PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Jumat, 02 Oktober 2015

Sinopsis She Was Pretty Episode 5 Part 1

Hye Jin mencoba menebak password untuk masuk ke dalam rumah mulai dari1-1-1-1 Atau 0-0-0-0, tapi menurutnya itu tak mungkin, karena si Brengsek Joon yang memiliki jiwa yang berantakan. Lalu berusaha berpikir sambil mengatup-ngatupkan giginya, teringat sesuatu tanggal di buku agendanya.
Flash Back
Hye Jin sengaja membawakan kue dan menyanyikan selamat ulang tahun, sebelum selesai menyanyi Sung Joon sudah meniupnya  memberitahu bahwa Hari ini bukan hari ulang tahunnya, sambil menyolek krim kue dan memakannya. Hye Jin heran karena Sung Joon selalu mengunakan tanggal hari itu untuk loker, kode sepeda dan semua kunci-kunci lain.
“Jika hari ini bukan hari ulang tahunmu, jadi nomor apa itu?” tanya Hye Jin
“Ini hari favoritku dalam setahun ini. Ini hari Kidal Internasional.” kata Sung Joon bangga mengangat tangan kirinya,
“Apa? Ada hari seperti itu? Hari untuk apa?” ucap Hye Jin heran
“Hari untuk orang-orang kidal seperti aku.” ucap Sung Joon.
Hye Jin akhirnya bisa masuk dengan tanggal yang selalu dia tandai dalam agendanya, pelahan-pelahan masuk ke dalam rumah dan saat itu Sung Joon tersadar dari pingsannya. 

Hye Jin yang melihat puzzle kaget karena Sung Joon tiba-tiba sudah ada dibelakangnya melotot marah, ketika berjalan mundur Sung Joon menariknya dan membuat Hye Jin terlihat sangat gugup. Hye Jin tersadar berusaha melepaskan tangan Sung Joon yang memelukanya.
“Aku tanya kau, Kenapa kau di rumahku?” ucap Sung Joon dengan nada tegas
“Itu... makan malam, kau pergi... ke luar... HP... tapi bam!” kata Hye Jin terbata-bata karena gugup.
“Setelah makan malam, aku pergi duluan dan kau ke luar untuk menelepon tapi aku pingsan di luar. Jadi kau membawaku ke dalam rumahku. Apa Saat membawaku ke sini, kau sendirian?” ucap Sung Joon
“Aku tidak sendirian tapi dengan orang aneh... maksudku, Editor Kim.” jelas Hye Jin,
Sung Joon menanyakan keberadan Shin Hyuk, Hye Jin memberitahu sudah pergi lebih dulu. Sung Joon bertanya kenapa Hye Jin tak pergi, Hye Jin mengatakan baru akan pergi. Tapi sebelumnya Sung Joon bertanya Bagaimana Hye Jin masuk ke rumahnya, Hye Jin berbohong masuk dengan kartu kunci. Sung Joon terdengar marah karena Hye Jin mengambil dari dompetnya tanpa seizinnya.
Hye Jin menjelaskan tak ada cara lain lalu memilih untuk pamit pergi. Tapi teringat pecahan kaca dan ingin membersihkan, Sung Joon menariknya untuk membiarkan saja tapi Hye Jin yang merasa bersalah harus membersihkanya. Sung Joon hanya meminta agar Hye Jin tak menyentuhnya dan pergi. Hye Jin pamit pergi tapi Sung Joon kembali menariknya, memberitahu arah pintu ada didepanya, Hye Jin buru-buru berlari meninggalkan rumah berjalan ke arah depan. 

Saat sampai dirumah dengan nafas terengah-engah bertanya-tanya kapan Sung Joon sadar lalu tersadar dengan sepatunya yang salah memakainya. Ia pun mengumpat pada dirinya sendiri lalu makin binggung bagaimananya cara agar bisa masuk ke dalam untuk menukar sepatunya.
Tiba-tiba pintu terbuka, sebuah tongkat keluar dengan mengantungkan sepatu Hye Jin yang terlihat lusuh. Hye Jin langsung menukar sepatunya, sambil mengaku salah karena mengunakan sepatu yang salah, lalu pintu kembali ditutup dengan cepat.
“Pria macam apa yang pingsan karena seteguk alkohol? Mungkin dia punya hati yang buruk.”ejek Hye Jin sambil menjatuhkan sepatunya, tiba-tiba pintu akan kembali terbuka, Hye Jin menjerit lalu buru-buru kabur. Sung Joon menatap Hye Jin yang lari terbirit-birit. 

Sung Joon duduk didalam rumahnya, terlihat sangat sedih menatap toples yang berisi puzzle yang  sudah rusak karena dijatuhkan oleh Hye Jin.
Pagi harinya, Ha Ri terpesona dengan sepatu high heels putih lalu meminta pelayan membawakan ukuran 250. Pelayan memberitahu bahwa sepatu itu hanya tinggal satu-satunya yang dipajang disana dan ukuranya 245. Ha Ri terlihat sedih karena sepatu itu sangat cantik dimatanya, tapi meminta pelayan untuk memberikan sepatu ini saja.
“Tapi ini kecil jadi... meski kau menyukainya, pasti akan sakit saat kau pakai. Apa tidak apa-apa?” tanya pelayan meyakinan Ha Ri sebelum memberi
“Ini filsafat dewiku. Aku harus memiliki semua yang aku suka.” kata Ha Ri 

Ayah Hye Jin mendapatkan pesanan  2000 pamflet dan harus bisa selesai dalam hari. Ha Ri datang kerumah Hye Jin dengan senyuman, Ayah Hye Jin pun menatap Ha Ri selayaknya seperti anak sendiri. Ha Ri pun menyapa ayah Hye Jin dengan ramah menanyakan keadaanya.
Ketika didalam rumah, Ibu Hye Jin menyuapi Ha Ri seperti anaknya sendiri. Ha Ri memuji Kimchinya sangat enak lalu dengan yakin bahwa ibu Hye Jin tidak membuatnya. Ibu Hye Jin mengaku bahwa ia yang memotong karena betapa pentingnya memotong kimchi. Ha Ri tersenyum karena Kimchi itu adalah teknik pemotonganya. 

Hye Jin datang tapi tak ada yang mengubrisnya karena sibuk mengobrol dan ayah ibunya saling menyuapi makanan. Hye Jin memberitahu bahwa ia sudah datang, semua hanya sibuk makan, akhirnya Hye Jin berteriak kesal karena sudah datang tapi tak ada yang menyambutnya.
Ayahnya pun menyuruh Hye Ji untuk segera duduk, Hye Jin mengeluh bahwa itu pesta perayaan dirinya masuk kerja tapi malah memulai makan tanpa dirinya. Hye Rin menyindir kalau ada orang seperti mereka dan juga ada orang yang selalu kelihatan buruk, apapun yang dilakukanya.
“Hei! Siapa yang kau maksud begitu?” teriak Hye Jin merasa tersindir
“Harus kau tanya saat kau sudah tahu?” balas Hye Rin
“ Dasar.... Anak kecil ini. Baiklah. Nikmati saja saat kalian bisa. Aku seusiamu saat perubahan mengerikan ini mulai terjadi. Mungkin segera, kau juga... terlihat seperti aku!” ejek Hye Jin dengan santai makan semangkuk nasinya.
“Bagaimana kau bisa mengatakan sesuatu yang sangat kejam! Dan menyebut dirimu saudariku? Aku tidak akan pernah sepertimu!” jerit Hye Rin tak terima sambil mengunakan alat agar mengencangkan kulit wajahnya.
“Teruskan. Bagaimanapun kita berdua mirip ayah.” ucap Hye Jin, ibunya membela bahwa tak pernah melihat pria yang tampan seperti suaminya, sambil mengusap pipi yang kemerahan.
“Jika aku berubah seperti Kim Hye Jin, kau harus menjual rumah percetakan dan membawaku operasi plastik. Oke, ayah?”ujar Hye Rin yang tak mau berubah seperti kakaknya, Ayah dan ibunya memuji anaknya itu akan teta cantik. Ha Ri yang melihat keluarga Hye Jin seperti sedih karena keluarganya tak seperti itu lagi.

Hye Jin mencari-cari digudang untuk celana baggynya, saat menemukan kotaknya tak sengeja menjatuhkan kotak-kotak yang ada diatasnya. Ia membuka melihat tumpukan surat berwarna-warni yang dikirimkan Sung Joon saat masih tinggal di Amerika, lalu melihat lagi tumpukan piagan penghargaan disana.
Flash Back
Hye Jin yang masih terlihat cantik saat masih sekolah dasar berdiri didepan kelas dengan senyuman manisnya.
“Impianku adalah menjadi pengarang buku anak-anak.Di buku dongeng, terbang di langit tanpa sayap, keliling dunia dalam sehari dan membuat apa pun yang kau mau seperti pesulap dimana semuanya mungkin. Menulis cerita dimana orang bisa menjadi pahlawan menakjubkan, menjadi penulis buku anak-anak yang membawa kebahagiaan untuk semua orang adalah impianku.” ucap Hye Jin.
Hye Jin melihat tumpukan kertas lainnya tiba-tiba ada sesuatu yang terjatuh, bagian puzzel dan tak menyangka ternyata masih tersimpan disana. Teringat terahir kali Sung Joon memberikan potongan puzzle dan menciumnya
“Terima kasih telah menjadi payungku selama ini. Saat kita bertemu lagi, aku akan jadi payungmu” ucap Sung Joon saat itu lalu Hye Jin tersenyum melihat dibaliknya bergambar sebuah payung.
“Saat itu, kita tidak bisa membayangkan... bertemu lagi seperti ini.” ucap Hye Jin melihat potongan puzzle ditanganya, 

Ha Ri dan Hye Jin pun pulang bersama, Ha Ri yang tak ingin terlihat gemuk mengomel karena Hye Jin tak mencegahnya ketika makan terlalu banyak, lalu panik dengan kalori yang baru saja dimakan jadi ia harus olahraga sebelum pulang sambil mengoyangkan jarinya. Hye Jin mengumpat wanita cantik sangat menyebalkan dan terlihat buruk, lalu ponsel Hye Jin berdering.
“Ini aku. Kau bilang kau tinggal dekat kantor, kan?” ucap Han Sul, Hye Jin binggung bertanya siapa yang menelpnya.
“Omo, kau bahkan tidak tahu suaraku? Ini Han Sul. Kau tahu yang cantik dan kurus tapi tetap glamor. Asisten tim kecantikan.” ucap Han Sul bangga, Hye Jin pun bertanya alasan Seniornya menelp diakhir pekan.
“Kau pikir aku menelepon karena aku merindukanmu? Ini tentang kerjaan. Aku sedang rapat penting dan tidak bisa bergerak sekarang. Jadi pergi ke kantor sekarang dan kirimkan padaku beberapa dokumen melalui email.” ucap Han Sul dalam kenyataanya sibuk melakukan perawatan disalon. 

Hye Jin terlihat tak bisa menolak, Han Sul memberitahu ada USB diatas meja dan meminta untuk tak memberitahu siapa pun tentang hal ini. Hye Jin pun berjanji tidak akan bilang siapa pun lalu menutup telpnya. Setelah itu meminta Ha Ri mengantarnya ke kantor karena ada seseorang yang memintanya untuk mengerjakan sesuatu dengan cepat.
 “Ada apa? Kenapa seseorang menyuruhmu melakukan pekerjaan mereka? Aneh. Siapa dia? Ini sudah di jalan pulang. Kau harus bilang pada mereka kau tidak bisa melakukannya dan Kau itu terlalu baik.” keluh Ha Ri kesal
“Oh! Ini lagu yang kita suka saat kita kecil.” teriak Hye Jin mendengar lagi kesukaanya di radio.
Hye Jin pun mulai menari sambil memulai menyanyi Hei, lihat aku Ha Ri terlihat kesal menjerit menyuruh temanya itu menelp rekan kerjanya untuk mengerjakan sendiri tugasnya karena Hye Jin dianggap mudah-mudah disuruh ketika ditelp. Hye Jin seperti memberikan temannya mengomel dan kembali bernyanyi Dengan pikiran membuatmu menyukaiku. Aku bahkan memakai rok pendek untuk pertama kalinya dalam hidupku. Min Ha Ri!
Ha Ri yang tadiya cemberut akhirnya melanjutkan nyanyian dari temanya, Lihat bibirku yang malu. Jangan pura-pura dan ragu. Seperti dalam film yang kita tonton kemarin. Keduanya bahkan hanyut dalam lagu menari-nari didalam mobil dan sangat bahagia. 

Ibu Hye Jin mengirimkan pesan sambil mengirimkan foto keluarganya dengan Ha Ri Dia bahkan lebih cantik, kan? Seolah-olah seseorang akan ragu dia puterimu, aku merasa seperti melihatmu dan terkejut berulang-ulang. Hye Jeong, kau baik-baik saja, kan? Aku merindukanmu. Aku akan menunggu kabarmu.”
Hye Jin baru saja mengirimkan email pada Han Sul, tapi Han Sul yang tak tahu terimakasih menutup telpnya begitu saja. Hye Jin  akan pulang tapi melihat lampu diruangan Sung Joon masih menyala berpikir atasanya itu pulang tanpa mematikan lampu.
Ia pun masuk ke dalam ruangan untuk matikan lampu tapi matanya melihat jarum pasir yang ada diatas meja dan remote untu menutup jendelanya dan mencoba memainkanya. Setelah itu ia duduk dibangku Sung Joon, memperagakan cara Sung Joon mengomel yang tak ingin membuang-buang waktu
“Oh, dia juga punya ini? Ini bagus. Mana tanganmu. Mana tanganmu!” ucap Hye Jin memainkan manekin lalu tak sengaja tanganya lepas, dengan panik mencoba memasang kembali dan tiba-tiba terdengar bunyi ponsel yang diangkat oleh Sung Joon. Hye Jin pun panik mencari tempat persembunyian. 

“Ya, aku mengerti.... Sama sekali tidak..... Aku akan melakukan semuanya untuk meraih nilai.The Most Korea tidak akan berhenti terbit setelah 3 bulan. “ ucap Sung Joon
Hye Jin menutup mulutnya yang bersembunyi didalam lemari, Sung Joon mengeser pintu lemari untuk mengambill jasnya, Hye Jin panik karna Sung Joon bisa menemukanya, tapi ternyata mengeser pintu sebelah kiri dan menutup Hye Jin yang berdiri disebelah kanan. Setelah itu Sung Joon mengeser pintu sebelah kanan dan membuat Hye Jin melempar tangan manekin kearah Sung Joon karena kaget sambil menutup mulutnya
“Aku yakin kau punya penjelasan.” ucap Sung Joon dingin menatap Hye Jin

“Itu... aku datang karena ada yang mau dikerjakan tapi lampunya hidup.. Aku tidak tahu kau di sini. Aku lihat ada....”Jelas Hye Jin benar-benar gugup keluar dari lemari mencoba memasang kembali tangan manekin yang lepas
“Sudah Lupakan. Berapa banyak percakapan... maksud, berapa banyak kau mengerti?” tanya Sung Joon
“Majalah The Most... apa mungkin... tidak ada lagi?” kata Hye Jin
“Dengar baik-baik. Jika orang di tim mendengar tentang hal ini, maka aku anggap itu berasal darimu dan kau harus tanggung jawab. Jika kau tidak menyebarkan tentang hal ini, tidak akan jadi isu, jadi sederhananya tutup mulutmu. Jika kau mengerti, pergi lah.” ancam Sung Joon
Hye Jin berusaha cepat-cepat pergi, Sung Joon kembali memanggilnya menyindirnya apakah ingin membawa tangan manekinya, Hye Jin pun tersadar lalu menaruhnya diatas meja dan mencoba cepat-cepat keluar ruangan. 

“Kelebihanku adalah bisa jaga rahasia. Aku tidak akan mengatakan siapa pun jadi biarkan aku pergi.” ucap Hye Jin yang merasa Sung Joo menahanya untuk tak pergi.
Tapi saat menoleh kebelakang ternyata tasnya itu terjepit oleh pintu bukan ditarik oleh Sung Joon, Sung Joon yang melihat tingkah Hye Jin hanya bisa menghela nafas panjang. Hye Jin kebingungan berusaha untuk menarik tasnya dan buru-buru keluar, saat itu juga tak sadar potongan puzzle nya jatuh. 

Ha Ri yang baru saja berolaharaga terlihat sangat kelelahan dan berusaha untu beristirhata. Saat itu juga Sung Joon datang dan menyapanya dengan memanggil Hye Jin.
“Kau sudah selesai olahraga? Jika aku tahu, aku datang di jam yang sama denganmu.” ucap Sung Joon.
“Tidak, aku juga baru sampai. Ayo kita olahraga.” kata Ha Ri dengan senyuman manisnya.
Keduanya berjalan diatas treadmeal, Hye Jin terlihat melambat karena sudah terlalu lelah tapi ketika Sung Joon melihatnya mencoba berlari dengan penuh semangat. Setelah itu mengayuh sepeda statis bersama, ketika Sung Joon pergi sejenak, Ha Ri memelaskan ototnya menegang karena terlalu lelah dan kembali mengayuh saat Sung Joon kembali datang. 

Sung Joon baru selesai olahraga melihat Hye Jin yang sangat kelelahan merasa temannya itu tak istirahat. Ha Ri menyangkal karena merasa segar setelah berolahraga lalu bertanya dimana Sung Joon memarkir mobilnya, Sung Joon mengatakan tidak bawa mobil hari ini. 
Ha Ri pun menawarkan agar bisa mengantarnya pulang, Sung Joon menolak karena melihat temannya sangat kelelahan. Ha Ri tetap menyakinkan bahwa ia tak lelah dan akan mengantar Sung Joon ke rumahnya di Seocho-dong yang jaraknya hanya 15 menit dari tempat fitness.
Sung Joon menarik Ha Ri sebelum pergi memberitahu bahwa bulu matanya itu jatuh, Ha Ri menunjuk wajahnya sendiri agar bisa mengambilnya. Sung Joon pun  mendekat dan berusaha mengambil bulu mata yang jatuh diwajah Ha Ri. Ketika Sung Joon mendekat, Ha Ri terlihat sangat gugup tak seperti biasanya. 

Sung Joon tersenyum setelah bisa mendapatkanya lalu meminta Hye Jin ( Ha Ri) membuat permintaan. Ha Ri terlihat binggung permintaan seperti apa.
“Jika kau membuat permintaan sebelum kau menghembusnya, itu akan jadi kenyataan. Kita percaya takhyul ini saat kita kecil. Ini murahan tapi tidak ada salahnya. Kau tidak punya permintaan?”ucap Sung Joon, Ha Ri masih binggung
Akhirnya Sung Joon pun yangakan akan melakukannya, sambil menutup matanya mengucapkan permintaanya dalam hati setelah itu meniup bulu mata ditanganya. Lalu ia berjanji apabila permintaanya menjadi nyata akan mentraktirnya,karena harus membayarnya untuk penyedia bulu mata.
Ha Ri tersenyum mendengarnya, Sung Joon mengumbar senyum manisnya pada Hye Jin (Ha Ri) karena dianggap sebagai temanya yang paling berarti. Joon Wo yang sedang bersepeda melihat Sung Joon berjalan dengan wanita dan berpikir bahwa itu wakil Pemrednya itu sudah memiliki pacar. 

Sung Joon duduk disamping Ha Ri dan sengaja menyentuh tangan Ha Ri lalu meminta maaf karena tangan kidal jadi mungkin tidak sengaja menyenggolnya da meminta pengertiannya dimasa depan. Ha Ri tersenyum mendengar ucapan Sung Joon yang terdengar lucu.
Lalu Sung Joon mendengar lagu yang disukainya di putar di radio, sambil memberitahu Heath Ledger menyanyikan lagu ini di film, lalu bertanya apakah Hye Jin (Ha Ri) sudah melihatnya. Ha Ri mengatakan sudah tapi berpura-pura lupa. Sung Joon terlihat kesal karena melupakan judul filmnya, lalu menyakinkan lagu yang diputar.
I Love ove you, baby... And if it's quite alright, I need you baby. To warm my lonely night.. I love you baby. Trust in me when I say
Sung Joon sengaja menyanyikan lagu dengan nada false, Ha Ri tertawa berkomentar nyanyianya sangat jelek. Sung Joon kembali menyanyi dengan nada yang sama, Ha Ri tak bisa menahan tawanya meminta Sung Joon berhenti tapi Sung Joon malah mengajak Hye Jin (Ha Ri) menyanyi bersama. 

“Aku ketawa sampai keluar airmata.” ucap Ha Ri menghapus air matanya yang mengalir ketika turun dari mobil.
“Setiap kau nangis, aku harus bernyanyi untukmu.” kata Sung Joon, Ha Ri terdiam karena sikap Sung Joon yang penuh perhatian pada seorang wanita dan terlihat tulus.
Sung Joon pun menyuruh Hye Jin (Ha Ri) pulang, Ha Ri pun melambaia tangan pada Sung Joon. Penjaga apartement datang mengingat Sung Joon penghuni dikamar 502 lalu memberitahu ada paket untukmu dari Amerika. Sung Joon mengucapkan terimakasih dan akan segara mengambilnya.
“Pacarmu sangat cantik.” komentar si penjaga, Ha Ri menyangkal bahwa ia bukan pacar dari Sung Joon.
“Jadi apa? Apa kau teman laki-lakiku?” ejek si penjaga, Ha Ri jadi serba salah untuk menjelaskanya, Sung Joon tersenyum lalu menyuruh Hye Jin ( Ha Ri ) untu pulang karena terlihat lelah. 

Hye Jin dirumah sedang sibuk diatas meja, melihat Ha Ri yang baru pulang mengejek temanya itu baru pergi olimpiade karena olahraganya sangat lama. Ha Ri mengaku memang sangat lama lalu bertanya kapan temannya datang, Hye Jin memberitahu setelah selesai berkerja dikantor.
“Tapi saat aku di sana, Ji Sung Joon ada di kantor. Ini tidak ada deadline tapi aku rasa dia juga kerja di akhir pekan.” cerita Hye Jin, Ha Ri seperti berpura-pura tak peduli lalu memilih untuk pergi mandi. Saat menutup kamar mandi, Ha Ri mencoba mengatur nafasnya seperti tak ingin ketahuan kalau ia habis jalan dengan Sung Joon. 

Seorang recepetionist menceritakan Shin Hyuk yang baru keluar dari kamarnyad dengan berjalan dilobby “Dia jadi tamu selama setahun tapi tidak ada yang tahu tentangnya.Kita hanya menganggapnya anak dari keluarga kaya.”
Ha Ri melihat Shin Hyuk yang pergi lalu mengambil daftar resevasi dari meja receptionist. Tiba-tiba Shin Hyuk sudah berdiri disampingnya dengan berteriak kalau Ha Ri adalah pegawai yang menyangka dirinya adalah gelandangan. Ha Ri langsung membungkuk 90 derajat meminta maaf kalau tamunya tersinggung.
“Tentu. Sangat menyakitkan. Kau menyebutku gelandangan  Tapi,saat kau minta maaf seperti itu, semua pria pasti memaafkanmu, kan? Karena kau cantik.“ komentar Shin Hyuk, Ha Ri terlihat binggung.
“Tetap saja, karena kau menemukan garis hidupku, aku menganggapnya seri (toong)” ucap Shin Hyuk mengepalkan jarinya agar bisa melakukan tos.
Ha Ri terlihat binggung Toong itu seperti apa, Shin Hyuk menunjuk kepalan jarinya, Ha Ri pun menyetuhnya walaupun terlihat gugup, lalu Shin Hyuk mengajak untuk saling menyapa ketika bertemu dan meminta untuk ber-highfive Ha Ri pun mengangkat tanganya dan Shin Hyuk menepuknya lalu pamit pergi.
“Dia tidak kelihatan seperti anak dari keluarga yang berkecukupan.” komentar Ha Ri melihta Shin Hyuk yang pergi meninggalkan hotel. 

Sung Joon menunggu lampu hijau untuk menyeberang, saat lampu hijau menyala Hye Jin yang ada disana kembali berteriak “ayo berjalan”. Sung Joon langsung mencari-cari darimana asalnya suara itu, matanya melihat Hye Jin sipegawai magang yang menyebrang jalan didepanya.
Lalu saat masuk ke dalam lift ternyata, Sung Joon melihat Hye Jin yang lebih dulu ada didalam. Hye Jin pun membungkuk menyapanya dengan sopan, Sung Joon masuk dengan wajah dingin, lalu matanya melirik dan berpaling, kemudian Hye Jin juga melirik pada pria cinta pertamanya.
Sung Joon kembali melirik melihat jari telunjuk Hye Jin yang memakai plester, teringat saat membersihkan pecahan kaca ada noda darah yang tertinggal disana. Ketika membuka pintu seperti ingin memberikan plester tapi Hye Jin sudah ketakutan dan memilih kabur.
Keduanya tiba-tiba tak sengaja saling menatap, suasana mulai terasa canggung. Sung Joon berusaha berdeham ingin membahas tentang kaca yang pecah tapi pintu lift terbuka akhirnya memilih untuk kembali acuh dan keluar lebih dulu. 

“Ada apa sebenarnya? Apa dia khawatir dengan puzzle-nya?” pikir Hye Jin sambil memasukan tanganya ke kantung jaketnya, lalu panik karena tak menemukan puzzlenya disana.
Ia mencoba mencari dikantung celananya juga tak ada, teringat saat kemarin tasnya sempat tersangkut di pintu. Akhirnya ia berlari masuk ke dalam kantor melihat bibi cleaning service baru saja selesai membersihkan ruangan Sung Joon, bertanya apakah ia melihat kepingan puzzle, Bibi itu terlihat bingung kepingan seperti apa.
“Kepingan puzzle. Itu... uh.. Seukuran ini dan seperti ini dan ini dan ini.” jelas Hye Jin menjelaskan ukuran dengan dua jari dan mengambar lekukan diudara.
“Ah! Seukuran itu dan seperti itu dan itu dan itu?” ucap bibi, Hye Jin gembira karena bibi itu mengerti lalu bertanya apakah ia melihatnya, si bibi mengeleng karena tak melihatnya. 

Hye Jin makin panik karena takut Sung Joon itu bisa menemukan itu, Eun Yong tiba-tiba berteriak karena kaget melihat Hye Jin yang merangkak keluar dari kolong mejanya. Sun Min yang melihatnya mengejek Hye Jin sedang pacaran dengan lantai. Hye Jin seperti tak peduli terus berusaha mencari sampai ketemu.
Akhirnya saat ia melihat kebagian bawah pot, potongan puzzle ada disana. Dengan bantuan penggaris berusaha mengeluarkanya, ia pun bisa bernafas lega melihat puzzle yang hilang akhirnya ketemu. Tapi saat itu Poong Ho lewat dan menendang puzzle dan meluncur cepat masuk ke dalam ruangan Sung Joon.
Hye Jin tak bisa menutupi wajah paniknya, Poong Ho dengan santai menyuruh Hye Jin bangun karena lantainya kotor. Mata Hye Jin melihat puzzle didalam ruangan lalu menempel di sepatu Sung Joon karena berjalan diatasnya. Sung Joon yang sedang menelp kaget melihat Hye Jin yang menempelkan wajahnya dikaca dengan wajah menakutkan. 

Hye Jin berusaha berkonstrasi saat mengeti tapi giginya kembali mengatup-ngatup tanda dirinya sedang panik berpikir cara agar bisa mengambilnya, tapi mau tak mau harus masuk ke dalam ruangan. Seorang kurir datang memanggil nama Sung Joon karena ada paket datang, Hye Jin melesat mengambilnya dan akan memberikanya.
Sung Joon yang melihat tingkah Hye Jin hanya mengerutkan dahinya. Didalam ruangan Hye Jin memberikan surat yang baru sampai, Sung Joon menyuruh untuk menaruhnya diatas meja. Hye Jin menaruhnya lalu melihat ke arah bawah untuk mencari puzzlenya.
“Apa ada yang mau kau lihat?” tanya Sung Joon.
“Ya, ada sesuatu yang mau aku lihat. Ada sesuatu yang sangat penting yang harus aku lihat.” gumam Hye Jin dengan wajah serius
Hye Jin mencoba menawarkan Sung Joon untuk membawakan kopi, Sung Joon memperlihatakan gelas kopi yang ada diatas meja. Hye Jin pun akan pergi tapi dalam hati menjerit untuk mencari cara agar bisa menemukanya. Matanya melihat pensil yang ada di atas meja dengan sengaja menjatuhnya. 

Ia pun tak menghilangkan kesempatanya untuk mencari puzzle di kolong meja, tepat saat itu juga kaki Sung Joon diangkat. Hye Jin tersenyum melihat potongan puzzle menempel disana. Ketika akan mengambil kaki Sung Joon malah bergoyang-goyang. Sung Joon tersadar dengan Hye Jin yang belum keluar dari kamarnya tapi tak melihat dimana-mana.
“Apa yang kau lakukan?” ucap Sung Joon akhirnya melonggo ke kolong mejanya, Hye Jin menjerit kaget lalu dengan cepat mengambil kembali pensil yang terjatuh dan mengembalikanya.
“Permisi, wakil pemimpin redaksi. Sepatumu kotor, haruskah aku semir? Aku sangat mahir menyemir sepatu. Jika kau lepaskan sepatumu, aku akan...” ucap Hye Jin mencari-cari kesempatan. Sung Joon medengarkanya sambil menopang dagunya. 

Poong Ho masuk ke dalam karena ingin meminta tanda tangan, Sung Joon mengatakan dirinya tak butuh sepatu yang mengkilat. Poong Ho yang mendengarnya meminta supaya Hye Jin untuk mengelap sepatunya, Hye Jin hanya bisa melonggo.
Hye Jin yang melamun tersadar saat sepatu Poong Ho mengeluarkan api dan buru-buru meniupnya, tiba-tiba ia kembali menjerit melihat Sung Joon yang keluar dan menatap sepatunya dengan melotot tajam.
Puzzlenya pun terlepas dari sepatunya, Saat itu Sung Joon merasakan sesuatu ada yang menempel dan memeriksa sepatunya. Hye Jin kembali menjerit panik, Sung Joon menoleh kebelakang ingin melihatnya, Shin Hyuk tiba-tiba menariknya dan langsung memeluknya.
bersambung ke part 2  

1 komentar: