PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Sabtu, 13 Januari 2018

Sinopsis Black Knight Episode 12 Part 2

PS : All images credit and content copyright : KBS
Baek Hee langsung masuk rumah Soo Ho berteriak memanggil Sharon. Bibi Lee bingung melihat Baek Hee yang masuk rumah dengan wajah penuh amarah. Baek Hee ingin tahu kamar Sharon.  Bibi Lee pun menunjuk ke kamar Sharon.
Sharon di kamar membaca buku Menulis Skrip Film, membaca "Penderitaan mencintai pasangan Mendalami Emosi karaktermu dengan menggunakan kebetulan." Lalu bertanya Kebetulan seperti apa yang harus dimunculkan.  Lalu dikejutkan dengan Baek Hee masuk ke kamarnya.   
Baek Hee langsung melampiaskan amarah dengan menendang dan memuku Sharon yang bersembunyi dibalik selimut. Sharon binggung dengan sikap Baek Hee yang terus memukulnya.
“Kenapa kau tidak bisa makan permen manis dan membuat baju saja?” ucap Baek Hee marah
“Apa yang kau lakukan? Apa Kau akan membunuhku?” ucap Sharon. Baek Hee menyuruh Sharon mati saja dengan bertanya apa yang dilakukan dirumah Soo Ho.
“Aku ingin tinggal di bawah atap yang sama bersama suamiku.” Ucap Sharon keluar dari selimut. Baek Hee menyuruh Sharon agar keluar saja. 


Baek Hee mendorong Sharon ke sofa, Sharon mengaku tinggal di sana selama sebulan saat mereka melakukan pekerjaan konstruksi di toko. Baek Hee memanggil Seung Goo bertanya Apa  melakukan pekerjaan konstruksi di sini. Sharon memberikan kode agar diam, tapi Seung Goo mengelengkan kepala. Sharon seperti ingin memukulnya dengan wajah kesal
“Aku telah menantikannya selama lebih dari 200 tahun. Tidak bisakah sebulan saja? Aku hanya ingin tinggal di dekatnya.” Ucap Sharon memohon
“Kisah ini akan segera diakhiri dan Kau tidak bisa melakukan ini” ucap Baek Hee. Sharon tak mengerti maksud Baek Hee.
“Aku melihat Jeom Bok.” Ucap Baek Hee. Sharon memastikan kalau Jeom Bok yang dulu pandai menggambar?
“Itu pasti dia... Dia kabur dariku dengan sepeda.” Cerita Baek Hee. Sharon seperti tak yakin kalau Pria tua beruban melakukan itu
“Dia menjadi lebih muda Dan tahi lalatnya hilang.” Ucap Baek Hee. Sharon merasa itu tak mungkin.
“Terakhir kali aku melihatnya, Dia benar-benar sudah tua.” Ucap Sharon binggung
“Aku yakin itu dia, Jaketnya juga memiliki huruf "JB". Aku yakin ada jalan untuk menghapus kalimat kutukan.” Ucap Baek Hee
“Aku tahu dia pandai menggambar, tapi bagaimana dia bisa menghapusnya?” ucap Sharon binggung. Baek Hee menegaskan Bagaimanapun, begitulah caranya.
“Aku meragukan hanya kita yang seperti ini di bumi.” Komentar Sharon. Baek Hee kembali memperingatkan Sharon untuk Keluar dari rumah itu.
“Aku akan keluar sebulan lagi.” Ucap Sharon. Baek Hee tak mau tahu menyuruh Sharon Keluar sekarang.
“Aku ingin menghilangkan duka cita ini. Kau juga bertanggung jawab membuatku seperti ini. Jadi Biarkan aku kali ini saja? Aku tidak akan melakukan apapun. Aku hanya akan bersamanya dan kemudian pindah. Aku sungguh-sungguh.” Ucap Sharon menyakinkan
“Kalau begitu ayo kita mulai mencari Jeom Bok bersama.” Kata Baek Hee lalu memangil Seung Goo agar bisa minum secangkir kopi yang kental dan manis. Seung Goo pun dengan gaya lemah gemulainya akan mendidihkan air.



Hae Ra kembali membawakan barang dengan trolly lau bertanya apakah sudah semua. Pegawai pria mengatakan  Ada 120 lagi di ruang konferensi kecil. Hae Ra pikir kalau hampir selesai. Direktur dengan Soo Ho mengobrol sambil berjalan dilorong. Soo Ho melihat dari kejauhan Hae Ra yang masih berkerja lalu pergi untuk minum teh bersama dengan ketua.
Ji Hee melihat Soo Ho yang pergi menemui ketua. Hae Ra seperti tak peduli mengajak Ji Hee pindahkan kotak di ruang konferensi kecil. Soo Ho tiba-tiba datang dengan nada sopan memanggil Nona Jung meminta agar membawa baguette tadi lalu berjalan pergi. Ji Hee binggung bertanya apakah mereka punya baguette. Hae Ra tahu kalau Baguette berarti "Ayo ke tangga darurat."

Hae Ra berjalan menemui Soo Ho di tangga darurat. Soo Ho pikir pekerjaan Kelihatannya berat dengan wajah khawatir. Hae Ra pikir kalau baik-baik saja dan tak masalah. Soo Holangsung memberikan ciuman di pipi Hae Ra.
“Aku sudah bilang untuk berhenti melakukan krim roti didepan umum Ini Terlalu berbahaya.” Ucap Hae Ra melihat sekeliling
“Aku punya janji makan malam malam ini. Sharon ingin keluar dan mendiskusikan bisnis.” Kata Soo Ho memberitahu
“Kenapa kalian keluar? Dia tinggal disana sekarang.” Pikir Hae Ra. Soo Ho juga tak tahu karena Sharon yang hanya ingin keluar dan melakukannya.
“Tinggalkan beberapa waktu untukku di akhir pekan. Jika mereka menyuruhmu untuk bekerja, mintalah mereka untuk menghentikannya.” Ucap Soo Ho
“Kenapa? Apa yang akan kita lakukan?” tanya Hae Ra. Soo Ho menjawab Banyak hal lalu menaik tanga
“Hae Ra, 100 roti kacang merah untukmu.” Ungkap Soo Ho dengan mengedipkan mata. Hae Ra tersipu malu membalas 200 untuk Soo Ho 


Young Mi memberitahu ayahnya mendapatkan roti dari toko kue apel setelah mengantri berjam-jam untuk mendapatkannya jadi bisa memakan dengan teh hitam selagi panas.
“Apa yang salah dengan anak-anak akhir-akhir ini? Mengapa mereka mengantri selama satu jam untuk mendapatkan roti” keluh Tuan Park heran
“Itulah kesenangan dalam hidup. Aku juga mengantri untukmu. Inilah cinta dan kasih sayang, kau pasti tahu.” Kata Young Mi
“Gon pasti bahagia memiliki seorang gadis hebat sepertimu yang bisa dia nikahi.” Puji Tuan Moon seperti sayang dengan Young Mi
“Jika kau merasa tertekan, Haruskah kuminta bibi Hae Ra untuk mendatangimu?” kata Young Mi. Tuan Park pikir Young Mi tidak perlu membuang uang seperti itu. Young Mi teringat punya mangga jadi akan membuatyogurt mangga untuk ayah mertuanya. 

Tuan Park makan roti kaget melihat foto-foto yang di taruh di depan toko lalu bertanya pada Young Mi Gambar apa ini. Young Mi membawakan mengingatkan kalau Tuan Park yang memberikannya padanya dan terlihat bagus sekarang setelah diperbesar
“Orang itu ada di sana... Bukankah itu wanita?” ucap Tuan Park
“Orang seperti itu disebut anak laki-laki yang cantik.” Kata Young Mi
“Dia terlihat sangat mirip seseorang yang kukenal.” Pikir Tuan Park. Young Mi ingin tahu siapa orangnya. Tuan Park hanya menjawab seseorang
“Ada seorang wanita jahat yang kukenal terlihat persis seperti orang itu.” Kata Young Mi. Tuan Park ingin tahu Seberapa mirip mereka

Seung Goo menari di depan cermin, seperti keahlihanya meliuk-liukan badanya. Saat itu Tuan Park datang memastian kalau Seung Goo itu  adalah manusia. Seung Goo mengangguk lalu bertanya Apa yang bisa dibantu. Tuan Park bertanya Apakah ini toko penjahit?
“Aku tidak bisa membantumu sekarang jika kau kesini untuk mendapatkan pakaian, Perancang kita hilang” ucap Seung Goo
“Aku tidak percaya tempat seperti ini masih ada. Apa nama perancang itu?” tanya Tuan Park
“Sharon.” Jawab Seung Goo. Tuan Park seperti kesusahan untuk mengucapkan kalimat bahasa inggris sampai Seung Goo mengejanya.
“Kapan dia akan kembali?” tanya Tuan Park. Seung Goo juga tak tahu.
“Apa kau punya foto dari pemiliknya?” tanya Tuan Park penasaran. Seung Goo mengaku Tidak.
“Saat dia kembali, mintalah dia untuk meneleponku dan Akan sangat bagus jika tempat ini dibangun kembali” ucap Tuan Park melihat sekeliling. Seung Goo menatap dengan curiga 

Sharon berjalan mencoba mengarang cerita untuk Soo Ho “ Saat itu, aku pergi ke lab untuk memberikan beberapa kue yang nenekku untuk .. “
“Itu juga tidak masuk akal... Kenapa kau membawa kue ke lab?” ucap Sharon memikirkan agar cerita terdengar masuk akal.
Tuan Park berjalan sendirian menelp sopirnya ingin tahu keberadan mobilnya dan akan menungunya. Saat itu Sharon berjalan dengan buku ditanganya. Tuan Park terdiam melihat sosok yang dicintai dan ditunggunya selama ini, teringat ucapan Sharon “Chul Min... Aku seorang penulis yang bercita-cita mempersiapkan diri untuk kontes sastra.” Lalu memangil Sharon.
Sharon melihat wajah Tuan Park binggung lalu teringat dengan Soo Ho yang bertanya apakah Tuan Park seseorang yang terlibat dengan kebakaran.”
“Seo Rin Noona... Itu kau kan?” ucap Tuan Park. Sharon binggung bertanya siapa pria itu.
“Ini aku, Chul Min. Aku adalah anak laki-laki pengantar surat kabar. Bagaimana mungkin kau tidak berubah sama sekali.” Kata Tuan Park lalu merasakan dadanya sakit. Sharon kebingungan akhirnya memilih pergi.
Sopir Tuan Park akhirnya datang menolongnya. Tuan Park yan sedari tadi menunduk binggung karena Sharon sudah tak ada didepanya lagi lalu memberitahu kalau menjadi kaya karena sharon.
“Aku mendapatkan uang dengan cara apapun. Aku menjadi kaya, Noona.” Ucap Tuan Park
“Aku memintamu untuk berpura-pura tidak mengenalku.” Gumam Sharon yang bersembunyi. Sopir Tuan Park membantu agar bisa bangun.
“Chul Min... Apa yang kau lakukan terhadap keluarga Soo Ho?” gumam Sharon panik. 
Sharon kembali ke rumah dan hanya berbaring dikamarnya, Soo HO menerima pesan dari Sharon “Tiba-tiba aku terserang flu. Aku merasa dingin dan sakit jadi Kurasa aku tidak bisa makan malam. Maaf aku membatalkan janji kita. Aku akan menemuimu di rumah.”
Sementara Hae Ra sedang sibuk menerima telp dari klien yang akan memesan tiket. Setelah itu pesan dari Soo Ho masuk “Makan malam telah dibatalkan, Bisakah aku memintamu berkencan?” Hae Ra dengan senyuman bahagai meninggakan meja kerjanya.
Mereka main didepan mesin boneka, Hae Ra lebih dulu memainkannya tapi gagal. Soo Ho mencoba untuk mengambil boneka, bertanya yang mana yang dinginkanya. Hae Ra menunjuk boneka dengan hidung hitam. Soo Ho pikir Hae Ra bisa memilih boneka lain, tapi Hae Ra tetap ingin boneka itu. 

Keduanya pergi ke tepi sungai, Hae Ra memegang boneka yang berhasil di ambil Soo Ho. Soo Ho terus menatap Hae Ra yang disampinganya, Hae Ra seperti sudah jatuh cinta mengengam tangan Soo Ho, keduanya saling menatap dan Soo Ho memasukan tangan Hae Ra ke saku jaketnya dengan menikmati pemandangan di pinggir sungai.
“Hari ini hari gajianku... Aku akan mentraktirmu makan malam. Ayo pergi.” Ucap Hae Ra menarik Soo Ho pergi. 

Bibi Hae Ra sibuk berkomentar dengan drama yang ditontonya. Sharon datang bertanya apa yang dilakukanya. Bibi Lee mengatakan sedang menonton sebuah drama, menurutnya ceritanya sangat menghibur. Sharon pikir Hae Ra dan Soo Ho bekerja lembur
“Mereka berkencan. Mereka bilang mereka akan pergi ke teater drive-in. Mereka akan pulang terlambat.” Ucap Bibi Lee tak mengalihkan pemandangan dari TV.
“Kubilang flu.” Ucap Sharon. Tapi Bibi Lee malah berkomentar tentang drama kalau Wanita itu berbohong tentang hamil. 

Soo Ho dan Hae Ra kembali bermain Batu gunting kertas dan Soo Ho kembali menang dengan mudah kalau Siapa pun yang menang yang menyiapkan dan membungkus daging dengan sayuran untuk Hae Ra. Hae Ra seperti malu membuka mulutnya lebar-lebar.
“Bagaimana aku bisa makan ini?” keluh Hae Ra, Akhirnya Soo Ho yang lebih dulu makan daging buatanya. Hae Ra bertanya apakah itu enak. Soo Ho menganguk dengan mulut yang penuh dengan makanan. 

Hae Ra diam-diam memakai bedaknya, Soo Ho melihat dari kejauhan lalu membawakan teh tanpa gula untuk Hae Ra lalu mengejek terlihat lebih cantik sekarang. Hae Ra bertanya apakah Soo Ho mau juga. Soo Ho binggun mau apa. Hae Ra meminta Soo Ho mendekat.
Soo Ho mendekat dengan memejamkan matanya, Hae Ra mengeluarkan bedaknya dan langsung memakaikanya untuk sang pacar. Soo  Ho hanya bisa menahan tawanya, Hae Ra makin mengodanya agar Soo Ho bisa mencoba lagi. Soo Ho melihat Hae Ra seperti sengaja menjahilinya. 

Sharon yang kesal memotong bawang bombay sembarang di dapur, kalau ia mengatakaan sedang sakit flu sambil menangis. Bibi Lee masuk dapur bingung yang dilakukan Sharon. Sharon mengaku kalau bawangnya  membuatnya menangis. Bibi Lee pikir itu sudah pasti dengan cara memotong Sharon yang sembarangan.
Akhirnya Sharon masuk ke kamar Hae Ra memukul boneka yang ada dikamar sambil berteriak berharap Hae Ra pergi, lalu melihat foto Hae Ra dengan ayah dan ibunya dimeja. 

“Pada malam hari lab itu terbakar, Aku melihat seorang pria dengan kacamata menyelinap ke lab. Yang ada di foto keluarga Hae Ra.” Gumam Sharon yang akan membuat cerita lain dalam kamarnya yang hanya diteringi oleh lilin.
“Aku akan menjadi lebih kaya. Aku pun akan mendirikan bangunan mencolok di Geumseong-dong. Jadi Lihat saja.” Ucap Tuan Park duduk berlutut di sofa. 

Hae Ra dan Soo Ho menonton film di parkiran dengan layar besar. Hae Ra merasa kalau filmnya membosankan. Soo Ho mengengam tangan Hae Ra sambil berkata "Kurasa aku mencintaimu sejak sebelum aku lahir. " dan itu yang dikatakan oleh si pemeran pria .
“Kau tak bisa menjalani satu hari Tanpa bercanda, kan?” ejek Hae Ra
“Hae Ra... Kurasa takdir memang ada. Kita pertama kali bertemu saat masih muda, lalu terpisah untuk waktu yang lama, dan bertemu lagi.” Kata Soo Ho menatap Hae Ra
“Soo Ho... Bagaimana kalau kita tidak pernah berpisah lagi?” kata Hae Ra Soo Ho menjawab dengan mencium tangan Hae Ra cukup lama.
“Kita tidak akan pernah melakukannya lagi.” Ungkap Soo Ho. Hae Ra pu menyandarkan kepalanya di bahu Soo Ho sambil menonton film dengan adegan kiss. 


Bibi Lee mengeluh di dapur kalau  selalu sendirian sepanjang waktu. Saat itu Sharon datang membuat Bibi Lee kaget dan menanyakan keadaanya, dan memberitahu kalau Hae Ra membuat sup pollack sebelum berangkat kerja. Dan Jika  makan dengan banyak bawang hijau, maka akan menjadi lebih baik.
“Ini hari Sabtu, tapi dia berangkat kerja?” ucap Sharon heran
“Keduanya pergi keluar pagi-pagi sekali. Apa Mereka pergi kencan hari ini juga? Dia tidak memperhatikan bibinya.” Kata Bibi Lee. Sharon yakin kalau itu tak benar.  Bibi Lee seperti tak peduli memlih untuk mengeluarkan kimchi yang tidak dimasak.
“Jung Hae Ra,...penyihir itu.” Ucap Sharon terlihat marah karena kembali kehilangan kesempatan pada Soo Ho. 

Keduanya pergi ke rumah Hae Ra yang dulu dan sudah tak terawat. Hae Ra pikir Ini sudah cukup tua. Soo Ho yakin Jika diperbaiki selama sekitar dua bulan jadi akan terlihat sama baiknya seperti sebelumnya. Hae Ra pikir tidak membutuhkannya. Soo Ho mengatakan ingin membelinya untuk Hae Ra.
“Apa yang akan kulakukan sendiri dirumah besar ini?” ucap Hae Ra heran
“Kau tidak akan sendirian. Kau memiliki aku dan juga memiliki bibimu. Ayo kita menyapa ayahmu.” Ucap Soo Ho mengajak Hae Ra pergi dengan mengandeng tanganya. 

Hae Ra pergi membawa Soo Ho ke bagian pohon yang mengering, memberitahu kalau Abu ayahnya nya tersebar sebagai pemakaman alami. Soo Ho merasa kalau Ini sangat mencurigakan dan berjanji akan mengirim Ketua Park ke penjar serta  akan menghentikannya menghancurkan kota mereka.
“Ayah Gon adalah pria yang menyeramkan.” Ucap Hae Ra memperingatinya.
“Itu sebabnya aku akan menghadapinya dan  telah menyiapkan banyak hal. Jangan khawatir, Karena Soo Ho selalu benar.” Ucap Soo Ho bangga lalu mengajak pergi  karena Ada satu tempat lagi untuk dikunjungi.

Hae Ra mencoba cincin tua yang diberikan Baek Hee, merasa heran karena Sepertinya cincin nenek tapi rasanya enak sekali. Soo Ho memuji kalauIni terlihat bagus untuk Hae Ra. Hae Ra bertanya apakh Baek Hee yang memberikannya. Soo Ho membenarkan.
“Aku minta maaf karena telah membuatmu menunggu. Apa Kau akan meleburkan ini untuk membuat cincin pasangan?” ucap Seorang pria melihat cincin yang diberikan Hae Ra
“Bisakah kau mencampurkannya dengan emas atau platinum?” ucap Soo Ho
“Mungkin lebih baik bagimu menyimpannya seperti itu. Ini Sudah lebih dari 200 tahun dan Ini adalah harta karun.” Ucap Si pegawai
“Bukankah itu cincin perak biasa” kata Hae Ra. Si pegawai mengatakan kalau Tidak ada cincin yang seperti ini.
“Buatlah cincin pasangan dengan yang lain dan Kau tidak seharusnya meleburkan ini.” Saran  Si pegawai
“Kenakan pada ulang tahun pernikahanmu yang ke 20 tahun.” Kata Soo Ho memberikan cincin kunonya pada Hae Ra. 

Sharon melihat kartu nama diatas meja dengan nama Park Chul Min, Seung Goo memberitahu Seorang pria paruh baya meninggalkannya kartu nama dan Sepertinya tidak datang untuk membuat jas dan juga tidak terlihat begitu ramah.
“Mungkin kita punya beberapa hal untuk dilakukan sebagai sebuah tim.” Ucap Sharon. Seung Goo bertanya apakah itu maksudnya Dengan Tuan Park
“Bawakan aku batu asah.” Ucap Sharon. Seung Goo bertanya Apa ada sesuatu yang buruk muncul
“Jangan tinggal di rumah orang lain dan keluarlah.” Pinta Seung Goo. Sharon tak peduli menyuruh Seung Goo segera membawanya saja. Seung Goo pun keluar dari ruangan.


Sharon membuka kotak peralatanya, lalu mulai mengasah pisau kecil dengan tatapan menyeramkan.
“Aku menggiling pisau seperti ini saat terlalu sulit untuk bertahan. Aku menunggunya karena punya harapan. Pisau itu benar-benar aus...” ucap Sharon melihat pisau ditanganya. 

Ji Hoon bertemu kembali dengan Gon mengaku  belum pernah mendengar namanya, Yoon Dal Hong di kantor Pak Moon. Gon memastikan kalau Mereka tidak berbicara tentang mengambil kontrak. Ji Hoon mengaku belum pernah mendengarnya.
“Tuan Moon begitu sibuk sampai tidak berlatih selama sekitar dua minggu. Aku akan memberitahumu kalau mendengar sesuatu yang baru.” Ucap Ji Hoon. Gon menganguk mengerti. 

Soo Ho bertemu dengan dua orang didepanya dan juga Tuan Han ad disampingnya. Tuan Hae memberitahu Eksekutif sebuah perusahaan konstruksi, Han Myung Soo, dan Park Chul Min memiliki transaksi uang yang mencurigakan, bahkan Park Chul Min membeli gedung tiga lantai ini sebagai properti pertamanya. Soo Ho melihat Sertifikat Properti.
“Setelah setahun, dia mendapatkan keuntungan besar saat membeli dan menjualtanah ayah Jung Hae Ra. Han Myung Soo dan anak buahnya berhubungan dengan semua ini.” Jelas Tuan Han
“Benarkah Pak Yoon memiliki tanah itu? Jika tidak, pasti ada sesuatu di belakangnya.” Pikir Soo Ho
“Aku sedang menyelidiki masalah ini dengan pengacara kami. Ucap Tuan Han pada dua pengacara yang duduk didepanya
“Mari kita sampaikan masalah ini dan bawa dokumennya ke polisi minggu depan.”. kata Soo Ho, mereka pun akhirnya keluar dari ruangan bersama. 

Hae Ra sedang menunggu diluar ruangan melihat Soo Ho mendekat bertanya apakah sudah selesai rapatnya. Soo Ho menganguk. Hae Ra tanya apakah berpikir itu akan berhasil dengan baik. Soo Ho kembali menganguk. Hae Ra memujinya dengan mengelus pundak Soo Ho dan cincin kuno dipakai pada jarinya.
“Kau bilang itu sudah tua, tapi itu terlihat bagus untukmu.” Ucap Soo Ho melihatnya.
“Aku merasa baik saat memakai ini dan juga mendapatkan kekuatan.” Kata Hae Ra bangga
Soo Ho langsung mengajak Hae Ra untuk latihan panco, Hae Ra pun menyanggupinya. Soo Ho pun jatuh begitu saja, Hae Ra tahu kalau Soo Ho  sengaja mengalah. Soo Ho mengaku lalu mengajak pulang saja.
Hae Ra teringat kalau Sharon sakit jadi mereka bisa beli beberapa buah dalam perjalanan pulang karena pasti merasa tertekan dan kesepian saat sakit. Soo Ho kembali masuk ke dalam ruangan karena harus mengambil barang-barangnya.
Hae Ra menerima pesan dari Tuan Park “ Apa kau tidak mengambil toko itu karena kau merasa bersalah pada ayah Moon Soo Ho? Apa karena apa yang ayahmu lakukan pada doktor Moon? Dokter Moon tidak terbunuh oleh kebakaran, tapi Ayahmu membunuhnya.”
Saat itu Hae Ra terdiam menatap Soo Ho yang menerima telp diruanganya, Soo Ho meminta sesorang agar mencari beberapa artikel tentang Edinburgh dan Hae Ra kembali membaca pesan dari Tuan Park
“Kau juga tahu betapa Soo Ho membenci ayahmu. Apakah Soo Ho juga tahu, bagaimana dia mencoba mengirimnya ke panti asuhan?” 


Flash Back
Hae Ra masuk ke dalam kamar ayahya terlihat marah dengan dokumen yang ada ditanganya, kalau ayahnya akan mengirimnya ke panti asuhan. Tuan Park melihat Hae Ra yang masih tidak tahu betapa bahagianya dirinya jadi Itu berarti Soo Ho yang tidak berguna bahkarn mereak berdua bermain-main dengan lampu mati.
“Kami membuat gambar bayangan saja... Kau mengerikan... Tidakkah kau menyesal padanya? Kaulah yang menghasilkan uang. dengan dokumen curian yang ditulis oleh Doktor Moon.” Ucap Hae Ra marah
“Apa katamu?. Tutup mulutmu.” Kata Tuan Jung kaget dan juga ikut marah
“Jika kau mengirimnya ke panti asuhan, Aku juga akan kabur.” Tegas Hae Ra lalu keluar dari kamar. Tuan Jung tak habis pikir dengan anaknya. 

“Begitu Soo Ho mulai menyelidiki masa lalunya, dia akan menemukan segalanya tentang ayahmu juga Lalu aku akan segera mengirimkan dokumen yang kutulis ke Soo Ho dan polisi. Kita bisa mendiskusikan segala hal secara pribadi.”
Hae Ra terdiam dengan mata berkaca-kaca, saat itu Soo Ho keluar dari ruangan bertanya Apa ada yang salah. Hae Ra mengelengkan kepala, Soo Ho pun ingin mengengam tangan Hae Ra untuk pergi, tapi Hae Ra menghindarinya. Soo Ho menatap binggung melihat sikap Hae Ra yang berubah.
Bersambung ke episode 13

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 

2 komentar: