PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Selasa, 24 Maret 2020

Sinopsis When the Weather is Fine Episode 7 Part 1

PS : All images credit and content copyright : JBTC
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe. 
Tinggal Klik disini, buat yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe bulan ini 
“Aku mengenal seseorang yang hangat. Saat berada di sampingnya, aku merasa hangat, seperti ketel di atas kompor.”
Hye Won mencari sosok Eun Seob, Sementara Jang Woo memberitahu  Upacara pemadaman lampu Kota Hyecheon akan segera dimulai. Jadi meminta aga berkumpul di lapangan sekolah untuk menyaksikan upacara pemadaman lampu.
“Seperti yang kukatakan sebelumnya, jika kita membuat permohonan saat lampu mati... Siapa tahu? Saat lampu menyala kembali, keinginan kita mungkin benar-benar terwujud.” Ucap Jang Woo
Hye Won kebingungan mencari Eun Seob sampai suara seseorang memanggilnya. Eun Seob menatap Hye Won dengan senyuman. Hye Won pun berlari saat Jang Woo menghitung mundur dan akhirnya lampu semua desa mati dengan semua mobil jugai ikut berhenti berjalan.
“Aku menyukaimu... Aku menyukaimu, Eun Seop.” Ucap Hye Won. Eun Seob terdiam saja. Hye Won menatap Eun Seob yang hanya diam saja.
Jang Woo bertanya apakah mereka sudah membuat permohonan dan saat waktunya lampu dinyalakan lalu meminta lampu dinyalakan kembali. Semua orang langsung bertepuk tanganya, melihat semua kembali terang. Hye Won dan Eun Seob hanya saling menatap dalam diam.
“Aku menyukaimu, Eun Seop.” Ucap Hye Won kembali. Eun Seob yang masih shock hanya menjawab “Ya...” Hye Won ingin bicara tapi Eun Seop kembali bicara.
“Baiklah.” Kata Eun Seob. Hye Won binggung dan ingin bicara. Saat itu Jang Woo memanggil kalau Pak Park datang.
“Aku menyuruhmu datang... Hae Won juga di sini. Sedang apa kalian di sini? Aku menyuruh kalian berkumpul di lapangan sekolah.” Ucap Jang Woo. . Eun Seob langsung menariknya pergi.
“Ayo kita bicara.” Kata Eun Seob. Jang Woo bingung kemana dan dimana. Hye Won bingung melihatnya. Eun Seob pun bergegas pergi.
“Hae Won, kau bilang kepada Eun Seop bahwa kau menyukainya dan ditolak?” ucap Hwi ternyata mendengar dalam kegelapa.
“Tidak, itu...” kata Hye Won bingung. Hwi tak percaya kalau Hye Won menyukai Eun Seob. Hye Won kebingunga menjelaskan
“Astaga! Sulit kupercaya!” kata Hwi lalu bergegas pergi. Hye Won pun kebingungan di tinggal sendirian.
[“Episode 7, Jalan ke Pondok”]


Di dalam mobil, Hye Won hanya diam saja melihat keluar jendela. Eun Sil membahas kalau Hujan turun setelah acara berakhir dan itu aneh. Ji Yeon pun juga tak percaya. Eun Sil pun membahas tadi Hyo Joon lucu yang berkata dengan logat aneh "Hai! Hai, Teman-teman."
“Dia belum berubah sedikit pun. Kapan kali terakhir kamu ke sini?” ucap Ji Yeon.
“Aku? Aku tidak datang tahun lalu... Jadi, dua tahun lalu? Hye Won, kau ke sini tiap tahun untuk liburan, bukan?” ucap Eun Sil.
Hye Won hanya diam saja. Akhirnya Eun Sil berteriak memangginya. Eun Sil pun tersadar dari lamunanya.
“Tunggu, itu tidak benar. Setahuku, Hye Won tidak datang tiga sampai empat tahun.” Ucap Ji Yeon
“Itu... Aku datang ke sini saat nenekku meninggal, selama Chuseok...” kata Hye Won
“Omong-omong, bagaimana dengan Yeong Woo hari ini? Beri tahu kami, Hae Won.” Kata Eun Sil penasaran.
“Benar! Kau bicara berdua dengan Yeong Woo tadi.” Kata Ji Yeon penasaran. Hye Won ingin memberitahu Dia bilang...
“Apa yang dia katakan?” tanya keduanya penasaran. Hye Won hanya bisa menyandarkan kepalanya karena hari ini ditolak dan menolak pria wajahnya langsung berubah cemberut. Keduanya pun penasaran apa yang dikatakan keduanya. 


Hye Won menaiki tangga melihat rumah yang gelap, lalu teringat saat mengakui perasaan pada Eun Seob “Aku menyukaimu.” Tapi Eun Seob hanya mengatakan “Baiklah.” Kalimat itu selalu terus berulang dan teringat terus oleh Hye Won. 

Hwi mengayuh sepeda dengan wajah bahagia, sebelumnya menelp Hey Won bertanya apakah punya waktu hari ini. Sementara Bibi Sim sedang membersihkan lantai memanggil Hye Won agr sapu kebunnya jika sudah bangun. Tapi tak ada sahutan dari lantai atas.
“Masih ada banyak barang tersisa di taman. Jadi, kita harus menyapu bersih seluruh tempat ini. Akan bagus untuk berolahraga. Kau harus melakukannya...” ucap Bibi Sim dan hanya bisa melonggo melihat Hye Won yang berlalu begitu cepat keluar dari rumah



Di taman, Hye Won bertemu dengan Hwi. Hwi memberikan minum yoghurt seperti ingin meredakan rasa cangung dengan senyuman. Ia lalu berkomentar kalau harus menganggap dirinya beruntung. Hye Won tak percaya mendengarnya.
“Ditolak oleh Eun Seop. Aku melihat semuanya.”akui Hwi. Hye Won pun ingin tahu kelanjutanya.
“Harus kuakui, aku berpengalaman dalam menyatakan cinta dan ditolak. Bagaimana, ya? Aku punya caradan metode untuk mengatasi situasi seperti ini.” Ucap Hwi
“Apa Kau punya cara?” kata Hye Won penasaran. Hwi pikir  saat mereka ditolak oleh seseorang yang kita suka, hal seperti ini terlintas di pikirannya.


Flash Back
Malam Harinya, Hye Won tak bisa tidur karena terus memikirkan Eun Seob saat menyatakan cinta dan ditolak. Ia berpikir kalau ini adalah salahnya dan Hwi pikir Tidak menurutnya Hye Won tidak melakukan kesalahan.
“Apa Menurutmu begitu?” ucap Hye Won tak yakin. Hwi pun yakin dengan hal itu.
“Apa kesalahanmu? Mengungkap perasaanmu. Apa salahnya? Ini bukan salah kita. Tapi Baiklah, anggap saja ini salah kita. Meskipun kita memperbaiki kesalahan kita dan kembali kepada orang-orang yang kita sukai, bisakah kau menjamin mereka akan menyukai kita kembali?” jelas Hwi
“Tidak! Meskipun aku menjadi gadis tercantik di dunia, Kim Young Soo tidak akan menyukaiku.” Ucap Hwi. Hye Won tak percaya mendengarnya.
“Orang-orang yang pernah menolakmu cenderung tidak pernah melihat masa lalu. Jadi, apakah itu salah kita atau salah mereka? Ini salah mereka! Jadi, kita...” kata Hwi menyakinkan.
“Tidak ada yang salah.” Ucap Hye Won. Hwi pun membenarkan. Hye won pun percaya mendengarnya.
“Bagus, benar sekali... Lupakan harga dirimu yang rusak. Kesampingkan itu untuk saat ini. Mari nikmati saja yoghurt ini. Bersulang.” Ucap Hwi menyakinkan. 



Saat itu Jang Woo memanggil dari dalam mobil dan terlihat Ji Yeon melambaikan tangan disampingnya. Ketiganya akhirnya pergi kembali ke sekolah mereka. Jang Woo menyapa perkerja yang sedang membereskan pelengkapan setelah pesta.
“Halo, kamu sudah makan siang? Kita bisa mengirim ini, bukan?” ucap Jang Woo. Si petugas menganguk lalu bertanya apakah Jang Woo sudah mendapat persetujuan. Jang Woo mengaku sudah siap.
“Astaga, Jang Woo. Kurasa kau menculik kami karena butuh bantuan kami.” Ejek Ji Yeon melihat sudah banyak orang yang membantu.
“Ya, Ji Yeon. Aku akan mengajakmu makan malam steik. Kau bisa makan sebanyak yang kau mau.” Ucap Jang Woo.
“Apakah kita harus membongkar semua tenda?”tanya Hye Won. Jang Woo mengeleng karena mereka hanya turunkan saja bingkai bagian dalam.
“Jang Woo, bukankah kamu membutuhkan lebih banyak orang...” ucap Ji Yeon.
“Ya, kita membutuhkan lebih banyak orang.” Ucap Jang Woo langsung menyela.
“Kalau begitu, haruskah kupanggil teman-teman?” kata Ji Yeon. Jang Woo menganguk setuju.
“Ya, tentu saja. Sebaiknya, teman dekatmu. Dan jika mungkin, salah satu wanita cantik yang cuti dan datang ke sini untuk reuni...” ucap Jang Woo tersenyum. Ji Yeon pun menganguk mengerti ucapan Jang Woo.
“Kalian masuklah lebih dahulu.” Kata Ji Yeon. Jang Woo pun berjalan dengan Hye Won bertanya mau makan daging sapi  Tenderloin? Sirloin? Daging sampil? Hanging tender?
“Hei. Kau belum pergi ke Gangneung, kan? Keluarlah.” Ucap Ji Yeon menelp temanya. 


Hwi mengayuh sepedanya memanggil kakaknya dan masuk ke dalam toko. Sementara Jang Woo sibuk menurunkan bingkai foto yang digantung dalam ruangan kelas mengajak untuk menyelesikan semuanya. Ji Yeon pikir Jang Woo pasti tahu alasanya.
“Alasan untuk apa?” tanya Jang Woo. Ji Yeon ingin tahu  Kenapa foto kelulusan Eun Seop tidak ada
“Saat itu...” ucap Jang Woo melihat salah seorang foto kenagan seorang pria. 

Flash Back
Guru memanggil nama Park Sang Won. Si pria pun menyahut “Hadir” Guru memanggil Kang In Han, In Ha pun menyahut “Hadir.” Guru memanggil “Lim Eun Seop.” Tak ada sahutan. Hye Won pun melihat tempat duduk Eun Seob yang kosong.
“Apa  Eun Seop tidak hadir lagi?” tanya Guru. Temanya menjawab tidak. Hye Won sedih melihat bangku Eun Seob yang kosong. 

“Eun Seop sering bolos sekolah saat itu.” Ucap Jang Woo. Ji Yeon ingin tahu alasanya. Jang Woo mengaku tak tahu.
“Aku tidak pernah melihatnya sekitar tiga tahun setelah itu.” Ucap Jang Woo diam-diam Hye Won terus mendengar pembicaran keduanya dan mengingat sesuatu.
Flash Back
Hye Won mengemudikan mobil dengan bibinya membahas tentang  tetangganya menurutnya Eun Seob seperti orang yang berbeda. Bibi pun tak tahu kalau Eun Seob  Seperti orang lain. Hye Won membenarkan. Kalau Seolah-olah dia menghilang sejenak dan kembali.
“Itu mengingatkan bibi... Sudah lama bibi tidak melihatnya.” Ucap Bibi Sim. Hye Won pun baru mengetahuinya. 

“Lalu dia kembali, menjalani wajib militer, dan membuka toko buku.” Cerita Jang Woo
“Apa Kau tidak tahu kenapa dia tiba-tiba berkemas dan pergi?” tanya Ji Yeon penasaran.

“Aku tidak tahu. Sebenarnya, kami teman dekat, tapi aku tidak tahu banyak tentangnya. Hal-hal seperti kesukaan, keinginan, dan impiannya... Aku tidak tahu.” Ungkap Jang Woo.  Ji Yeon pikir benar melihat foto guru mereka. 


Flash Back
Eun Seob mengatakan Tidak ada yang berharga baginya. Gurunya kaget mendengar ucapan Eun Seob.  Eun Seob mengulang Tidak ada yang berharga baginya. Guru mengeluh bertanya apakah Eun Seob  tidak bisa memikirkan apa pun yang berharga baginya.
“Apa Tidak satu pun?” tanya guru. Eun Seob membenarkan. Sang  guru mengeluh lalu menyuruh Eun Seo duduk saja.
Ji Yeon pun mendengarnya dibangku depan tak percaya dengan Eun Seo seperti tak punya tujuan hidup.
***
“Kupikir dia aneh. "Dia berbeda dari orang lain." Ucap Ji Yeon. Hye Won pun tahu kalau Eun Seob bilang Dia Tidak ada yang berharga baginya.
“Kurasa itu benar. Dia tidak pernah peduli bahkan saat kehilangan sesuatu. Tapi Ada sesuatu yang sangat dia sukai. Gantungan kunci... Kau tahu, benda di mobilnya.” Ucap Jang Woo. Hye Won pun menatapnya. 

Flash Back
Jang Woo berjalan pulang melihat sepeda Eun Seob yang kosong ditepi sawah dan terlihat panik. Tiba-tiba Eun Seob keluar tumpukan padi, seperti sedang menangkap sesuatu. Jang Woo pun kaget melihat Eun Seob yang tiba-tiba keluar.
“Dia pernah kehilangan itu. Dia berlarian seperti orang gila yang mencarinya.” Cerita Jang Woo
“Eun Seop, bisa katakan apa yang kamu cari agar aku bisa membantumu mencarinya?” ucap Jang Woo. Eun Seob hanya diam saja mengayuh sepedanya dan tiba-tiba berhenti.
“Astaga, dasar orang gila... Eun Seop, ayo. Kurasa tidak ada di sini. Aku pergi!” ucap Jang Woo melihat temanya meninggalkan sepedanya dan sibuk mencari seperti orang gila. 

Eun Seob duduk di meja mengeluarkan buku dari dalam tasnya, terlihat ada gantungan yang dimasukan ke dalam seperti tak ingin kehilanganya lagi. Seorang murid lain datang dan foto punggung Eun Seob pun diambil tanpa terlihat wajahnya.
“Apa Kau tidak ingat? Dia membawanya ke sekolah tiap hari.”ucap Jang Woo. Ji Yeon pikir mana mungkin dirinya bisa tahu
“Seperti apa benda itu? Boneka?” tanya Ji Yeon. Jang Woo menjawab Jang Woo membuatnya di kelas metalurgi.

Hye Won mengingat saat kelas Metalurgi mengamplas besi dengan design bulat dan bulan sabit. Ji Yeon pikir agar bisa memberikan kepada teman sekelas yang duduk dengannya.
“Tidak butuh waktu lama karena kita bertiga melakukannya bersama. Karena sudah selesai, ayo ke kantin...” ucap Jang Woo bergegas menuruni tanga
“Apa? Kau bilang hanya perlu kita menurunkan bingkai.” Keluh Ji Yeon. Jang Woo memberitahu Ada banyak persediaan makanan di sana.
“Hei, kau mau berkelahi?” keluh Ji Yeon. Hye Won merasakan perasaanya yang bergejolak akhirnya memilih untuk pamit pergi
Keduanya bingung kemana Hye Won akan pergi, Hye Won terus berlari tanpa pengubrisnya. Jang Woo pun panik tapi wajahnya terlihat gugup melihat Eun Sil yang datang.  Eun Seil dengan santai menyapa Jang Woo dengan melambaikan tanganya.
“Aku di sini... Aku harus pergi. Ada banyak persediaan makanan di kantin. Urus saja itu. Aku sibuk. Aku harus pergi. Sampai jumpa!”ucap Jang Woo panik bergegas pergi.
“Hei, kau mau ke mana?” teriak Ji Yeon. Eun Sil pun heran dengan sikap Jang Woo seperti ingin menghindar darinya.
“Astaga. Lalu kenapa dia mau aku meneleponmu?” keluh Ji Yeon. Eun Sil bingung Jang Woo yang menyuruh agar menelpnya.
“Kurasa dia menyukaimu, tapi juga ketakutan... Astaga... Ikut aku. Aku harus ke kantin untuk bekerja.” Ucap Ji Yeon. Eun Sil heran kenapa harus melakuanya. Ji Yeon pikir karena Eun Sil sudah datang. 



Flash Back
Hye Won membaca pesan dari bibinya dari ponsel “Ibumu mau kamu berhenti mengiriminya surat.” Saat kelas Metalurgi, Eun Sul memberitahu Jangan bekerja terlalu keras.” Dan memberikan itu kepada teman sekelas yang duduk dengannya.  Hye Won terlihat bingung.
“Kau tidak tahu, bukan?” ucap Eun Sil. Hye Won bingung akan memberikan kepada siapa.
Di dalam kelas, Eun Seob membaca buku dan sebagian sedang bermain dikelas. Buku Hye Won jatuh dan Eun Seob langsung mengambil lalu menaruhnya dimeja. Eun Sil pikir Hye Won bisa memberikan pada Eun Seob. 
Hye Won menaiki taksi seperti sangat yakin kalau dari dulu mereka punya kenangan.
Flash Back
Seluruh anak sedang membereskan kelas, Eun Seob membersihkan jendela luar. Hye Won memanggilnya memberitahu kalau  membuat gantungan kunci di kelas Metalurgi dan harus memberikan ini kepadanya.
Eun Seob bingung tapi akhirnya akan mengambilnya, Hye Won berusaha menyerahkan dari sela-sela bangku dan meja. Eun Seob diluar jendela pun berusaha meraihnya. Tapi gantungan kunci malah jatuh dan membuat tangan mereka malah bersentuhan. 


Flash Back
Hye Won membahas kalau eun Seob bilang Irene adalah Hwi, Eun Seob membenarkan. Hye Won mengaku tidak percaya karena Eun Seob seolah-olah bicara dengan pacarnya. Eun Seob seperti gugup mencoba mencari alasanya.
“Itu Pasti bukan Hwi... Ayolah.”goda Hye Won dengan senyuman bahagia. 

Di dalam toko buku, Eun Seob membuat kopi lalu teringat dengan ucapan Hye Won “Aku menyukaimu... Aku menyukaimu, Eun Seop.” Ia pun hanya bisa terdiam lalu keluar dari toko. Saat itu Hye Won datang membuat Eun Seob gugup.
“Kau tidak bekerja hari ini, kan?” ucap Eun Seob. Hye Won mengaku   teringat sesuatu.
“Begini... Gantungan kunci di mobilmu. Apakah itu yang kuberikan kepadamu? Kelas metalurgi di kelas 12. Kita membuat gantungan kunci dan menukarnya. Aku hanya ingin tahu apakah itu yang kuberikan kepadamu saat itu. Aku tidak tahu karena terukir huruf-huruf, tapi...”ucap Hye Won penasaran.
“Tidak, bukan yang itu.” Kata Eun Seob. Hye Won kaget dan wajahnya langsung menahan kecewa.
“Bukan yang kau berikan kepadaku.” ucap Eun Seob. Hye Won pikir Saat itu, ia duduk di sebelah Eun Seob dan ingat jelas...
“Kau benar.. Aku tidak pernah memberikan milikku kepadamu.” Ucap Eun Seob. Hye Won pun berpikir seperti itu.
“Maksudmu, benda di mobilmu itu...”ucap Hye Won. Eun Seob membenarkan kalau ia yang membuatnya dan tidak pernah diberikan oleh Hye Won.  Hye Won pun percaya mendengarnya. 


Hye Won ingin bicara tapi saat itu seseorang memanggil Eun Seob. Bo Yeong datang dengan senyuman melihat keduanya berpikir akan menunggu didalam saja. Hye Won menatap tak percaya kalau Eun Seon dan Bo Yeong terlihat sangat dekat. Eun Seob pun menganguk. Bo Yeong akhirnya masuk ke dalam toko.
“Apa Kalian sudah berjanji akan bertemu?” tanya Hye Won. Eun Seob membenarkan.
“Masuklah. Aku akan pergi.” ucap Hye Won menahan amarah dan akhirnya bergegas pergi. 

Eun Seob akhirnya masuk ke dalam toko berkomentar Bo Yeong  datang lebih awal. Bo Yeong mengaku masih punya waktu. Eun Seo mencari buku lalu memberikan pada Bo Yeong. Bo Yeong langsung mengucapkan Terima kasih.
“Itu untukmu.” Ucap Bo Yeong menunjuk buket bunga. Eun Seob langsung tersenyum kembali mengucapkan Terima kasih lalu menyuruh Bo Yeong bisa membaca buku itu dan bergegas keluar dari toko 

Eun Seob keluar mencari Hye Won tak sudah tak terlihat. Ibunya berteriak memanggil Eun Seop dengan banyak barang bertanya apakah sedang sibuk dan meminta agar membantu Ibunya karena  terlalu berat. Eun Seob kebingungan akhirnya membantu sang aibu.
“Kenapa kamu tidak memakai syal? Udaranya dingin.” Ucap Ibu Eun Seob. Eun Seob pun membawakan barang-barang ibunya.
“Apa Kau sudah makan?” tanya ibunya. Eun Seob menganguk  dan bertanya akan ditaruh dimana.
“Menuju arena seluncur es.. Ayo Tutup jaketmu.” Ucap Ibu  Eun Seob yang sangat perhatian pada sang anak. 

Jang Woo menerima telp mengatakan  baru selesai dan sedang menuju ke tempatnya, lalu mengeluh kalau tempat itu mahal. Ia pun mengerti akan  segera ke sana dan menutup telpnya. Tiba-tiba temanya memanggil agar datanglah ke restoran sashimi di seberang jalan.
“Semua orang menunggu.” Ucap temanya. Jang Woo bingung tiba-tiba diajak makan.
“Manajer mentraktir kita makan malam untuk merayakan kesuksesan acara ini.” Ucap Temanya.
“Aku tidak bisa datang.”kata Jang Woo yang sudah punya janji. Temanya mengeluh agar Jangan seperti itu.
“Ikut saja denganku dan makan malam.” Ucap temanya terus mencoba merayu Jang Woo.
“Ini akhir pekan, jadi, aku ingin pulang cepat dan istirahat. Aku tidak bisa.” Ucap Jang Woo berusaha menolak
“Ada apa denganmu? Omong-omong, di mana teman-temanmu tadi? Mereka sangat cantik.  Bawa mereka bersamamu. Mereka bekerja keras hari ini. Aku ingin menuangkan mereka minum.” Ucap Temanya yang gednil.
“Kurasa tidak.” Tegas Jang Woo langsung menolak. Temanya bingung. Jang Woo mencoba menjelaskan maksudnya tidak suka sashimi.
“Apa Kamu tidak suka sashimi? Kamu tampak sangat menyukainya waktu itu.” Ucap Temanya tak percaya.
“Benarkah? Aku vegetarian.” Kata Jang Woo. Sang teman tak percaya ingin tahu Sejak kapan bahkan melihatnya makan sosis kemarin. Jang Woo mengaku sejak pagi ini.



Sementara di restoran daging, Jang Woo duduk dengan wajah gugup didepanya Eun Sil sibuk membakar daging. Eun Sil pikir warna dagingnyaa sangat bagus dan tampak segar lalu menyuruh Jang Woo makan saja. Jang Woo hanya bisa diam dan terlihat kaku.
“Ini daging sampil.” Ucap Jang Woo melihat Eun Sil yang makan daging yang dipilihnya.
“Ini juga tampak sangat lezat.” Kata Eun Sil mengambil daging lain. Jang Woo tahu kalau itu tenderloin sapi dan Eun Sil juga makan  sirloin.
“Apa Kau membawa daging sancan? Aku memintamu memilih di antara tenderloin, sirloin, daging sampil, dan sancan. Bagaimana bisa kau makan keempatnya?” keluh Jang Woo kesal pada Ji Yeon yang datang membawa kotak daging yang baru.
“Ini lezat. Cobalah, Jang Woo.”ucap Ji Yeon. Jang Woo mengaku tidak begitu berselera.
“Apa Kau tidak berselera? Ayo Makan saja.” Kata Eun Sil dengan santai menyuapi Jang Woo. Jang Woo pun melahapnya.
“Jang Woo, Apa kau tidak punya pacar?” ucap Eun Sil. Jang Woo langsung terbatuk-batuk dan mengaku tak punya.
“Tapi kamu pernah punya pacar untuk beberapa saat. Selama beberapa tahun, kan? Bagaimana dengan gadis toserba bernama Jeong Hyeon A? Kukira kalian sudah dekat.” Ucap Ji Yeon. Jang Woo mengaku tidak seperti itu.
“Omong-omong, kapan kau akan kembali?” tanya Jang Woo gugup. Eun Seil mengaku tidak ingin kembali sama sekali.
“Aku benci harus kembali bekerja!” teriak Eun Sil kesal.  Ji Yeon heran Eun Seil yang bekerja di balai kota Gangneung.

“Kau terlalu banyak mengeluh. Anggaplah dirimu beruntung dan bekerja keras. Berhentilah mengambil cuti hanya untuk berkeliling kota ini.” Ucap Ji Yeon
“Itu mengingatkanku. Ada proyek yang kurencanakan sekarang. Namanya rute keliling. Di Kota Hyecheon, kita akan menciptakan sesuatu seperti Jalur Jeju Olle...” ucap Jang Woo penuh semangat.
“Hei... Hentikan... Kau mengeluhkan betapa sibuknya dirimu dengan persiapan Reuni Gabungan sampai beberapa hari lalu. Itu akhirnya selesai, Bodoh.” Ucap Ji Yeon.
“Jang Woo, kamu pasti gila kerja... Apa Kau sangat menyukai pekerjaan?” tanya Eun Sil. Jang Woo mengangguk dengan wajah gugup. 
“Menurutku, sangat menyenangkan. Melihat orang menikmati apa yang hanya kubayangkan.” Kata Jang Woo.
Eun Sil pun akhirnya menambah  Satu porsi daging sancan memanggil bibi. Ji Yeon memberitahu Mereka tidak mengantar dagingnya ke meja jadi harus mengambil sendiri. Jang Woo hanya bisa berkomentar mereka bisa makan banyak.



Bo Yeong terus membaca buku di "Toko Buku Good Night" tanpa sadar malam mulai gelap dan akhirnya menyalakan lampu. Ia membaca buku "Bepergian Setelah Putus Cinta" wajahnya terlihat bahagia mengingat kenanganya.
Flash Back
Bo Yeong sebelumnya bertemu dicafe dengan Eun Seob mengaku  pergi ke Toko Buku Sandeul untuk membeli buku itu, tapi Pak Park memberitahu kalau Eun Seob sudah membeli buku itu. Eun Seob membenarkan kalau sudah membeli buku dari penerbit independen.
“Ya, aku ingin membeli buku itu. Kurasa harganya sekitar 18 dolar.” Ucap Bo Yeong
“Aku akan memeriksa dan memberitahumu. Jika kamu mengirimkan alamatmu, aku akan mengirimkannya...” kata Eun Seob
“Tidak... Aku ingin melihatnya sebelum membelinya. Apa Toko bukumu akan buka akhir pekan ini?”tanya Bo Yeong. Eun Seob menganguk.
“Kalau begitu, aku akan mampir pada Minggu sore ini. Bisakah aku ke sana” ucap Bo Yeong. Eun Seob pun mempersilahkan lalu pamit pergi.
“Satu hal lagi, Eun Seop... Aku ingin tahu apakah Hae Won bekerja di sana pada akhir pekan.” Tanya Bo Yeong
“Dia tidak bekerja.” Kata Eun Seob. Bo Yeong pun bisa bernafas lega karena Hye Won  sangat membencinya.
“Aku khawatir suasananya akan tidak enak.. Sampai jumpa hari Minggu.” Kata Bo Yeong. Eun Seob pun menganguk mengerti. 


Bo Yeong tersenyum mengingat kenangan lalu melihat ada yang datang dan berpikir pasti Eun Seo. Eun Seob datang dengan membawa banyak buku meminta maaf kalau membuatnya menunggu. Bo Yeong merasa Jangan khawatir.
“Apa karena hanya ada satu? Mereka sangat peduli pada buku ini. Aku hanya membaca awalnya, dan sudah menyukainya.” Kata Eun Seob melihat buku "Bepergian Setelah Putus Cinta"
“Aku penasaran. Bisa ceritakan lebih lanjut tentang buku ini?” kata Bo Yeong. Eun Seob akhirnya duduk didepan Bo Yeong.
“Begini... Pasangan bepergian setelah putus. Saat masih bersama, mereka menabung untuk berwisata bersama suatu hari.” Ucap Eun Seob
“Apa Mereka bepergian setelah putus? Bersama?” tanya Bo Yeong penasaran.
“Tidak, secara terpisah.” Ucap Eun Seob. Bo Yeong itu penasaran Apa yang terjadi?


"Toko buku itu hangat dan ladang musim dingin di kegelapan mengisi celah di pintu kaca seperti foto pemandangan. Benda-benda dalam kegelapan menjadi gelap dan benda-benda berkilau menjadi lebih bersinar dengan cara yang damai masing-masing."
Di rumah, Bibi Sim sibuk memasak didapur lalu memangil Hye Won untuk makan tapi Hye Won tak terlihat menuruni tangga.
Flash Back
Hye Won mengetik tulisan didalam blog lalu menanyakan pendapat Eun Seo. Eun Seob membaca "Toko buku itu hangat..." lalu melihat kalau itu bagus. Hye Won tak percaya mendengarnya lalu berpikir  bisa pakai ini sebagai perkenalan di situs web
“Hae Won... Bisakah kita tambahkan sesuatu di akhir?” ucap Eun Seob. Hye Won ingin tahu seperti apa.
"Jadi, kuharap semua orang merasakan malam yang sangat indah." Kata Eun Seob.
Hye Won terbaring ditempat tidurnya, sementara Eun Seob melamun didepan meja kerjanya lalu keluar duduk sambil melamun di teras belakang.
***
Bersambung ke part 2

Cek My Wattpad... ExGirlFriend

      
Cek My You Tube Channel "ReviewDrama Korea"

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar