PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Kamis, 22 Oktober 2015

Sinopsis She Was Pretty Episode 10 Part 1

Hye Jin mengemudi mobilnya tanpa sadar dibelakang mobilnya sudah mengeluarkn asap, dalam pikiranya kalau ada kabut dimalam hari.Beberapa saat kemudian sadar bukan kabut tapi asap yang keluar dari cap mobil depannya, wajahnya langsung panik karena tiba-tiba mobil sedikit ngadat. Akhirnya ia menepi dan hujan pun turun, dengan mengunakan payung mengecek mesin dibagian depan.
“Aku tidak bisa bilang siapa-siapa kalau tidak tahu aku dimana. Apa tidak ada gedung disini ?” kata Hye Jin bertanya-tanya melihat sekeliling.
Akhirnya Hye Jin berjalan mencari pertolongan walaupun kedinginan, tak sengaja melihat Sung Joon yang menjerit histeris menanyakan keadaan si pengemudi. Hye Jin dengan wajah binggung memanggilnya, Sung Joon melihat Hye Jin yang baik-baik saja langsung memeluknya dan payung pun terlepas dari tangan Hye Jin. 

Shin Hyun di seberang jalan melihat Sung Joon yang lebih dulu datang dan memeluk Hye Jin. Sung Joon melepaskan pelukannya, mengumpat Hye Jin yang bodoh karena mengambil mobil yang salah, terdengar sangat khawatir apabila terjadi sesuatu yang buruk. Hye Jin binggung melihat Sung Joon yang datang menemuinya.
“Tapi.... WaPemRed tak apa-apa? Hujannya deras sekali, Apa kau bisa menyetir? Bagaimana kau bisa menyetir?” ucap Hye Jin malah khawatir, Sung Joon terdiam, Hye Jin melihat atasanya itu sudah basah kuyup akhirnya mengambil kembali payung yang terjatuh.
“Sungguh, Kau tidak apa-apa? Maksudku, ini deras sekali, mana bisa kau datang sejauh ini” ucap Hye Jin benar-benar khawatir sambil memayungi Sung Joon.
“Aku tidak tahu ....kalau sedang hujan.” ucap Sung Joon yang benar-benar tak sadar kalau hujan dan bisa mengendarai mobil dan traumanya tak datang.
Shin Hyuk yang sudah basah kuyup di seberang jalan memilih untuk pergi meninggalkan keduanya. Tangan kanannya terlihat mengeluarkan darah yang bercampur dengan air hujan, seperti air yang mengalir. Di sisi jalan lainya, terlihat helm dan motor yang tergeletak seperti baru terjadi kecelakaan tunggal. 

Di mobil, Hye Jin menelp Joo Young meminta maaf karena sudah membuatnya khawatir, lalu memberitahu  Mobilnya sudah di derek dan juga sudah minta maaf pada penulis dan mengatur ulang pertemuan wawancara, di Haein-ri untuk selanjutnya, lalu menutup telpnya.
Suasana hening sejenak, Sung Joon mengambilkan selimut dibangku belakang dan memberikan pada Hye Jin, Tapi Hye Jin menolak karena Sung Joon basah kuyup karena dirinya. Sung Joon memaksa Hye Jin untuk tetap memakainya karena merasa dirinya baik-baik saja. Hye Jin masih saja tak enak hati, Sung Joon memperingati Hye Jin untuk mendengarkan karena ia baik-baik saja.
“Aku nyalakan pemanas jadi tempat dudukmu akan terasa hangat.” ucap Sung Joon lalu melihat hidung Hye Jin yang kotor dan akan membersihkanya. Hye Jin gugup akan membersihkanya sendiri.
Di perjalanan susana terasa sunyi, Hye Jin meminta izin untuk menyalakan radio, terdengar lirik lagu Saat aku dalam pelukanmu, aku merasakan apa yang sudah kau lalui suasana malah makin gugup, Hye Jin buru-buru menganti saluran radio yang lain, lagu lain terdengar Peluk aku.. peluk aku...Aku memintamu untuk memelukku Sung Joon benar-benar makin gugup, Hye Jin akhirnya memilih untuk mematikan radio saja. 

Sung Joon mengantarkan Hye Jin sampai depan jalan rumahnya, Hye Jin mengucapkan terimakasih dan ingin langsung turun. Sung Joon memanggilnya seperti ingin mengatakan sesuatu, tapi yang keluar dari mulutnya agar Hye Jin bisa istirahat yang baik, Hye Jin pun berpesan supaya Sung Joon hati-hati dijalan.
Hye Jin berjalan sedikit gugup karena mengingat saat Sung Joon datang dan langsung memeluknya lalu merek berdua basah kuyup sambil berpelukan. Sebelumnya Sung Joon juga pernah menahan kepalanya saat tertidur di kantor. Pipinya juga di pegang oleh Sung Joon dan memanggil namanya di tengah jalan saat hujan deras.
“Saat kita ingin mengakui kebohongan kita, maka kita akan merasa ragu-ragu dan takut.Dan ... dalam keraguan yang panjang itu, pada satu titik, membuatmu merasa mustahil untuk berani berkata benar.”
Sung Joon melihat Hye Jin yang hanya diam saja, akhirnya kembali mengemudikan mobilnya. Hye Jin berbalik, melihat mobil Sung Joon yang sudah pergi, berlari mengejarnya, tapi karena sudah jauh ia mencari cara agar bisa menemuinya. 

Hye Jin akhirnya sampai di apartement Sung Joon dengan taksi, melihat cinta pertamanya itu sedang berjalan di lobby lalu memanggilnya. Sung Joon juga memanggil nama “Hye Jin” wajah Hye Jin sempat tersenyum. Tapi yang didatangin Sung Joon adalah Ha Ri bukan dirinya.
“Tapi, bahkan saat kita mengumpulkan keberanian dan berniat berkata jujur, bisa saja kebenaran terasa lebih tidak nyaman dibandingkan kebohongan.”
Hye Jin benar-benar tak percaya ternyata Ha Ri diam-diam masih berhubungan dengan Sung Joon dengan mengunakan namanya. 

Ha Ri yang menunggu Sung Joon melihat pakaian yang basah kuyup menanyakan keadaanya. Sung Joon menatap Ha Ri meminta maaf karenatidak bisa menepati janji lagi. Ha Ri binggung menanyakan apakah terjadi sesuatua. Sung Joon seperti merasa bersalah kembali meminta maaf pada Hye Jin ( Ha Ri)
“Hari ini ...Boleh aku langsung naik keatas ?” ucap Sung Joon
“Baiklah... Kau juga terlihat tidak sehat. Pergilah istirahat.” kata Ha Ri yang mengenggam suratnya tanpa bisa diberikan pada Sung Joon.
Sung Joon menatap kepergian Hye Jin (Ha Ri) sambil bergumam “Mulai sekarang, Akumungkin akan semakin merasa bersalah padamu.Seharusnya aku tidak begini, tapi... Janjiku untuk tidak akan membuatmu cemas, Mungkin tidak bisa kutepati.”

Hye Jin berjalan keluar dari apartement dengan wajah sedih mengingat sebelumnya Joon Woo mengossip kalau Wakil PemRed punya pacar yang mirip model tubuhnya.
Setelah melakukan perjalanan bisnis dengan Sung Joon, Ha Ri terlihat penasaran menanyakan “Apa terjadi sesuatu dalam perjalanan bisnis ?” Hye Jin binggung dengan pertanyaan Ha Ri saat itu. Lalu Ha Ri terlihat kaget waktu ia masuk kedalam kamar dan berteriak mengucapakan selamat pada mereka karena sudah berkencan.
Hye Jin berjalan menyebrangi jalan dengan tatapan kosong tanpa memperdulikan lampu hijau, mobil yan sedang berjalan pun membunyikan klakson dan terpaksa berhenti membiarkan Hye Jin berjalan. Hye Jin berdiri di tengah jalan seperti tak mendengar bunyi klakson dan juga lampu mobil yang menyorotinya. 

Ia akhirnya menaiki bus dengan menatap kosong ke arah jendela, sopir bus memberitahu sudah sampai ke halte terakhir, beberapa penumpang turun dari bus tapi Hye Jin tetap diam saja. Akhirnya sopir bus menepuknya memberitahu perhentian terakhir.
Hye Jin kebinggungan turun dengan banyak bus disekelilingnya, ponselnya berdering, Shin Hyuk menelp menanyakan keberadaan Jakson. Hye Jin binggung dimana keberadaanya dan apa yang terjadi. Sementara di rumah sakit, Perawat binggung melihat pasien kecelakaan motor yang sudah tak ada di tempat tidurnya. 

Shin Hyuk sudah mengendarai mobil sport merah sampai ke tempat Hye Jin yang berjongkok sendirian. Ia bertanya kenapa Shin Hyuk sampai di tempat itu. Hye Jin balik bertanya kenapa hal seperti ini bisa terjadi. Shin Hyuk mengangkat satu tanganya yang sakit diatas dengkulnya, ikut berjongkok disamping Hye Jin.
“Jadi, apa yang akan kau lakukan ? Kau mau bertengkar dengan temanmu, dan tanya kenapa dia melakukannya Atau kau mau langsung menceritakan semuanya pada Wakil PemRed?” tanya Shin Hyuk
“Tidak.... Sepertinya aku harus menunggu. Sampai Ia bisa menceritakan semuanya sendiri. Ha Ri memintaku untuk menunggu.  Dia pasti punya alasan. Sama seperti aku yang sudah berbohong pada Sung Joon, Ha Ri pasti punya alasan juga.” jelas Hye Jin
“Aku iri padanya. Bukan biasanya seseorang akan berteriak “Teganya kau begitu !!! Beraninya menyebutku teman !!! Dasar perempuan jahat !!” Tapi Jackson percaya pada orang yang membohonginya karena dia adalah teman. Aku iri dan Dia beruntung sekali.” komentar Shin Hyuk
“Karena ini bukan orang lain. Ini Ha Ri ... Karena dia temanku, Ha Ri.”ucap Hye Jin 

Shin Hyuk mengajak Hye Jin pergi saja karena sudah larut malam, ketika berdiri kedua kakinya kesemutan begitu juga Hye Jin karena sudah terlalu lama berjongkok.
“Tapi,  Apa itu mobil sewaan ? Sepertinya mahal.” komentar Hye Jin melihat mobil yang dibawa Shin Hyuk
“Oh, aku pinjam dari teman.” kata Shin Hyuk berbohong .
Hye Jin menanyakan motor yang bisa dipakai seniornya, Shin Hyuk malah bertanya ada apa dengan motornya sambil tersenyum lalu masuk ke dalam mobil dengan kaki pincang karena kesemutan. 

Hye Jin mengucapkan terimakasih pada Shin Hyuk karena berkatnya bisa pulang tanpa tersesat dan sangat bersyukur. Shin Hyuk mengaku tak tahu harus berkata apa, mungkin karena mendadak sekali. Hye Jin merasa memiliki teman yang bisa diajak bicara seperti ini membuatnya sangat bersyukur.
“Kalau sudah tahu begitu, bagaimana kalau kasih aku 1000 Won atau apa saja, Daripada cuma kata-kata ?” rengek Shin Hyuk menadahkan tanganya.
“Kau Lagi!!!! lagi!!!! Bercanda!!! Masuklah dan Makasih untuk hari ini.” ucap Hye Jin akan berjalan masuk ke dalam rumah.
“Hey, Jackson. semuanya kembali normal, apa kau akan kembali pada Wakil PemRed ?” tanya Shin Hyuk
“Ya, aku akan kembali. Aku ... menyukai Seong Joon dan yakin Sung Joon juga merasa hal yang sama.” ucap Hye Jin dengan senyuman.
Shin Hyuk mengerti dengan mendengarnya lalu memberikan semangat untuk berjuang, Hye Jin pun memberikan selamat agar bisa berjumpa esok. 

Hye Jin pulang kerumah melihat Ha Ri sibuk didepan meja, bertanya temanya itu sedang apa. Ha Ri menceritakan saat masuk ke dalam rumah terlihat berantakan dan karena Hye Ji pasti tak mau membuang sepatu itu jadi ia yang membantu mengelemnya, tapi ternyata lem tak bisa menempelkan sol sepatunya.
“Ini tidak bisa dilem, Aku harus menyeretmu untuk membeli sepatu baru.Nanti kalau aku belikan, tolong gunakan dan jangan ditolak.” ucap Ha Ri, Hye Jin setuju temannya memberikan sepatunya.
“Ada apa??? Biasanya kau tidak suka kalau aku membelikanmu sesuatu.” komentar Ha Ri binggung
“Kau kan temanku.... Lakukan saja.” kata Hye Jin, Ha Ri senang mendengarnya jadi meminta agar Hye Jin nanti makainya. Hye Jin pun menunggunya, Ha Ri tersenyum mendengarnya bagaiaman kalau ia tidak menawarkan untuk membelikan sepatu. Ha Ri menatap temannya yang menunggu pengakuan Ha Ri sebenarnya tentang Sung Joon. 

Sung Joon duduk sambil menatap sebuah foto, sambil bercerita “Setelah kupikir, ini pertama kalinya. Aku tidak memikirkan apa yang terjadi saat menyetir dalam hujan.” Sebuah foto dirinya saat masih kecil dengan ibunya, Sung Joon memberitahu ibunya bahwa ini pertama kalinya.
Di kamarnya, Hye Jin duduk sambil menatap bagian puzzle yang diberikan Sung Joon padanya, setelah itu Hye Jin berpikir sejenak dan kembali menata puzzle dengan gambar payung dibagian belakanganya. 

Pagi hari
Hye Jin melihat Sung Joon yang berjalan di arah kedai coffee, teringat kembali saat Sung Joon yang memeluknya dan basah kuyu karena hujan. Sung Joon yang juga melihat Hye Jin berjalan mendekatinya, Hye Jin panik karena menatap Sung Joon seperti itu dan tak tahu harus bersikap seperti apa.
Kau datang lebih awal, Kita minum kopi dulu. Aku traktir.” ajak Sung Joon.
“Tidak usah.... Aku sudah minum kopi.” tolak Hye Jin dengan cepat berjalan pergi, Sung Joon menarik tali tas Hye Jin untuk kembali.
“Kalau begitu minum lagi.... Ikut aku.” kata Sung Joon menarik Hye Jin untuk masuk ke dalam cafe. 

Sung Joon langsung memesan Americano Ristretto 3 shot, lalu bertanya pada Hye Jin apa yang ingin diminum. Hye Jin gemetar kebinggung mau meminta apa. Sung Joon kembali menanyakan apa yang dingin diminumnya. Hye Jin akhirnya meminta apa saja yang manis.
“Karena kau sudah minum kopi, jadi beli yang tidak terlalu keras. Aku minta Krim Latte buat dia.” ucap Sung Joon, 
Keduanya menunggu disamping kasir, akhirnya kopi mereka sudah siap. Hye Jin ingin membawanya untuk cepat pergi. Sung Joon membawa dua gelas kopi pesananya mengajak Hye Jin untuk minum di tempat karena masih ada waktu meminumnya. 

Hye Jin duduk didepan Sung Joon dengan wajah tertunduk panik, Sung Joon menatapnya bertanya apakah Hye Jin tidur dengan nyenyak. Hye Jin mengangguk dan meminum cepat cream lattenya agar mengurangi rasa gugupnya, Sung Joon mengakui tak bisa tidur karena terus berpikir soal kejadian kemarin. Hye Jin langsung tersedak dan terbatuk-batuk.
“Ahh.. Reporter Kim !!! Aku harus menyampaikan sesuatu padanya. Kalau begitu... Aku pergi dulu” ucap Hye Jin langsung buru keluar.
Shin Hyuk bingung melihat Hye Jin yang keluar dari kedai kopi, Hye Jin meminta Shin Hyuk untuk berpura-pura bicara dan terus berjalan. Shin Hyun binggung ingin melihat kebelakang, Hye Jin menyuruh mereka melihat kedepan karena ada Sung Joon dibelakang.  Sung Joon melihat keduanya yang berjalan bersama.
“Aku tidak tahu harus bicara apa dan harus bagaimana menatapnya. Rasanya aku bisa gila.” kata Hye Jin benar-benar gementar.
“Jadi kau mau aku bersandiwara ?” tanya Shin Hyuk, Hye Jin mengiyakan. Shin Hyuk mulai berakting berlebihan dengan menjerit bahagia dengan memberikan selamat, lalu menyuruh Hye Jin tertawa bersama.
Sung Joon mengerutkan dahinya melihat keduanya yang tertawa ditengah jalan, Hye Jin pun mengajak Shin Hyuk berhenti dan mengajaknya jalan saja. Sung Joon yang melihatnya menarik nafas panjang, seperti tak bisa melihat kedekatan keduanya. 

Ha Ri menaiki eskalator sambil berlari melihat salah satu pegawai mengunakan dasi meminta untuk melepaskanya. Setelah itu menemui tamu hotel yang mengumpat karena dasinya ketumpahan kopi.
“Mr David.... Aku bisa mencarikan dasi yang lain.” ucap Ha Ri menyapanya dengan bahasa inggris yang fasih
“Kau baik sekali. Terima kasih... Aku menghargai ini.” kata Mr David mengambil dua buah dasi sebagai pengantinya berjalan pergi.
Salah satu pengawai melihat Mr David itu tamu kamar 2009 dan Buyer dari Amerika. Ha Ri membenarkan, Mr David akan ada pertemuan, tapi kesal karena dasinya terkena noda, jadi ia kesana kemari mengambil dasi pegawai lelaki sambil mengeluh pinggangnya yang pagi-pagi sudah terasa sakit. Pegawainya mengejek Ha Ri yang rajin olah raga pagi-pagi.

Hye Jin ingin masuk ruang rapat, tapi ingin kembali ke tempat duduknya. Shin Hyuk yang melihat Hye Jin tak masuk bertanya alasan juniornya tak masuk. Hye Jin mengaku ada Sung Joon sendirian disana. Shin Hyuk tak percaya melihat Hye Jin yang begitu cemas, Hye Jin mengakui sangat cemas sampai rasanya mau gila, lalu buru-buru masuk bersama dengan pegawai lainnya.
“Ini edisi ulang tahun ke 20, jadi kita letakkan 12 lembar artikel yang berkaitan dengan itu. Beruntungnya, kita punya banyak wawancara dengan artis yang berkaitan dengan itu. Pembaca tertarik untuk tahu soal perayaan kita  jadi bagian itu bisa diperbesar ditambah dengan kisah pendukungnya.” jelas Joo Young
Sung Joon menatap Hye Jin tanpa mendengarkan penjelasan dari Joo Young tentang edisi ulang tahun. Hye Jin yang masih gugup benar-benar tak konsetrasi saat mengetahui Sung Joon yang terus menatapnya. Setelah Joo Young berbicara, Sung Joon langsung setuju saja dan menyudahi rapat dan mengucapkan selamat istrihata karena sudah akhir pekan dan bertemu minggu depan. 

Sebelum keluar Sung Joon memanggil Hye Jin, terlihat Hye Jin benar-benar mencoba memalingkan wajahnya akhirnya berusaha menatapnya.  Sung Joon meminta supaya bawa notulennya ke ruangannya  kalau sudah selesai. Shin Hyuk melirik melihat Hye Jin yang benar-benar cemas.
Hye Jin menarik nafas panjang lebih dulu sebelum masuk ke dalam ruangan, tapi saat Sung Joon menatapnya pikirannya kembali teringat dengan pelukananya hujan deras, berulang-ulang. Akhirnya Hye Jin menyadarkan dirinya dengan mengelengkan kepalanya dengan cepat.
Sung Joon yang melihat bertanya kenapa Hye Jin tiba-tiba mengelengkan kepalanya, Hye Jin mengatakan bukan apa-apa sambil memberikan laporan dan akan segera pergi. Sung Joon dengan cepat menyuruh Hye Jin untuk duduk sampai selesai membacanya kalau nanti ada yang salah.Hye Jin sempat panik tapi karen atasan yang menyuruhnya jadi menarik kursi dan duduk didepanya. 

Sung Joon melihat Hye Jin duduk lebih rendah darinya,  menyuruhnya agar menaiki kursinya karena pasti tak nyaman. Hye Jin mengaku sangat nyaman duduk dengan posisi seperti itu dengan nada suara bergetar. Sung Joon menegaskan memang nyaman untuknya tapi tak nyaman untuk dirinya.
Ia pun menarik tuas dibagian bawah untuk menaikan kursi Hye Jin, tangan Sung Joon sempat menyentuh pundak Hye Jin agar tak jatuh. Hye Jin benar-benar tak bisa menutupi rasa gugupnya karen harus berdekatan bahkan tangan Sung Joon menyentuhnya. 

Sung Joon kembali duduk menatap Hye Jin yang duduk didepanya, sambil berkomentar bahwa itu sudah bagus. Terlihat Hye Jin yang duduk dengan kursi lebih tinggi dibanding mejanya.
“Soal kemarin ...” ucap Sung Joon sambil berpura-pura membaca berkasnya. Hye Jin langsung turun dari kursinya sambil berteriak.
“Re-Reporter Kim mintaku mencarikan ... artikel untuknya. Kau Bacalah, kalau ada yang ... salah ... beritahu aku.” kata Hye Jin terbata-bata dan buru-buru keluar ruangan.
Tapi pintunya tak bisa terbuka, wajahnya panik tak bisa keluar dari ruangan yang membuat jantungnya berdegup kencang. Sung Joon membuka pintu yang sebelah kanan karena memang pintu itu yang bisa dibuka, Hye Jin pun buru-buru keluar. Sung Joon bersandar di pintunya sambil menghela nafas karena Hye Jin terus menghindar. 

Nyonya Kim mendorong pintu tanpa melihat ada Sung Joon yang sedang bersandar, lalu kebinggungan mencari wakilnya tak ada disana. Sung Joon memanggilnya karena ada dibelakang pintu. Nyonya Kim kaget karena Sung Joon ada dibelakangnya, menanyakan apa yang dilakukan didepan pintu.
Sung Joon mengaku sedang berpikir, dengan wajah genit Nyonya Kim menduga Sung Joon sedang memikirkanya. Sung Joon langsung mengelengkan kepalanya, Nyonya Kim mengeluh Sung Joon yang terlalu jujur.
“Oh iya, pertemuan makan malam dengan perwakilan Bally,Kau tidak lupa, kan? Pukul 7 di Ara Hotel. Pastikan memakai setelah jas ini saat datang dan Sebaiknya memakai merk yang mereka keluarkan saat bertemu” pinta Nyonya Kim memberikan setelan jasnya. Sung Joon mengerti dengan menerima setelah jasnya.
“Kau tahu, aku berpikir untuk bertemu denganmu saat akhir pekan, perasaan berdebar-debar apa ini ?” goda Nyonya Kim lalu pamit pergi dan akan bertemu esok. Setelah Nyonya Kim pergi, ponsel Sung Joon berdering terdengar suara adik Hye Jin menelpnya. Sung Joon bertanya siapa yang menelpnya 

Ah Reum menjerit mengetahui Ten memperbaharui status. Joon Woo dan Han Sul ikut bersemangat bersama-sama melihatnya, lalu membaca dari gambar yang menuliskan statusnya dalam tulisan tangan "Akhirnya, aku bisa bertemu dengan pembacaku dalam 3 minggu. Judul novel baruku adalah 'Memory'."
Joon Woo tak sabar karena buku barunya akan terbit 3 minggu lagi. Han Sul berpikir beberapa minggu lagi akan terbit di Korea, Sun Min melihat judulnya benar-benar tak bisa ditebak.
“Jadi Buku baru Ten berjudul 'Memory'? Kalau gitu tokoh utamanya bernama 'USB' ?” komentar Shin Hyuk bercanda
“Oh iya. Tadi penerbit menelepon dan Ia ingin kita memberi ulasan buku baru Ten saat terbit.” kata Eun Yung, semua langsung riuh mendengarnya.
“Pastinya itu tugas sunbae Shin Hyuk. Jujur saja, tiap kali Ia menulis ulasan, pasti jadi berita.” komentar Joon Woo
“Aku tidak terlalu menyambung dengan Ten. Penulis yang kelewat tenar. Tidak asik mengulas buku penulis yang sudah terkenal. Lebih mengasikkan kalau mengulas buku dari penulis baru berbakat.” keluh Shin Hyuk
Ah Reum mengejek obsesi Shin Hyuk yang aneh lagi. Joo Young masih penasaran siapa sebenarnya Ten itu, tiga cewa yakin bahw Haruki Murakami, tapi Joon Woo yakin Ten adalah ahjumma dari Korea berusia 40an.

Nyonya Kim berjalan masuk ke dalam ruangan berbicara dengan bahasa asingnya. “Oui? Lentment s'il vous plait....” semua orang bertanya-tanya bahasa apa yang digunakan Nyonya Kim sekarang.
Eun Young tak bisa menebaknya, Sun Min yakin itu bahasa prancis. Joon Woo yang melihatnya benar-benar kagum dengan pemred memang yang terbaik, mengangkat dua jempolnya.
“Aigooo, kau memuji bibinya sendiri.Kenapa aku bisa tidak tahu padahal kentara sekali ?” gumam Han Sul bahagia melihat sikap Joon Woo yang berpikir menutupi jati dirinya.
Joo Young ingat saat di pidato pembuka Nyonya Kim berbicara dengan beberapa bahasa. Ah Reum tak percaya karena selama ini berpikir Nyonya Kim hanya mengarang tapi ternyata memang bisa  dan bertanya-tanya pimred mereka itu sebenarnya identitasnya seperti apa. 

Joo Young dkk siap-siap untuk makan siang bersama, Han Sul mengajak semuanya makan mie bihun bersama didepan kantor. Ketika akan pergi, Joon Woo teringat dengan Shin Hyuk yang tak ada dikantor, Ah Reum tak peduli dengan Shin Hyuk si reporter gila. Tapi Hye Jin peduli meminat semuanya duluan saja karena aan menelpnya.
Hye Jin langsung bertanya dimana Shin Hyuk berada saat telpnya diangkat, seorang perawat berbicara kalau pasien baru keluar untuk merapikan diri. Hye Jin binggung wanita yang memanggil Shin Hyuk pasien dan bertanya ada dimana. Hye Jin kaget mengetahui Shin Hyu ada dirumah sakit.
Shin Hyuk berjalan lebih dulu, Hye Jin baru keluar melihat seniornya langsung menghampiri sambil menanyakan alasannya ke rumah sakit, apa yang terjadi, apakah ia terluka. Shin Hyuk hanya menjawab tidak ada dan mengajaknya makan.. Hye Jin tetap penasaran menanyakan dimana lukanya, apakah itu parah.
“Ahhh, aku lapar setengah mati. Ayo cepat.. Kita Makan, makan, makan. Go.. Go.. Go” ucap Shin Hyuk
“Kalau sampai kerumah sakit pasti bukan sakit biasa. Lukamu parah?” tanya Hye Jin kembali karena belum mendapatkan jawaban
“Ayo cepat kita makan !!! Aku mau mie !!!!” jerit Shin Hyuk berjalan lebih dulu, Hye Jin tetap bertanya dimana luka Shin Hyuk.

bersambung ke part 2  

2 komentar:

  1. Makin seruuu. . Aku penasaran sama penulis Ten, kok sering disebut-sebut ya.. Jangan Ten itu nama samaran shin hyuk. . Haha menghayal aku nya. .

    BalasHapus
  2. Selalu cepet updatenya...makasih mb dyah...
    lucu liat perhatian SungJoon ke HyeJin...

    BalasHapus