PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Rabu, 18 Maret 2020

Sinopsis When the Weather is Fine Episode 6 Part 2

PS : All images credit and content copyright : JBTC

Buat kalian yang suka membaca tulisan aku meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe. 
Tinggal Klik disini, buat yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe bulan ini 
Tuan Park sedang membaca buku "Ikan Stickleback" lalu membawa surat  "Dari Park Hin Dol, Kepada Shim Myeong Ju" seperti mengenang kembali kenangan dengan surat-surat Nyonya Sim.
"Di suatu tempat di Pegunungan Andes, ada gunung bernama Valdemir. Di titik balik matahari musim panas, para pria dan wanita dari suku sekitar mendaki ke puncak Gunung Valdemir."
Beberapa anak murid menyapa semua tamu yang datang ke sekolah, spanduk "Reuni Gabungan Hari Jadi ke-50 SMA Hyecheon, Berkemah pada Malam Gelap, Donasi untuk Reuni Gabungan" Di tiap meja diberikan papan  "Angkatan 21 sampai 23, angkatan 24 sampai 27"
Jang Woo pun akan sibuk meminta agar mereka memberikan perintah pada petugas yang menyiapkan semua dekorasi dan juga tempat duduk. Ia juga pun meminta agar memeriksa lampu juga dan memastikan dengan mematikan dan menyalakan.
"Jika mereka tiba di puncak sebelum senja dan menyatakan cinta saat senja, mereka yakin cinta mereka akan terwujud."
Malam hari pun menjelang, semua lampu akhirnya menyala ditengah lapangan. Semua tamu pun takjub melihat lampu yang terbentang dengan sangat cantik.
"Jika itu benar, cinta bisa menjadi jauh lebih sederhana daripada dugaan kita. Kau setuju, bukan?"


Hye Won sibuk mencari sesuatu di dalam lemarinya, lalu menemukan sebuah dress hitam setelah itu memakai perhiasan yang sudah disimpanya. Setelah itu turun menemui bibinya yang sedang makan di ruang makan bertanya apakah tidak akan menghadiri reuni.
“Tidak... Bagaimana denganmu?” ucap Bibi Sim. Hye Won mengaku akan pergi.
“Pasti menyenangkan bisa mengobrol dengan teman-temanku dan menemui Eun Seob” kata Hye Won. Bibi Sim mengerti
“Hei... Cantik sekali.” kata BibiSim berkomentar. Hye Won dengan bangga kalau memang selalu terlihat cantik.
“Maksud Bibi, anting-antingmu... Serta kalungmu.” Ucap Bibi Sim. Hye Won tak peduli dan langsung pamit pada bibinya.

Hye Won keluar rumah kaget melihat Yeong Woo sudah menunggunya. Yeong Woo mengajak Hye Won agar pergi bersama. 

Di dalam sekolah sudah banyak tamu yang datang, dan ada murid-murid yang menyapa mereka. Beberapa orang sudah duduk dan minum, salah seorang wanita mengeluh pada sang pacar kalau sudah melarangnya untuk minum. Sang pacar mengeluh kalau ini acara spesial. Sang wanita tetap melarangnya.
Nyonya Choi membawa makanan lalu menyapa temanya yang datang. Tuan Bae pun berbicara dengan teman satu angkatanya "Angkatan 21 sampai 23" Hye Won dan Yeong Woo akhirnya sampai di sekolah terasa canggung dan terdenger suara Jang Woo berbicara.
“Halo.... Semua lulusan SMA Hyecheon, mantan teman sekelasku, dan murid-murid saat ini yang sangat kubanggakan. Senang bertemu kalian. Aku Lee Jang Woo, dari angkatan 42. Silakan berkumpul.”ucap JangWoo
“Kalian akan lihat area di sana dibagi menjadi bagian yang berbeda. Apa Kalian ingin tahu di mana posisi kalian? Kalian bisa berdiri di mana pun kalian mau. Jadi Berbaurlah dengan teman-teman dan berdiri di mana pun kalian mau.” Ucap Jang Woo.
“Sepertinya semua orang sudah hadir. Jadi, kita akan memulai reuninya. Pertama, aku ingin berterima kasih karena kalian sudah hadir di reuni gabungan ini untuk merayakan hari jadi sekolah ke-50. Ini acara reuni gabungan pertama. Dengan tema “Berkemah di Malam Gelap.” Kata Hye Won.
“Kami mau kalian merasa sedang berkemah bersama teman-teman, jadi, nikmatilah semua makanan dan mengobrol dengan semua orang. Di dalam sekolah, ada kafe yang dioperasikan oleh para murid serta ada pameran foto kelulusan, jadi, pergilah menyusuri jalan kenangan.” Kata Hye Won.
“Pada tengah malam, upacara pemadaman lampu akan dilakukan untuk menyambut kalian. Seluruh kota akan menjadi gelap, jadi, nikmatilah pemandangan. Aku pernah mendengar kita bisa mewujudkan keinginan dengan meniup lilin di kegelapan.” Ucap Jang Woo
“Jika kita membuat permohonan di kegelapan, mungkin akan terwujud saat lampu menyala kembali.” kata Jang Woo. Semua mengeluh mendengarnya.

“Kuanggap itu pujian. Jadi Nikmatilah malam ini.” Kata Jang Woo akhirnya turun dari panggung. 



Jang Woo menemui Eun Seob yang berdiri sendirian bertanya apakah sudah melihatnya kalau Oh Yeong Woo juga di sini. Eun Seob mengaku sudah tahu. Jang Woo memberitahu kalau Yeong Woo  datang dengan Hye Won. Eun Seob kaget mendengarnya.
“Apa Kamu tidak tahu? Mereka sudah bertahun-tahun tak bertemu. Apakah itu mengganggumu?”ucap Jang Woo
“Tidak. Ini bir, bukan?”kata Eun Seob mengambil botol bir dari tangan Jang Woo.
“Harus kuakui, ini cukup menarik... Satu dekade telah berlalu. Beberapa orang yang dahulu dianggap unggulan kini tidak begitu baik. Beberapa orang yang dahulu kesulitan di sekolah kini cukup sukses. Keadaan telah berubah.” Ucap Jang Woo. Eun Seob membenarkn sambil terus minum.
“Tapi bukan itu masalahnya. Aku penasaran kenapa. Kurasa tidak peduli sudah berapa lama waktu berlalu... Hei... Ambil bir sendiri, Bodoh.” Ucap Jang Woo dan mengeluh karena Eun Seob  yang menghabiskannya.

Yeong Woo dan Hye Won akhirnya masuk ke dalam lapangan seperti belum menemukan teman yang lainya. Saat itu salah satu teman pria menghampiri Yeong Woo agar bisa mengobrol sama teman lainya.  Hye Won pun akhirnya berdiri sendirin.
“Mok Hae Won! Hei... Kau tampak cantik hari ini.” Sapa teman wanita. Hye Won tersenyum melihat temanya dan mengucapkan terimakasih.
“Kau datang bersama Yeong Woo. Apa yang terjadi?” tanya temanya. Hye Won mengaku  Yeong Woo datang untuk menjemputnya.
“Harus kuakui, dia sangat konsisten. Tapi aku yakin dia tidak mengatakan apa pun. Kurasa dia berbakat dalam hal-hal seperti itu. "Hei, ikutlah denganku... Ayo Ikuti aku." Ejek temanya.
“Hei, Mok Hae Won! Lama tidak bertemu.” Sapa teman wanita lainya. Temanya tak percaya melihat Ji Eun Sil datang juga.
“Apa Kau bertemu dengan Jang Woo?” tanya temanya.  Eun Sil mengeluh Jangan memancingnya karena Jang Woo itu sudah membuatnya kesal.
“Coba lihat... Dialah yang dahulu mengejar Eun Sil. Ada apa dengannya? Kenapa dia bersikeras mengatakan bahwa Eun Sil menyukainya?” ucap Temanya. Eun Sil mengaku tidak mengerti.
“Kurasa mereka masih tidak menyukaimu.”kata temanya melihat ke arah Bo Yeong dkkk. Eun Sil mengeluh kalau mereka seperti anak-anak.
“Mereka semua kekanak-kanakan saat itu. Apa itu saat kau kelas 11?” ucap temanya. Hye Won menganguk.
“Mereka sangat membencimu selama dua bulan. Bicara soal menyimpan dendam. Tapi Bo Yeong terus mengatakan ingin meluruskan kesalahpahaman. Dia juga konsisten.” Kata Temannya.
Hye Won tak ingin membahasnya mengajak mereka untuk minum kopi bersama. Saat itu Eun Seob melihat dari kejauhan Hye Won bertemu dengan dua temanya tanpa Yeong Woo disampingnya. Sementara Jang Woo sibuk melihat teman-temanya yang masih lajang. 


Di dalam ruangan kelas, banyak anak-anak yang membuka cafe dikelas. Hye Won dkk melihat lorong yang cukup menarik lalu bertanya siapa yang mengatur semua ini. Hye Won menjawab itu Lee Jang Woo. Temanya lalu melihat foto kelulusan di dinding kelas.
“Hei, ini pemilik toko lampu. Dia belum berubah sedikit pun.” Ucap temanya melihat Tuan Bae.
“Astaga, dia sudah terlihat tua saat itu.” Komentar Eun Sil. Temanya lalu menemukan bibi Hye Won.
“Shim Myeong Yeo, kan? Astaga, dia cantik sekali.”puji Eun Sil. Teman yang lain pun memuji memang bibi Hye Won cantik saat masih muda.
“Aku juga menemukan Nyonya Selimut. Tapi Kenapa Bu Su Jeong disebut Nyonya Selimut?” ucap Eun Sil heran.
“Dia membuat selimut. Kadang dia menjualnya ke tetangga. Hei, kalian dalam masalah besar. Aku menemukan kelas kita.” Kata Eun Sil Mereka pun bergegas ingin melihatnya.
“Lihat. Mok Hae Won... Min Ji Yeon... Dan aku. Astaga!” kata Eun Sil malu.
“Tapi Di mana Lee Jang Woo?” tanya Ji Yeon. Eun Sil memberitahu kalau Jang Woo tidak ada di kelas mereka.
“Di mana kelas Eun Seop?” tanya Hye Won. Ji Yeon heran dengan pertanyaan Hye Won kalau Eun Seob ada dikelas mereka.
“Ayolah. Tunjukkan ketertarikan.” Ejek Ji Yeon. Eun Sil mengejek kasihan kepada Eun Seop dan tidak dianggap olehnya.”
“Kukira kita sekelas dengannya hanya di kelas 11.” Ucap Hye Won. Ji Yeon memberitahu kalau Eun Seob juga sekelas dengan kita di kelas 12.
“Jika dipikir-pikir, kurasa dia tidak melakukan foto kelulusan. Dia tidak ada pada hari itu. Itulah yang kuingat.” Kata Eun Sil
“Benar, dia sangat sering bolos saat kelas 12.”kata Ji Yeon. Eun Sil membenarkan.
“Hei... Nona-nona! Datanglah ke kafe kami dan habiskan uang.” Sapa Hwi pada Hye Won dkk
“Hei, sedang apa kamu di sini?”tanya Hye Won heran. Hwi dengan bangga kalau sedang berusaha menghasilkan uang dan menariknya masuk. Serta habiskan banyak uang. Eun Sil melihat Hwi tak percaya kalau sudah besar.


Yeong Woo berjalan dengan temanya-temanya yang berkomentar Semua orang masih terlihat sama meskipun satu dekade telah berlalu, lalu seperti mencari Hye Won saat menuruni tangga.
Sementara Eun Seob berjalan dengan Jang Woo melihat Yeong Woo tanpa menegur sapa. Eun Seob melihat hanya berlalu begitu saja. Jang Woo pikir Yeong Woo itu pasti membuanya kesal. Eun Seob tak mengubrisnya. Jang Woo mengejekny kalau Eun Seob sangat terganggu olehnya.
**
Hye Won duduk di cafe tempat Hwi berjualan, melihat sekeliling lalu dan akan pergi. Hwi menahanya karena makanan itu tak gratis. Hye Won mengaku akan pergi sebentar lalu bertanya bertanya pada Hwi apakah kakakanya tidak ada di sini.
Hwi mengatakan kalau belum melihatnya. Hye Won mengerti dan menyuruh Hwi agar menghasilkn banyak uang saja lalu bergegas pergi. 

Hye Won pergi ke luar sekolah mencari Eun Seob, tapi akhirnya masuk ke ruangan kelas dan menemukan ruangan dengan piano. Saat itu Yeong Woo menemukan Hye Won dalam ruangan kelas sedang memainkan piano.
Ia mengingat saat di ruangan itu melihat Hye Won memainkan piano juga. Hye Won terlihat sangat pandai memainkan piano dan Yeong Woo tersenyum lalu membaringkan kepalanya diatas meja seperti bahagia. 

Hye Won dan Yeong Woo akhirnya keluar bersama ke lapangan dan makin banyak orang yang saling bercengkrama. Yeong Woo mengaku sejujurnya benci kota ini  karena menurutany Kota ini membangkitkan kenangan aneh. Yeong Woo ingin tahu seperti apa.
“Ayahku yang menakutkan... Aku datang ke sini karenamu. Hanya untuk bertemu denganmu lagi.” Akui Yeong Woo
“Aku merasa terhormat. Terima kasih sudah mengakuinya. Tapi Sebenarnya, aku juga membenci kota ini. Aku orang yang dikucilkan. Bagiku, kota ini selalu mengalami musim dingin.” Kata Hye Won
Ia melihat papan peringatan "Dilarang masuk. Pelanggar dianggap penjahat" dan itu tempat saat bertemu dengan Yeong Woo pertama kali saat dipanggil.
“Dahulu, aku takut dengan tanda itu.” Akui Hye Won. Yeong Woo heran Kenapa itu menakutkan?
“Rasanya, begitu aku melangkah masuk ke area itu, maka aku akan menjadi orang seperti itu.” Kata Hye Won. Yeong Woo heran apa maksudnya  "Orang seperti itu"
“Kau orang seperti itu.” Kata Hye Won mengingat kenangan saat bertemu dengan Yeong Woo yang menyeramkan. 


Flash Back
Hye Won datang ke tempat itu melihat Yeong Woo seperti berkumpul dengan anak-anak yang suka membully dan nakal. Hye Won pun memilih untuk pergi.
“Seseorang yang tampaknya berada di dunia lain.” Akui Hye Won. Yeong Woo  tak percaya Hye Wong menganggapnya "Dunia lain"?
“Omong-omong, kau menyelamatkanku saat itu.” Kata Hye Won. Yeong Woo tak percaya mendengarnya. 

Hye Won membuka loker, lalu terlihat kehilangan sesuatu. Tiba-tiba sepatunya dilempar begitu saja, ia melihat sepatunya yang sudah robek, lalu membuangnya. Saat itu Yeong Woo melihatnya dan hanya diam saja.
 “Ada bunga yang hanya mekar pada musim gugur.” Ucap Hye Won. Eun Seob mengaku tidak tahu.
“Aku membacanya di buku. Beberapa bunga hanya mekar sebentar pada musim gugur.” Kata Hye Won.
Di kantin, Yeong Woo mengantri makanan melihat Hye Won duduk sendirian. Saat itu Yeong Woo menghampiri dan membuang air dalam gelas Hye Won. Hye Won bingung melihat Yeong Woo sengaja menyalakan lagu di ponselnya untuk meredam suara orang yang mengunjing Hye Won.
“Hanya ini kursi yang tersisa.” Ucap Yeong Woo. Hye Won pun hanya diam saja dan beberapa anak menatap Hye Won seperti tak percaya dan berpikir mereka berpacaran
“Saat itu, aku bagaikan gurun yang kering.” 

Esok harinya, Hye Won sedan duduk dihampir oleh temanya membahas kalau sedang berpacaran dengan Oh Yeong Woo. Hye Won mengaku tidak seperti itu. Temanya pun ingin tahu apakah mereka hanya berteman. Hye Won mengaku bukan teman.
“Apa Kau mau ke pusat kota bersama kami nanti? Kau dari Seoul. Aku yakin kau punya selera mode yang bagus.”sapa teman lainya mendekati Hye Won.
“Aku setuju. Ayo... Ikut kami... Kamu mau melihat kedai tteokbokki yang baru di Bukhyeon-ri? Hae Won, kamu suka tteokbokki?” kata temanya. Hye Won menganguk. dan mereka mulai berteman setelah itu.
“Bagiku, kamu adalah bunga yang hanya mekar sebentar pada musim gugur. Hari-hari itu seperti gurun, tapi saat kau muncul...” 

Hye Won berjalan dengan teman-temanya, saat itu Yeong Woo melihatnya dan tersenyum karena Hye Won tak sendiri lagi. Musim pun berlalu, Eun Sil berkumpul dengan teman-temanya didekat meja Hye Won.
“ Aku tidak tahu saat melihatnya dari jauh, tapi saat kulihat dari dekat, tertulis, "Muka Selatan". Apa Kau juga melihatnya?” ucap Eun Sil. Mereka pun menganguk.
“Dia seorang patriot.” Kata temanya. Merkea pun saling bercengkrama dengan tawa bahagia. 

“Aku jadi Taman bunganya” ucap Hye Won masih mengingatnya. Yeong Woo tak percaya mendengarnya bisa seperti itu.
“Saat itu, kita baru berusia 18 tahun. Itulah sebabnya.” Kata Hye Won. Saat itu terdengar suara dari pengeras suara.
“Upacara pemadaman Kota Hyecheon segera dimulai. Silakan berkumpul di sekolah untuk menyaksikan upacara pemadaman. Seperti yang kukatakan sebelumnya, jika kita membuat permohonan saat lampu padam... Siapa tahu? Saat lampu menyala kembali, keinginan kita mungkin benar-benar terwujud.” Kata Jang Woo.
“Mok Hae Won.. Sejujurnya...” ucap Yeong Woo. Hye Won langsung menyelanya.
“Terlepas dari perasaanmu kepadaku sekarang, aku tidak mau tahu, dan itu tidak penting.” Kata Hye Won.
“Kenapa tidak penting? Apa ada seseorang yang kamu suka?” tanya Yeong Woo. Hye Won hanay diam saja.
“Wajahmu mengatakan begitu.” Komentar Yeong Woo. Hye Won mengaku mengenal seseorang yang hangat. Yeong Woo memikirkan Seseorang yang hangat.
“Saat aku di sampingnya, aku merasa hangat, seperti ketel di atas kompor.” Akui Hye Won
“Apa Dia membuatmu merasa seperti itu?” tanya Yeong Woo. Hye Won membenarkan.
“Sejujurnya, aku bahkan tidak tahu aku kedinginan. Tapi aku menyadarinya saat kembali ke rumah. Ternyata aku sangat kedinginan.” Akui Hye Won
“Hei, Mok Hae Won! Ayo, saatnya upacara pemadaman.” Panggil Eun Sei. Hye Won menyuruh mereka bisa pergi lebih dahulu.
“Bukankah itu Oh Yeong Woo?” kata Ji Yeon melihat Hye Won dengan seorang pria dan merasa kalau dugaan mereka benar kalau keduanya sedan menjalin hubungan.
“Aku sungguh ingin berterima kasih saat kita bertemu lagi kelak. Terima kasih, Yeong Woo.” Ucap Hye Won. Yeong Woo mengerti.
“Apa Kau tidak pergi ke upacara pemadaman lampu?” tanya Hye Won. Yeong Woo pikir tidak. Hye Won pun pamit pergi. 



Hye Won mencari-cari sosok pria yang selam ini membuatnya hanya, mengingat Eun Seob yang menerangi jalanya yang gelap. Dan esok harinya, Eun Seob memperbiaki lampu yan mati.
“Sejujurnya, aku bahkan tidak tahu aku kedinginan. Tapi aku menyadarinya saat kembali ke rumah. Ternyata aku sangat kedinginan..”  Hye Won pulang ke rumah dan tak ada kehangatan dalam rumahnya.
“Waktu kita 10 detik lagi sebelum upacara pemadaman lampu. Aku akan mulai menghitung mundur.” Ucap Jang Woo.
Hye Won kebingungan mencari Eun Seob,  Sementara Jang Woo mulai menghitung dari sepuluh. Saat itu seseorang memanggilnya, Hye Won akhirnya melihat Eun Seob berdiri tak jauh darinya.
Eun Seob pernah melihat gambar daun ditangan Hye Won dengan senternya, lalu memberikan sepasang sepatu boot untuknya. Dengan alasan kalau Hye Won tinggal didesa dengan jalanan yang kasar jadi harus pakai boot.
Hye Won  mengingat saat Eun Seob bisa menemukan dihutan.  Hye Won memeluk Eun Seob dan sempat lemas. Eun Seob pun menahanya agar tak jatuh dengan memeluknya dengan erat.
Eun Seob pun menghiburnya menonton film bersama saat sedang marah karena bertemu dengan Bo Yeong.  Hye Won akhirnya berlari menemui Eun Seob dan saat itu seluruh lampu mati.
“Aku menyukaimu... Aku menyukaimu, Eun Seop.”akui Hye Won. Eun Seob kaget mendengarnya dalam kegelapan. 


"Unggahan Blog Pribadi Toko Buku Selamat Malam"
"Malam ini, aku ingin membaca buku dari penulis tidak dikenal. Cerita berharga yang membuat kita merasa bersalah. Karena tidak bisa membayar royalti kepada penulis tidak dikenal. Cerita yang ditulis oleh penulis tidak dikenal. Akan terus diterbitkan di masa depan”
“Selama kita terus melupakan, Dan rasa kehilangan sesuatu terus ada. Astaga, ini hari yang sibuk. Seperti berjalan di awan seharian. Aku ingin mengatakan sesuatu, tapi harus lebih banyak berpikir"
Bersambung ke episode 7

Cek My Wattpad... Stalking 

      
Cek My You Tube Channel "ReviewDrama Korea"

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar