PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Kamis, 09 Agustus 2018

Sinopsis Lets Eat 3 Episode 7 Part 1

PS : All images credit and content copyright : TVN

Seo Yeon duduk bersama Sun ingin tahu kalau menjadi asistennya, apakah harus melapor ke kantor. Sun menjawab tidak karena mempekerjakan Seo Yeon sebagai asisten pribadi jadi akan menjalankan tugasnya saat diminta. Seo Yeon ingin tahu apa tepatnya tugasnya itu.
“Kau akan membawakanku hidangan yang sudah dimasak.” Kata Sun
“Itu tidak terlalu sulit. Apa aku akan digaji per jamnya atau per bulan?” ucap Seo Yeon
“Aku akan menggajimu sesuai dengan utangmu. Aku akan mengambil 70 persen dari itu dan membayar sisanya pada tanggal yang diinginkan. Kau akan membutuhkan uang untuk bisa berada di Korea.”ucap Sun
“Bekerja di perusahaan yang layak mengajarimu menjadi majikan yang baik.” Komentar Seo Yeon tersenyum.
“Menjadi seorang pebisnis telah mengajarkanmu untuk teliti. “ tegas Sun
“Itu tidak baik bagiku melihat bagaimana hidupku berubah. Pokoknya, aku bersyukur. Aku bisa tinggal di sini dan melunasi hutangku.” Kata Seo Yon
“Aku memberimu pekerjaan bukan karena kau, tapi karena sepupuku.” Ucap Sun lalu bergegas masuk kamar.
“Dia yakin akan berbicara pahit untuk seseorang yang begitu kekanak-kanakan.” Ejek Seo Yeon melihat Sun.


Seo Yeon datang ke tempat abu ayahnya, dengan membawa sebuket bunga berbicara pada ayahnya  yang sudah lama tidak bertemu. Ia menatap nama ayahnya “Lee Seong Min”
“Ceritanya panjang, tapi semuanya terjadi karena sibuk. Sejujurnya, aku masih marah pada ayah.” Ungkap Seo Yeon tak ingin mengunjungi ayahnya.
Saat keluar Seo Yeon melihat Dae Young datang, lalu bertanya-tanya apa yang dilakukan di rumah abu.  Dae Young menaruh tiket musikal  “Gwanghwamun Love Song” di tempat abu Baek Soo Ji wajahnya masih saja terlihat sedih.
“Siapa dia? Apa dia pacarmu?” ucap Seo Yeon. Dae Young terdiam dengan menatap adik Ji Woo. Seo Yeon yakin kalau dugaanya itu benar.  

Keduanya duduk di kursi taman, Seo Yeon mengetahui kalau Soo Jin yang sudah pergi selama dua tahun. Dae Young membenarkan, Seo Yeon seperti tak percaya walapun Dae Young sudah mengatakan itu. Dae Young dengan wajah sedih membenarkan kalau memang pacarnya yang sudah meninggal.
“Kenapa kau tak beri tahu Ji Woo? Dia hanya tahu kau menemui seseorang.” Ucap Seo Yeon
“Offside.” Kata Dae Young. Seo Yeon binggung Dae Young yang membahas sepakbola.
“Setiap kali orang mendengar tentang dia, mereka berlari bermil-mil di depanku dengan wajah yang begitu kasihan seperti pelanggaran offside. Aku belum bisa memberitahunya, jadi tolong jangan beri tahu Ji Woo. Dan Jangan bertingkah seolah kau juga tahu.” Tegas Dae Young
“Baiklah... Hubungan itu tidak pernah terjadi seperti yang kita inginkan.” Komentar Seo Yeon
“Apa Seperti kau dan Ji Woo?” kata Dae Young, Seo Yeon hanya terdiam.
“Mintalah nomor rekeningnya tiap kau bertemu dengannya. Aku harus membayarnya untuk itu.” Kata Seo Yeon
“Mintalah sendiri padanya, Aku bukan pesuruhmu. Dan Jangan salahkan aku untuk Jin Seok.” Komentar Dae Young
“Hei. Kenapa bawa-bawa masa lalu?” keluh Seo Yeon, keduanya pun hanya duduk diam di kursi taman. 


Dae Young mengantar Seo Yeon melihat kalau komple apartement yang  Kelihatannya mewah. Seo Yeon mengaku tempatnya di dekat gedung dan juga bukan rumahnya jadi belum hapal nomornya berapa, lalu bisa berjalan dari sini.
“Akan kuantar, Kau pasti tahu jalannya.” Ucap Dae Young, Seo Yeon langsung menolak.
“Kau akan sulit memundurkan mobilmu lagi.” Kata Seo Yeon, Dae Young berkomentar Seo Yeon dewasa juga. Akhirnya Seo Yeon pun turun dari mobil melihat mobil Dae Young pun pergi.
Ia mengingat yang dikatakan Ji Woo “Jangan menyebabkan masalah ke Dae Young. Dia punya pacar.” Seo Yeon berkomentar kalau kakaknya masih seperti biasanya kalau benar-benar  tidak mengerti, lalu menerima telp dari bosnya.
“Akan kukirim alamat tujuannya, jadi ambil pesananku sekarang “ ucap Sun. Seo Yeon menganguk mengerti lalu melihat alamat dari Sun da di di “Myungpoomga”
“Apa nama restoran dengan kata-kata yang berarti "kualitas tinggi"?” kata Seo Yeon setelah membaca pesan Sun. 


Seo Yeon pergi ke tempat yangMenjual Ikan Pollack, Bibi penjual memberikan bungkusan ikan pollack rebus yang sudah jadi. Seo Yeon ternyata pergi ke pasar dengan banyak genangan air, sepatu Heelsnya terlihat tak nyaman sampai akhirnya harus terjatuh karena menghindari paman yang membawa trolly.
“Apa Anda tidak apa-apa?” ucap Bibi yang melihat Seo Yeon terjatuh. Seo Yeon mengaku tak apa-apa lalu berdiri dengan celana yang basah.
“Kenapa dia tidak memberitahuku tentang tempat itu sebelumnya? Aku bahkan punya cowok yang suka kusuruh-suruh. Apa mereka juga merasa seperti ini?” kata Seo Yeon mengingat kenangan masa lalu. 

Flash Back
Seo Yeon menerima bungkusan, mengucapkan  Terima kasih, karena bisa dapat masalah  kalau bukan karena Jin Seok. Jin Seok berdiri didepan pintu mengaku tak masalah, meminta Seo Yeon mengatkaan saja kalau memangbutuh bantuan lagi.
“Tidak perlu, UTS-mu masih berlangsung. Aku tak mau minta tolong kalau masih ujian. Bukannya kau masih belajar? Jadi Kembalilah.”kata Seo Yeon dengan senyumannya.
“Kau bahkan peduli dengan nilaiku. Seo Yeon, hatimu begitu baik. Ayo kita minum setelah ujian selesai. Hei... Ji Woo, kau juga.” Kata Jin Seok penuh semangat, lalu melambaikan tangan keluar dari rumah. 

Ji Woo sedari tadi melihat Seo yeon berkomentar kalau adiknya  Ternyata punya hati nurani, melihat rasa peduli dengan ujiannya. Seo Yon pikir itu wajar bagi mahasiswa yang hidup di generasi banyak pengangguran semakin parah. Ji Woo melihat isi plastik yait pembalut.
“Dasar Kau ini.... Apa Kau menyuruh cowok membelikanmu pembalut?” kata Ji Woo kaget
“Memangnya salah? Aku juga bukannya menyuruh dia yang lain” pikir Seo Yeon merasa tak peduli.
“Dasar gila... Bagaimana kalau kau juga begitu di masa depan nanti?. Seperti bumerang.” Komentar Ji Woo
“Itu hanya berlaku bagi Kwon Sang Woo di "Stairway to Heaven". Aku bukan tipe orang yang menyuruh-nyuruh orang lain.” Tegas Seo Yeon yakin. 

Di perpustakaan
Dae Young sedang belajar, tiba-tiba terdengar suara dengkuran. Semua penghuni perpustakaan mengeluh. Akhirnya Dae Young mengajak Sung Joo agar mengajak Jin Seok dan Byung Sam yang tertidur keluar. Dua pemalas yang tertidur dengan wajah mengantuk keluar dari perpustakaannya.
“Bukankah ini terlalu berlebihan dikasih tugas selama ada ujian?” keluh Dae Young
“Aku tahu. Tidak bisakah kita berbagi solusi? Seberapa jauh kau bisa?” kata Jin Seok
“Ada tayangan ulang "Nonstop"... Kita nonton ini dulu sebelum kembali? “ kata Sung Joo
“Kau mau menontonnya karena hidupmu seperti sitkom itu. Kau punya pacar dan berkencan dengannya. Itu cuma memberiku bayangan tentang kehidupan kampus kita sekarang..” Ejek Byung Sam penuh amarah.
“Benar, kupikir kampus itu adalah tempat pria jelek seperti Yang Dong Geun bisa pacaran sama Jang Na Ra. Kupikir kita bisa bersenang-senang setiap hari.” Keluh Jin Seok 
“Kenapa tidak ada adegan di mana mereka menderita karena UTS dan UAS? Apa mereka cuma main-main? Aku ingin menuntut semua penulis naskah yang menulis sitkom itu.” Ungkap Dae Young juga kesal
“Kau mau melampiaskan stressmu karena ujian ke tempat yang salah.” Ucap Sung Joon. Byung Sam mengaku tanganya sangat gatal dan ingin bermain games.

“Bagaimana kalau kita ke warnet setelah ujian ini selesai?” saran Dae Young
“Begini saja, kita beli alat game dan bermain game dengannya setelah ujian tengah ini selesai?” kata Sung Joo. Byung Sam setuju.
“Alat bermain game itu tidak semurah kimbap segitiga. Harganya mahal.” Komentar Jin Seok
“Kita bisa patungan untuk itu... Kita patungan sesuai dengan hasil ujian kita. Peringkat pertama membayar 10 persen, kedua 20 persen, ketiga 30 persen, dan seterusnya.” Kata Sung Joo
“Boleh. Aku hanya harus membayar 10 persen dari harganya.” Kata dae Young yakin
“Hei, kau tak akan tahu hasil ujiannya sampai akhir. Cuma karena nilaimu selalu tinggi selama semester satu, bukan berarti kau harus bayar sesuai kemauanmu.” Ucap Jin Seok
“Berarti kalian semua setuju dengan ini, kan?” kata Sung Joo, Dae Young melihat Sung Joo begitu percaya diri.
“Tentu saja. Pacarku sudah memesan tempat di ruang belajar untuk ujianku. “ kata Sung Joo bangga
“Kau beruntung. Teman-teman, bagaimana kalau kita gantian memesan ruang belajar? Aku duluan saja.” Kata Jin Seok.
Byung Sam mengajuka sebagai yang selanjutnya dan yang terakhir itu Dae Young. Dae Young setuju dengan menghargai hobi bermain sepak bola dan bersikap adil.

Esok harinya, Dae Young melihat buku diatas meja memuji Jin Seok yang tepa memilh kursi di dekat jendela. Tapi seseorang datang mengaku sebagai tempat duduknya. Dae Young pun akhirnya berdiri lalu bertanya pada Jin Seok Di mana tempat duduknya.
“Awalnya ada dua kursi kosong, dan dia mengambilnya karena dia datang lebih dulu. Harusnya kau datang lebih awal.” Kata Jin Seok
“Lalu Aku harus belajar di mana?” tanya Dae Young
“Aku tak bisa berbuat apa-apa karena kursi lainnya semua diambil. Coba cari di perpustakaan pusat dulu. Aku akan meneleponmu kalau sudah kutemukan.” Kata Jin Seok. Akhirnya Dae Young pun melangkah pergi. 

Jin Seok mengaku merasa sedikit kasihan pada Dae Young. Byung Sam mengingatkan kalau dunia begitu mudah, dengan mengingat pertarungan mereka Siapa pun yang mendapat peringkat pertama, maka akan bagi harga jadi setengah.
“Sung Joo pasti sibuk berkencan. Kalau kita mengabaikan Dae Young, kita bisa dapat peringkat 1 atau 2.” Ucap Byung Sam. Jin Seok pun terlihat senang mendengarnya. 

Dae Young mencoba mencari kursi, beberapa kali melihat bangku kosong ternyata kursinya sudah di tempati orang. Ia sampai kaget note saat akan duduk “Aku akan segera kembali dari toilet. Kau akan dapat F kalau duduk di tempatku.” Akhirnya Dae Young pergi ke kedai dekat kampus.
“Apa kau sendirian saja di sini?” ucap Dae Young mendekati Ji Woo yang duduk sambl membaca buku.
“Aku makan siang sebelum kerja sambilan. Lalu Kenapa kau sendiri? Mana yang lain?” tanya Ji Woo heran
“Jangan mulai. Mereka pesan kursi untuk diri mereka sendiri.  Aku pergi ke perpustakaan pusat dan menyerah karena tidak ada kursi.” Cerita Dae Young kesal. Ji Woo menganguk mengerti.
“Ngomong-ngomong, itu jepitan di rambutmu?” kata Dae Young. Ji Woo langsung bergegas melepaskan tutup pulpen menjadi jepitan rambut.
“Apa yang kau pesan?” tanya Dae Young. Ji Woo mengatakan Satu porsi ttoekbokki jjajang dan gorengan. Akhirnya Dae Young memesan Toppoki biasa. 

Pesan datang, Toppoki pesan, Jajang dengan warna hitam, serta macam-macam gorengan.  Dae Young heran kalau sudah ada telur rebus didalam toppki jadi kenapa pesan telur goreng juga. Ji Woo pikir Dae Young pasti belum tahu.
“Mereka menaruh telur goreng di atasnya ketika kau memesan jjajangmyeon di Busan. Orang-orang di Seoul berhati keras bahwa mereka tidak memberimu apapun.” Ucap Ji Woo mengambil telur dan mencampurkan diatas Toppoki Jajang.
“Pokoknya, ada bagusnya bila dimakan dengan saus jjajang. Minyak telur goreng ini bila dicampur dengan saus jjajang. Rasanya akan jadi gurih, ini Berbeda dengan telur rebus.” Jelas Ji Woo lalu menyuruh Dae Young mencobanya.

Dae Young mencoba kalau Rasa dan teksturnya benar-benar berbeda. Ji Woo makan gorengan yang dicelup dengan mayonise. Dae Young pikir kalau rasanya  berminyak, jadi lebih baik diampurkan saja ke saus pedas. Ji Woo mengelengkan kepala karena Mayonnaise membuat gorengan terasa lebih gurih. Dae Young pun mencoba cara makan Ji Woo.
“Rasanya juga tidak lembek, tak sama seperti saat kau celupkan dalam saus pedas.” Komentar Ji Woo.
“Kau benar... Bagus, Lee Ji Woo...Soal makan-makan, aku harus menemanimu. Ayo makan bersama selama sisa hidup kita.” Ucap Dae Young penuh semangat.
“Kau bilang, Selama sisa hidup kita?”kata Ji Woo langsung terpana. Dae Young heran melihat Ji Woo hanya diam saja dan akan makan semuanya.


Ji Woo tersadar langsung mencoba makan lagi, mereka makan semua makanan dan ditambah dengan Acar lobak. Sisa dari Saus jajang akhirnya dibuat nasi goreng, Dae Young mencampur dengan rumput laut. Ji Woo menghentikan sejenak kalu meminta gunting pada bibi.
“Akan jauh lebih enak bila menambahkan ini... Teksturnya juga bagus, Acar lobak asinan begini bisa menambah kesegaran dari nasi goreng.” Kata Ji Woo mengunting acar lobak dan langsung mencampurnya.
“Tentu saja. Aku mempercayaimu... Kau seperti pemimpin.”ucap Dae Young memujinya.
Dae Young akhirnya mulai mencoba makanan nasi goreng dan langsung memujinya karena rasanya Renyah dan enak, bahkan rasa asam dan lezat karena acar lobak. Ji Woo juga merasakan enak dengan campuran nasi gorengnya. Dae Young pun akhirnya merasakan kenyang.
“Ini belum berakhir sampai kita benar-benar selesai.” Ucap Ji Woo lalu memesan es serut.
Dae Young menerima Es Serut kacang merah sementara Ji Woo makan es serut dengan buah. Ji Woo mulai makan merasakan  Rasanya dingin, karena Setelah makan yang pedas-pedas, jadi harus makan yang dingin dan manis ini.
Dae Young juga merasa segar karena Es serut adalah yang terbaik di musim panas. Bibi datang membawakan pesanan Ji Woo yang sudah dibungkus.
“Apa Itu untuk Seo Yeon?” kata Dae Young. Ji Woo memberitahu kalau Seo Yeon biasanya tak makan menu ini.
“Tapi Ini untuk para muridku... Mereka selalu makan sendirian.” Kata Ji Woo
“Siapapun itu, mereka benar-benar diberkati punya guru yang baik dan cantik.” Ungkap Dae Young. Ji Woo kembali tersipu. 

Seo Yeon mengetik di depan komputer “Manusia dan Psikologi” lalu terdiam. Ji Woo mengeluh meminta agar Seo Yeon mengunakan lampu meja dan mematikan lampu karena harus cepat tidur. Seo Yeon heran karena Ji Woo yang tak belajar dulu
“Aku mau bangun awal dan pergi ke perpustakaan. Jadi Aku harus tidur sekarang untuk mengamankan tempat. ..Oh ya, Apa kau masih bersiap menyajikan materi "Manusia dan Psikologi"?” kata Ji Woo melihat layar komputer
“Ya, aku harus membuat presentasi dengan menerapkan teori psikologi karena harus mempelajari tentang orang sungguhan. Aku lebih suka ujian, dan merasa lebih percaya diri tentang itu.” Ungkap Seo Yeon
“Kau cuma pintar dalam buku... Itu tak berbeda dari masa sekolah kita. Seorang mahasiswa harus melakukan penelitian dan menyajikan hasilnya saat kita belajar.” Kata Ji Woo
“Yah Memang, kau cuma pandai bicara... Kau bisa terdengar begitu pintar... Kau harus ujian lagi saat tidak lulus ujian praktik.”  Ejek Seo Yeon. Ji Woo terlihat kesal.
Saat itu ponsel Seo Yeon bergetar lalu melihat nama “Nonhyeon-dong” dan memilih untuk menutup telpnya. Ji Woo pikir Sejak kemarin selalu dapat telepon itu jadi angkat saja dan tahu kalau itu tahu dari ibuya. Seo Yeon menegaskan kalau cuma punya satu ibu di Busan.
“Ibu yang sama sepertimu.” Tegas Seo Yeon. Ji Woo pikir ibu Seo Yeon itu merindukan anaknya.
“Tidak juga. Dia menelepon untuk memarahiku dan Tidak semua ibu punya naluri keibuan Kau mungkin tidak tahu karena ibumu sangat mencintaimu.” Tegas Seo Yeon kesal. 

Jam empat pagi, Ji Woo terbangun dari tidur perlahan berjalan berjinjit meninggalkan rumah dan sempat memberian selimut untuk Seo Yeon yang tertidur di atas meja belajar.  Ia lalu berdiri dengan para pria yang sudah berdiri depan pintu perpustakaan.
Saat pintu terbuka, semua langsung bergegas. Ji Woo berlari melempar tasnya dan berhasil duduk di bangku yang kosong. Wajahnya sangat bahagia lalu mengirimkan pesan pada Dae Young.
“Kalau butuh tempat di perpustakaan, kau boleh datang ke sini. Aku menyimpan satu tempat, tapi temanku bilang dia tak datang, jadi aku menyimpannya satu.” Tulis Ji Woo
Dae Young membalas mengucapkan terimakasih, Ji Woo makin senang bisa duduk bersama dengan Dae Young. 

Beberapa saat kemudian, Ji Woo terlihat gelisah menunggu Dae Young belum juga datang. Dae Young masuk perpustakaan, Ji Woo dengan senyuman bahagia melambaikan tangan. Dae Young pun duduk disamping Ji Woo sambil mengucapkan terima kasih banyak.
“Byeong Sam tidak menyimpan tempat untukku hari ini. Kurasa mereka merencanakan ini terhadapku.” Keluh Dae Young
“Ahhh... Tidak mungkin.” Kata Ji Woo mencoba berpikir baik lalu membaca pesan dari Seo Yeon “Aku ada di kampusmu, Kau di mana?”

Ji Woo menemui Seo Yeon di kantin bertanya alasannya datang ke kampus. Seo Yeon mengaku ingin menyiapkan presentasiku di kampus kakaknya dan tak bisa selesaikan di kampusnya karena semua orang menginginkan bantuan darinya.
“Aku yang terbaik di kelasku. Apa ini tanggung jawab bagi mahasiswi terbaik?” komentar Seo Yeon bangga.
“Kau berlebihan... Kau bahkan tak tahu apa yang kau laporkan?” ejek Ji Woo
“Tidak. Aku hanya perlu  mencari konsep, tapi itu sangat sulit.” Komentar Seo Yeon  

Dae Young keluar perpustkaan melihat Seo Yeon dan bertanya kenapa ada di kampusnya,  Seo Yeon mengaku tak bisa belajar di kampusnya. Dae Young duduk disamping Ji Woo mengejek Seo Yeon tidak bisa selesaikan apa pun jika tak bisa mengerjakan di kampusnya.
“Kalau kau kemari untuk mencari tempat untuk belajar, lupakan saja. Kalau bukan karena Ji Woo, maka aku juga tidak akan menemukannya.” Ucap Dae Young bahagia.
“Temanku bilang dia akan datang, tapi dia tiba-tiba menebusku, jadi aku memberikan tempat padanya.” Jelas Ji Woo terlihat gugup.
“Aku tidak bilang apa pun. Seakarang Aku pulang saja kalau begitu karena Aku baru saja mendapat ide ini... Semoga beruntung.” Ucap Seo Yeon. Ji Woo menyuruh Seo Yeon membawa minumanya yang ditinggalkan begitu saja.
“Dia punya ide untuk apa?” tanya Dae Young binggung melihat Ji Woo
“Dia harus membuat presentasi untuk kelas psikologi.” Kata Ji Woo
“Dia bukannya mau membuat presentasi di sana. Mungkin psikolog akan mempelajarinya.” Ucap Dae Young dengan wajah tersenyum bahagia. 


Ji Woo sibuk menulis dibukunya, saat itu merasakan tangan Dae Young menyentuhnya. Ternyata Dae Young tertidur dengan bertopang dagu, Ji Woo terlihat senang menatap Dae Young yang tertidur, senyumanya tak bisa ditutupi.
Ternyata Ji Woo sedang bermimpi dengan wajah tersenyum, kepalanya bergoyang kesana kemari lalu akhirnya hampir terjatuh di atas meja. Tangan Dae Young dengan sigap menangkapnya. Ji Woo terbangun kaget melihat tangan Dae Young diatas dahinya.
“Angkat kepalamu kalau kau bangun.” Ucap Dae Young. Ji Woo akhirnya terbangun dengan wajah gugup.
“Ayo kita minum secangkir kopi.” Kata Dae Young. Ji Woo tersenyum bahagia mendengarnya. 

Keduanya minum kopi dari mesin, Dae Young memuji Ji Woo memang yang terbaik dari semua mesin kopi otomatis, lalu mengajak agar duduk untuk istirahat selama lima menit. Keduanya duduk didepan perpustakaan.
“Aku tidak belajar sekeras ini.” Ucap Dae Young mengarahkan duduknya pada Ji Woo
“Itu yang kau dapatkan karena menjejalkan semua pelajara diotakmu” kata Ji Woo
“Sekarang kau terdengar seperti asisten pengajar. “ komentar Dae Young
Akhirnya Dae Young memejamkan mata agar membangunkan dalam waktu lima menit. Ji Woo akhirnya menyalakan MP3 dengan earphonenya, tiba-tiba Dae Young menariknya karena ingin mendengarnya dan bisa masuk ke dalam setelah satu lagu. Ji Woo bisa tersenyum memutar lagi "You Are Different" oleh Han Ye Seul

Dae Young pulang melihat dua temanya sedang makam ramyun sambil belajar, lalu mengomel karena keduanya yang tak menyimpan kursi untuknya tapi malah mondar-mandir di rumahnya. Jin Seok pikir kaalu  Ujian pasti membuat Dae Young gelisah, karena mereka selalu seperti ini.
“Tidak ada yang perlu dibanggakan.. Pokoknya, bersihkan ini... Aku ingin datang lebih awal untuk merasa segar.” Kata Dae Young
“Jangan khawatir... Kami akan bermain adil dan jujur... “ ucap Byung Sam, Dae Young yang kesal menaruh tas lalu masuk ke dalam kamar.

“Ramyeon membuatku ingin minum soju. Ujian ini membuatku stres!” ucap Byung Sam
“Bagaimana kalau kita masing-masing minum segelas? Itu bisa membantu mengerjakan penelitian ini.” Kata Jin Seok penuh semangat.
“Berhenti mengada-ada... Mana bisa alkohol membantumu belajar?” keluh Byung Sam
“Tentu saja bisa... Etil alkohol dalam soju memperbesar pembuluh darah kita dan memunculkan detak jantung kita. Sirkulasi darah yang lebih baik berarti sirkulasi oksigen yang lebih baik yang akan memiliki efek positif pada sel-sel otak kita.” Jelas Jin Seok penuh semangat.
“Apa Sudah selesai dengan penjelasan kimiamu?” ejek Byung Sam dan akhirnya memutuksan untuk minum sekali saja.


Pagi hari
Dae Young mengeluh melihat dua temanya tertidur setelah minum beberapa botol Soju dan berpikir kalau Amereka tak tahu ada ujian hari ini. Ia lalu membangunkan Byung Sam karena terlambat kala tak berangkat ke kampus sekarang
“Pergilah duluan. Aku akan bangunkan Jin Seok dan pergi denganya.” Ucap Byung Sam. Dae Young pun akhirnya pergi lebih dulu.
Byung Sam bangun dengan mengambil buku lalu membereskan semua barang-barangnya, sambil menatap Jin Seok kalau mereka tak mungkin bersama dan Jin Seok harus tahu kalau ini dunia yang penuh cipratan lalu pergi sendiri. Jin Seok akhirnya bangun mengaku sangat nyenyak  jadi merasa segar kembali, lalu melihat Byung Sam sudah tak ada dengan mengumpat kesal akhirnya keluar dari rumah. 

Sung Joo masuk ruangan lalu bertanya keberadaan Jin Seok. Dae Young pikir Jin Seok datang bertanya Byung Sam lalu bertanya pada temanya karena tadi bilang akan membangunkannya. Byung Sam pikir tak ada alasan melakukan karena ia bukan ibunya.  Keduanya hanya bisa menatap dan akhirnya pengawas masuk ruangan.
“Keluarkan pena dan kalkulator kalian... Sisanya masukkan dalan tas kalian... Matikan ponsel kalian juga.” Ucap Pengawas. Dae Young sudah siap dengan kalkulatornya, sementara Byung Sam hanya bisa melongo.
“Hei... Tunggu... Apa Kau membawa remote sebagai gantinya?” ucap Dae Young,Sung Joo mencoba menahan tawanya.
Byung Sam terdiam mengingat kejadian dikamar  Dae Young, Saat berbicara dengan Jin Seok tanganya meraih remote yang ada disamping kalkulator.
“Yang berbuat curang akan dikeluarkan dari ruang ujian.” Kata Pegawas akan menutup pintu. Saat itu Jin Seok akan masuk ruangan, pengawas menahan Jin Seok kalau tak boleh masuk.
“Tolong biarkan aku masuk... Biarkan aku mengikuti ujian ini!” kata Jin Seok lalu berteriak mengumpat pada Byung Sam. 


[Beberapa hari kemudian]
Dae Young dkk duduk didepan komputer, Sung Joo datang bertanya apakah masih menunggu hasil ujiannya. Dae Young membenarkan dan merasa kalau ada di peringkat terakhir. Ia menyalahkan Byung Sam dan Jin Seok tidak menyimpan kursi untuknya harus pindah dari kursi ke kursi lain di perpustakaan.
“Merengeklah kepada seseorang yang benar-benar membawa kalkulator ilmiah. Itu karma... Aku bahkan tidak bisa ikut ujian karena kau tidak membangunkanku.” Tegas Jin Seok dengan wajah murka
“Itu sebabnya kau harus belajar secara teratur. Apa itu artinya aku berada di peringkat pertama?” kata Sung Joo dengan banga. Mereka pun melihat nilai sudah keluar. Sung Joo melihat nilai Semester 2, Tahun Masuk 2004
“Apa Kau membuka toko rekaman? Yang kau punya cuma C dan D.” Ejek Dae Young
“Menyedihkan. Kau pasti merasa begitu percaya diri.” Kata Byung Sam
“Sung Joo, kurasa kau akan batuk 100,000 Won. Kami akan memanfaatkannya dengan baik.” Ejek Jin Seok. 


Seorang mahasiswa menyelesaikan Presentasi didepan kelas,  Dosen memanggil Lee Seo Yeondari marketing. Seo Yeon menampilakan judul  “Manusia dan Psikologi” lalu memperlihatkan judul “What Happened in Bali” semua mahasiswa tertawa melihatnya.
“Saya meneliti tentang hubungan psikologi dengan mengamati Nona A dan Tuan B yang di mana mereka adalah tetangga saya. Bagaimana kita bisa tahu apakah Tuan B ada perasaan untuk Nona A?” ucap Seo Yeon
“Di sebuah meja, Nona A duduk di sebelah dan seberang kursi kosong. Di manakah pria itu duduk jika dia tertarik padanya? Apa dia akan duduk di depanyanya di mana dia bisa memandangnya lebih baik?” ucap Seo Yeon menjelaskan Makna di Balik Di Manakah Seseorang Dudu. 

Flash Back 
Dae Yeon melihat Seo Yeon yang datang dan langsung duduk disamping Ji Woo. Seo Yeon melihat Dae Young duduk disamping Ji Woo yaikn kalau duduk di sebelahnya.
“Antropolog Edward Hall mengatakan ini. Kau hanya membiarkan mereka yang dekat denganmu dalam Zona Jarak Intim 45,7 cm. Dia menginginkan gadis yang dia suka di ruang pribadinya yang intim. Apa Anda tahu bahwa tanpa sadar itu mencerminkan tindakan dari mereka yang Anda sukai?” ucap Seo Yeon
“Ini disebut percerminan. Neuron cermin diaktifkan sehingga Anda menyalin tindakan orang-orang yang Anda sukai. “ jelas Seo Yeon mengikuti Dae Young dan Ji Woo yang minum didepan mesin kopi. Saat Ji Woo memegang lehernya, Dae Young mengikutinya.
“Untuk mengetahui dengan pasti, kita harus melihat arah pusar dari Tuan B. Dr. Albert Mehrabian  menyebutnya sebagai Peraturan Pengarahan Pusar. Ketika Anda berbicara dengan  seseorang yang Anda sukai, pusar Anda menunjuk ke arah orang itu.” Jelas Seo Yeon melihat juga cara duduk Dae Young mengarah pada Ji Woo saat bicara.
“Jika Anda juga punya seseorang yang disukai, catatlah tindakannya. Anda mungkin bisa menemukan bahwa perasaan itu bersifat timbal balik.” Jelas Seo Yeon lalu seorang mahasiswa mengangkat tanganya.
“Kapan Nona A mencari tahu perasaan Tuan B?” tanya mahasiswa lain
“Entahlah. Mungkin butuh lebih dari 10 tahun. Dia berpikir dirinya pintar, tapi dia tidak mengerti sebagian besar hal itu.” Ucap Seo Yeon sambil menerawang. 


Ji Woo membawakan kantung sampah, Dae Young ada didepan rumah langsung membantunya dan bertanya Ada apa dengan semua sampah ini. Ji Woo menceritakan Pemilik kontrakan akan datang akhir pekan ini untk melihat apa perlu membayar untuk perbaikan apa pun, jadi membersihkan rumah.
“Apa masih ada lagi? Aku bisa membantumu.” Ucap  Dae Young. Ji Woo pikir tak perlu karena bisa melakukannya sendiri.
“Kau Tidak perlu repot-repot.” Kata Ji Woo, Dae Young mengeluh Ji Woo yang mengatakan itu
“Apa bagusnya berteman kalau seperti ini?” tanya Dae Young merasa tak suka dengan sikap Ji Woo,
“Aku biasa melakukannya sendiri sebelum kita berkenalan kembali. Kurasa itu hanya akan memanjakanku. Bagaimana jika aku terus menginginkan bantuanmu saat aku sendirian? Kau tidak akan ada saat aku pindah.” Ucap Ji Woo sinis
“Apa kau akan memutuskan hubungan begitu pindah nanti? Kenapa bicara seolah-olah kau mau melakukan hal itu?” ucap Dae Young sinis.
“Bukannya hari ini kau kerja? Kau harus cepat pergi.” Kata Ji Woo tak ingin membahasnya. Dae Young pun akhirnya memilih untuk pamit pergi.  Ji Woo pun hanya bisa menatap sedih.
Bersambung ke part 2

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar