonton video ayahnya. 

Nenek Kim masuk kamar bertanya apakah sudah tidur. Shi Kyung langung menyembunyikan ponselnya kalau belum tidur.  Nenek Kim bertanya apakah sudah selesai berkemas. Shi Kyung binggung neneknya malah menanyakan Berkemas.
“Kurasa kau sibuk berkemas untuk perjalananmu sendiri. Jadi Kami yang akan berkemas.” Kata Nenek Kim
“Apa Nenek salah mengira aku dengan ayah?” gumam Shi Kyung
“Akan kukemaskan kebutuhanmu bersama istrimu. Shi Yoon, tak perlu khawatir.” Kata Nenek Kim lalu keluar kamar.

“Mungkin ada jalan keluar... Bom.. Apa Kau tahu yang kupikirkan? Aku takkan tinggal diam. Aku akan mencobanya... Lihat aku” ucap Shi Kyung penuh semangat. 

Nyonya Oh dan Shi Young berada di luar ruangan kaget kalau Shi Kyung ingin pergi tamasya menurutnya hanya Omong kosong. Shi Kyung pikir adiknya sudah lihat video yang dikirim, kalau Ayah ingin pergi tamasya keluarga, seperti halnya nenek.
“Jadi kita harus pergi tamasya, mengabulkan keinginan mereka berdua.” Jelas Shi Kyung.
“Lee Shi Kyung... Nenek tak ingin pergi bersama kita. Tapi Nenek ingin pergi bersama ayah 12 tahun yang lalu.” Ucap Nyonya Oh
“Maksudku juga itu. Bagaimana caranya tamasya bersama ayah kalau ayah tak ada di sini?” ucap Shi Young.
“Aku bisa menjadi ayah.” Ucap Shi Kyung. Shi Young pikir  kakaknya kalau benar-benar gila dan bukan tak masuk akal.
“Nenek tadi menemuiku, lalu di memangil "Shi Yoon." Dia bilang begitu. Saat dengar itu, maka aku mendapat ide. Aku bisa jadi ayah 12 tahun yang lalu.” Ucap Shi Young
“Kau tak bisa jadi ayah hanya karena mirip. Sikapmu berbeda dari ayah.” Kata Nyonya Oh
Shi Kyung ingin tahu apa bedanya, Shi Young pikir kalau itu Ini sebabnya takkan berhasil karena Shi Kyung tak ingat pada ayah. Shi Kyung pikir man mungkin bisa minta orang yang ingat untuk mengajarinya.
“Jangan konyol. Cepat masuk.” Ucap Nyonya Oh akhirnya masuk lebih dulu ke dalam rumah.
“Hei... Sampah, apa pendapatmu?” tanya Shi Kyung pada adiknya.
“Aku tak suka kau meniru ayah. Aku lebih tak suka nenek menderita. Aku ingin mencobanya.” Kata Shi Young. Shi Kyung terlihat bahagia mendengarnya. 


 Keduanya menaiki ayunan ditaman, Shi Young menceritakan ingat sikap ayah sangat hangat dan Dulu ayah mendorong mereka di ayunan ini. Shi Kyung mengaku juga tahu itu. Shi Young bertanya Bagaimana kakakny bisa ingat, apakah Sekarang ingat ayah.
“Tidak, entah bagaimana kenangan itu kembali. Ayo Ceritakan lagi kenangan seperti itu.” Kata Shi Kyung.
“Ayah pandai bermain gitar. Saat libur dari RS, seharian ayah bermain bersama kita. Ayah selalu merekam kita bermain.” Cerita Shi Young
“Ayah sangat hangat. Pandai bermain gitar. Merekam kita.” Ucap Shi Kyung mencoba mengingatnya.
“Apa aku harus memanggilmu ayah kalau pergi tamasya?” kata Shi Young, Shi Kyung membenarkan
Ia meminta adiknya agar bisa berlatih, saat memanggil "Shi Young" maka adiknya harus menjawab, "Ya, ayah." Shi Young terlihat kesal mendorong kaki kakaknya, Shi Kyung merasa kalau adiknya tak bisa diajak. Saat itu Ga Ram datang dengan nafas terengah-engah bertanya Apa yang sangat mendesak.
Bersambung ke Part 2

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar