PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Sabtu, 04 Agustus 2018

Sinopsis Familiar Wife Episode 2 Part 2

PS : All images credit and content copyright : TVN

Joo Hyuk berlari sambil menelp pelangganya agar bisa menjawab telpnya. Akhirnya Pelanggan mengangkat, Joo Hyuk mengaku aklau menelepon karena tidak dapat membuat salinan ID kemarin jadi membutuhkan salinannya sekarang, sesegera mungkin.
“Aku akan pergi ke tempat kamu sekarang. Dimana kau?” tanya Joo Hyuk dan berteriak kaget kalau sedang briefing di pertemuan pagi.

Tuan Cha melihat semua tim audit mengeluarkan barang-barang dari laci, timnya pun terlihat gugup. Tuan Cha pikir tim audit datang dua bulan yang lalu, jadi Kenapa mereka kembali lagi, dan berpikir kalau tim audit bertambah besar.
“Tidakkah kau pikir dirimu terlalu banyak bekerja?” komentar Tuan Cha. Ketua Tim audit mengaku tidak menyukainya juga.
“Aku minta maaf... Bertindak seperti inspektur kerajaan rahasia hanya menyenangkan. Kami sadar kami harus melakukannya. Kali ini, kami melakukan pemeriksaan khusus karena informasi pribadi telah bocor dari cabang ini.” Ucap Ketua Tim audit.
“Ya ampun.... Kami tidak amatir... “ kata Tuan Cha. Saat itu anggota Tim melihat sudah menemukannya.
“Kami memang melakukan kesalahan itu. Bahkan monyet jatuh dari kebebasan kadang-kadang.” Ucap Tuan Cha melihat kartunya ada di meja orang lain.
“kau harus mendidik orang tentang cara menyimpan kartu keamanan.” Komentar Ketua Tim.
Jong Hoo akhirnya menelp Jong Hyuk yang belum datang juga,  Joo Hyuk sambil berlari meminta agar mengulur waktu dan akan memberi tahu detailnya nanti. Jong Hoo terlihat binggung, Jong Hyuk meminta agar mengulur waktu.
“Pastikan mereka tidak memeriksa dokumen pinjaman. Jadi Ulur waktu sampai aku tiba di sana. Mengerti? Kau harus Ulur waktu seolah-olah hidup mu tergantung padanya. Aku percaya kau.” Kata Joo Hyuk lalu menutup telp.
“Masalah apa yang dia sebabkan sekarang?” ucap Jong Hoo ikut khawatir. 

Joo Hyuk masuk ke sebuah gedung, lalu melihat customernya berada dalam ruangan sedang melakukan presentasi. Ia mencoba melambaikan tangan agar pelangganya bisa melihat tapi si wanita tetap sibuk menjelaskan pada semua peserta didik.
“Maaf, tapi kapan rapatnya berakhir?” tanya Joo Hyuk pada pegawai yang lewat.
“Ini baru dimulai, jadi akan memakan waktu sekitar satu jam.” Kata pegawai. Joo Hyuk  kaget karena harus menunggu satu jam dan memikirkan yang akan dilakukan.
Akhirnya Joo Hyuk masuk ruangan membagi-bagikan minuman pada semua anggota rapat, Si wanita terlihat binggung. Joo Hyuk akhirnya berada didepan si wanita meminta ID Cardnya. Si wanita hanya bisa menatapnya.
Semua akhirnya menyelesaikan bagian tukar uang, lalu Ketua Tim akan memeriksa arus kas dan dokumen pinjaman, jadi meminta agar membuka  brankasnya. Jong Hoo langsung menahanya merasa kalau tim aduit yang terlihat sangat akrab.
“Bukankah kau dari SMA Shinyongsan? Angkatan ke-53?” ucap Jong Hoo
“Tidak. aku lulus dari SMA bahasa asing.” Kata Ketua Tim audit.
“SMA Shinwon? Ahh... SMA Dongsan, kan?” ucap Jong Hoo mencari cara menahannya.
“Tidak, kita jelas bukan berasal dari kelompok usia yang sama. aku lahir pada tahun 1974, dan aku masuk sekolah setahun lebih awal.” Kata Ketua Tim
“Kau terlihat jauh lebih muda dari usiamu.” Komentar Jong Hoo, Tuan Byun pun meminta maaf atas sikap anak buahnya. 


Jong Hoo mengikuti Tuan Byun yang akan membuka brangkasnya, lalu membisikkan ditelinganya. Tuan Byun kaget dan mengeluh karena harus hari ini. Jong Hooo juga kebingungan yang harus dilakukan. Tuan Byun pikir kalau Ini adalah masalah hidup atau mati untuk cabang mereka.
“Kita harus mengulur waktu tidak peduli apapun itu” kata Tuan Byun lalu mengambil kunci brangkas.
Jong Hoo terlihat gugup, Tuan Byun tiba-tiba berpura-pura terjatuh dan Jong Hoo langsung menendang kunci agar kekolong meja. Semua langsung bergegas membantu Tuan Byun bangun, memastikan baik-baik saja agar tak cedera serius.
“Aku baik-baik saja, teman-teman... Ke mana kuncinya?” ucap Tuan Byun. Jong Ho pura-pura panik karena menghilang.
“Astaga, seharusnya ada di sekitar sini. Tidak seperti itu bisa berjalan. Kalian , cobalah menemukannya.” Kata Tuan Byun.
Joong Ho mencari dibawah meja, tapi tanganya tak bisa menyentuh dengan wajah kesusahan. Tuan Byun pun meminta agar mereka mencari penggaris dan meminta Ketua Tim audit menunggu. Jong Hoo tetap belum bisa menemukan kunci.
Hwan dengan polos melihat kunci yang tergeletak di lantai memberikan pada Tuan Byun. Jong Hoo hanya bisa melonggo, Tuan Byun pun tak bisa menutupinya kalau mereka akan membukanya. Jong Hoo pun duduk lemas tak bisa menahanya. 


Joo Hyuk bergegas sampai ke dalam kantorna dengan taksi, ditanganys sudah membawa fotocopy ID Card. Tapi Ketua Tim audit sudah menjabat tangan Tuan Byun, wajah semua terlihat kecewa. Tangan Joo Hyuk pun lemas menjatuhkan fotocopy ID Card.  
“Ini Waktu yang buruk, bukankah begitu? Bagaimana kau bisa menimbulkan masalah seperti itu pada hari audit? Bagaimana kau akan bertanggung jawab untuk ini? Apakah kau tahu berapa banyak poin penalti yang kami dapatkan karena mu?” ucap Tuan Byun memarahin Joo Hyuk.
“Aku harus mengatakan, ini adalah masalah yang cukup serius. Ketua Tim Cha harus pergi ke markas besar hari ini. Dia mendapat panggilan segera” tegas Tuan Byun
“Aku minta maaf. Aku bahkan tidak tahu harus berkata apa.” Kata Joo Hyuk.
“Tidak, jangan menyesal dan Jangan minta maaf pada ku. kamu harus meminta maaf kepada istri mu. kau jelas tidak mendapatkan promosi saat ini. Jika nama kamu ada di daftar, maka aku akan pastikan untuk menghalangi para atasan dengan semua yang ku miliki. Aku pikir itu akan adil. Apakah aku salah?” sindir Tuan Byun. Joo Hyuk pikir itu benar.
“Hentikan itu... Kirim permintaan maaf tertulis. Dan kau tidak perlu melakukan kontak mata dengan ku hari ini.” Ucap Tuan Byun.
Joo Hyuk melirik pada Tuan Cha, tapi Tuan Cha tak bisa membantu dan memilih untuk pergi. 


Nyonya Jang duduk di ruang istirahat merasa Gula darahnya telah mencapai titik dasar, karena panik di pagi hari jadi lelah. Hyang Sook mengaku bahkan tidak punya waktu untuk memakai make-up dengan benar. Hye Jung pun harus berlari keluar pintu di tengah sarapan.
“Aku akan sangat berterima kasih jika kita tidak pernah berurusan dengan audit internal.” Kata Nyonya Jang
“Ngomong-ngomong, tidakkah kamu merasa kasihan pada Tuan Cha? Dia jarang membuat kesalahan. Kenapa hari ini dari semua hari...” kata Hyang Sook sedih
“Itu yang aku katakan. Dia membuat kesalahan kecil di sana-sini, tapi tidak pernah ada kesalahan serius seperti ini.” Kata Nyonya Jang
“Apakah itu memengaruhi keputusan tentang promosi? Dia cukup berpengalaman untuk menjadi manajer tim.” Ucap Hyang Sook
“Itu pasti akan. Pendapat yang lebih tinggi paling penting, kau  pasti tahu.” Ucap Hye Jung
“Tentu saja itu akan terpengaruh. Dia berdiri di jalur yang salah. Dia harus memilih Tuan Byun daripada Tuan Cha. Kau wanita membuat pilihan yang tepat. Aku jelas tidak akan pernah memberikan ulasan kinerja buruk.” Ucap Nyonya Jang. Keduanya hanya tersenyum merasa sangat beruntung.
“Ngomong-ngomong, dari mana kau mendapatkan anting-anting itu? Itu sangat cantik.” Ucap Nyonya Jang melihat anting yang dipakai Hyang Joo.
Akhirnya Hyang Joo melepaskan antingnya agar Nyonya Jang bisa mencobanya.  Nyonya Jang pikir akan memberikan uang untuk anting yang dicobanya. Hye Jung memuji, akhirnya Hyang Joo memperbolehkan Nyonya Jang untuk mengambil antingnya saja tanpa harus membayar. 


Joo Hyuk melihat dari atap seperti ingin melompat. Jong Hoo menahanya, Joo Hyuk merasa seharusnya mati saja. Jong Hoo mengejek  kalau Joo Hyuk tidak akan mati jika kamu melompat dari gedung hanya tiga lantai dan hanya akan berakhir dengan cedera.
“Aku pasti benar-benar gila. aku pecundang seperti itu. Konsol game yang bodoh itu membuatku kehilangan akal sehat. Aku pasti kehilangan akal untuk sementara waktu. Aku telah tertekan dan membutuhkan sesuatu untuk mengangkat semangat ku... Aku benar-benar gila.” Ungkap Joo Hyuk kesal
“Hei, tidak apa-apa... Kita semua membuat kesalahan, dan sebagian dari kita dipromosikan lebih lambat dari yang lain. Kau tak perlu khawatir Ketika aku menjadi manajer tim,  aku akan membiarkannya ketika kamu terlambat bekerja dan memberi mu banyak manfaat.” Ucap Jong Ho memberikan semangat. Joo Hyuk mengumpat marah
“Apakah kau benar-benar berpikir bahwa itu akan membuat ku merasa lebih baik? Haruskah aku berhenti? Apakah harus Kirim surat pengunduran diri ku?” ucap Joo Hyuk mencengkram baju temanya.
“Apakah kau memiliki tanah? Lalu apakah kau memiliki gedung?” tanya Jong Hoo. Joo Hyuk mengelengkan kepala.
“Apakah kau memiliki simpanan emas atau uang tunai di suatu tempat?” kata Jong Hoo
“Sudahlah... aku merasa menyedihkan. Hei, ini bukan sesuatu yang bisa kau buang hanya karena kau mau. Nasib keluarga kamu tergantung padanya. Cobalah untuk melihat sisi baiknya. Setelah semua, kau membeli konsol game yang luar biasa melalui ini.” Ucap Jong Hoo
“Aku sebenarnya akan menangis. Ada begitu banyak bangunan, namun tidak satupun dari mereka adalah milik ku.” Keluh Joo Hyuk menatap gedung didepanya.
“Itu karena pemiliknya tumpang tindih. Satu orang memiliki selusin dari mereka.” Kata Jong Hoo.
 “Hidup ini tidak adil!” teriak Joo Hyuk di pinggir atap, Jong Hoo juga ikut berteriak “Ya, nikmati kekayaan di antara kalian sendiri!”
“kau tahu, aku juga menginginkan kehidupan yang nyaman dan luar biasa!” teriak Joo Hyuk. Jong Hoo juga mengharapkan yang sama.
“Biarkan kami hidup!” teriak Joo Hyuk sambil mengumpat. Jong Hoo melihat kalau Joo Hyuk merasa lebih baik dan mengajak turun sekarang. 



Hujan turun dengan deras, Woo Jin perlahan keluar dari kamar akan mengambil pampers, lalu melihat ada PS dibalik popok milik anaknya, wajahnya terlihat sangat marah. Joo Hyuk pulang ke rumah tak melihat istrinya ada dikamar, lalu mencoba melihat PS-nya tak ada di balik pampers.
Woo Jin sedang ada di kamar mandi dengan PS yang ada didalam bathtub. Joo Hyuk berteriak marah melihat PSnya yang terendam. Woo Jin marah karena sudah meminta agar Joo Hyuk  berhenti menggunakan uang untuk game.
“Mengapa kau membelinya ketika kau tidak bisa menggunakannya?” ucap Woo Jin dengan nada tinggi.
“Aku menggunakan konsol game usang yang rusak.” Kata Joo Hyuk
“Kenapa kau tidak berhenti bermain game sialan itu? Gaji kamu tidak besar, untuk bisa membayar biaya pengasuhan anak, membayar hutang, dan biaya hidup orang tua kita. Lalu Apa kau ingin menikmati hobimu?” ucap Woo Jin marah
“Hentikan itu.... Jangan memotongku...” kata Joo Hyuk akhirnya berani bicara dengan nada tinggi membuat Woo Jin terdiam.
“Bisakah tidak memotong ku... aku belum selesai bicara, mengerti? Kenapa kamu selalu memotong ku? Aku belum selesai berbicara, jadi katakan hal-hal setelah kamu mendengarkan ku dulu. Aku suamimu, Apa kau tahu itu?” tegas Joo Hyuk
“Apakah aku menghabiskan biaya hidup? Apakah aku meminta mu untuk uang? Yah... Benar, aku menabung sedikit gaji ku dan menyisihkannya untuk membeli konsol game... Itu bukan dalam hitungan hari atau bulan. Aku berinvestasi untuk diri ku sendiri selama bertahun-tahun. Apa kau pikir itu dosa sebesar itu?”ungkap Joo Hyuk mengeluarkan semua unek-uneknya.
“Jadi kau tidak mengerti sama sekali, kan?” kata Woo Jin marah
“Apa yang harus aku mengerti? Kenapa aku yang harus selalu mengerti? Apakah kau tahu bagaimana perasaan ku? Aku lelah bekerja juga, Aku ingin beristirahat dengan tenang di rumah. Aku ingin mendapatkan kekuatan untuk menghadapi hari esok.” teriak Joo Hyuk. Woo Jin hanya terdiam melihatnya.

“Tapi apa yang aku dapatkan? aku lebih lelah di rumah daripada di tempat kerja. Istri ku lebih sulit ditangani daripada pelanggan ku, sialan.Apa kau pikir cuma kau yang menderita? Aku menderita tinggal bersama mu, tidak bisakah kau merasakannya?” teriak Joo Hyuk akhirnya memilih untuk keluar dari rumah. 

Joo Hyuk melihat sepatu yan digunakan ternyata berbeda karena terburu-buru keluar dari rumah. Didepan restoran Sang Sik pun tutup, lalu berusaha Sang Sik seperti menceritakan masalahnya. Sang Sik  tak percaya kalau akan seburuk itu, menurutnya Bahkan anjing tidak terkena flu di musim panas.
“Tidak, aku di sini hanya untuk mengambil semangkuk udon.” Ucap Joo Hyuk lalu menutup telpnya.
Ia menelp Jong Hoo, tapi istrinya yang mengangkat mengatakan Jong Hoo pergi membeli bahan untuk makanan bayi. Joo Hyuk melihat nama Hye Won tapi enggan untuk menelpnya. Akhirnya berpikir menelp seserong berpikir kalau sudah kembali ke Seoul.
“Dia mungkin ingin minum setelah melalui hal semacam itu.” Kata Joo Hyuk mencoba menelp Tuan Han.
“Tuan Han , dimana kamu?” tanya Joo Hyuk, Tuan Han mengatakan ada di rumah dan bertanya kenapa menelpnya di malam hari.
“Yah, aku pikir kamu mungkin merasa sedih dan semacamnya, jadi aku ingin membelikanmu minuman.” Kata Joo Hyuk
“Aku tahu kau bahkan tidak pandai minum. Datanglah ke rumahku dulu.” Kata Tuan Han. Joo Hyuk tak percaya Tuan Han bisa datang.
Joo Hyuk datang ke rumah Tuan Han dengan kantung plastik. Tuan Han membuak pintu melihat Joo Hyuk cepat sekali berpikir kalau memang sudah ada diluar. Joo Hyuk berpikir kalau Tuan Han  ingin beristirahat sendiri dan telat untuk datang ke rumahnya. Tuan Han mengajak Joo Hyuk masuk ke rumahnya.
“Aku membeli bir dan minum camilan jika kau tidak memilikinya.” Kata Joo Hyuk menaruh di rumah.
“Apa maksudmu? Aku punya begitu banyak minum camilan hari ini.” Kata Tuan Han.
“Apakah ada orang lain di rumah?” tanya Joo Hyuk, Tuan Han memberitahu kalau ibunya datang membawa ku lauk pauk dan akan segera pergi. Joo Hyuk menganguk mengerti lalu tersadar kalau sebelumnya datang ke rumah duka ibu Tuan Han.
Ibu Tuan Han baru saja dari toilet melihat sosok pria yang datang kerumah anaknya, Tuan Han mengatakan kalau Joo Hyuk adalah mantan koleganya di tempat kerja dan pernah  bercerita tentang dia beberapa kali.
“Oh, Dia, orang yang menikah begitu dia bergabung dengan perusahaan?” ucap Ibu Han, Joo Hyuk seperti tak percaya melihat Ibu Han ada didepanya.
Teringat saat Tuan Han mengatakan kalau Saat Ibunya dalam perjalanan pulang ke rumah setelah  memberikan lauk,tertabrak sepeda motor.  Ibu Han melihat Joo Hyuk itu beruntuk meminta agar mengajarkan bakatnya mendapatkan istri untuk anaknya.
“Dia harus menikah, tapi dia masih lajang. Aku merasa sedikit cemas.” Kata Ibu Han. Joo Hyuk yang masih binggung menganguk mengerti. 


“Tidak mungkin. Dia memakamkan ibunya, jadi bagaimana dia bisa...Apakah aku benar-benar sudah gila? Apakah aku kehilangan diri karena stres berat? Ini bukan satu-satunya hal yang aneh.” Gumam Joo Hyuk berjalan dengan wajah kebingungan.
Ia yakin Mimpi yang jelas dengan melihat Joo Eun, lalu datang ke rumah duka Tuan Han, dan melihat bekas luka ditanganya. Jong Hoo mengatakan kalau Joo Hyuk memiliki bekas luka itu sejak bergabung dengan perusahaan.

“Tidak mungkin. Apakah itu bukan mimpi?” kata Joo Hyuk masih kebingungan.
Ia mengingat saat itu Jong Hoo memberitahu kalau Ibu Tuan Han meninggal, lalu melihat tanggal di ponselnya Rabu, 29 Agustus 2018. Saat  bangun, Joo Hyuk kaget kalau ada di hari Rabu bukan Jumat dan teringat sebelumnya masuk ke dalam tol yang membuatnya bisa berjalan mundur.
“Itu ada di sana.... Gerbang tol itu.” Ucap Joo Hyuk yakin dengan melihat semua perubahan dirinya. 


Joo Hyuk mengemudikan mobilnya dan mengingat kalau sudah melewati papan reklame ini, tapi tak melihat ada pintu tol di depanya. Akhirnya Joo Hyuk memilih jalan yang berbeda, berbelok ke sebelah kiri dengan papan reklame yang bertuliskan  (Hidupmu juga bisa berubah. Dapatkan awal yang baru.)
“Oke bagus. Jika tidak akan muncul lagi, maka aku hanya akan mengatakan bahwa aku gila dan langsung menuju ke rumah sakit.” Ucap Joo Hyuk akhirnya berbelok ke arah kiri.
Joo Hyuk bisa melihat pintu tol didepanya, lalu membayar uang 50 sen. Pintu pun terbuka, dan mobil Joo Hyuk berjalan dengan cepat pindah ke dimensi yang berbeda. 

Joo Hyuk membuka matanya dan sudah ada dikamarnya, matanya tak percaya kalau kembali ke kamarnya saat kuliah. Ia masih tak percaya benar-benar kembali ke apartemen lama dan bukan hanya mimpi. Terdengar terikan Joo Eun untuk membuka pintu.
“Aku akan mendobrak pintu jika kamu tidak membukanya pada saat aku menghitung sampai tiga!” teriak Joo Eun. Joo Hyuk akhirnya membuka pintu kamarnya.
“Coba Lihat tempat ini. Apakah ini kandang babi atau apa?” keluh Joo Eun, Joo Hyuk tersenyum melihat wajah adiknya.
“Aku tidak bolos sekolah. Ini hari jadi sekolahku.” Kata Joo Eun meminta Joo Hyuk mengambil kotak lauk.
“Senang bertemu denganmu, Joo Eun. aku serius” ucap Joo Hyuk dengan senyuman.
“Aku yakin kamu senang melihat lauk ini, bukan aku. Astaga, aku ingin tidur hari ini, tapi Ibu terus memukul punggungku dan mengantarkan lauk ini untukmu....aku...” kata Joo Eun mengeluh yang langsung disela oleh kakaknya.
“kau adalah seorang senior di sekolah menengah Dan tiket mu hanya untuk ruang berdiri. Jadi Aku akan mengingatnya saat aku memakannya. Terima kasih.” Kata Joo Hyuk mengingat yang dikatakan adiknya.
“Bagaimana bisa sebuah rumah seperti ini? Ini sangat kacau” keluh Joo Eun. Joo Hyuk merasa kalau tidak kacau setiap hari.
“Itu karena kami menonton pertandingan Piala Dunia kemarin.” Kata Joo Hyuk dengans senyuman.
“Ya, aku akan bertaruh. Seseorang seharusnya tidak hidup di kandang babi setiap hari” kata Joo Eun kesal
“Hei... Adikku tahu kau bangun juga. Bangun.” Kata Joo Hyuk membangukan Sang Sik lebih dulu.
“Halo. aku telah mendengar banyak tentang mu.” Ucap Sang Sik. Joo Eun menyuruh Sang Sik memakaian sebelum merusak penglihatannya lagi.
Joo Hyuk sudah tahu kalau adiknya akan membuka lemari dan langsung menutupnya. 


Joo Hyuk keluar dari rumah memanggil bibi yang akan menyiram air. Si Bibi pun menahan diri untuk menyiram air. Joo Hyuk memberitahu kalau anak lewat, Si Bibi mengaku hampir melakukan sesuatu yang mengerikan. Joo Hyuk mengaku sudah mengetahuinya.
Joo Hyuk tersenyum bahagia menghindari kesialanya, lalu bisa melompat dari tempat koran. Dua pelayan mengeluh melihat pasangan yang menikah menurutnya sangat tak adil karena dua orang keren menikah dan hidup bahagia.
“Mereka akan bercerai nanti. Jadi jangan khawatir tentang itu, dan fokuslah belajar.” Kata Joo Hyuk yang membuat dua pelajar tersenyum. 

Joo Hyuk tersenyum bahagia karena Hye Won akan datang sekarang dan mulai menghintung mundur.  Hye Woon memanggil Joo Hyuk dengan senyuman. Joo Hyuk tersenyum bahagia melihatnya Hye Won ada didepanya.
“kau memiliki kelas selama periode pertama. Kamu terlambat.” Ucap Hye Won. Joo Hyk tahu kalau Hye Won akan berlatih.
“Ya, bagaimana kamu tahu? Aku memiliki latihan ansambel.” Kata Hye Won. Joo Hyuk bergumam agar Hye Won segera mengatakanya.
“Hei, Joo Hyuk-Sunbae... Apakah kau memiliki waktu luang malam ini? Seorang pemain cello mengadakan resital solo, dan aku punya dua tiket.” Ucap Hye Won.
“Aku punya banyak waktu... Ayo pergi bersama. aku akan datang.” Kata Joo Hyuk penuh semangat.
“Aku akan menemuimu di pintu masuk jam 8 malam. Jangan terlambat.” Kata Hye Won. Joo Hyuk mengatakan tidak akan terlambat dan bisa menghindari kurir motor. 


Joo Hyuk meminta temanya agar menggantikan hanya untuk malam ini akan membalasnya nanti. Temanya setuju dan bertanya apa ada sesuatu yang terjadi. Joo Hyuk menganguk dengan senyuman,  karena itu Sesuatu yang penting yang bergantung pada nasibnya. 

Joo Hyuk tersenyum bahagia berjalan ke halte bus, lalu tatapanya mengarah pada anak SMA yang mengunakan earphone. Ia melihat sosok Seo Woo Jin yang masih terlihat muda.
“kau adalah orang yang ceria saat itu. Jadi mengapa wajah ceriamu terasa begitu asing bagiku?” gumam Joo Hyuk lalu melihat Woo Jin yang memakai rok pendek. 

Akhirnya bus datang, Joo Hyuk melihat Woo Jin yang berdiri di tempat yang sama, lalu mengeluh kalau istrinya itu bodoh.  Si pria pun berakhir memegang bokong Woo Jin  dan Woo Jin langsung memarahi si pria. Woo Jin berusaha tak tahu menahu.
“Hei, aku tidak menyentuh bokongmu. Ini karena busnya bergerak.” Ucap Woo Jin. Si pria tetap mengelak.
“Apakah kau ingin dimarahi? Apakah ada yang melihatku menyentuh bokongnya?” kata si pria. Woo Jin mencoba mencari siapa yang melihatnya.
Joo Hyuk menahan diri agar jangan melakukan apapun. Si pria mengumpat kalau Woo Jin adalah  penggali emas yang memulai sesuatu tanpa alasan dan mencuri uang orang. Woo Jin mengelak kalau bukan seperti itu, Saat itu Joo Hyuk ingin bicara tapi ada penumpang yang lebih dulu bicara.
“Aku melihatmu! Pria itu memang bokong siswa itu.” Teriak si wanita. Akhirnya semua percaya kalau si pria melakukanya. 

Polisi akhirnya membawa si pelaku ke dalam mobil polisi untuk mencari tahu kebenaran setelah melakukan penyelidikan. Joo Hyuk melihat Woo Jin hanya terdiam lalu mengucapkan selamat tinggal agar memiliki kehidupan yang menyenangkan. Woo Jin sempat menatap tapi setelah itu langsung masuk ke dalam mobil polisi dengan ibu sebagai saksi.
Semua penumpang kembali masuk ke dalam bus, Joo Hyuk tersadar kalau sudah terlambar akhirnya berlari masuk ke dalam taksi yang berhenti. Ia meminta pada pria yang akan masuk karena nasib nya tergantung pada pertemuan jadi benar-benar tidak bisa melewatkannya. 

Joo Hyuk berjalan masuk ke  dalam gedung, mencari sosok Hye Won tapi tak melihatnya. Hye Won memanggil Joo Hyuk dengan dress kuning. Joo Hyuk tersenyum bahagia melihat Hye Won yang sangat cantik. Keduanya pun duduk di dalam theater menonton pertunjukan.
Joo Hyuk terlihat gelisah di tempat duduk karena disamping Hye Won, lalu tak sengaja menyentuh bagian tangan Hye Won, wajahnya terlihat gugup. Akhirnya Hye Won berbisik agar Joo Hyuk fokus pada musiknya. Joo Hyuk pun mencoba agar duduk tenang. 

Keduanya berjalan ditaman, Hye Won mengaku kalau pertunjukan tadi sangat bagus, bahkan pergi ke resital solo dan makan makanan lezat. Joo Hyuk hanya terdiam tapi tak bisa menutupi wajah bahagianya. Hye Won bertanya apakah Joo Hyuk tahu pria seperti apa yang paling dibencinya. Joo Hyuk ingin tahu seperti apa.
“Pria yang menggunakan uang untuk memikat wanita. Mereka mengendarai convertible yang mahal, membawa perempuan ke restoran mewah, membeli barang-barang desainer sebagai hadiah, dll. Aku suka pria yang menghargai ketulusan ku. Dan...kau adalah tipe pria seperti itu.” Kata  Hye Won lalu berani mencium Joo Hyuk lebih dulu. Keduanya saling menatap akhirnya Joo Hyuk mencium Hye Won. 


Joo Hyuk  terbangun dari tidurnya, lalu melihat sosok wanita yang ada disampingnya. Wajahnya panik ingin tahu yang ada disampingnya, apakah Hye Won atau Woo Jin tapi tanganya bergetar karena tak berani menyentuhnya. Saat itu Hye Won memperlihatkan wajah yang tertidur disamping Joo Hyuk.
“Itu Hye Won... Ini benar-benar terjadi. Istriku benar-benar berubah.” Jerit Joo Hyuk bahagia melihat wajah cantik Hye Won di dalam kamarnya.
Sementara Woo Jin yang sudah dewasa berlari menyeberangi sungai Han, wajahnya terlihat sangat berseri dan cantik. Tempatnya di gantikan oleh Hye Won yang menjadi istri Joo Hyuk.
Bersambung ke episode 3


Tidak ada komentar:

Posting Komentar