PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Jumat, 08 Desember 2017

Sinopsis Black Knight Episode 1 Part 2

PS : All images credit and content copyright : KBS
Hae Ra berjalan sendirian di taman mendengar seseorang yang berteriak memanggilnya. Ia mengeluh dengan orang yang masih  peduli padanya. Ia berjalan mengingat kalau sudah menghabiskan usia 20-an dengan bekerja sambilan dan mencemaskan tentang nafkah serta uang kuliahnya.
“Aku hidup sangat keras seperti orang gila, tapi aku tetap direndahkan orang. Tidak ada yang menyayangiku. Orang seperti aku bahkan tidak bisa menikah.” Ucap Hae Ra dan menangis tersedu-sedul lalu berbaring diatas kursi taman
“Pasti aku sedang sekarat. Aku melihat memori-memori hidupku.” Gumam Hae Ra seperti melihat kehidupanya di masa lalu
Ia baru saja pindah rumah membersihkan lantai, lalu belajar sepeda dengan orang tuanya disebuah rumah. Wajahnya terlihat sangat bahagia, terdengar suara seseorang memanggilnya Hae Ra.
“Aku juga bisa melihat Soo Ho.”ucap Hae Ra seperti melihat Soo Ho yang masih remaja ada didepannya lalu menutup matanya. 



Flash Back
Soo Ho memanggil Hae Ra kalau tak boleh tidur,  tapi Hae Ra masih tertidur. Soo Ho meminta agar Hae Ra bangun dengan menarik bajunya dan dan mengajaknya keluar dari rumah. Hae Ra mengeluh, Soo Ho mengajak agar pergi jalan-jalan sebelum melanjutkan.


Hae Ra berjalan keluar dari rumah mengejek Soo Ho dengan menjulurkan lidahnya, lalu berlari meninggalkanya. Soo Ho mengejarnya tak sengaja bertabrakan dengan seseorang, Baek Hee dengan pakaian hijau menatap Soo Ho.
Saat itu Soo Ho seperti sangat marah menginjak-nginjak sebuket bunga. Baek Hee datang memeluk Soo Ho di tengah padang ilalang menenangkan agar Jangan menangis dan akan baik-baik saja.
“Tidak ada yang bisa menghentikanmu. Semua harapanmu akan terwujud.” Ucap Baek Hee.
Baek Hee terdiam dalam rumahnya, seperti mengingat kenangannya lalu menatap bulan purnama dijendela kamarnya. 

Angin berhembus sangat kencang, lembaran koran berterbangan dan melayang ditubuh Hae Ra lalu seperti berubah menjadi sebuah jaket yang menutupi tubuhnya. Hae Ra terbangun seperti melihat dirinya yang masih kecil mengunakan jaket merah yang sama.
Flash Back
Di sebuah ruangan dengan lorong yang panjang. Ibu Hae Ra meminta Untuk hadiah Natal meminta agar menyiapkan sebuah mantel kasmir. Si penjahit mengungkapkan kalau Hae Ra cukup beruntung dengan Penjahit Sharon yang membuatkanya.
“Aku pernah kaya, Lalu Orang tuaku tiba-tiba meninggal. Keluargaku bangkrut. Aku tidak pernah mendapatkan mantel kasmir itu.” Ucap Hae Ra dengan gambaran sebuah tempat bernama "Penjahit Sharon" lalu melihat kalau ditubuhnya hanya selembar koran 
“Hidupku jauh memburuk setelah menjahit mantel itu. Jika aku mendapatkan mantel itu lagi, bisakah aku mengubah hidupku?” ucap Hae Ra.
Akhirnya Hae Ra berjalan sendirian, seperti mendengar suara orang-orang yang ada disekitarnya. Ji Hoon yang mengatakanmengasihani semua tentang Hae Ra. Young Mi yang memastikan kalau Hae Ra tidak menjual dan sudah memakainya. Lalu Tuan Cho yang memarahinya bahkan memukulnya.
Bibi Lee yang mengambil semua uang deposit dan harus pindah rumah. Lalu mencoba untuk bunuh diri, Bibinya pun meminta agar Hae Ra tak melakukanya karena bisa mati. Hae Ra terus berjalan mengingat kalau Lokasinya setelah gereja katedral dan Ada di sudut kanan.
“Untuk hadiah Natal, tolong siapkan sebuah mantel kasmir.” Ucap ibunya. Si penjahit pun melihat Hae Ra yang cukup beruntung. 


Seorang wanita di jaman joseon menjahit sebuah pakaian dengan sangat lihai lalu seorang wanita juga terlihat menjahit dengan tangan bangian yang kecil. Tiba-tiba keduanya sama-sama terkena tusukan jarum dan akhirnya berdarah.
Hae Ra terus berjalan seperti ada orang yang menuntunya, lalu melihat papan nama Sharon. Ia tak menyangka kalau Tempatnya masih di sini. Sharon si penjahit wanita seperti bisa merasakaan kedatangan Hae Ra. Hae Ra berjalan masuk ke pintu rumah.

Flash back
Jaman Joseon, terdengar suara ketukan pintu. Seorang pria membuka pintu kaget melihat Boon Yi (Hae Ra dimasa sekarang) datang lagi.  Mereka tak percaya kalau Boon Yi hidup kembali. Boon Yi pun berjalan masuk dengan wajah menatap Sharon yang keluar dengan tatapan sinis.

Hae Ra masuk ke ruangan, dan berjalan di lorong. Sharon keluar dari pintu. Keduanya saling menatap.
Flash Back
Sharon jaman Joseon tahu kalau ini yang ingin dipakai oleh Boon Yi, jadi menyuruh agar memakainya setelah itu mati untuknya. Boon Yi hanya terdiam. 

Hae Ra dan Sharon bertatapan dan pintu rumah ditutup. Sharon pun bertanya siapa yang datang. Hae Ran mengatakan baru ingat tidak bisa mengambil mantel yang orang tuanya pesan waktu ia masih kecil lalu meminta maaf karena pasti kaget melihatnya datang di malam hari.
“Tapi hari ini, aku menelan beberapa pil untuk bunuh diri, dan mendadak teringat mantel yang dijahit di sini.” Ucap Hae Ra
“Apa Kau Jung Hae Ra? Wajahmu masih sama. Aku tidak akan mengenalimu jika kau tidak bilang. Lalu Apa yang terjadi pada gadis kaya itu? Kenapa kau begitu lusuh sekarang?” ucap Sharon. Hae Ra berkaca-kaca mendengarnya.
“Kurasa ini karena mantel itu. Jika aku mengambil mantel itu, maka hidupku tidak akan seburuk ini.” Kata Hae Ra
“Hadiah Natal sebuah mantel kasmir dengan sulaman bunga.”kata Sharon. Hae Ra kaget kalau Sharon masih mengingatnya.  Sharon pun meminta agar Hae Ra ikut denganya. 


Keduanya duduk di sebuah ruangan, Sharon mengingat Hae Ra yang memegang secangkir susu pada saat masih kecil jadi ia menambahkan rum di teh hitam dan meminta agar mencobanya. Setelah itu meminta assitanya agar membawakan mantel kalau sudah siap. Yang Seung Goo membawakan mantel merah dengan manekin.
“Ini desainnya, kan? Kau Cobalah.” Ucap Sharon. Hae Ra mencobanya seperti agak binggung. 

“Ini tidak masuk akal. Aku memesannya waktu usiaku 14 tahun, jadi, bagaimana bisa...” ucap Hae Ra binggung karena pas dengan ukuranya sekarang
“Yang kau lihat bukan segalanya dan Yang kau ketahui bukan segalanya” kata Sharon lalu merapihkan riasan mata Hae Ra.
Hae Ra menatap ke cermin terlihat berbeda dengan wajah sebelumnya yang senduh dan sangat tertekan. Hae Ra seperti masih tak bisa percaya kalau mantel merah itu bisa pas denganya dan Cantik sekali.
“Ini Luar biasa. Aku orang baik hati.” Ucap Sharon lalu keluar dari rumah menyuruh agar masuk mobil.
“Tidak, aku bisa naik bus malam.” Kata Hae Ra menolak. Tapi Sharon mendorongnya untuk masuk ke dalam mobik. 


Hae Ra duduk dibelakang semantara Sharon yang menyupir. Sharon ingin tahu alasan Hae Ra datang mencari mantelnya. Hae Ra menceritakan Tadi ingin mati dan berpikir bisa memulihkan hidupnya jika menemukan mantel ini. Sharon ingin tahu kenapa Hae Raingin mati.
“Aku tidak punya alasan untuk hidup.” Ucap Hae Ra
“Jika aku memberimu alasan untuk hidup, maukah kau memberiku sesuatu yang kuinginkan?” ucap Sharon. Hae Ra ingin tahu apa itu.
“Izinkan aku menjadi dirimu.” Kata Sharon.
“Tadi kau mencelaku, mengatakan aku terlihat lusuh dan kasihan.” Kata Hae Ra heran
“Mari kita bertukar hidup. Aku akan menjadi kamu.” Kata Sharon. Hae Ran pun setuju. Dan Sharon memegang janjinya.
“Lalu Bagaimana sekarang? Apa aku akan bahagia dari sekarang? Akankah aku ingin hidup?” tanya Hae Ra
“Hidupmu akan lebih baik daripada sekarang. Aku akan membuatkanmu baju-baju bagus juga. Kenakanlah pakaian-pakaian yang kubuat untukmu, dan tenangkan dirimu” kata Sharon. Hae Ra tiba-tiba merasa mengantuk dan langsung tertidur. 

Joo Hee berteriak memanggil Hae Ra agar bangun, sambil mengeluh karena membuatnya kaget bahkan Ponselnya juga mati. Hae Ra seperti sangat lelah terus tertidur, seperti ingin kembali melanjutkan mimpinya.  Joo Hee mengeluh rumah Hae Ra yang dingin dan melihat kalau tidur tanpa menyalakan pemanas.
“Astaga. Apa-apaan ini? Apa Kau berniat bunuh diri? Kau menemui pacarmu semalam. Apa Ada yang terjadi?” tanya Joo Hee melihat banyak pil yang berserakan.
“ Maksudku, apa Bibi ke sauna lagi? Dia meninggalkan kita di rumah dingin ini dan tidur di sauna yang hangat sendirian.” Ucap Joo Hee mengocek kesal dan melihat sebuah mantel
“Mantel apa ini? Apa ini pemberian pacarmu? Wahhh Cantiknya.” Ucap Joo Hee melihat mantel warna merah
Hae Ra langsung membuka mata dan mengambil dari tangan Joo Hee seperti tak percaya kalau mantel itu memang benar bukan mimpi.  Joo Hee ingin tahu dimana Hae Ra membeli mantel itu. Hae Ra benar-benar tek percaya kalau mantel itu memang benar-benar ada untuknya.


Hae Ra dan Joo Hee datang ke kantor bersama.  Ketua Tim memberitahu Hae Ra kalau Pelanggan yang kasar itu kecelakaan. Hae Ra bertanya apakah maksdunya itu Tuan Cho. Ketua Tim membenarkan kalau Tuan Cho mengemudi saat mabuk semalam lalu menabrak sebuah pohon dan dirawat inap.
“Kurasa dia dihukum... Dia membuat kehebohan di sini kemarin. Aku agak kasihan dia terluka.” Ucap ketua Tim ingin melihat luka di bibi Hae Ra juga. Hae Ra terdiam seperti tak percaya kalau ada kejadian seperti itu. 

Hae Ra makan bersama dengan Joo Hee, Ketua Tim lewat memberitahu Bulgoginya enak jadi ambil yang banyak. Hae Ra menganguk mengerti, ternyata Bulgoginya sudah habis. Joo Hee menyuruh Hae Ra agar membuatnya lagi dan akan duduk lebih dulu. Hae Ra pun meminta pada koki kantin untuk minta bulgogi lagi. Si koki emengatakan sudah habis dan Hae Ra itu tidak beruntung.

Rapat di mulai, Ketua Tim memberitahu Foto yang diambil fotografer profesional. Projek mereka pasar baru jadi akan menyewa fotografer profesional dan membiarkan pelanggan memesan hanya melalui perusahaan. Tiba-tiba semua merasakan sakit perut.
“Ada cukup banyak fotografer terkenal. Kim Ba Da di Paris. Hyun Sung Woo di London. Ada juga seorang fotografer yang piawai di Slovenia. Dia agak sulit dihadapi, tapi keterampilannya...” ucap Ketua Tim merasakan perutnya sakit begitu juga Joo Hee.
“Kurasa karena bulgogi tadi dan Toilet penuh” kata teman yang lain juga merasa sakit. Hae Ra binggung karena hanya dia saja yang tak sakit perut. “Rekan-rekan, ini penting. Kita perlu seseorang untuk ke lapangan sekarang.” Kata seorang pria dengan menahan sakit perut berdiri didepan pintu.
Semua orang binggung siapa yang akan pergi karena Tidak ada orang.


Hae Ra sudah duduk di pesawat bagian bisnis, wajahnya terlihat gugup.
Flash Back
Hae Ra piki tidak yakin soal ini karena belum pernah ke luar negeri. Ketua Tim tahu dengan hal itu tapi tak ada yang bisa dilakukan karena Cuma Hae Ra yang bisa pergi. Ia pun memberikan izin untuk membeli kosmetik dan pakaian dalam dengan kartu kredit perusahaan.
“Beli semua yang kamu butuhkan di toko bebas pajak. Aku akan memberimu kartu kredit perusahaan.” Kata Ketua Tim
Hae Ra mengingat kalau Transit di Bandara Istanbul. Dan ketika tiba di Ljubljana, maka ia harus pergi. Seperti masih tak percaya kalau ia bisa pergi keluar negeri. 

Hae Ra baru sampai langsung bergegas menaiki taksi dengan membawa barang. Tiga orang menunggu dengan wajah panik karena belum datang juga. Ha Ra datang dengan terburu-buru memberikan kotak yang dibawanya.
“Pak Ketua. Kami punya sikhye halibut untuk Anda.” Teriak pelayan dan masuk ke dalam ruangan.
“Kami selamat berkat kau.” Kata dua pelayan lainya melihat Hae Ra bertanya apakah hanya datang dengan baju yang sehelai baju yang dipakai.
“Aku langsung datang dari kantor.” Kata Hae Ra
“Belilah kebutuhanmu di pasar, kemudian istirahat.” Kata pelayan. Hae Ra pun menganguk mengerti. 

Soo Ho sedang berjalan-jalan melihat bagian oleh-oleh berbicara dengan Sek Han, agar bisa tolong aturkan jadwal pertemuan dan merasa kaalu sekertarisnya itu sudah bekerja keras untuk menyelesaikan registrasinya.
“Pak, aku punya sesuatu tentang Nona Jung Hae Ra. Aku menemukannya saat mencari berita khusus korporasi. Namanya lain, tapi dia agak mirip dengan foto kecilnya.” Ucap Sek Han. Soo Ho terlihat tegang.

Soo Ho melihat dalam komputernya, profile perusahaan dan ada foto Jung Hae Ra. Sek Han mengatakan kalau Ejaan namanya tidak sama dengan yang dicari oleh Soo Ho sebelumnya. Soo Ho melihat nama"Jung Hae Ra, Bisnis Korporat". Sek Han bertanya apakah bukan dia orangnya. Soo Ho terdiam seperti merasakan sesuatu. 
Hae Ra pergi ke minimarket mencari barang-barang kebutuhan seperti sikat gigi dsb. Sek Han memanggil Soo Ho yang tak terdengar suaranya. Soo Ho memuji Tuan Ha kalau memang wanita itu, Jung Hae Ra yang selama ini dicari.

Hae Ra berjalan pulang melewati sebuah restoran, saat menengok wajah Soo Ho tertutup dengan koran dan ketika Hae Ra berlalu dari depan Soo Ho. Soo Ho menurunkan koran lalu meminum wine seperti menikmati malam hari di dekat pengunungan Alpen. 


Hae Ra binggung karena ketua tim bilang bisa tinggal bersama mereka  sampai mendapatkan tiket pesawat. Salah satu pegawai menyuruh Hae Ra pergi berjalan-jalan dengan mengAmbil foto dan berkeliling, karena Biasanya jadwalnya penuh sampai dua bulan, tapi janjinya dibatalkan hari ini.
“Pergilah dan berteman dengannya dan buat dia mau berbisnis, mengerti?” ucap temanya. Hae Ra menolak
“Aku juga masih penat terbang.” Kata Hae Ra.
“Jika kita mendapatkan fotografer itu, maka akan ada peningkatan penjualan sebesar 20 persen.” Ucap temanya.
“Jika dia sepenting itu, maka kau saja yang pergi. Kau akan jauh lebih baik.” Kata Hae Ra
“Kami harus membawa tur dalam tiga tim terpisah.” Kata temanya. Hae Ra tak peduli karena akan menghilang saja
“Sebelum itu, buat dia ingin berbisnis dengan kita dahulu. Mengerti?” ucap senior prianya. Hae Ra hanya bisa menghela nafas panjang. 


Hae Ra berjalan dengan jaket merahnya, mengingat pria itu  selalu memakai jaket kulit hitam saat bekerja, berbadan tinggi dan cukup tampan, tapi dia menikah dengan wanita Slovenia jahat dan punya tiga anak. Seorang pria rambut panjang keluar dari rumah
“Kau bilang akan membawa ibuku ke salon manikur. Tapi Kau selalu pergi memotret gadis-gadis cantik.” Teriak seorang wanita dari jendela rumah.
“Istri Slovenianya adalah mantan pemain voli, jadi, para wanita yang pernah mencoba menggodanya kehilangan gendang telinga setelah ditampar istrinya.”
Si pria yang berjalan tak melihat jalan tertabrak sepeda. Si wanita pun terkejut melihat istrinya. 

Hae Ra melihat sosok pria yang dicarinya sedang mengambil gambar pemandangan sungai dengan kamera. Ia lalu sengaja berjalan didepan kamera menyapa fotographer yang ingin diajak berkerja sama. Soo Ho kaget melihat wajah yang selama ini dicarinya tiba-tiba berdiri didepanya. “Aku merasa tersanjung bisa bertemu Anda.” Ucap Hae Ra menyapa Soo Ho yang dianggap sebagai fotographer yang dicari olehnya.
Soo Ho mengingat ucapan Hae Ra “Mari kita bertemu di sana saat Natal tiba.” Tiba-tiba Hae Ra merasakan suasana mulai canggung dan mencoba mencairkan dengan melihat kalau Cuacanya sangat bagus.
“Awalnya, dia sangat senewen. Namun setelah bersemangat, maka dia akan mengambil foto terbaik dalam hidupmu.” Pesan teman Hae Ra.
“Bisa kita mulai di sini? Aku terlihat lebih baik di sisi kiriku. Jadi Aku akan berdiri seperti ini, sekitar 45 derajat.” Ucap Hae Ra bersiap untuk foto.
“Siapa kau?” tanya Soo Ho dengan tatapan sinis. Hae Ra binggung  akhirnya memperkenalkan dirinya.
“Aku Jung Hae Ra... Artinya sama dengan "lakukan itu". Itu artinya Hae Ra.” Ucap Hae Ra
“Senang bertemu denganmu.” Kata Soo Ho dengan senyuman bahagia karena orang yang dicarinya datang sendiri.
Bersambung ke episode 2

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 


1 komentar: