PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Selasa, 26 Desember 2017

Sinopsis Andante Episode 14 Part 1

PS : All images credit and content copyright : KBS
[Episode 14: Pertunjukan Harus Terus Berlanjut!]

Shi Kyung berjalan mengandeng tangan Bom bertanya-tanya, Foto pemakaman seperti apa itu dan merasa Bom bersikap seperti Bong Gu akhir-akhir ini. Bom bertanya Shi Kyung suka Bom atau Bong Gu. Shi Kyung bergumam kalau Ada banyak pilihan sulit di dunia ini, jadi lebih baik menghindari saja.
“Siapa yang akan kau undang untuk pemakamanmu? Kau sudah mengambil foto untuk pemakamanmu dan mengundang orang lain.” Ucap Shi Kyung mengalihkan pembicaraan.
“Rasanya seperti pemakaman sungguhan.” Ungkap Bom.
“Karena kita ingin itu terlihat nyata, mari kita undang ibumu.” Kata Shi Kyung, saat itu telp Bom berdering, ibunya menelp.
“Bisakah kau pergi duluan?” kata Bom. Shi Kyung pun akhirnya membiarkan Bom sendirian dan berjalan pergi. 

Shi Kyung masuk rumah sakit menyapa ibunya. Nyonya Oh bingung meliha Shi Kyung pulang sendirian dan bertanya Dimana Bom. Shi Kyung memberitahu Bom sedang berbicara dengan ibunya di telepon lalu menanyakan Bagaimana dengan Nenek.
“Dia menyiksa Pak Jae Woong.” Ucap Nyonya Oh. Shi Kyung binggung ibunya mengatakan Menyiksa. 

Tuan Kim kembali di pijat oleh Nenek Kim merasakan Enak sekali dan Sangat menyegarkan. Lalu ia  pikir Nenek Kim bisa berhenti sekarang. Nenek Kim tahu Tuan Kim yang mengeluh tentang memiliki kemewahan yang terlalu banyak jadi menyuruhnya untuk diam dan tidur saja.  Tuan Kim pun tak bisa berkata-kata lagi.
“Nenek.... Ibu meminta Nenek untuk menemuinya.” Ucap Shi Kyung masuk ruangan. Nenek Kim bertanya kenapa.
“Aku tidak tahu.” Kata Shi Kyung dengan tatapan polosnya. Akhirnya Nenek Kim pun keluar dari ruangan. 

Tuan Kim yang sedari tadi tengkurang, mengaku sangat ingin bangun dengan memberitahu kalau Nenek Shi Kyung sudah tiga kali berada di ruanganya. Shi Kyung meminta maaf.  Tuan Kim pikir Tidak apa-apa.
“Itulah yang terjadi saat kau sudah tua.” Kata Tuan Kim. Shi Kyung menanyakan keadaan Tuan Kim sekarang.
“Aku merasa kuat saat minum obat penghilang rasa sakit. Tapi, aku seperti mayat saat obatnya habis.” Ungkap Tuan Kim, lalu teringat sesuatu.
“Apa kau menggunakan taktik 19+ ke pada pacarmu?” tanya Tuan Kim. Shi Kyung kaget karena Tuan Kim bisa mengetahuinya.
“Aku bisa membayangkannya, bahkan tanpa melihatnya. Jadi, apa kata pacarmu? Apa ada efek negatifnya?” kata Tuan Kim
“Aku mencoba melakukannya. Tapi, kurasa aku tidak bisa melakukannya.” Akui Shi Kyung
“Meskipun begitu, kau sudah mencoba.” Kata Tuan Kim. Shi Kyung merengek.
“Bisakah Ajusshi menunjukkannya padaku, sekali saja?” kata Shi Kyung memohon.
“Demonstrasi? Ya benar. Kenapa aku melakukannya untukmu?” keluh Tuan Kim. Shi Kyung terus merengek agar Tuan Kim melakukan Sekali saja.

Bom berbicara dengan ibunya, sang Ibu mengeluh dirinya seperti bang dan Bom yang meninggalkan uang padanya jadi bisa diambil seketika. Bom kesal merasa ibunya membelanjakan uang untuknya terasa seperti pemborosan
“Jika aku mengatakan itu bukan pemborosan, bisakah kau mempercayaiku? Tidak bisakah Ibu melakukan ini untuk putrimu? Aku putrimu, Bu.” Tegas Bom berani melawan
“Kau sekarang jadi kasar, ya? Ibu sudah memberimu biaya hidup dan biaya sekolah, jadi apa lagi yang kau butuhkan? Ibu tahu kau punya pacar sekarang. Sepertinya kau memiliki lebih banyak hal untuk menghabiskan uangmu. Membesarkan anak hanya sampai usia 20 tahun Kau harus mengurus diri sendiri setelah itu.” Kata Ibu Bom dengan nada tinggi.
“Aku tidak membutuhkannya sampai berusia 20 tahun. Aku akan mati saat itu. Aku akan segera mati karena kanker otak!” teriak Bom akhirnya menutup telpnya dan hanya bisa menangis di tengah jalan. 

Bom berbaring di pangkuan Nenek Kim di lorong rumah sakit. Nenek Kim bertanya Kenapa Bom tampak sangat tidak sehat dan tampak seperti orang yang sedang sekarat. Ia pikir Ini tidak akan berhasil jadi mengajaknya pergi ke rumah sakit. Bom terbangun dan kaget mendengar ucapan Nenek Kim.
“Kita perlu tahu apa penyakitnya untuk mengobatinya.” Kata Nenek Kim. Bom menatap sedih nenek Kim karena sebelumnya orang yang pertama tah adalah Nenek Kim. Dari kejauhan Nyonya Oh melihat Nenek Kim yang mulai melupakan Bom. 

Bom duduk di ruang makan,  Nyonya Oh menjelaskan  Demensia mempengaruhi ingatan tentang orang-orang terdekat terlebih dahulu, jadi Jangan memasukkannya ke dalam hati. Bom pikir Ini mungkin untuk yang terbaik.
“Nenek tidak perlu khawatir denganku.” Kata Bom
“Apa pengobatanmu berjalan dengan baik?” tanya Nyonya Oh
“Begitu aku pergi ke Seoul, maka aku akan mendapat perawatan.”  Jelas Bom
“Jika kau kesakitan, jangan memikirkan siapa pun kecuali dirimu sendiri. Orang-orang yang kau tinggalkan akan tetaphidup dan terus berjalan apapun yang terjadi.” Ucap Nyonya Oh menasehati.
“Kadang, aku berharap Ajummha adalah ibuku.” Ungkap Bom yang tak menerima perhatian dari ibunya. 


Bom memberikan kutek pada Nyonya Oh, mengatakan ingin membuatnya lebih cantik, tapi akan mengganggu pekerjaan jadi akan membiarkannya seperti itu. Nyonya Oh melihat kukunya memuji kalau jadi cantik karena tidak ingat kapan terakhir kali memakai cat kuku.
“Apa Ajumma yakin suamimu masih hidup?” tanya Bom tiba-tiba berkata serius.
“Entahlah... Dia hilang saat berjuang di medan perang. Dan dia belum kembali lebih dari 10 tahun, jadi bagaimana aku bisa yakin kalau dia masih hidup? Itu akan sedikit berlebihan.” Ungkap Nyonya Oh
“Lalu, kenapa Ajummha tidak mengatakan perpisahan padanya?” kata Bom
“Tentu saja aku ingin melakukannya. Tapi, aku tidak bisa karena ibu mertuaku. Dia menunggu seumur hidupnya, berharap anaknya kembali. Untuk mengambil itu darinya... Dia mungkin saja sudah meninggal.” Cerita Nyonya Oh
Shi Young keluar dari kamar bertanya keberadaan neneknya, Nyonya Oh pikir Neneknya ada di kamarnya. Shi Young bertanya apakah Bom juga tidak melihatnya. Bom mengelengkan kepala. Tapi ternyata Nenek Kim sudah tertidur di kamar Shi Kyung, seperti menganggap seperti anaknya. 


Bom mengantar nenek Kim sampai ke Hospice. Nenek Kim pikir  sering pergi ke Hospice jadi Bom  tak perlu repot-repot mengantarnya, bahkan  Shi Kyung mungkin menunggu jadi berdua bisa pergi ke sekolah. Bom mengaku ingin pergi dengan Nenek, jadi menyuruh Shi Kyung untuk pergi lebih dulu.
“Bahkan saat kau masih kecil, kau mengikutiku, dan memanggilku "Nenek." Apa kau sangat menyukai nenekmu?” ejek Nenek Kim
“Nenek, kau ingat aku mengikutimu kesana-kemari saat masih kecil?” ucap Bom tak percaya
“Tentu saja! Aku ingat semuanya.” Ungkap Nenek Kim

Flash Back
Bom terus menangis, Nenek Kim menyuapinya nasi dengan sup kedelai dan Bom berhenti menangis. Lalu Nenek Kim memuji Bom yang Gadis yang sangat baik.
“Kau masih kecil saat itu. Kau menumpahkan begitu banyak air mata karena ayahmu. Aku merasa sangat sedih untukmu. Kau mengingatkanku pada Shi Kyung dan Shi Young. Jadi, aku sangat menyukaimu.” Cerita Nenek Kim seperti ingatanya kembali datang
“Saat aku memikirkannya, itu semua berkat Nenek, maka aku bisa melewati masa-masa itu dalam hidupku.” Ungkap Bom
“Itulah sebabnya namaku Duk Boon. (Berarti "terimakasih untukmu") “ kata Nenek Kim
“Bahkan nama Nenek adalah yang terbaik. Ketika aku memikirkan kepada siapa aku harus berterimakasih, Nenek adalah orang pertama yang kupikirkan.” Kata Bom
“Itu tidak seberapa dibandingkan dengan namamu. Tapi... Siapa namamu?” ucap Nenek Kim. Bom sempat sedih mendengarnya.
“Bom... Kim Bom.” Ucap Bom. Nenek Kim pun bisa mengingatnya namanya Bom.
“Aku...terus melupakan banyak hal akhir-akhir ini. Kau harus pergi. Shi Kyung pasti menunggu.” Kata Nenek Kim
“Baik, aku akan kembali sepulang sekolah nanti.” Ucap Bom. Nenek Kim pikir  Tidak perlu.
“Pergilah bergaul dengan Shi Kyung sepulang sekolah.” Ucap Nenek Kim.
“Aku akan kembali lagi. Nenek harus menungguku, jadi kita bisa pulang bersama.” Kata Bom. Nenek Kim pun menganguk mengerti.
“Astaga, wanita yang cantik. Aku sangat ingin dia menjadi menantuku.” Ungkap Nenek Kim melihat Bom yang pergi. 


Semua melihat foto pemakaman Bom dengan rambut blonde dan juga senyuman. Joo Yeon pikir Bom sedang bercanda, menurutnya Meskipun itu hanya berpura-pura, tetap saja itu adalah pemakaman.
“Itu adalah saat untuk berkabung dan mengucapkan selamat tinggal kepada orang yang telah meninggal.” Kata Joo Yeon marah
“Mengucapkan selamat tinggal tidak harus menjadi hal yang menyedihkan. Tidak bisakah kita melakukannya dengan tersenyum? Bagi orang yang masih hidup dan yang sekarat, ini adalah kenangan terakhir yang akan mereka dapatkan. Bahagia mengucapkan selamat tinggal dengan cara yang menyenangkan. Seperti sebuah perayaan terakhir.” Ungkap Bom
“Aku belum pernah melihat Bom berbicara dengan semua orang. Bom sudah berubah akhir-akhir ini. Tidak... apa dia menjadi aneh?” gumam Shi Kyung
“Oh, sebuah perayaan terakhir. Itu bukan konsep yang buruk.” Pikir Ga Ram
“Ya, aku merasa senang dengan hal itu.” Ungkap Ki Hoon.
“Kakekku mengatakan kepadaku bahwa sudah dari dulu, pemakaman untuk orang-orang berusia di atas 60 tahun seperti perayaan.” Kata Min Suk.
“Bom berusia 18 tahun. Lee Shi Kyung, katakan ini padaku. Jika Bom harus meninggal besok lusa, apa kau bisa melihat foto pemakaman ini, tertawa, dan mengucapkan selamat tinggal?” ucap Joo Yeon
“Entahlah... Aku tidak pernah memikirkannya.” Ucap Shi Kyung. Bom tiba-tiba merasakan mual dan langsung keluar dari kelas, Shi Kyung ingin mengejarnya tapi Shi Young menahanya karena akan melihatnya.
“Sejak kapan Bom dan Shi Young sangat dekat?” gumam Shi Kyung binggung. 


Shi Young berjalan mencari Bom, sampai akhirnya panik melihat kejang-kejang. Nyonya Oh terburu-buru mencari Dokter Lee dengan ponselnya. Dokter Lee menerima telp  Shi Young kembali menyuruh agar memeriksa dulu apa ada makanan di mulutnya, karena Berbahaya jika makanan masuk ke saluran pernapasnya. Shi  Young melihat Tidak ada makanan.
“Apa ada orang di sekitarmu?” tanya Dokter Lee. Shi Young mengatakan tak ada
“Bagus... Pastikan tidak ada orang di sekitar saat Bom datang, jadi dia tidak akan terguncang.” Kata Dokter Lee
“Baik, aku akan melakukannya.” Ucap Shi Young berusaha agar membuat Bom tak terlihat sedang kejang.
“Shi Young dan Bom... Kemana perginya mereka?... Oh, ya. Ponselku.” Ucap Shi Kyung bergegas keluar dari sekolah, tak menemukan ponselnya. 

Bom akhirnya kembali normal. Shi Young membantu merapihkan baju Bom dengan memastikan kalau Bom  tidak perlu pergi ke rumah sakit. Bom mengangguk dan meminta maaf karena Shi Young harus melihatnya kejang serta mengucapkan terima kasih.
“Apa Kau tahu, kau terlalu keras kepala. Jika itu aku, tentu saja aku akan memberitahu keluargaku. Aku juga berpegangan pada Ga Ram dan menangis karena itu.” Ungkap Shi Young
“Aku sangat sering menangis saat masih kecil, jadi aku tidak suka menangis. Dan juga, aku tidak punya banyak waktu lagi. Kenapa menghabiskannya untuk menangis? Aku tidak ingin menyia-nyiakan waktuku.” Ucap Bom terdengar optimis.
“Shi Young, kupikir kau akan menjadi dokter yang baik. Kau harus menjadi dokter yang baik.” Ucap Bom. Shi Young hanya diam seperti masih sedih dengan keadaan Bom. 

Shi Kyung bertemu dengan guru BP untuk mengambil ponselnya. Guru BP menyuruh Shi Kyung untuk mencoba lagi jawabanya. Shi Kyung kembali menjawab “Jika kau menutup pertunjukan, kau harus memberikan pengembalian uang.” Guru BP menyuruh agar mencoba jawabanya lagi.
“Jika kau menutup pertunjukan, akan ada komentar buruk di internet. Dan juga, ulasannya akan buruk. Kemudian, orang tidak akan datang untuk melihat pertunjukan lagi.” Kata Shi Kyung
“Coba lagi!” tegas Guru Bp terlihat sangat marah
“Pak Guru, tolong kembalikan ponselku.. Aku sangat membutuhkannya.” Kata Shi Kyung. Guru BP tak peduli malah sengaja menaruh dalam laci. 

Shi Kyung akhirnya kembali ke kelas dengan wajah sedih, Bom sudah ada didalam kelas sedang mengecat kukunya, melihat Shi Kyung yang datang bertanya kemana saja karena sudah lama menunggu. Shi Kyung menarik kursinya menanyakan keadaan Bom.
“Kau sepertinya mau muntah tadi, dan kau langsung lari. Ga Ram menelepon, tapi Shi Young tidak menjawab teleponnya.” Kata Shi Kyung
“Shi Young sedang sibuk menepuk punggungku. Aku pasti mendapat gangguan pencernaan karena sarapan tadi.”ucap Bom
“Bom, adakah sesuatu yang tidak kau katakan padaku? Ada banyak hal yang belum kukatakan padamu.” Kata Shi Kyung curiga
“Bernard, apa kau sudah mengatakan semuanya tentang dirimu?” tanya Bom dengan senyuman
“Bom pasti sudah berubah. Aku tidak tahu apa itu Apa yang kulewatkan?” gumam Shi Kyung. 


Shi Young duduk disamping Ga Ram mengaku hanya menceritakan semua rahasia ke ladang altarnya.  Ga Ram hanya diam saja, seperti terlihat shock. Shi young heran melihat Ga Ram yang tidak mengatakan apa-apa. Ga Ram mengaku sangat terkejut. Shi Young juga mengakui hal yang sama pada awalnya.
“Aku tidak merasakan apa-apa. Aku tidak bisa memahami kenyataan itu. Sekarang, aku ingin menangis setiap kali melihat Bom.” Cerita Shi  Young menahan rasa sedihnya.
“Bom selalu sendirian sebelum bertemu Shi Kyung. Dia tampak begitu kuat, tapi sebenarnya dia lemah. Tapi, dia berubah banyak setelah bertemu Shi Kyung. Dia bergaul dengan baik dengan semua orang dan banyak tertawa. Senang melihat Bom bersemangat seperti itu.” Ungkap Ga Ram.
“Jika kita merasa seperti ini... bagaimana menurutmu Shi Kyung akan merasakannya?” kata Shi Young tak bisa membayangkan.
“Aku tahu... Hatiku sangat sakit... Yang bisa kita lakukan sekarang adalah mengawasi mereka.” Kata Ga Ram 


Shi Young, Shi Kyung dan Bom menunggu dengan khawatir di meja makan melihat Nenek Kim yang memasak sup. Nenek Kim mencicipi masakan dan merasakan lalu menambahkan kembali kedelainya. Nyonya Oh akhirnya menyuruh ibu mertuanya duduk, lalu dengan sengaja menambahkan air agar tak terlalu asin.
“Bagaimana? Enak, 'kan?”ucap Nenek Kim melihat Bom dan Shi Kyung mulai mencoba supnya. Bom mengaku kalau rasanya enak
“Nenek, ini luar biasa. Ini seperti sebuah karya seni.” Ungkap Shi Young seperti sengaja membanggakan masakan nenek yang sudah tak seperti dulu.
“Sama seperti Nenek satu-satunya yang tidak tahu, tapi kami semua tahu... Apakah ada sesuatu tentang Bom yang tidak kuketahui?” gumam Shi Kyung melihat Bom yang tertunduk sedih. 

Bibi Oh sibuk berdandan,  Nyonya Oh pikir  adiknya itu tidak pergi ke sekolah. Bibi Oh mengatakan kalau akan pergi ke Seoul untuk melihat musikal. Nyonya Oh melihat tiket diatas meja merasa adiknya sudah melihat musikal belum lama ini
“Karena musiknya bagus, kau ingin melihatnya dua kali.” Kata Bibi Oh mengambil tiket dari tangan kakaknya.
“Lihat saja dua kali, dan kau akan ingin melihatnya untuk ketiga kalinya.” Ejek Nyonya Oh. Bibi Oh tak percaya mendengarnya.
“Bawa dia kesini jika kau ingin bertemu dengannya lagi setelah menemuinya tiga kali.” Kata Nyonya Oh
“Bukan begitu, Eonni. Aku pergi dengan seorang teman. Yang benar saja. Eonni sangat lucu.” Kata Bibi Oh lalu keluar dari ruangan.

Shi Kyung tiba-tiba memanggil ibunya. Nyonya Oh panik,  berpikir ada yang terjadi pada Nenek. Shi Kyung mengatakan bukan tapi ini Bom menurutnya nampak aneh akhir-akhir ini. Nyonya Oh sempat binggung melihat Shi Kyung tapi akhirnya memilih untuk diam. 


Min Suk dkk berkumpul bertanya-tanya Apa yang harus dilakukan tentang bunga itu dan harus menggunakan bunga yang cantik. Ji Hye dengan bangga kalau bisa memakainya karena cantik. Sementara Shi Kyung sengaja berbaring menatap Bom yang tertidur.
“Jika Ibu tidak tahu, haruskah aku bertanya kepada Nenek?.. Ahhh... Tidak, tidak. Jawaban nenek tidak bisa dipercaya akhir-akhir ini... Ya, aku akan bertanya ke internet.” Gumam Shi Kyung mengambil ponsel Bom
Ia mengetik key word [Sering sakit kepala, gangguan pencernaan, anemia] lalu melihat Gejala yang diderita Bom adalah hal-hal yang terlalu umum terjadi, menurutnya Internet juga gagal.

Saat itu Joo Yeon masuk kelas, Ki Hoon heran Joo Yeon yang datang lama sekali karena sudah menunggu 30 menit. Joo Yeon meminta Maaf, dengan mengatakan tidak ingin menjadi bagian dari pemakaman Bom. Semua kaget mendengarnya.
“Suk Joo Yeon, beri kami alasan, jadi kami bisa mengerti.” Ucap Ga Ram
“Sudah kubilang kalau aku tidak suka dengan pemakaman Bom.” Ucap Joo Yeon
“Jika kau pergi, siapa yang akan memfilmkannya?” tanya Ki Hoon. Joo Yeon pikir akan meminjamkan kameranya dan ingin pamit pergi.
“Suk Joo Yeon... Mari kita bicara.” Kata Bom berjalan keluar. Shi Young melihat dengan wajah sedih
“Hei, Suk Joo Yeon....Kau harus melakukannya... sudahlah, Lupakan. Hati-hati dengan rambutmu.” Kata Shi Young tak ingin membahasnya.
“Lee Shi Young, dia tahu sesuatu.” Gumam Shi Kyung melihatnya. 
Joo Yeon bertemu dengan Bom menyuruh Lakukan apapun yang diingikanya karena tetap tidak ingin ikut serta. Bom langsung mengetahui Joo Yeon yang menyukai Lee Shi Kyung, Joo Yeon mengelak kalau tidak suka Lee Shi Kyung.
“Lalu, kenapa kau membuat kejadian itu di atap sebelumnya?” kata Bom. Joo Yeon kaget Bom yang mengetahuinya.
“Apa Ji Hye memberitahumu?... Ya, aku suka Lee Shi Kyung. Jika bukan karena kau, aku akan mengatakan kepada Shi Kyung kalau aku menyukainya. Apa hubungannya denganmu kalau aku menyukai Shi Kyung?” ucap Joo Yeon terus mengoceh tanpa sadar kalau Bom menahan rasa sakit. Bom akhirnay memilih segera pergi. Joo Yeon bingung Bom yang pergi begitu saja. 


Bom menahan rasa sakit berjalan masuk ke lorong rumah sakit, pandangan kabur tapi melihat sosok yang dikenalnya. Ibu Shi Kyung melihat Bom yang jatuh pingsan langsung mendekat dan meminta tolong pada yang lainya.
“Kau tahu sesuatu, kan? Kau pasti tahu sesuatu! Apa yang kau sembunyikan dariku?” ucap Shi Kyung menemuai adiknya.
“Kenapa aku menyembunyikan sesuatu darimu?” kata Shi Young tetap menyembunyikanya.
“Bom bersikap aneh akhir-akhir ini. Aneh karena dia sering sakit.. dan dia terus berbicara tentang berbagai hal, seolah-olah itu untuk yang terakhir kalinya.. Bahkan pemakaman...” kata Shi Kyung
“Ah.... Tidak mungkin. Hei... Lee Shi Kyung, bagaimana kau bisa berpikir begitu? Dia hanya berusaha untuk melakukannya. Benar, 'kan? Bom tidak sakit parah atau semacamnya, kan?” ucap Shi Kyung mencoba menyakinkan saat itu ponselnya berdering ada telp dari ibu. 
Shi Kyung mengangkat ponselnya, Ibu Bom mengetahui kalau itu ponsel milik anaknya. Shi Kyung memberitahu Bom sedang pergi sebentar. Ibu Bom tahu suara Shi Kyung sebagai pacarnya Bom, yang diajak bicara terakhir kali. Shi Kyung membenarkan.
“Aku tadi meneleponmu lebih dulu. Ponselmu dimatikan, jadi aku menghubungi Bom. Apa kau tahu dimana ibumu?” ucap Ibu Bom
“Ibuku mungkin sedang di Hospice. Kenapa Anda mencari ibuku?” tanya Shi Kyung
“Seharusnya kami bertemu, tapi dia terlambat, dan aku tidak bisa menghubunginya. Jika kau kebetulan menemuinya, katakan padanya aku sedang menunggunya di kafe.” Kata Ibu Bom. Shi Kyung mengerti.
“Ah.. Dan juga...” kata Ibu Bom, saat itu Shi Kyung tiba-tiba melotot kaget. 


Ibu Bom sudah menunggu di cafe. Nyonya Oh datang melihat sosok wanita memastikan kalau itu adalah ibu Bom. Ibu Bom mengeluh kalau Nyonya Oh yang sangat terlambat. Nyonya Oh meminta maaf dengan memberitahu kalau Bom tiba-tiba pingsan.
“Apa Bom baik-baik saja?” tanya Ibu Bom seperti tak peduli. Nyonya Oh merasa kalau sudah menduganya.
“Anda tidak pergi menemani Bom ke Seoul untuk kemoterapi, kan?” kata Nyonya Oh. Ibu Bom binggung.
“Bom sakit parah sekarang.” Kata Nyonya Oh. Ibu Bom betanya apa itu kanker otak. Nyonya Oh kaget karena Ibu Bom sudah mengetahuinya.
“Kupikir dia hanya mengatakan itu karena dia membenciku. Ayahnya juga meninggal karena itu. Dan sekarang, itu juga terjadi pada Bom.” Ucap Ibu Bom
“Kita bisa berusaha mengobatinya jika kita sudah tahu sebelumnya. Sayangnya, kita terlambat.” Ungkap Nyonya Oh
“Apa kau mengkritikku karena tidak tahu penyakitnya lebih awal?” ucap Ibu Bom. Nyonya Oh menjelaskan bukan seperti itu maksudnya.
“Aku sudah berusaha semaksimal mungkin. Kehamilanku adalah sebuah kecelakaan, dan akhirnya aku menikah dengan pria yang tidak aku cintai. Aku menghabiskan beberapa tahun bersamanya dengan dia. Ketika aku memutuskan untuk menceraikannya, dia didiagnosis menderita kanker stadium akhir. Jadi, aku menghabiskan beberapa tahun yang seperti neraka bersamanya lagi.” Cerita Ibu Bom
“Kapan pun aku melihat wajah Bom, aku selalu teringat dengan dia. Aku tidak tahan lagi. Itulah sebabnya aku hidup terpisah dari Bom. Tapi Tetap saja, aku melakukan semua yang kubisa untuknya. Aku melakukan apa yang kubisa.” Jelas Ibu Bom.
Nyonya Oh menjelaskan kalau menghubungi Ibu Bom karena mereka sama-sama seorang ibu jadi berpikir kalau akan sedih jika tahu setelah Bom meninggal. Tapi Sekarang setelah bertemu dengannya, ternyata Ibu Bom yang tidak khawatir sama sekali.
“Sampai saat terakhir hidup Bom, aku akan menjadi orang yang melindunginya.” Tegas Nyonya Oh berjalan pergi.
Saat itu juga Nyonya Oh kaget melihat Shi Kyung sudah ada didepan pintu. Shi Kyung terdiam mendengar perkataan ibunya, dan langsung berlari pergi. Nyonya Oh berteriak memanggil anaknya dengan wajah khawatir. 



Shi Kyung berlari kerumah sakit dan langsung pergi ke ruangan [Akses terbatas] dan langsung membuka pintu. Bom sedang tertidur di dalam ruangan. Kepala perawat kaget melihat Shi Kyung yang datang,  menyuruh keluar karena tidak boleh masuk ke ruangan ini.  Shi Kyung tak percaya melihat Bom terbaring di rumah sakit, Nyonya Oh akhirnya datang melihat anaknya yang akhirnya mengetahui keadaan Bom.
Bersambung ke part 2

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar