PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Kamis, 09 Agustus 2018

Sinopsis Lets Eat 3 Episode 8 Part 2

PS : All images credit and content copyright : TVN

Ibu pemilik kaget mengetahui kalau Ji Woo yang ingin membatalkan kontrak dan bertanya apakah ada masalah dengan rumah itu. Ji Woo mengaku ada masalah pribadi. Ibu pemilik mengatakan Ji Woo tidak akan dapat uang muka.
“Aku tahu. Lalu Bisakah Anda mencari rumah lain untukku?  Yang satu akan memberiku uang 10 juta Won. Aku sangat membutuhkan uang tambahan itu.” Kata Ji Woo. 

Seo Yeon baru saja sampai halte mengeluh  dengan Si brengsek Sun yang  menyebalkan itu, karena Sekarang mengirimnyake pedesaan dan sangat jelas ingin mengacaukannya, bahkan akan buang-buang waktu dalam perjalanan hari ini, lalu melihat bus didepanya.
“Kenapa tidak sekalian kirim aku ke Pyongyang untuk mendapatkan naengmyeon untuknya?” keluh Seo Yeon menaiki bus.
Sesampai di dalam restoran, semua orang terlihat bahagia makan mie. Seo Yeon hanya melihatnya dengan bingung seperti tak yakin kalau rasanya seenak itu. Akhirnya pesanan datang untuk dibawa pulang, lalu berusaha memasukan ke dalam tas penyimpan es agar lebih awet.
Pesan dari Sun masuk ke ponsel “Bawa secepatnya sampai jam 7 malam.” Dengan wajah kesal, Seo Yeon mengatakan akan membawakan segera lalu keluar dari restoran, matanya tertuju pada restoran Makguksu, Kimchi sujebi
“Kalau dipikir, aku belum makan apa pun hari ini. Masih ada waktu sebelum busku datang, jadi mungkin aku harus makan.” Ucap Seo Yeon ingin makan  Kimchi sujebi. 


Sun sudah menunggu, Seo Yeon pulang meminta maaf datang terlambat karena macet sekali. Sun melihat kalau Seo Yeon terlambat satu jam 12 menit jadi itu artinya mengabaikan tugasnya dan akan mengurangi gainya. Seo Yeon mengeluh kalau itu tak adil.
“Kau tak bilang apa-apa ketika aku bilang ketinggalan bus, padahal Dikatakan demikian dalam kontrakmu. "Bosmu bisa menghukummu karena pelanggaran kontrak.". Keluh Seo Yeon
“Kenapa kau ketinggalan bus? “ tanya Sun. Seo Yeon pikir Sun akan memotong gajinya lagi kalau mengatakan alasannya.
“Biarkan aku mendengarnya dulu.” Kata Sun ingin tahu alasan Seo Yeon.
“Aku pernah memberitahumu tentang tempat kimchi sujebi yang sudah lama ingin kukunjungi. Lalu Aku menemukannya hari ini. Aku masuk ke restoran itu untuk mencicipinya tetapi akhirnya aku menghabiskan semangkuk. Tempatnya dekat restoran yang tadi kubeli.” Cerita Seo Yeon penuh gairah memperlihatkan fotonya
“Bukankah foto-foto itu  menunjukkan betapa senangnya aku? Apa ini cukup untuk memaafkanku?” kata Seo Yeon berharap.
“Jika kau tidak memakannya sampai habis, kau akan menghemat satu menit. Kau mungkin tidak ketinggalan bus.” Ucap Sun. Seo Yeon melonggo kaget.
“Pada akhirnya, kau gagal melakukan pekerjaanmu karena alasan pribadi, jadi itu adalah kelalaian. “ kata Sun lalu melangkat pergi. Seo Yeon hanya bisa cemberut melihatnya. 

Seo Yeon keluar dari kamar merasakan ada kegaduhan, Sun keluar dari kamar mandi dengan memegang perutnya. Seo Yeon bertanya apakah Sun sakit. Sun mengatakan kalau menyalahkan Seo Yeon karena  Jika membawakan makanan  pada jam 7 malam, maka tidak akan seperti ini.
“Maaf. Apa sakit perutmu parah? Apa Kau mau ke UGD?” tanya Seo Yeon panik. Sun mengaku baik-baik saja tapi kembali masuk ke dalam toilet karena sakit perut. 

Dae Young akan masuk kantor, melihat si pria membawa papan “Agen Asuransi Goo Dae Young Membuat Seseorang Berada di Rumah Sakit!” seperti sengaja mengajukan demo. Akhirnya Ia masuk ke dalam kantor membaca pesan si pria.
“Menurutmu, siapa yang lebih rugi ketika aku menuntut?< Permukiman naik harga. Sekarang 20 juta Won. Kau bisa Telepon nomor ini kalau sudah punya uangnya.”
“Dae Young, bagaimana kau bisa terjerat dengan pria itu?” keluh Managernya.
“Maaf. Aku akan membiarkan itu tidak menyebabkan kerugian pada perusahaan.” Kata Dae Young
“Tenangkan dia sebelun klien kita mendengar tentang ini. Kau juga tahu bagaimana. Tanpa kredibilitas, kau akan kehilangan semua klienmu.” Tegas Managernya. Dae Young menganguk mengerti. 

Seo Yeon melihat Sun yang pucat dikamar ingin tahu keadaanya,  Sun mengaku kalau hampir mati dan menurutnya Ini disebut hari yang sakit karena suatu alasan. Seo Yeon meminta maaf dan membiarkan Sun untuk istirahat.
“Apa kau Bisa turunkan jendela ini? Itu terlalu terang. Aku terlalu lesu untuk mengangkat satu jariku.” Ucap Sun. Seo Yeon pun menurutinya dengan menutup jendela.
Saat keluar dari kamar, Sun kembali memanggil Seo Yeon dan Seo Yeon langsung bergegas masuk bertanya ada apa. Sun mengatakan sekarang terlalu gelap di kamarnya jadi meminta agar menyesuaikan sudut jendela supaya cahaya bisa masuk sedikit, Sekitar 30 persen.
“Kau bilang 30 persen? Apa Sebanyak ini?” ucap Seo Yeon menarik sedikit jendea. Sun meminta agar Sedikit lagi. Setelah itu Seon menyuruh agar beristirahat. 


Baru beberapa langkah, Sun kembali memanggil Seo Yeon mengaku tidak bisa tidur, jadi ingin membaca buku dan meminta agar diambikan  buku dari perpustakaan pribadinya. Seo Yeon ingin tahu buka apa, Sun mengatakan apa saja. Sun melihat judul buku "Pencahayaan yang Tak Terlaksana"
“Aku mengosongkan seluruh perutku dan tubuhku tidak bisa lebih ringan. Ini hanya akan membuatku lebih menderita. Carikan aku yang lain.” Kata Sun. Seo Yeon mengeluh agar Sun membaca saja.
“Katamu kau tidak keberatan. Gara-gara kau aku jadi sakit hari ini. Meski kau bukan asistenku, setiap manusia yang baik akan membantuku menjadi lebih baik. Begitulah seharusnya! “ ucap Sun. Seo Yeon pun mengambilkan buku untuk Sun yang tebal seperti kamus.
“Ini terlalu berat. Aku tak bisa memegang buku ini dalam posisi seperti ini.Bawakan buku yang lain.” Kata Sun.
Seo Yeon mengambil buku lainya, Sun mengeluh kalau sudah membaca buku yang dibawa Seo Yeon, lalu mengeluh kalau buku yang dibawa Seo Yeon Baunya seperti jamur. Akhirnya Seo Yeon membawakan judul buku "Cara Berpikir Logis Menuju Makanan"
“Makanan... Buku ini mengingatkanku tentang pekerjaan. Memikirkan pekerjaan membuatku capek.” Keluh Sun akhirnya memilih untuk berbaring.
“Aku hanya mau tidur. Tolong simpan buku-buku ini.” Kata Sun. Seo Yeon menahan amarah karena sudah bolak balik tapi Sun tak membacanya.


“Baiklah. Aku hanya akan membiarkannya. Inilah kesedihan karena berhutang dan Ini jalan untuk sekretaris pribadi.” Ucap Seo Yeon kesal.
Sun kembali memanggil Seo Yeon lagi, mengakuk kalau merasakan virus enteritis dari selimut ini jadi harus mencucinya. Seo Yeon mengeluh kalau sekarang harus melakukan itu.  Sun menganguk karena jika membawa laundry maka virus mungkin menyebar ke cucian orang lain.
“Kau Cucilah sendiri.” Ucap Sun. Seo Yeon hanya melonggo binggung melihat Sun yang tertidur.
“Apa yang kau tunggu? Ambilkan aku selimut baru.” Kata Sun. Seo Yeon pun mengambil selimut untuk Sun.
Sun kembali memangil Seo Yeon agar menginjaklah setiap sudut selimutnya saat mencucinya, karena Cuacanya cerah, jadi akan kering dengan baik. Seo Yeon menginjak-injak selimut mengumpat kesal, di dalam kamar mandi.  Setelah selesai ia mengeluh tubuhnya terasa sakit.
“Si gila itu... Apa dia kehilangan akal sehatnya karena enteritis?” keluh Seo Yeon lalu menerima telp dengan wajah panik. 


Seorang pria melihat mobil Dae Young dengan berkeliling. Dae Young mengatakan sudah merawatnya dengan baik dan sudah mengendarainya kurang dari setahun, dan tidak ada catatan kecelakaan.
“Berapa banyak yang bisa kujual untuk itu? Aku ingin menjualnya sesegera mungkin.” Kata Dae Young
“Benarkah? Kalau mendesak, maka uang penjualan Anda akan tidak banyak.” Kata si pria. Dae Young seperti tak bisa berbuat apapun lalu menerima telp 

Dae Young sudah duduk di depan rumah Ji Woo memberikan makan untuk anjingnya, lalu melihat Ji Woo akhirnya pulang. Ji Woo binggung melihat Dae Young datang kerumahnya. Dae Young mengucapkan Terima kasih, karenaTuduhannya sudah selesai berkat Ji Woo. Ji Woo terlihat kaget.
“Aku tidak melakukan apa-apa.” Ucap Ji Woo, Dae Young mengaku sudah tahu semuanya dengan senyuman bahagia. 

Flash Back
Ji Woo terihat kebingungan berbicara pada seniornya,  bertanya apakah  punya uang, untuk meminjam padaku sekitar 10 juta Won. Seniornya binggung. Ji Woo mengatakan akan membayar setelah menerima depositnya. Seniornya ingi tahu alasan Ji Woo tiba-tiba membutuhkan uang sebanyak itu.
“Apa sesuatu terjadi pada ibumu?” tanya Senior, Ji Woo mengaku ini bukan tentang ibunya. 

Akhirnya Ji Woo menceritakan yang terjadi. Seniornya kasihan karena Dae Young pasti dalam masalah dan Ji Woo akan membayar uang penyelesaian atas namanya. Ji Woo pikir itu wajah karena itu terjadi ketika Dae Young mencoba menyelamatkan.
“Aku tidak tahu untuk siapa hukum itu.” Kata seniornya. Ji Woo juga mengaku punya bukti si pria yang menyelinap menyamar sebagai wanita.

“Apa? Dia bahkan berpakaian seperti wanita? Itu bukan perilaku normal. Apa Dia tidak punya catatan kriminal?” tanya Senior
“Polisi memeriksanya, tapi dia bersih. Mereka bilang jika ada catatan tentang melakukan kejahatan serupa, pasti semuanya baik-baik saja bagi Dae Young. Kenapa kau tidak mempostingnya di Internet? Seperti yang kau tahu, perilaku abnormal seperti itu tidak muncul dalam semalam.”Itu cenderung menjadi kebiasaan.” Jelas senior.
Ji Woo seperti binggung karena akan membahasnya di internet, karena Polisi tidak bisa menemukannya, jadi tak mungkin bisa menemukannya di internet. Seniornya menjelaskan tak perlu mencarinya sendiri tapi membuat Posting tulisan supaya orang lain bisa membacanya.
“Pasien tabrak lari di bangsal bedah memposting tulisan untuk mencari penabraknya secara online. Para saksi menulis komentar yang membantu menangkap pelakunya segera. Jadi Postinglah di komunitas online dengan banyak pengguna wanita.” Jelas seniornya. 



Ji Woo menuliskan  di posting komunitas dengan gambar dari black box mobil Dae Young 
“Dia berpakaian seperti wanita dan berusaha menyelinap ke sebuah rumah di mana seorang wanita tinggal sendirian. Jika ada yang melihat pria ini . atau telah menjadi korban kejahatan serupa, silakan hubungi saya.”
Dengan judul “Pria ini menyamar sebagai wanita dan hanya menargetkan wanita.”

Dae Young datang ke kantor polisi, lalu polisi memebritahu ternyata pria itu  melakukan  banyak kejahatan serupa dan Belum lama sejak pria itu  datang ke Seoul. Polisi menjelaskan merekan tidak bisa memeriksa kejahatannya yang tinggal di luar Seoul.
“Anda akan berada dalam masalah besar  jika bukan karena pelaporan secara online.” Ucap Polisi. Dae Young binggung mendengar Pelaporan secara online.
“Para korban wanita memposting banyak rekaman CCTV dan video online.” Ucap Polisi memperlihatkan postingang “Pria ini menyamar sebagai wanita dan hanya menargetkan wanita.”
“Berdasarkan bukti ini, kami akan menyelidiki lebih lanjut tentang kasus ini.” Kata Polis dan Dae Young melihat nama Ji Woo dibagian atas postingnya. 


“Aku melihat nama penggunanya, dan itu juga nama pengguna yang kau pakai buat berkomentar di blogku.” Ucap Dae Young
“Aku mempostingnya secara online karena ini tidak adil. Aku hanya beruntung saja.” Kata Ji Woo
“Bukan sekali, jadi Berapa banyak yang kau posting?” kata Dae Young, Ji Woo pun hanya terdiam karena banyak sekali mempostingnya.
“Kalau belum makan, jadi ayo kita makan. Aku akan mentraktirmu karena masalahku terselesaikan berkatmu.” Kata Dae Young, Ji Woo terdiam.
“Apa kau berpikir apakah aku harus repot-repot mau makan atau tidak?” ucap Dae Young. Ji Woo mengaku tak masalah akan makan dengan Dae Young dan bertanya ingin mentraktinya apal
“Aku akan pergi Ke tempat kau membawaku ke restoran enak.” Ucap Dae Young.
“Tempatnya ada banyak. Ada restoran hagfish, rebusan daging babi, mie pedas...” kata Ji Woo dan memikirkan apa lagi yang enak. 


Keduanya akhirnya duduk disebuah restoran dengan potongan ikan diatas meja. Ji Woo bertanya apakah Dae Young masih ingat. Dae Young mengaku pasti masih ingat dan tak mungkin bisa melupakanya dan Ji Woo akan mulai makan lalu meminta bibi membawakan dua mangkuk besar.
“Kami mencampur semua bahan bersama-sama seperti ini, bukan?” ucap Dae Young mulai memasukan potongan kubis dan ikan lalu memberikan saus, bubuk bawang putih. Ji Woo menganguk dan mulai makan tanpa henti.
“Itu mengingatkanku pada masa lalu. Benarkan?” kata Ji Woo.  Dae Young berkomentar kalau rasanya masih sama saja.
“Aku mencoba ini pertama kali karenamu.” Kata Dae Young mengangkat seperti irisan rumput laut.
“Kau bilang Ganggang ini? Warga Busan memakan ini sebagai lauk, tapi tidak di Seoul.” Ucap Ji Woo
“Awalnya kupikir itu seperti rumput laut lainnya, tapi rasanya sangat berbeda.” Kata Dae Young
Keduanya mulai makan kembali dan tak lupa meminum soju,  Dae Young pikir saat minum alkohol, jadi ingin sup. Ji Woo pikir mereka bisa memesan itu. Sup ikan ditaruh diatas kompor, Dae Young lebih dulu mencicipi kuah pedas, mereka makan sangat lahap sup ikan pedas. 


“Jika kita tidak memutuskan hubungan setelah aku pulang wamil, maka kita akan terus makan di beberapa restoran. benar, kan?” ucap Dae Young. Ji Woo hanya tersenyum.
“Jika sesuatu yang sulit terjadi, kita akan bahas beberapa alkohol.” Kata Dae Young
Ji Woo bertanya-tanya apa itu Sesuatu yang sulit, lalu teringat yang dikatakan Seo Yeon “Aku melihatnya di rumah pekuburan Ayah. Pacarnya Dae Young. Dia ada di sana. Sama seperti Ayah.” Ji Woo ingin bicara tapi Dae Young mendahuluinya.
“Maaf kalau aku harus melibatkanmu. antara aku dan Seo Yeon. Aku yakin kau ada alasan yang tidak bisa kau bicarakan. Jika ada salah paham, kuharap kalian bisa membicarakannya.” Kata Dae Young
“Aku pernah memberitahumu terakhir kali setiap orang punya masalah yang tidak ingin mereka bicarakan. Tapi daripada menyimpannya di dalam, kurasa akan lebih baik untuk membiarkannya keluar. Meski melakukan itu tidak menghasilkan apa-apa, mungkin itu bisa menyembuhkan luka. Jika kau menyembunyikan luka, itu hanya mengada-ada.” Ucap Ji Woo
“Apa itu pendapatmu sebagai perawat?” ejek Dae Young. Ji Woo membenarkan.
“Jadi jika kau membutuhkan bantuanku, beri tahu aku” kata Ji Woo.
“Harusnya kau bicara saja, jangan diam. Itu pendapatku sebagai pekerja asuransi. Ada banyak klienku yang terhambat secara emosional.” Ucap Dae Young
“Baik. Aku akan berusaha lebih keras.” Ucap Ji Woo berjanji. 



Sun memanggil Seo Yeon dari kamarnya, tapi Seo Yeon tak juga datang.  Akhirnya ia mencoba menelp Seo Yeon dan mendengar bunyi ponselnya dikamar, saat membuka pintu tak melihat Seo Yeon ada dikamar. Ia bertanya-tannya kemana Seo Yeon pergi tanpa membawa ponselnya. 

“Kenapa kau tidak menelepon ketika ada di Seoul? Kapan kau kembali? Apa Kau tak pergi-pergi lagi?” ucap ibu Seo Yeon bertemu dengan anaknya di cafe.
“Jangan peduli.” Kata Seo Yeon. Ibu Seo Yeon mengeluh dengan anaknya yang bicara seperti itu pada ibunya.
“Kau kasar sekali... Apa Kau tidak facial? Kau bisa saja mirip seperti usia 40-an, bukan 30-an. Aku akan buatkan kartu keanggotaan spa. Satu panggilan dariku dan wakil direktur akan membawamu.” Ucap Ibu Seo Yeon melihat wajah anaknya.
“Lupakan. Kenapa Ibu ingin menemuiku?” tanya Seo Yeon sinis
“Apa seorang ibu butuh alasan untuk menemui putrinya?” kata Ibu Seo Yeon
“Ibuku padahal melakukan semua itu. “ komentar Seo Yeon masih tetap sinis
“Kenapa kau malah tidak sopan? Aku tidak percaya darah kita menarikku ke sini untuk menemuimu.” Kata Ibu Seo Yeon
Seo Yeon pikir maka dari itu lebih baik ibunya tak usah datang. Ibunya pikir Seo Yeon harus menunggu sampai tua maka akan menyesal mengatakan itu, karena Keluarga adalah satu-satunya yang tersisa dan menurutnya seorang pria itu tidak ada gunanya.
“Itu sebabnya... Apa kau mau tinggal bersamaku?” ucap Ibu Seo Yeon. Seo Yeon kaget mendengarnya.
“Ibu menelantarkanku untuk tinggal bersama pria lain... dan sekarang Apa Ibu mau aku kembali pada Ibu? Kenapa? Setiap kali Ibu marah, stres, atau depresi, Apa Ibu membutuhkan sarung tangan tinju?” ucap Seo Yeon marah
“Bisa-bisanya kau mengatakan itu? Siapa yang menelantarkanmu? Seorang putri harus ada di sana untuk ibunya saat dia kesal. Siapa lagi yang akan diajak bicara oleh seorang ibu?” kata Ibu Seo Yeon membela diri.
“Kenapa aku harus bersama Ibu? Memangnya aku sampah emosional Ibu sendiri? Yang Ibu lakukan adalah melampiaskan kemarahanmu padaku dan meninggalkan seringan bulu, tapi semua yang Ibu tinggalkanada di dalam diriku yang membusuk.” Ungkap Seo Yeon marah
“Kau dan marahmu masih sama saja. Itu sebabnya sifatmu selalu seperti itu. Kau tak akan bisa hidup dengan baik kalau kau memperlakukan ibumu seperti itu.” Komentar Ibu Seo Yeon. 

Seo Yeon mengingat yang dikatakan Ji Woo saat menemuinya “Aku tahu kau melakukan ini untuk membuatku kesal. Sekarang kau tak perlu melakukan itu lagi. Karena aku tidak akan melihatnya lagi. Aku akan segera pindah. Jadi kuharap aku tidak akan menemuimu lagi.”
“Aku melihatnya di rumah pekuburan Ayah. Pacarnya Dae Young. Dia ada di sana, Sama seperti Ayah.” Ucap Seo Yeon seperti sengaja melampiskan amarahnya pada Ji Woo
“Aku baru menyadari sesuatu... Aku tidak tahan melihat seseorang bahagia dan hanya harus merusaknya. Aku putri Ibu yang sempurna. Aku sama seperti Ibu.” Ungkap Seo Yeon lalu bergegas pergi. Ibu Seo Yeon terlihat binggung. 

Sun mondar mandir dikamarnya karena Seo Yeon belum pulang dan berpikir Seo Yeon meninggalkan orang sakit sendirian hanya karena perjalanan bisnis itu, Ia mengeluh Sekretaris macam apa  yang melakukan itu, lalu terdengar bunyi suara pintu terbuka. Sun buru-buru naik ke tempat tidur dan memanggil Seo Yeon.
Tapi Seo Yeon tak juga datang, lalu akan memarahin karena tak bisa tidak bisa menghubungi asistennya dan kaget melihat Seo Yeon sedang muntah didepan toilet. Ia berpikir Seo Yeon minum banyak sekali. Seo yeon menyuruh Sun untuk meninggalkanya saja sendiri.
“Kenapa kau jadikan misimu  adalah membuat hidupku sengsara?” keluh Seo Yeon sambil menangis. Sun pun hanya terdiam. 

Ji Woo membuka pintu saat bel rumahnya berbunyi. Bibi Pemilik kontrakan dan mengaku ada masalah,karena Penyewa di sebelah mendengar tentang si mesum yang mencoba masuk ke rumahnya, jadi merasa wilayah itu berbahaya dan ingin mengakhiri kontrak.
“Kapan kau bilang akan pindah lagi? Aku bisa membayar depositmu ketika aku sudah punya penyewa baru. Masih ada waktu tersisa di kontrakmu.” Ucap Si bibi
“Itu, aku punya masalah pribadi,. Dan mencari tempat baru untuk kutinggali.” Ucap Ji Woo
“Kalau seperti itu, bisakah kau tetap tinggal sampai kontrakmu berakhir? Aku akan memasang kamera keamanan di luar gedung.” Kata Si bibi. Ji Woo pun bisa bernafas lega. 


Seo Yeon hanya berbaring dikamar. Sun berpikir keadaan Seo Yeon buruk mengaku sudah memasak sup untuk makan dan menawarkan Seo Yeon bisa mencobanya juga  Seo Yeon menolak merasa baik-baik saja. Sun mengajak Seo Yeon keluar karena punya pekerjaan untuknya.
“Apa lagi? Bisakan aku melakukannya nanti?” keluh Seo Yeon
“Tidak bisa. Aku menyewa asisten karena suatu alasan. Jadi Cepatlah.” Kata Sun ketus
“Tidak bisakah dia melihat aku sakit sekarang?” keluh Seo Yeon bangun dari tempat tidurnya. 

Semangkuk sup kimchi dengan sujebi ada diatas meja, Seo Yeon terlihat binggung. Sun mengaku ingin tahu apa sup pereda mabuk itu bagus untuk wanita muda, dan menyuruh Seo Yeon makan saja.  Seo Yeon mencoba kuahnya dan merasa kalau sangat ingat dengan rasa itu.
“Apa Kau membelinya di restoran yang pernah kuceritakan?” ucap Seo Yeon kaget.
“Itu, aku tak sengaja pergi ke sana. Aku di sana untuk membeli hidangan lain.” Akui Sun
“Aku sangat membutuhkan ini... Ini obat terbaikku.” Kata Seo Yeon dengan wajah bahagia.
Sun tiba-tiba langsung mencium Seo Yeon seperti tak bisa menahan perasaanya. Seo Yeon terkejut mendorong Sun dan tak sengaja menyenggol mangkuknya, tangan Sun pun terkena kuah panas. Seo Yeon panik bertanya apakah tanganya terasa terbakar
“Tapi hatiku merasa terbakar.” Kata Sun memegang dadanya lalu mencium Seo Yeon kembali. Seo Yeon pun hanya bisa terdiam karena Sun menciumnya.
Bersambung ke episode 9

 PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 

1 komentar: