PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Jumat, 20 Maret 2020

Sinopsis Hospital Playlist Episode 2 Part 1

PS : All images credit and content copyright : TVN
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe. 
Tinggal Klik disini, buat yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe bulan ini 


KANTOR KEPALA RUMAH SAKIT
Seorang dokter keluar dari ruangan,  Kepala rumah sakit mengucapkan Terima kasih dan meminta bantuannya di Bagian Saraf pada Dokter Min. Dokter Min pikir ia yang seharusnya  memohon bantuan pada kepala rumah sakit.
“Baru beberapa hari, tetapi bisa kulihat kalian punya sistem dan staf medis yang hebat. Terima kasih karena aku boleh bergabung. Mohon bantuanmu, Dokter Chae.” Ucap Dokter Min pada Song Hwa
“Kalau begitu, mari kita makan bersama! Kantin di sini enak.” Ucap Dokter Min. Dua dokter lainya pun setuju.
“Jangan terlalu formal, bicaralah dengan santai.” Kata Dokter Min memeluk seniornya. 

Song Hwa sedang dalam ruangan kepala rumah sakit, melihat berita tentang Dokter Min. Kepala RS berkomentar  Dokter Min lebih tampan aslinya daripada di TV bahkan  muncul di banyak acara TV, tetapi tak pernah lalai operasi.
“Aku mohon tangani operasi Gong Hyeong-u. Kondisinya tak parah, tetapi operasinya rumit. Para wartawan mengawasi. Operasi ini harus berjalan baik. Ini kesempatan bagus untukmu.” Ucap Kepala Rumah sakit.
“Pekan depan jadwal operasiku padat. Aku tak bisa.” Kata Song Hwa menolak. Kepala RS hanya bisa mengeluh. 

Dokter Min membahasa kalau Dokter Kim yang sebentar lagi anak ketiganya lahir. Dokter Kim kaget bertanya darimana Dokter Min mengetahuinya.  Dokter Min mengaku mendengar Dokter Kim yang  membahasnya.
“Cepatlah pulang ke rumah. Aku bisa tangani panggilan daruratmu. Aku bisa bantu dua atau tiga kali sebulan.” Ucap Dokter Min
“Terima kasih atas niat baikmu.” Kata Dokter Kim, Dokter Min mengau   Itu bukan hanya niat.
“Kau membuatku sedih... Terima kasih. Omong-omong, sampai kapan mereka di sini?” kata Dokter Kim melihat kamera yang terus merekam mereka.
“Astaga, menjadi sutradara TV pasti sulit. Tidak ada pekerjaan yang mudah. Pak, makan saja dahulu. Aku tak ke mana-mana. Aku akan menuruti permintaanmu. Jadi, makanlah.” Kata Dokter Min berbicara pada dua kameramen yang makan sambil terus memastikan kamera mereka yang merekamnya. 


“Dokter Yong Seok-min, Han Seung-hyeok butuh penyaliran lumbar. Apa Sudah kau kerjakan?” ucap Dokter wanita masuk rumah.
“Siapa?” tanya Dokter Yong terbangun dari tidurnya. Dokter wanite mengulang Han Seung-hyeok, kamar 7104.
“Dia pasien Dokter Min Gi-jun, 'kan?” kata Dokter Yong. Dokter wanita membenakran. Dokter Yong langsung menghela nafas. 

Disebuah ruang rawat.
“Ini Park Jeong-su. Menurut hasil CT angio tadi pagi, dia mengalami aneurisma otak dan mulai dirawat hari ini. Operasinya dijadwalkan pekan depan.” Ucap seorang dokter mengunjungi pasienya.
“Kau tampak lebih tampan dengan baju pasien.” Puji Dokter Min. Ibu Pasien memastikan kalau operasinya tak sulit.
“Aku sudah sering melakukan operasi ini. Kau tak perlu khawatir.” Ucap Dokter Min dan bertanya Di mana letak aneurismanya?
“Aneurisma paraclinoid kanan di atas arteri serebral.  Namun, lehernya tampak sempit.” Jelas Dokter. Dokter Min menganguk mengert.
“Tidak masalah. Ini operasi sederhana. Lalu Apa Kau punya pacar?” ucap Dokter Min menyapa. Pasien menganguk tapi langsung mengubahnya tidak punya.
“Apa? Memang Ibu melarangmu berpacaran?” goda Dokter Min. Sang ibu pun mengeluh kalau anaknya membuatnya terlihat buruk. Dokter Min hanya tersenyum lalu pamit pergi.



Dokter Min pun menyapa pasien lainya, ingin tahu keadaanya.  Sementara di ruangan, Dokter Yong sedang makan mie instan mengeluh tak mau peduli. Dokter Wanita bingung dan ingin tahu kelanjutanya. 
Dokter Min kaget seperti baru tahu dan semua terekam kamera. Sang ibu mengeluh kalau mereka para dokter  hanya melakukan tes darah dan memasang infus, kemudian tak datang lagi. Dokter Min hanya diam saja.
“Kalian juga belum memberi tahu tanggal operasi atau informasi apa pun. Apa kalian hanya menunggu anakku mati?” teriak sang ibu
“Mohon maaf sebesar-besarnya. Tampaknya dokter residen kami lupa karena terlalu sibuk. Aku meminta maaf untuknya. Aku sungguh mohon maaf.” Ucap Dokter Min menahan emosi dan sempat melirik ke kamera.
“Tanggung jawab siapa?” bisik Dokter Min berbisik dengan menahan emosinya. 

Dokter Yong pikir apakah harusnya ia sendiri yang melakukanya karena  Han Seung-hyeok butuh penyaliran lumbar hari ini. Dokter wanita memberitahu kalau Dokter Yong tak bisa putuskan sendiri karena Dokter Min Gi-jun menyuruhnya bertanya sebelum bertindak.
“Kau sudah merasakan akibatnya pekan lalu. Namun, setidaknya dia harus memberi instruksi. Dia tak beri instruksi setelah pasien dirawat. Dia ramah di hadapan pasien, tetapi tak peduli dengan mereka.” Jelas sang Dokter Wanita ikut kesal 

“Seok-min, jadwal operasi Lee Myeong-gi dimajukan. Minta persetujuan wali.” Kata Song Hwa masuk ruangan. Dokter Yong langsung buru-buru menghabiskan makanan.
“Tidak usah buru-buru. Kau Habiskan dahulu, lalu istirahat.” Ucap Song Hwa. Dokter Yong mengaku kalau sudah habis.
“Kau bisa Pelan-pelan makannya.” Kata Song Hwa. Saat itu Dokter Min masuk ruangan dengan wajah  penuh marah
“Apa Kau bisa makan sekarang? Dasar Berengsek, kau bisa makan? Kenapa tak lakukan penyaliran lumbar pada Han Seung-hyeok? Kenapa, Berengsek? Apa Kau sebut dirimu dokter? Berengsek, kau mengaku dokter?” teriak Dokter Min sambil mengcengkram baju Dokter Yong

“Apa Kau mau bertanggung jawab jika pasien memburuk karena hidrosefalusnya semakin parah?” teriak Dokter Min
“Kau tak memberi instruksi. Kenapa menyalahkanku?” ucap Dokter Yong dengan wajah tertunduk.
“Apa Kau sudah gila? Berani-beraninya melawan atasan? Hei! Apa Kau sebut dirimu Kepala Residen? Kepala Residen apanya jika kau tak bisa putuskan hal kecil macam itu?” teriak Dokter Min.
Song Hwa melihat keadan makin memanas menyuruh dokter lainya menutup pintu dan berdiri dibelakang jendela agar tak terlihat. Dokter Min masih berteriak marah karena Dokter Yong yang berani menatap sinis padanya dan mereka ada di KANTOR MEDIS 3 BEDAH SARAF

“Terakhir, komplikasi... Satu persen pasien mengalami perubahan kesadaran kejang, diskenesia, dan lainnya. Kelanjutannya adalah penyakit menular, ensefalitis, meningitis, dan abses otak. Ada pertanyaan?” ucap Dokter Yong dengan cepat pada pasienya jam setengah tujuh.
“Sepertinya tidak.” Kat Dokter Yong melihat pasienya hanya diam saja. Sang pasien bingung karena bicara dengan cepat. 



“Begini... Terakhir, akibat kekurangan oksigen satu persen pasien bisa mengalami gagal organ, cedera otak, dan...” ucap Dokter Yong. Sang Pria panik mendengar  "Cedera otak"
“Apa yang kau lakukan sampai tak tahu kalau ibu sakit? Operasi ibuku seserius itu, Dokter?” ucap sang istri panik
“Bukan, aku hanya memberi tahu bahwa ada kemungkinan seperti ini. Saat operasi bisa terjadi cedera otot jantung. Jika parah, dia bisa meninggal.” Kata Dokter Yong. Sang istri makin panik mendengar kata "Meninggal"
“Tadi dia masih baik-baik saja.” Kata sang suaminya. Dokter Yong menjelaskan Bukannya dia akan meninggal.
“Ini hanya kemungkinan.” Jelas Dokter Yong, Sang istri menangis memikirkan kalau meninggal saat dioperasi,
“Aku tak bisa hidup tanpa ibu. Aku akan merindukannya! Aku tak bisa!.. Ibu. Kau!” jerit San istri menangis.  Dokter Yong menenangkan si ibu kalau ibunya masih hidup.

RUANG PERAWAT
Dokter Yong melihat perawat yang sudah datang dan berpikir kalau  masuk Shift malam lagi. Perawa mengaku tidak.  Dokter Yong pikir kalau perawat itu sudah mau pulang. Perawat mengaku shiftnya pagi.
“Lalu kenapa datang pukul 19.00?” ucap Dokter Yong heran. Perawat mengaku Karena ini shift pagi.
“Sekarang malam.” Ucap Dokter Yong. Perawat memberitahu kalau sekarang sudah pagi. Dokter Yong melonggo melihat jendela dan baru sadar kalau sudah terang. 

Jung Won berlari ke ruangan IGD memakai jasnya lalu bertanya pada dokter jaga tentang keadaan pasien. Dokter wanta memberitahu pasien sakit perut dan konstipasi, tetapi sudah baik setelah dilakukan enema dan meminta maaf pada Jung Won.
“Maaf, Dokter. Dokter magang kami kaget dan langsung menghubungimu. Maafkan aku.” Kata Dokter jaga.
“Tidak apa-apa.. Kau pasti kaget sekali.” kata Jung Won. Sang ibu hanya bisa diam saja terlihat masih shock.
“Kau kaget sekali, ya? Ini sering terjadi pada anak. Kau tak perlu khawatir. Banyak anak seumuran Jeong-hu datang ke IGD karena konstipasi. Jeong-hu anak pertama, 'kan?” ucap Dokter wanita. Sang ibu membenarkan.

“Ibu dari anak pertama sering kaget dan datang ke IGD. Ibu anak dua, tiga, atau empat biasanya sudah ahli. Mereka datang ke IGD, minta obat, lalu mengobrol.” Jelas Dokter. Sang ibu mengerti.
“Aku sangat khawatir terjadi sesuatu pada anakku. Aku sangat tak berpengalaman menjadi ibu.” Ungkap Sang ibu
“Ibu-ibu berpengalaman pun awalnya kaget. Jangan terlalu menyesali karena kaget itu wajar. Sekarang Jeong-hu sedang tidur. Bagaimana kalau kita minum kopi?” ucap Dokter wanita.
Sang ibu terlihat sudah bisa tenang pun menyetujuinya. Jung Won melihat dokter wanita yang menenangi pasien terlihat bahagia.  Dokter wanita pun mengajak untuk pergi ke cafe. 


Pagi hari, Ik Jun menyiapkan air dalam wastafel dan memastikan hangat, lalu mendorong pijakan. U Ju akhirnya bangun dengan mata tertutup. Ik Jun langsun memasangkan celemek.  U Ju pun mencuci wajahnya sendiri dengan menaiki pijakan. Ik Jun pun sudah siap dengan makana diatas meja.
“Dokter Lee, setelah kulihat tiket, penerbangan pulangku bukan pekan ini, tetapi pekan depan. Kau sudah membelikan tiket. Aku jadi makin merasa bersalah. Bagaimana dengan U-ju? Siapa yang akan menjaganya?” tanya seorang wanita di telp.
“U-ju? Orang tuaku akan datang sore ini. Mereka akan menjaganya. Kau tak perlu khawatir. Selamat jalan-jalan dengan putrimu. Tiongkok sangat luas.” Ucap Ik Jun pada pengasuh anaknya.
Ik Jun panik melihat anaknya makan sup kimchi karena pasti pedas, tapi U Ju hanya diam saja dengan mulutnya yang sudah memerah.  Ik Ju menyuruh anaknya makan sup yang sudah dibuatkan untuk sang anak. 

Song Hwa baru saja turun dari mobilnya menerima telp dari ibunya lalu mengeluh karena harus ke sana dengan Dokter Jang. Ia menegaskan  tak bisa pergi karena ada urusan pribadi dan sudah putus dengan Dokter Jang.
“Aku sudah putus dengan Dokter Jang!”tegas Song Hwa. Ibunya panik dan ingin tahu alasanya.
“Dokter Jang selingkuh. Dokter Jang selingkuh... Si Berengsek Dokter Jang selingkuh! Pekan lalu, saat selesai operasi, dia datang ke kantorkudan mengatakan segalanya. Katanya dia mengencani wanita lain.”ucap San Hwa dengan nada nyaring. Ibunya seperti khawatir dengan anaknya.
“Memang aku masih umur 20 tahun? Tentu aku baik-baik saja. Itu Malah bagus karena aku sibuk. Aku tak butuh pacar. Aku bisa cari yang baru. Ibu, aku harus masuk Ruang Operasi. Sampai jumpa!” kata Son Hwa buru-buru menutup telp. 

Saat itu Song Hwa dikagetkan dengan sosok yang ada didepanya. Ik Jun baru saja datang dengan sepeda dengan pakaian yang lengkap.  Song Hwa pikir kalau Ik Jun sedang berusaha melucu dan meminta agar jangan dekat-dekat karena malu berjalan dengan temanya.
“Apa Dokter Jang selingkuh?” tanya Ik Jun. Song Hwa heran Ik Jun yang mendengarnya.
“Kalau tak dengar, aku harus ke THT. Omong-omong... Vokalisasimu bagus sekali! Tala mutlak!”goda Ik Jun
“Karena itu aku jadi vokalis band.” Ucap Song Hwa bangga. Ik Jun mengeluh mendengarnya. 


Antrian panjang terlihat di kedai kopi rumah sakit, Suk Hyung memesan Satu gelas es Americano dingin. Jun Wan berkomentar kalau Es Americano itu pasti dingin. Suk Hyung mengeluh kalau itu sama saja. Jun Wan pun menyuruh sebut salah satu saja karena sama saja.
“Hei... Bayar ini. Aku pergi!” ucap Jun Wan membawa makanan dan pergi. Suk Hyung hanya bisa menatap sedih kearah temanya yang tak sopan.
“Maafkan aku. Aku pesan es Americano dingin satu, susu cokelat Si Berengsek itu satu, dan satu scone.” Ucap Suk Hyung. 

“Aku ke rumah sakit untuk hidup, bukan untuk mati! Apa Kau tahu? Kalau pasien kesakitan, seharusnya kau beri analgesik, atau melihat daerah bekas operasi. Apa Kau pikir cukup muncul satu atau dua kali sehari?Apa Itu cukup?” teriak pasien kesal
“Permisi. Kau ganggu pasien lain kalau berteriak seperti itu.” Kata Dokter Yong
“Sudah kubilang aku kesakitan! Aku kesakitan. Kau harus melakukan sesuatu!.. Dokter... Seharusnya kau mengganti perban sehari tiga kali. Dua kali tak cukup steril.” Keluh pasien melihat Song Hwa baru datang.
“Aku akan minta mereka untuk lebih baik. Jangan marah-marah.” Ucap Son Hwa bisa menahan emosi. Sang pasien pun bisa tenang.
“Alangkah baiknya kalau kalian berinisiatif dari awal.” Ucap sang pasien.  Song Hwa pun bertanya pada pasien nenek yang disampingnya apakah Buang air kecilnya lancar. Sang pasien menganguk.
“Buang air kecilku cukup lancar.” Kata pasien. Song Hwa menganguk mengerti lalu keluar ruangan. 


Song Hwa  menyuruh agar mereka bisa memulangkan pasien itu.  Dokter Yong kaget dan bingung.  Song Hwa pikir kalau Song Hwa  tak dengar suaranya tadi, kalau tadi suaranya sangat Kencang sekali.
“Dia sudah pulih. Biarkan dia pulang.” Ucap Song Hwa. Dokter Yong menganguk mengerti. 


“Nilai INR pasien setinggi ini. Apa yang kau lakukan?” teriak Jun Wan marah. Dokter Junior hanya bisa tertunduk meminta maaf.
“Apa Kau pikir itu cukup? Aku sudah memintamu memberi dua FFP jika nilai INR lebih dari dua, 'kan? Aku bahkan beri tahu jumlah FFP-nya karena kau belum bisa lakukan sendiri. Kau seharusnya ikuti arahanku.” Teriak Jun Wan marah. Pasien yang ada ditengah-tengah bingung.
“Dokter... Aku datang karena sakit jantung, tetapi kini rasanya jantungku nyaris meledak.” Kata Pasien. Jun Wan pun meminta maaf.
“Mohon kerja yang benar!” teriak Jun Wan marah dan langsung keluar dari ruangan. 

Sang pasien merasa tak enak menanyakan keadaan Dokter junior,  Dokter mengaku baik-baik saja dan memastikan pasienya tak merasa sakit, Sang pasien mengaku baik-baik saja dan meminta Maaf karena dimarahi gara-gara dirinya.
“Tidak. Semua kacau karena kesalahanku.” Ucap dokter. Sang pasien bingung.
“Aku pergi makan dahulu.” Ucap Sang dokter bisa tersenyum setelah dimarahi Jun Wan. 

Dokter akhirnya masuk ke ruangan bertanya apakah Dokter Yong Seok-min ada. Saat itu hanya ada dua orang dalam ruangan, Dokter Yong masuk bertanya Sedang apa temanya di bagian bedah saraf lalu memperkenalkan pada dua mahasiswa dokter.
“Perkenalkan Dokter Do Jae-hak, Kepala Residen bedah torakoplastik.” Ucap Dokter Yong. Keduanya pun menyapa dengan sopan.
“Mahasiswa kedokteran? Ya. Kalian duduklah.” Kata Dokter Do ramah. Dokter Yang memberitahu  Mereka mahasiswa kedokteran dan Pekan ini giliran bagian mereka.
“Dia terlihat tua, 'kan? Angkatannya lebih tua daripada para dokter spesialis.” Ejek Dokter Yon sambil sibuk mencari berkas.
“Tidak... Aku ikut CSAT empat kali, dan ujian profesi enam kali. Harusnya kau ingat! Lalu apa Kau tak makan?” tanya dokter Do
“Makan? Apa itu? Aku harus ke konferensi operasi Gong Hyeong-u.” Ucap Dokter Yong
“Kalian tahu Gong Hyeong-u Si Pahlawan, 'kan? Dia tunawisma di metro. Dia pahlawan penolong ibu hamil yang jatuh ke rel. Kenapa tiba-tiba operasi itu diambil Kepala Min?” ucap Dokter Do
“Gong Hyeong-u adalah kasus TSA, dan Dokter Chae ahlinya, lalu Dokter Min merebutnya.” Ucap Dokter Yong
“TSA. Operasi dengan memasukan endoskop lewat hidung.” Jelas Dokter Do pada dua mahasiswa baru.
“Aku sudah mengumpulkan seluruh data pasien itu. Seharusnya aku lakukan ini dengan Dokter Chae.” Keluh Dokter Yong. Dokter Do pun kembali bertanya apakah Dokter Yong tak mau makan. 
 “Sudah kubilang ada konferensi. Dan itu Itu Heo Seon-bin dan Ahn Chi-hong. Tiga tahun menjadi dokter residen.” Ucap Dokter Yong menyapa dua dokter wanita dan pria masuk ruangan.
“Dipikir-pikir, Apa kalian juga pacaran?” tanya Dokter Yong. Keduanya menjawab bukan. Dokter Hae menegaksan kalau mereka juga bukan.
“Lalu kenapa kalian selalu bersama? Padahal Kapten Ahn lebih tua.” Ejek dokter Yong
“Dia lulusan akademi militer. Orang-orang memang menarik.” Kata Dokter Do memberitahu.
“Kami akrab. Kami satu angkatan.” Tegas Dokter Hae. Dokter Yong mengejek kalau merkea itu pria dan wanita. Dua mahasiswa baru mengeluh kalau Dokter Yong itu seperti ayah mereka.
“Seharusnya aku yang bilang begitu! Ah... Apa yang harus kulakukan dengan operasi ini? Seon-bin, antar mereka keliling, dan Chi-hong, ikut aku ke konferensi.” Ucap Dokter Yong membagi tugas. Keduanya menganguk mengerti. 


Dokter Min duduk dibagian dengan gambar CT Scan, memberitahu kalau Ini tumor pituitari besar, Menurutny sulit menghilangkan tumor secara menyeluruh dengan TSA Jadi, akan mengangkat tumor dengan pendekatan pterional.
“Jika begitu, dapat mengakibatkan banyak pendarahan. Bukankah itu membuat cedera otak?”komentar Dokter lain
“Tumor ini sangat besar dan ekstensi supraselar-nya parah. Pendekatan Pterional lebih baik.” Kata Dokter Min yakin
“Tetap saja TSA lebih baik. Dia harus mendapat radioterapi, tetapi mengingat dia memiliki diabetes dan lukanya akan lama pulih, kraniotomi terlalu berlebihan.”jelas Dokter lainya yang berkacamata.
“Kita harus mengangkat tumor sekaligus. Wartawan pasti akan menanyakan proses operasi terlebih dahulu. Wartawan akan menulis apa kalau kita bilang tumor masih tersisa dan bisa ditambah radioterapi? Itu akan merusak reputasi rumah sakit.” Ucap Dokter Min.
Dokter Yong terlihat panik mencoba mengirimkan pesan.
“Menyelamatkan pasien dan mengangkat tumor secara menyeluruh memang penting. Tapi jika begitu, bagian saraf optik atau bagian batang kelenjar pituitari akan rusak.” Jelas Dokter Kacamata.
“Mungkin kalian khawatir karena belum banyak pengalaman. Aku sudah sering melakukan operasi ini. Kualitas hidup memang penting, tetapi lebih penting membuat pasien melihat bahwa tumor sudah hilang sepenuhnya. Efek samping yang dirasakan pasien-pasienku selama ini sangat sedikit. Pemulihan mereka tak buruk.” Jelas Dokter Min yakin.
“Efek samping yang sedikit tak cukup. Meski reputasi rumah sakit rusak sementara, kita harus memikirkan kualitas hidup pasien.” Kata Kepala rumah sakit. Dokter Min hanya bisa diam saja. 



Dokter Heo menyuruh keduanya duduk saja dulu karena harus pergi ke bank lebih dulu lalu memanggil Dokter Do dengan panggilan “Pak Tua agar memberikan keduanya petuah karena  hidup dua kali lebih lama daripada mereka.
“Apa maksudmu "Pak Tua"? Umurku masih 30 tahunan.” Keluh Dokter Do. Dokter Heo mengejek kalau Tahun depan sudah 40 tahun.
“Pertama-tama, siapa nama kalian?” tanya Dokter Do. Sang pria menjawab namanya Jang Hong-do.
“Kau pasti pandai gulat di sekolahmu. Hobimu apa? Kaligrafi?” ucap Dokter Do yakin
“Bukan. Hobiku gitar. Aku main band di gereja.” Kata Hong Do. Dokter Dok tak percaya kalau Hong Do bukan bermain alat musik tradisional seperti ingin mengodanya.
Tapi keduanya tak tertawa, akhirnya Dokter Do pun hanya bisa meminta maaf dan bertanya siapa nama yang wanita. Ia menjawab namanya. Yun-bok. Dokter Do mengeluh agar Jangan mengejek orang tua. Yun Bok binggung. 


Dokter Yong bertanya apakah Dokter Ahn sudah menghubungi Dokter Chae, Dokter Ahn memberitahu kalau sudah kirim pesan karena ponselnya mati. Doktr Yong tahu kalauHari ini jadwal dia mengajar jadi pasti segera membalas.
“Apa Dia mengajar juga?” tanya Dokter Ahn kaget. Dokter Yong membenarkan.
“Dia mengajar dan melakukan operasi. Dia membantu menulis tesis dan menghadiri seminar. Lalu dia haiking dan berkemah di akhir pekan, tetapi tak pernah terlambat masuk kerja pukul 07.00.” ucap Dokter Yong
“Apa Itu memungkinkan?” ucap Dokter Ahn tak percaya. Dokter Yong pun memberitahu  Karena itu julukannya "Setan.” Dan ia yang membuatnya.”
“Dia di lobi bersama Perawat Hwang Jae-sin.” Ucap Dokter Ahn membaca pesan dari ponselnya.
Dokter Yong pikir ucapanya itu benar, menurutnya Apa lagi alasannya kalau bukan "Setan?" lalu mengajak segera masuk ruangan lain. 


Song Hwa berjalan cepat di lorong rumah sakit. Perawat Hwang mengikutinya dari belakang sambil berkomanta Song Hwa  dijuluki Setan, tetapi sepatumu aus. Song Hwa bingung dirinya diangap setan. Perawat Hwang menjelaskan julukannya Setan.
“Kenapa?” tanya Song Hwa heran. Perawat Hwang menjelaskan kalau Song Hwa itu bukan manusia.
“Bagaimana kondisi Kim Ju-chan setelah operasi?” tanya Song Hwa tak peduli dengan julukanya.
“Lukanya bersih. Sepertinya jahitannya bisa kita angkat. Pekan depan kau ulang tahun, 'kan? Biar kubelikan sepatu untukmu.” Kata perawat Hwang.
“Ini Masih bisa untuk sepuluh tahun lagi.” Ucap Song Hwa. Perawat Hwang memberitahu Sepatu itu sudah hampir sepuluh tahun.
“Kau memakainya sejak masih dokter residen. Jadi Segera buang.” Ucap Perawat Hwang
“Lalu Siapa yang membuatnya? Julukanku.” Tanya Song Hwa. Perawat Hwang menjawab Yong Seok-min. Song Hwa pun menganguk mengerti. 


Dokter Do memberikan ramyun pada dua mahasiswa baru, lalu berkomentar  Mungkin bagi mereka ini masih lama, tetapi menurutnya saat menjadi residen lebih baik pilih GS. Keduanya bingung apa itu  "GS". Dokter Do pikir mereka akan berpikir “toserba GS"
“Jangan bilang home shopping juga.” Kata Dokter Do. Yun Bok pun mengeritik maksudnya General Surgery yaitu Bedah umum.
“Benar sekali... Dokter residen bagian bedah lain pun tak banyak, tetapi dokter residen bedah umum hanya sedikit di Korea. Namun... Hal ini bisa membuat dinamika baru.” Jelas Dokter Do
“Jadi Dengar, Jang-hwa dan Hong-ryeon.” Ucap Dokter Do. Yun Bok memberitahu namanya Hong-do dan Yun-bok.
“Baik, Hong-do dan Yun-bok... Dengar baik-baik. Dokter bedah umum di rumah sakit kita saja ada 13 orang. Namun, hanya ada satu dokter residen.” Ucap Dokter Do. 

Di sebuah ruangan, Dokter wanta duduk sendirian.  Seorang Dokter memanggil Dokter Jang Gyeo-ul, sedang apa. Dokter Jang menatap seniornya yang berusaha bersikap manis.
“Ini sama dengan putri satu-satunya yang memiliki 13 ayah. Kalau begitu, siapa yang berkuasa? Bedah umum? Itu Boleh juga sebagai pilihan”
“Dokter Jang, kenapa kau datang pagi-pagi sekali? Kau boleh rehat hari ini.” Ucap Dokter menyapa Dokter Jang.
“Dia menyiapkan rapat bedah kolorektal sejak pagi. Dia sibuk. Jangan diganggu, dan... enyahlah... Pergi.” ucap Ik Jun sudah ada diruangan lebih dulu menyuruh rekan dokter pergi.
“Astaga. Dokter Jang, kau sudah makan?”tanya Ik Jun menyapanya. Dokter Jang mengaku sudah makan mi dadak tadi.
“Mi dadak? Apa Hanya mi dadak? Ayo Pergi Ayo! Aku akan mentraktirmu. Kalau kau pingsan, Bedah Umum ikut pingsan. Ayo!” ucap Ik Ju penuh semangat.
“Tidak perlu.” Kata Dokter Jang. Ik Jun pun tak memaksa lalu kembali duduk bertanya apakah sedang melihat rekam medis Lee Yong-chan
“Pasien ini transplantasi hati besok. Aku ahli bedah utama transplantasi itu. Apa Kau mau bergabung di tim operasiku? “ ucap Ik Jun bersikap manis.
“Dia pasien kanker hati?” tanya Dokter Jang kembali menatap layar komputernya.
Saat itu dokter lain datang memberitahu mau mengontrol pasien jad meminta agar ikut denganya. Ik Jun langsung mendorong keluar kalau Ik Jun tak bisa melakukanya. Ik Jun lalu kembali duduk memastikan kalau Dokter Jan bisa membantunya.
“Leherku masih sakit karena mengoperasi sendirian kemarin.” Kata Ik Jun. Dokter Jang mengatakan  bisa bantu kalau pagi. Ik Jun pun bahagia mendengarnya. 



“Dokter Jang, kau ada di sini? Apa kau bisa bantu aku operasi kanker payudara besok pagi?” ucap Dokter senior datang. Dokter Jang menatap ke arah Ik Jun dan akhirnya menyetujuinya.
“Kau... Dokter Lee Ik-jun, 'kan? Bagaimana kau bisa menari sepandai itu? Ini kali pertama aku melihat orang yang pandai menari, menyanyi, dan bersenang-senang sepertimu.”ucap Dokter senior.
“Kau berlebihan.” Ucap Ik Jun menahan amarahnya. Dokter Senior pun tak sabar dan akan bertemu di perjamuan selanjutnya lalu keluar ruangan. 

“Dokter Jang, berarti kau tak menyertaiku besok pagi?” ucap Ik Jun menahan kecewa. Dokter Jang pun hanya bisa meminta maaf.
“Besok akan kusterilisasi semua, membuka dan menutup pasien sendirian. Namun, lain kali, tolong...” ucap Ik Jun akan memberikan coklat dan menari “Pick Me” lagu Produce 101.
Setelah menari,  Dokter Jang menerima telp dan berkata akan segera pergi. Ik Jun bertanya mau kemana. Dokter Jang menjawab ada Panggilan darurat. Ik Jun menawarkan untuk panggil Ahn Jeong-won karena sedang tak sibuk. Dokter Jang mengaku Panggilan itu untuknya.
Ik Jun menerima telp dari ibunya, terlihat kaget dan mengatakan segera ke sana jadi Jangan khawatir dan menyuruhnya pergi. 

Dokter Heo memberitahu dua mahasiswa mengetahui tentang rumah sakit, berjalan bersama menjelaskan urutanya  Ruang Flebotomi, Ruang Pindai CT, Ruang Rontgen, dan Ruang MRI lalu Lurus ke sana ada Ruang Pindai PET. Ia pikir kalau mereka tahu PET, keduanya terlihat bingung.
“Tomografi Emisi Positron?” kata Yun Bok. Dokter Heo bertanya Apa kegunaannya. Yun Bok menjawab masih belum tahu itu.
“Kami masih mahasiswa.” Kata Hong Do tersenyum bahagia. Dokter Heo mengejek keduanya benar-benar belahan jiwa.
Hong Do membenarkan tapi Yun Bok sepert tak suka. Dokter Heo mengejek kalau sudah menduganya. Yun Bok seperti tak suka, lalu bertanya Apa merkea masuk ke Ruang Operasi juga. Dokter Heo menjawab itu suatu saat.

Didepan ruang IGD,  Perawat sedang makan dengan dokter jaga didepan meja receptionist. Dokter mengau Kemarin melihat Instagram perawat makan panekuk souffle dan ingin tahu apakah enak. Perawat itu menjawab sangat enak!
“Aku ke kafe pukul 15.00 sepulang kerja dan tak antre. Kau juga harus ke sana.” Ucap perawat
“Aku bisa pergi kalau ada waktu. Kita pergi bersama, ya? Kau sudah membantu dokter-dokter magang. Biar kutraktir.” Ucap Dokter
“Kau sudah sering mentraktir. Lain kali biar aku yang traktir. Hei.. Dokter, makanlah kue ini.” Ucap perawat melihat Dokter Jang yang berdiri sendirian.
“Tidak. Aku tak suka makanan manis.”kata Dokter Jang. Perawat mengerti dan Dokter Jang bertanya Pasien umur berapa
“Usianya tujuh tahun, kecelakaan lalu lintas. Kondisinya stupor. Karena itu, kupanggil bedah umum.” Jelas perawat. Dokter Jang menganguk mengerti.
Perawat menerima telp lalu memberitahu kalau pasien akan datang 20 menit lagi. Dokter Jang pikir aka makan dahulu.



Dokter Heo pergi ke kantin membeli kupon dari mesin lalu memberitahu Ini tak gratis tetapi dipotong dari gajinya. Yun Bok bingung karena mereka tadi sudah makan mie, tapi akhirnya Hong Do hanya bisa mengucapkan Terima kasih. Suk Hyung pun terlihat bahagia mengambil kupon makanan. 

“Pak, beri aku sosis yang banyak.” Ucap Dokter Heo sudah siap dengan nampanya.
“Apa Kau dokter residen?” tanya si paman. Dokter Heo membenarkan, si paman pun hanya memberikan tiga sosis.
“Dia bilang jangan beri lebih dari dua, tetapi kumaklumi karena kau residen. Lanjut!” ucap Ik Jun yang berjaga dikantin.
“Apa Dokter magang?” tanya Ik Jun melihat Yun Bok dan Hong Do. Keduanya menjawab Mahasiswa kedokteran.
“Astaga! Kalau begitu, kuberi lima.” Ucap Ik Jun memberikan lebih pada  calon dokter.
“Hei... Sedang apa kau di sini? “ ucap Suk Hyung heran. Ik Jun melihat Suk Hyung dokter spesialis jadi hanya memberikan satu sosis.
“Dengan begitu, aku bisa menyesuaikan jumlah sosis. Aku memberi banyak sosis kepada mereka. Jadi, makin tinggi jabatan, makin sedikit sosisnya... Hei.. Jangan berdiri. Jalanlah.” Ucap Ik Jun melihat temanya hanya diam saja.
“Aku bersahabat dengan koki kantin di sini. Anaknya tiba-tiba dipanggil ke kantor polisi. Aku pakai sarung tangan dan masker. Kenapa?” ucap Ik Jun kesal.  Tapi Suk Hyun ternyata meminta sosis satu lagi. Ik Jun tak peduli menyuruh temanya segera perg saja. 


Saat itu dokter senior datang, Ik Jun memberikan sosis satu saja. Sang dokter menatapnya. Ik Jun pun menambahkanya tapi hanya sayuran sambil menjelaskan  Dengan begini, penawaran dan permintaan sama karean sudah memberi mereka banyak sosis.
“Jadi, kau harus berkorban sedikit, Pak... Berikutnya.” Ucap Ik Jun. Sang dokter senior pun tak bisa berkata-kata. 

Dokter Jang mengantri makananya, Ik Jun menyapa dengan senyuman memberikan banyak sosis merasa kalau Dokter Jang pasti paham perasaannya. Dokter Jang pun mengucapkan Terima kasih.
Dokter Heo duduk dengan dua mahasiswanya menjelaskan di kantin tersedia makan pagi, siang, malam, makanan ringan, sampai bekal saat sedang operasi. Hong Do tak percaya kalau ada  Bekal juga. Dokter Heo menjelaskan .
“Mereka membungkusnya seperti bekal karena kita tak bisa turun untuk makan.” Ucap Dokter Heo.
“Setelah makan, apa kita pergi ke Ruang Operasi?” tanya Yun Bok penasaran. Dokter Heo mengaku Tidak tahu.
Saat itu ponsel Dokter Jang yang duduk disebelah mereka berdering, Dokter Jang pun langsung bergegas pergi tanpa menghabiskan makananya.
**
Bersambung ke part 2

Cek My Wattpad... Stalking 

      
Cek My You Tube Channel "ReviewDrama Korea"

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 

1 komentar:

  1. kak, mau ijin copy beberapa bagian untuk wattpadku boleh ga? aku sertain link dari sini juga 🙏🏼

    BalasHapus