PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Senin, 25 Desember 2017

Sinopsis Andante Episode 13 Part 2

PS : All images credit and content copyright : KBS
Esok paginya
Shi Kyung masuk rumah, memanggil ibu dan Kim Bom dengan kepala diangkat. Nyonya Oh mengeluh dengan yang dilakukan Shi Kyung di pagi hari. Shi Kyung meminta agar membangunkan Kim Bom. Nyonya Oh ingin tahu Kenapa mencari Bom
“Aku terjaga sepanjang malam  untuk belajar, dan mimisan.” KatShi Kyung bangga. Nyonya Oh menyuruh Shi Kyung agar membersihkan karena itu menjijikkan.
“Aku harus mengirim foto ke Bom dulu.” Kata Shi Kyung
“Bom pulang ke Seoul saat tengah malam, karena Ibunya ingin dia datang.” Kata Nyonya Oh menyuruh agar anaknya agar mengusap darahnya.
“Jadi, aku tidak perlu membaca dan belajar untuk sementara waktu? Sayang sekali.” Kata Shi Kyung bahagai.
Ia meminta agar ibunya agar mengambil foto dengan ponsel ibunya. Nyonya Oh menolak karena sibuk.  Shi Young pun akan membantu dan bertanya dimana foto ibunya. Nyonya Oh mengatakan diatas meja. Shi Kyung dengan bangga memperlihatkan mimisanya dengan mengangkat dua jari di wajahnya. 


Nyonya Oh memperlihatkan foto Shi Kyung pada Bom yang kembali dirawat di rumah sakit.  Bom bisa tersenyum melihat, Nyonya Oh meminta Bom agar mendengar ucapanya dan jangan salah paham.
“Kau bilang akan berusaha membuat Shi Kyung berhenti menyukaimu. Jadi, aku membiarkanmu tinggal bersama kami. Aku tidak tahan untuk melihatnya lagi... Bom, terlalu berisiko untuk tinggal di sini lebih lama lagi jadi Pergilah ke Seoul dan mendapatkan kemoterapi.” Ucap Nyonya O memohon
“Ahjumma. Ada sesuatu yang  ingin kukatakan padamu juga.” Ungkap Bom. 


Shi Kyung akan masuk dan melihat Nyonya Jeom lalu berusaha untuk menghindar, tapi Nyonya Jeom memanggilnya lebih dulu dan mengaku tidak ingin membicarakannya dan akan mengatakan yang Sejujurnya...
“Ajusshi, apa kau benar-benar tidak akan menemui wanita yang menunggumu di luar? Dia hanya mengambil cuti atau semacamnya, jadi harus kembali ke penjara besok. Bahkan setelah kau menghilang, dia tetap bersama anggota geng Lalu, dia ditangkap.” Kata Shi Kyung
“Hentikan.” Pinta Tuan Kim seperti tak ingin mendengarkanya.
“Apa Ajusshi tahu kenapa dia tidak pergi? Itu Agar dia tetap bisa berada di sana jika Ajusshi kembali.” Kata Shi Kyung berusaha untuk menyadarkanya. Tuan Kim menyuruh Shi Kyung diam karena tak tahu apapun.
“Aku tidah tahu. Aku  memang tidak tahu apa-apa! Tapi, apa kau tahu betapa egoisnya dirimu, Ajusshi? Jika itu aku, maka aku pasti sudah menemuinya.” Tegas Shi Kyung
“Aku melakukan semuanya demi dia! Jika aku tidak mendorongnya pergi, dia akan menderita selama sisa hidupnya!” kata Tuan Kim
“Itu hanya pendapat Ajusshi. Apa itu berakhir jika kau menghapus perasaanmu? Apa semuanya akan menjadi mudah jika kau menghapus perasaanmu? Dengan Berpura-pura Anda tidak menyukai seseorang dengan tidak mengakhiri perasaan Anda terhadap mereka. Anda hanya menjadi pengecut!” tegas Shi Kyung marah
Tuan Kim ingin marah, tapi tiba-tiba tubuhnya jatuh dan tak sadarkan diri. Shi Kyung panik mencoba menyadarkanya agar bisa bangun. 



Dokter Lee keluar dari ruangan IGD meminta perawat agar memberikan infus dan periksa urinnya. Shi Kyung menahan Dokter Lee pergi bertanya kenapa Tuan Kim yang belum bangun dan ingin tahu keadaan apakah baik-baik saja.
“Ini uremia, adalah keracunan urin. Ginjal tersumbat akibat kanker, sehingga dia tidak bisa buang air kecil dengan baik. Hal itu bisa menyebabkan kematian.” Ucap Dokter Lee. Shi Kyung makin binggung.
“Kami sudah merawatnya, tapi dia harus melewati hari ini. Dia perlu buang air kecil dengan baik. Aku khawatir. Seseorang harus mengawasinya hari ini.” Kata Dokter Lee. Shi Kyung langsung mengatakan kalau akan melakukanya.
Shi Kyung menunggu didalam ruangan, saat itu Nyonya Jeom akhirnya masuk membersihkan tangan Tuan Kim pelahan. Tuan Kim terbangun melihat Nyonya Jeom dan akhirnya keduanya hanya bisa menangis dan tangan Tuan Kim memegang wajah Nyonya Jeon. Shi Kyung melihat keduanya akhirnya keluar dari ruangan. 



Bom diam-diam keluar dari kamar sambil menelp, lalu bertanya pada Shi Kyung apakah Tiam Kim tidak dalam masa kritis lagi. Shi Kyung membenarkan kalau sudah buang air kencing dan demamnya turun. Bom pun bisa mengucap syukur.
“Aku ingin menyampaikan sebuah pengakuan.” Kata Shi Kyung. Bom ingin tahu Pengakuan seperti apa
“Aku sangat menyesal, tapi. Untuk sesaat, aku senang kau berangkat ke Seoul. Membaca dan belajar, Melakukan hal-hal yang tidak biasa aku lakukan bisa membunuhku. Kau melihat hidungku berdarah, kan?” kata Shi Kyung. Bom membenarkan.
“Bagaimanapun... Aku tidak ingin seperti menambahkan alkohol kedalam alkohol atau air kedalam air. Aku ingin berusaha. Tidak...bisa melihatmu  itu lebih sulit daripada membaca atau belajar.” Kata Shi Kyung
“ Lee Shi Kyung, aku juga punya pengakuan. Kau tidak perlu belajar. Tidak apa-apa suka main game. Aku suka dirimu apa adanya, Lee Shi Kyung.” Ucap Bom
“Lalu, kenapa kau bersikap seperti Ibu?” ucap Shi Kyung heran. Bom ingin tahu kenapa bersikap seperti itu
“Hm, Ibu menyuruhmu untuk melakukannya? Itulah sebabnya dia setuju untuk membiarkanmu tinggal bersama kami lagi.” Kata Shi Kyung
“Yah.. Begitulah cara berpikir Bernard.” Ejek Bom terata
“Kapan kau kembali? Aku merindukanmu.” Ungkap Shi Kyung. Bom seperti tak percaya. Keduanya saling menelp tanpa tahu kalau jarak mereka hanya beberapa meter di lorong.
Esok paginya,
“Ya, aku akan mendapatkan kemoterapi seperti yang Ajumma sarankan. Ibuku menemukan beberapa rumah sakit di Seoul. Sebagai imbalannya, sebelum aku pergi ke rumah sakit, bisakah aku terusmenemui Shi Kyung?” kata Bom. Nyonya Oh bisa berseri mendengarnya. 



Guru BP menuliskan kalimat “The show must go on.” Di papan tulis lalu dikagetkan dengan melihat Bom yang masuk kelas dan langsung duduk di tempat duduknya. Shi Kyung melihat Bom yang datang langsung tersenyum bahagia. Suara gadung pun terdengar, Guru BP menyuruh mereka untuk tetap tenang.
“Kenapa Bapak membawa ungkapan ini berkenaan dengan etika profesional? "The show must go on."” Ucap Guru BP terus berbicara sementara Shi Kyung sibuk mengirimkan pesan pada Bom.
“Aku benar-benar terkejut.” Tulis Shi Kyung. Bom membalas kalau Shi Kyung pasti senang.
“Aku sangat senang, sampai ingin menangis. Kau bilang akan berada di Seoul beberapa hari lagi.” Balas Shi kyung
“Tiba-tiba aku ingin duduk bersama Bernard.” Ungkap Bom. Shi Kyung bertanya apa yang akan mereka lakukan
“Aku hanya ingin bergaul dengan Bernard.” Tulis Bom. Shi Kyung tertawa agarkarena Bom mengatakan Lelucon yang sangat konyol.

Guru BP melihat Shi Kyung yang sibuk dengan ponselnya lalu mendekat dan mengulurkan tangan. Shi Kyung kaget dan akhirnya pasrah memberikan ponselnya. Guru BP menyuruh Shi Kyung agar bisa membaca tulisan di papan tulis. Si Kyung bisa membaca “The show must go on.” Guru BP meminta artinya.
“Acara harus dilanjutkan?” ucap Shi Kyung. Semua anak murid langsung bergemuruh. Guru BP menyuruh semuanya kembali diam.
“Kenapa acara harus dilanjutkan?” tanya Guru BP
“Jika acara berhenti, mereka harus memberikan pengembalian uang. Atau, karena mungkin orang-orang akan menulis komentar yang buruk?... Ah, apa yang  harus kukatakan? Bagaimana aku bisa kabur dari telapak tangannya?” Gumam Shi Kyung kebingungan..
“Oh, Pak Guru! kurasa aku harus pergi ke ruang UKS.” Ucap Shi Kyung siap pergi dengan wajah bahagia. Guru BP menahanya
“Lee Shi Kyung kami sangat murni. Dia begitu murni dan transparan sehingga aku bisa melihatnya menembusnya.”sindir Guru Bp
“Tidak, aku mengatakan yang sebenarnya. Aku merasa sangat mual. Sepertinya aku akan muntah.” Kata Shi Kyung menyakinkan.
“Baiklah, kau pergi kesana dan merenung. Datanglah ke ruang guru begitu kau memiliki jawabannya. Sampai kau menemukan jawabannya, maka aku akan menyita ponselmu.” Kata Guru BP. Shi Kyung hanya bisa menghela nafas panjang. 


Shi Kyung berbaring di  kasur UKS, merasa kalau tempatnya bagus dan nyaman jadi Sempurna untuk tidur. Ia pikir akan sering datang bersama Bong Gu selama tahun senior.  Ga Ram datang menyuruh Shi Kyung berhenti tidur dan bangun sekarang.
“Shi Young dan yang lainnya sudah berada di ruang pemakaman. Ayo ke sana.” Ucap Ga Ram
“Ruang pemakaman? Apa ada yang meninggal?” tanya Shi Kyung akhirnya duduk diatas tempat tidur
“Hospice sedang mempersiapkan pemakaman untuk orang yang meninggal. Anak-anak ada di sana untuk mempersiapkan pemakaman orang yang hidup.” Jelas Ga Ram
“kau bilang Pemakaman orang yang  hidup? Apa itu?” tanya Shi Kyung binggung.
“Itu mirip dengan pengalaman kematian. Itu adalah salah satu acara sekolah kita. Sama seperti namanya. Itu adalah pemakaman bagi seseorang yang masih hidup.” Jelas Ga Ram. Shi Kyung menolak karena tidak ingin mengalaminya.
“Kita harus menyiapkan pemakaman dan film itu. Ini sesuai dengan catatanmu, jadi ini sangat penting.” Kata Ga Ram .Shi Kyung pikir tak masalah karena tidak akan melakukannya dan kembali tertidur. 


Yeon Jung bertanya Apa pemakaman orang yang hidup harus diadakan di ruang pemakaman dan Min Suk berpikir kalau melakukannya di rumah, seperti pemakaman tradisional. Shi Kyung datang dengan Bom bersama, Ga Ram kaget melihat temanya akhirnya datang juga.
“Bom ingin melakukannya. Menurutnya itu menyenangkan.” Kata Shi Kyung akhirnya duduk bersama dengan teman-temanya.
“Berapa banyak yang sudah kalian diskusikan?” tanya Bom. Yeon Jung memberitahu mereka yang baru mulai.
“Mari kita bahas konsepnya nanti dan putuskan siapa yang akan menjadi bintangnya. Siapa yang ingin melakukannya?” kata Yeon Jung. Bom langsung mengangkat tanganya kalau ingin melakukannya.
“Ini Bom yang belum pernah kulihat. Hal ini sangat tidak biasa.” Gumam Shi Kyung
“Oh, Kim Bom... Apa Kau mengajukan diri lebih dulu untuk sesuatu seperti ini?” komentar Ji Hye tak percaya
“Dia mengajukan diri lebih dulu. Mari kita berikan pada Bom saja.” Kata Ga Ram.
“Tidak! Aku menentangnya.” Kata Shi Young menolak. Shi Kyung heran padahal Bom ingin melakukannya jadi kenapa harus menentangnya
“Karena itu pilihanku!” tegas Shi Young. Yeon Jung pikir apakah Shi Young akan melakukanya.
“Baiklah, Ga Ram dan aku akan melakukannya.” Kata Shi Young. Ga Ram binggung di tunjuk dengan tiba-tiba.
“Kenapa kau melibatkan Ga Ram? Biarkan saja Bong Gu melakukannya.”ucap Shi Kyung kesal.
Shi Young terus menolak Bom yang melakuanya, Bom hanya bisa diam saja. Shi Kyung ingin tahu alasan adiknya tak ingin Bom melakukannya. Shi Young dengan berani mengaku kalau ia da Ga Ram berpacaran. Shi Kyung kaget begitu juga Ga Ram. Semua hanya tersenyum, Ki Hoon pikir Shi Kyung tak tahu karena mereka semua sudah tahu. Shi Kyung tak percaya kalau semua tahu kecuali dirinya. 

Tuan Kim terlihat senang karena ada yang memijatnya, Nenek Kim masih saja memberikan pijatan pada pasien dengan memberikan pijatan lembut agar tak membengkak. Nyonya Oh melihat dari depan pintu seperti sangat mengkhawatirkan kesehatan ibu mertuanya. Nenek Kim merasakan ada yang melihatnya, tapi ketika menengok tak ada siapa-siapa.
“Apa yang sudah kau lihat selama itu?” tanya Kepala Perawat melihat Nyonya Oh berjalan lesu. Nyonya Oh binggung menjelaskanya.
“Nenek Duk Boon sudah mengalami  "itu," kan?” kata Kepala perawat. Nyonya Oh kaget kalau Kepala perawat sudah tahu.
“Tugasku adalah memeriksa gejala pada orang setiap hari.Dan juga, Nenek Duk Boon dulu sangat menyukai hal-hal itu. Hal ini sangat terlihat pada orang seperti dirinya. Apa dia sudah minum obatnya?” ucap Kepala perawat. Nyonya Oh menganguk.
“Dia sudah meminumnya tanpa memberitahu kami.” Jelas Nyonya Oh. Kepala Perawat pun mengucap syukur.
“Tidak lama lagi, akan sulit bagimu untuk menanggung ini sendirian. Kau perlu memutuskan apa yang akan kau lakukan saat itu.” Pesan Kepala Perawat.


Shi Kyung berjalan pulang dengan Ga Ram mengaku sangat kecewa karena mengira temanya itu memiliki standar yang lebih tinggi Tapi menurutnya Lee Shi Young itu bukan standard wanita dimatanya. Ia merasa Ga Ram juga sedikit kejam karena tidak mengatakan apapun kepadanya.
“Aku tidak melakukannya dengan sengaja. Aku juga tidak tahu aku berpacaran dengan Shi Young.” Ungkap Ga Ram.
“Apa? Lalu, apa Lee Shi Young sendiri yang mengalami delusi? Apa Dia merencanakan semuanya dan menyebabkan  keributan besar itu sendirian?” ucap kata Shi Kyung. Ga Ram mengatakan Bukan begitu.
“Kami tidak pernah benar-benar mengatakan, "Mari mulai berpacaran sekarang." "Kita berpacaran sekarang, kita pasangan." Sulit untuk mengatakannya. Tapi Aku juga suka Shi Young.” Jelas Ga Ram.
“Hei... Park Ga Ram... Aku bertanya karena benar-benar mengkhawatirkanmu. Apa kau sakit? Apa yang kau suka dari sampah itu? kata Shi Kyung masih tak percaya 



Shi Young berjalan bersama dengan Bom ingin tahu Kenapa tiba-tiba berubah pikiran.  Bom merasa seperti menyerah begitu saja dan tahu ini adalah situasi yang sangat menyedihkan, tapi Tetap saja, harus berusaha yang terbaik.
“Kau berbohong, kan? Tentang mendapatkan kemoterapi di Seoul.” Ucap Shi Young
“Tidak. Itu benar” akui Bom menutupi kalau selama ini di rawat di Hospice. 

Shi Young masuk perpustakaan melihat Ga Ram yang sudah ada didalam, keduanya sempat terlihat sangat canggung. Akhirnya Shi Young bertanya apakah Ga Ram marah karena mengatakan kalau berpacaran tanpa memberi tahu lebih dulu. Ga Ram mengaku tidak.
“Aku punya alasan.”ungkap Shi Young lalu Ga Ra menuliskan angka dibukunya dan memperlihatkanya. Shi Young bertanya apa maksudnya.
“Angka persamaan. Jumlah angka persamaan  pada 220 adalah 284. Jumlah angka persamaan pada 284 adalah 220.” Kata Ga Ram. Shi Young pikir Itu mengagumkan.
“Matematikawan mengatakan bahwa jumlah persamaan adalah pasangan yang sudah ditakdirkan bersama.” Jelas Ga Ram
“"Pasangan yang sudah  ditakdirkan bersama."Jadi, Apa kau bilang kita seperti angka persamaan?”kata Shi Kyung. Ga Ram tersenyum
“Aku sudah menyiapkannya sebelumnya. Tampaknya terlalu menonjol sekarang karena aku sudah mengatakan ini.” Kata Ga Ram
“Bukankah Bernard yang  tidak tahu ini? Semua orang tahu kecuali dia, dan dia terkejut.” Pikir Shi Young
“Selain Shi Kyung, ada satu orang lagi yang akan terkejut.” Ucap Ga Ram. Shi Young pikir itu ibunya.
“Jika aku memberitahu ibuku, aku berpacaran denganmu, dia akan melompat kegirangan.” Kata Shi Young. 

Tuan Park hanya bisa melonggo melihat Ga Ram dan Shi Young seperti sangat kaget mengetahui keduanya akhirnya berkencan. Ga Ram pikir dugaanya benar, kalau ayahnya itu akan terkejut. Shi Young pun bertanya apakah terkejut karena dirinya atau karena Ga Ram
“Aku terkejut karena kau, Shi Young. Aku bahkan lebih terkejut karena Ga Ram. Ga Ram denganmu, Shi Young... Kupikir dia hanya belajar.” Kata Tuan Park tak bisa menahan tawanya.
“Berapa lama Anda akan menertawakannya? Aku lapar.” Kata Shi Young, Tuan Park teringat kalau Nasinya sudah siap jadi meminta Shi young duduk karena akan menyiapkan makanan yang lezat.
“Hei.. Ga Ram, kau iblis... Ayah hanya merasa senang, itu saja. Sekarang, Ayah tahu kau melakukan semua hal yang seharusnya dilakukan oleh seorang anak laki-laki. Ayah tidak perlu khawatir lagi.” Bisik Tuan Park menarik akanya. Shi Young mendengarnya hanya bisa tersenyum. Ga Ram lalu merasakan kalau ikan bakarnya gosong. 



Shi Kyung membuatkan toppoki dan menaruh diatas meja dan mengajak Bom untuk makan bersama.  Saat itu Bom akan makan, tapi garpunya tiba-tiba jatuh dari tanganya dan terlihat bergetar sangat keras. Shi Kyung tak melihat karena sibuk makan. Bom menyembunyikan tanganya dibawa meja.
“Kenapa kau tidak makan?” tanya Shi Kyung. Bom meminta agar Shi Kyung bisa menyuapinya.
“Kenapa kau tidak bilang dari tadi?” kata Shi Kyung dengan senang hati menyuapi Bom, tanpa melihat tangan Bom yang bergetar.
“Kurasa aku harus  lebih teliti. Maksudku tentang Shi Young dan Ga Ram. Aku tidak tahu mereka berada dalam hubungan seperti itu.” Kata Shi Kyung
“Sudah kukatakan sebelumnya kalau aku mencurigainya.” Ungkap Bom. Shi Kyung tak percaya mendengarnya.
“Aku tidak tahu standar Park Ga Ram begitu rendah. Oh ya, kenapa kau ingin menjadi bintang di pemakaman?” tanya Shi Kyung
“Orang yang menjadi sorotan adalah bintang sebuah acara. Orang yang sekarat adalah bintang pemakaman.” Jelas Bom
“Ada berbagai jenis peran utama.  Kau bilang ingin melakukannya, jadi aku mendukungmu, tapi aku tidak menyukainya. Kau bahkan tidak suka melakukan hal seperti itu.” Ucap Shi Kyung
Bom memberitahu akan berhenti sekolah tahun depan. Shi Kyung kaget bertanya kenapa. Bom mengaku sudah memikirkannya saat berbicara dengan guru wali kelas kalau bisa mencoba belajar tentang seni kuku jadi akan masuk ke sebuah akademi yang akan segera buka dan ingin membuka toko di New York. Shi Kyung kaget Bom yang akan pergi New York. 

“Ayah, kau dengar itu, 'kan? Bom akan pergi ke New York tahun depan. Ibu akan memukulku jika aku memberitahunya kalau aku ingin pergi bersama Bom, kan? Apakah tidak ada jalan bagiku untuk pergi tanpa tertabrak? Aku juga ingin pergi ke New York.” Ungkap Shi Kyung berbaring di kamar tidurnya.

Nyonya Oh terus mengamati Nenek Kim yang sedang mengelap guci. Shi Kyung keluar dari kamar sengaja seperti mengendap-ngendap dan berdiri tepat dibelakangnya. Nyonya Oh kaget karena Shi Kyung datang tanpa bersuara.
“Ibu, apa yang kau lihat?” tanya Shi Kyung binggung. Nyonya Oh mengaku hanya memeriksa cuaca dan bertanya balik kenapa  Shi Kyung bertanya. Shi Kyung mengaku tak masalah.
 “Aku keluar untuk memeriksa cuaca juga.” Ucap Shi Kyung.Nyonya Oh balik bertanya kenapa  Shi Kyung perlu tahu cuaca
“Ibu, kau tahu... Jangan menganggap ini terlalu serius. Dengarkan saja. Apa pendapat Ibu kalau aku belajar di luar negeri di AS tahun depan?” kata Shi Kyung. Nyonya Oh sedikit kaget.
“Pergilah.” Gumam Shi Kyung berharap ibunya mengatakan hal yang sama. Nyonya Oh pikir benar juga.
“Itu mungkin lebih baik. Tapi, apa kau memiliki nilai untuk belajar di luar negeri? Apa kau harus mulai sekolah SMA lagi di sana?” kata Nyonya Oh
“Kenapa Ibu bersikap seperti ini?” gumam Shi Kyung seperti tak percaya
“Baiklah, Ibu akan memikirkannya... Hei, tetaplah di sini. Tunggu sampai Nenek masuk, mengerti?” pesan Nyonya Oh lalu masuk ke dalam rumah lebih dulu. 



Shi Kyung mendekati nenek Kim, sambil mengeluh ibunya yang bersikap seperti itu dan bertanya Apa ada yang terjadi di Hospice. Nenek Kim bertanya Seberapa jauh hubungan Shi Kyung dengan gadis itu. Shi Kyung balik bertanya apakah maksudnya Bom dan ingin tahu Kenapa Nenek Kim bertanya.
“Apa dia menamparmu?” tanya Nenek Kim. Shi Kyung pikir Tidak sejauh itu...
“Baguslah... Tidak peduli seberapa besar kau menyukainya, jangan membuatnya menamparmu. Begitu kau ditampar, semuanya sudah berakhir.” Kata Nenek Kim
“Kami belum pergi sejauh itu. Nenek, kenapa kau bertanya begitu?” kata Shi Kyung Binggung
“Kau bilang Nenek? Apa ibumu terlihat  tua bagimu? Seharusnya aku menemui guru wali kelasmu besok, Shi Yoon... Ahh.. Sebaiknya aku memakai masker wajah mentimun.” Kata Nenek Kim. Shi Kyung kaget dianggap sebagai ayahnya.
Shi Kyung berlari membuka pintu kamar ibunya, sambil berteriak kalau Nenek bertingkah aneh. Saat itu juga semua berkumpul di luar rumah, Shi Young langsung jatuh lemas dan menangis mengetahui penyakit neneknya terkena demensia. Semua pun sedih karena gejalanya akan semakin parah. 


Shi Young sibuk menuliskan sesuatu. Bom masuk bertanya Kenapa tidak tidur. Shi Young mengatakan membuat catatan kosa kata untuk Nenek. Bom pikir Shi Young sudah berlebihan. Shi Young pikir Bom tidak mengenalnya dengan baik.
“Nenekku adalah orang yang benar-benar rapi. Jika semua barang tidak sesuai pada tempatnya, dia akan merasa kesal.” Jelas Shi Young. 

Shi Kyung masuk kamar mengajak Neneknya sarapan, lalu dibuat binggung melihat semua barang di tempel note.  Nenek Kim memberitahu kalau Itu adalah catatan kosa kata yang dibuat oleh Shi Young. Shi  Young dengan menahan rasa sedihnya memberitahu kalau itu bukan hanya catatan kosa kata.
“Itu adalah tag nama yang memberi tahumu di mana barang itu berada. Coba Lihatlah... Ini jarum, benang, dan kotak kerja... Ini radiomu... Ini pakaian pemakaman.” Ucap Shi Young akhirnya menangis
“Aigoo, Shi Young... Kenapa kau menangis?” ucap Nenek Kim heran.
“Dia mungkin sedang datang bulan.” Kata Bom mencoba memberikan alasan. Nenek Kim pun bisa mengerti.
“Aku terbangun dan mengira aku berada di tempat suci. Aku sangat khawatir.” Ungkap Nenek Kim dengan Shi Young menangis di pangkuanya.
“Nenek, ini mengingatkanku pada stiker penyitaan di rumah kami di Seoul.” Komentar Shi Kyung. Shi Young langsung berteriak marah. 


Yeon Jung bertanya apakah tidak ada yang keberatan dan memutuskan  Bom akan membintangi pemakaman orang yang hidup lalu bertanya pada Min Suk, apa yang perlu mereka lakukan selanjutnya. Min Suk mengatakan membutuhkan foto pemakaman, peti mati, dan pakaian pemakaman.
“Aku akan mengambil foto pemakamanku sendiri.” Kata Bom
“Aku bisa mendapatkan baju pemakaman dari nenekku.” Kata Shi Kyung
“Dimana kita bisa mendapatkan peti mati?” tanya Ki Hoon. 

Guru Park terlihat gugup dengan buku yang ada ditanganya, lalu memanggil Bibi Oh dan memberikan bukunya bertanya apakah sudah membaca buku itu. Bibi Oh mengaku belum. Guru Park meminta agar meLihat halaman 55 karena Puisi itu sangat bagus.
Bibi Oh membukanya, ternyata ada dua buah tiket “Musik: Maria” mulutnya pun hanya bisa melonggo. Guru Park seperti memberikan kode kalau pertama kalinya  bibi Oh membaca puisi itu, Bibi Oh mengaku belum pernah membacanya sebelumnya dengan memuji kalau Itu puisi yang bagus. Keduanya sama-sama tersenyum. 

Yong Gi bermain piano sendirian, Yeon Jung masuk melihat Yong Gi yang  sudah bermain dengan kedua tangan dan memujinya kalau sudah belajar dengan cepat. Yong Gi menyuruh Yeon Jung Pergi saja jika sudah selesai mengolok-oloknya.
“Yong Gi, aku ingin kau mendapatkan peti mati untukku.” Ucap Yeon Jung.
“Apa kau ingin mengubur seseorang?” tanya Yong Gi  kaget
“Tidak, kita membutuhkannya sebagai alat pemakaman orang yang hidup. Kita akan langsung mengembalikannya setelah menyelesaikan pemakaman. Bisakah kau berbicara dengan kakekmu tentang hal itu?” kata Yeon Jung.
“Apa kau tahu lagu ini?” kata Yong Gi mencoba memainkan nada dengan mulutnya.
Yeon Jung duduk disamping Yong Gi memainkan nada di atas piano,  Yong Gi membenarkan dan bertanya Apa judul lagu itu. Yeon Jung menjawab  "Chopsticks." Dan ingin tahu kenapa menanyakan hal itu. Yong Gi meminta Yeon Jung agar bisa mendapatkan lembaran musiknya setelah itu akan membawakan peti mati untuknya. 


Shi Kyung hanya bisa melonggo melihat wajah Bom yang mengunakan rambut blonde dan juga lipstik merah. Si paman pikir kalau ini seharusnya menjadi foto pemakaman. Bom pikir Shi Kyung yang akan  mengambil foto pemakaman.
“Aku menggunakan ini untuk audisi menjadi komedian.” Kata Bom. Shi Kyung bergumam Bom bertingkah aneh lagi.
“Jika kau mengikuti audisi menjadi komedian itu harus berbeda dari foto biasa. Bagaimana caranya?” kata Paman
“Shi Kyung bisa melakukan sesuatu yang lucu, dan saat aku menertawakannya maka ambil gambarnya” jelas Bom. Paman menganguk mengerti lalu menyuruh Shi Kyung mulai. Shi Kyung binggung.
“Kau harus Membuat dia tertawa.” Kata Paman. Shi Kyung terdiam akhirnya si paman pun marah.
“Apa kau ingin dia gagal dalam audisi komediannya?” ucap Si paman. Shi Kyung mengaku bukan seperti itu.
Akhirnya Ia mencari sesuatu dan mengambil camera lainya, dengan berpura-pura mengambil foto Bom tapi dengan pose yang lucu sebagai foto grapher. Bom tertawa melhat gaya Shi Kyung mengambil gambar dan paman siap dengan kamera mengambil foto Bom saat tertawa.
Bersambung ke episode 14

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar