PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Sabtu, 04 Agustus 2018

Sinopsis Familiar Wife Episode 2 Part 1

PS : All images credit and content copyright : TVN
Joo Hyuk masih terlihat binggung dan melihat di kalender, bulan Juni tahun 2006,wajahnya masih terlihat binggung. Lalu ia keluar dari rumah karena terlambat dan akhirnya terkena siraman air, si bibi menjerit panik.  
“Kau seharusnya bilang akan lewat.” Keluh bibi. Joo Hyuk bergumam kalau kejadian sama Persis...
“Persis seperti hari itu.” Gumam Joo Hyuk masih mengingatnya
“Matahari bagus, jadi akan cepat kering.” Kata Si bibi. Joo Hyuk masih mengira kalau dirinya sedang bermimpi.
“Tapi ini terlihat begitu nyata.” Gumam Joo Hyuk masih kebingungan.
“Apakah kau tidak pergi? Tidakah kau terlambat?” ucap Si Bibi menyadarkan lamunan Joo Hyuk 

Joo Hyuk turun dari bus tak sengaja tersandung tempat koran, Dua pelajar mengeluh pasangan artis yang menikah dan hidup bahagia, menurutnya itu tidak adil.
“Aku tidak tahu apakah ini mimpi atau kenyataan. Bagaimanapun, ini tahun 2006. Pada hari itu 12 tahun yang lalu. Jika seperti ini, maka aku akan segera bertemu...” gumam Joo Hyuk lalu melihat sosok Hye Won sedang membawa cello.
“Itu Hye Won dari 10 tahun yang lalu. Dia adalah cinta pertamaku dari surga...dengan senyum cerah seperti bunga.” Gumam Joo Hyuk.
Hye Won memanggil Joo Hyuk karena mengetahui akan masuk kelas selama periode pertama dan pasti terlambat. Joo Hyuk hanya terdiam,Hye Won mengaku sedang dalam perjalanan ke ruang latihan. Joo Hyuk mengangguk mengerti
“ Joo Hyuk-Sunbae, apakah kau senggang malam ini? Seorang pemain cello akan menampilkan resital solo, dan aku punya dua tiket.” Kata Hye Won
“Iya... Aku senggang.”ucap Joo Hyuk dengan gugup
“Aku akan menemuimu di pintu masuk jam 8 malam. Jangan terlambat.” Kata Hye Won lalu melangkah pergi.
“Benar, Hye Won. Jadi kau meminta untuk pergi karena suatu alasan... Kau juga...Kau juga...” gumam Joo Hyuk lalu ditabrak oleh motor kurir makanan. 


Joo Hyuk terbangun dari tidurnya, terjatuh dari tempat tidurnya. Woo Jin membereskan tas anaknya heran melihat Joo Hyuk hanya diam, padahal sudah terlambat masuk kantor. Joo Hyuk masih bingung bertanya sekarang hari apa.
“Tidak. Tahun berapa sekarang?” ucap Joo Hyuk masih bingung. Woo Jin heran Joo Hyuk menanyakan hal itu.
“Sekarang hari rabu 29 Agustus 2018.” Kata Woo Jin, Joo Hyuk kaget karena berpikir kalau hari Jumat
Ini hari Rabu. Mengapa kau berbicara omong kosong lagi? Apakah kau bermimpi?” keluh Woo Jin
“Benar... Itu hanya mimpi... Ya, itu mimpi. Apa lagi yang bisa terjadi?” gumam Joo Hyuk lalu bertanya bagaimana caranya pulang kemarin.
“Apa maksudmu? kau berjalan pulang. Aku sudah bilang. kamu harus berhenti minum begitu banyak. Itu mungkin benar-benar membunuhmu.” Kata Woo Jin lalu keluar kamar.
Joo Hyuk bertanya mau kemana istrinya, Woo Jin mengatakan akan mengajukan asuransi jiwa. Lalu akan mengantarkan anak-anak dan langsung menuju kantor jadi tak peduli Joo Hyuk akan pergi kerja atau tidak.
“Ini sangat aneh, aku ingat mengemudi di mobil, tapi aku tidak ingat yang lainnya. Apakah karena aku terlalu banyak minum akhir-akhir ini? Tunggu sebentar.... Rasanya terlalu nyata untuk menjadi mimpi... Apakah karena terlalu banyak yang terjadi kemarin?” gumam Joo Hyuk kebingungan dan terlihat ada sebuah goresan ditanganya. 


[Episode 2 - Life is a maze full of choices]
Joo Hyuk akhirnya berangkat pergi ke kantor. Jong Hoomembeli sandwich pada bibi dalam truk untuk Joo Hyuk juga.  Ia pikir seorang pria yang makan sarapan di rumah hanyalah mitos adn sangat ingin makan masakan ibunya
“Ayah ku sangat beruntung bisa makan masakannya setiap hari.” Keluh Jong Hoo
“Hei, Jong Hoo.. Pernahkah kau bermimpi yang terasa begitu nyata?  Mimpi yang begitu hidup sehingga terasa begitu nyata.” Ucap Joo Hyuk yang masih kebingungan.
“Tentu saja aku punya. Suatu waktu dalam mimpiku, aku berpacaran dengan Han Hyo Joo. Tapi itu sangat jelas... Setelah setiap aku melihat Han Hyo Joo di TV, dia tampak sangat akrab, seperti mantan pacar. Dan adegan ciumannya membuatku sangat marah sehingga aku tidak bisa menontonnya. Itu sangat aneh.” Cerita Jong Hoo
“Tidak, bukan seperti itu.” Kata Joo Hyuk. Jong Hoo pikir itu bukan masalah yang besar.
“Itu hanya karena kau begitu stres akhir-akhir ini. Dan karena kau begitu stres, ingin memainkan beberapa permainan setelah bekerja? Aku sudah menyiapkannya.
“GameStation ku rusak. Jadi aku mempostingnya untuk mendapatkan yang baru, tapi belum terjual juga.” Cerita Joo Hyuk, Jong Ho memuji kalau itu usaha yang bagus.
“Aku berharap aku bisa membeli yang baru.” Kata Jong Hoo iri dengan temanya.

Joo Hyuk tiba-tiba tersadar dengan luka ditanganya, karenatidak pernah mengalami ini sebelumnya. Jong Hoo heran dengan Joo Hyuk padahal sudah memilikinya sejak mulai bekerja. Joo Hyuk malah tak mungkin kalau  tidak tahu tentang bekas luka di tubuhnya sendiri.
“Siapa lagi yang tahu, kalau bukan kau? kau sangat aneh hari ini. Bukankah seharusnya kau pergi ke dokter? Mereka mengatakan tanda awal Alzheimer adalah penyakit yang lagi trend.” Kata Jong Hoo. Joo Hyuk masih saja terdiam kebingungan. 

Dua orang pegawai wanita melihat Joo Hyuk dan Jong Hoo baru datang, sambil menyapa bertanya apakah mereka ingin minum kopi. Jong Hoo seperti tahu trik pegawai wanita lalu berpura-pura menerima telp dan bergegas pergi. Joo Hyuk yang menahanya pun tak bisa menahanya.
"Tentu, aku akan membeli... Wah.. Dompet ku terasa sempit.” Kata Joo Hyuk mengeluarkan kartunya menyuruh dua pekerja untuk membelinya.
"Terima kasih, Asisten Manager.. Ngomong-ngomong, apakah cuma untuk kami berdua aja? Bagaimana dengan yang lain?” kata pegawai wanita,
‘Tentu, aku yakin itu tidak akan banyak biaya. Beli beberapa untuk semua orang Tapi Maaf, apa mereka menerima kartu debit di sana ?” ucap Joo Hyuk. Keduanya pun menganguk, Joo Hyuk pun tak bisa berkata apa-apa lagi. 


Dua pekerja kembali memberitahu kalau Joo Hyuk membeli kopi untuk semua orang dengan membaagikan semua es americanos. Semua mengucapkan terimakasih, Jong Hoo pun ikut tersenyum bahagia. Hwan mengaku suka dengan minuman dingin jadi meminta Joo Hyuk membelikan di waktu berikutnya.
“Itulah mengapa kau harus berhati-hati terhadap kopi gratis. Jika mereka memintamu untuk membelikan mereka kopi,maka uang belanja mu untuk minggu ini akan hilang dalam sekejap.” Ucap Jong Hoo, saat itu Tuan Cha baru saja masuk kantor.
“Selamat pagi semuanya Apa ini? Apakah ini "Coffee Time"? Baguslah.... aku juga ingin. Cepat beri dia satu.” Kata Tuan Cha. Dua pegawai binggung karena lupa membelikannya.
“Tidak apa-apa, aku hanya akan minum kopi instan di ruang istirahat. Dokter ku bilang untuk menghindari makanan manis sehingga arteri ku tidak akan tersumbat tapi satu cangkir kopi manis tidak akan membunuhku seketika.” Kata Tuan Cha menyindir.
Semua terdiam akhirnya, Joo Hyuk maju mendekati Tuan Chan memberikan kopi yang belum diminum.  Tuan Cha menolak karena Joo Hyuk yang membelikanya. Joo Hyuk beralasan tidak bisa tidur nyenyak di malam hari jika minum kopi.
“Yang ini milikmu. Aku sungguh..” kata Joo Hyuk, Tuan Cha pun dengan senang hati menerimanya.
“kau adalah satu-satunya yang memperhatikan ku, Ass Manager Cha... Terima kasih.” Kata Tuan Cha langsung menghabiskan setengah gelas kopi.
“Es Americano adalah yang terbaik untuk hari yang panas. Di sini, aku punya kuis untuk kalian. Jam berapa di India? Kalian tidak tahu, kan?< Saat ini, jam 4 pagi di India. Atau, seperti yang kita katakan di Korea, "Indonesia"!” kata Tuan Cha berusaha melucu.
Semua orang berusaha untuk tertawa sambil tepuk tangan, begitu juga Joo Hyuk dan Jong Hoo. Jong Joo  mengeluh Tuan Cha itu jadi pemarah, tapi Tuan Chan akan berurusan dengan kemarahannya selama seminggu jika bukan karenanya. Joo Hyuk yang kesal menendang kaki temanya lalu melangkah pergi.



Joo Hyuk masuk ke dalam ruang penyimpanan, kotak berangkas besar dibuka satu persatu lalu melihat memasukan semua uang sambil memikirkan kalau hanya akan makan kimbab selama seminggu. Ia pikir Akan sangat menyenangkan jika semua uang itu adalah uangnya.
“Haruskah aku mengambil semua ini dan kabur? Haruskah?” kata Joo Hyuk
Ia lalu menerima balas dari forum “Mencari sebuah GameStation!” kalau ada yang menjual GameStation terbaru seharga 400 dolar, keadaanya mulus no minus. Wajah Joo Hyuk langsung sumringah dan bergegas menutup semua pintu untuk segera keluar. 

Joo Hyuk kembali duduk merasa  tuhan memberkati karena sudah membeli kopi hari ini, lalu menyuruh Jong Hoo agar melihat ponselnya. Jong Hoo melonggo kaget melihatnya, Joo Hyuk senang karena tak perlu membayar kontan.
"Hei, cepat hubungi mereka, sebelum orang lain mengalahkan mu untuk itu.” Kata Jong Hoo, Joo Hyuk pun bergegas mengetik di ponselnya dengan tenang.
“Ya, aku akan membelinya dari mu.” Tulis Joo Hyuk. Si pemilik ingin tahu apakah Joo Hyuk Bisa bertemu hari ini?
“Ya, dimana dan kapan?” tanya Joo Hyuk, Si pemilik meminta agar bertemu di pintu Exit 1 dari Yeouido Station sekitar jam 6 sore.
“Mereka ingin bertemu jam 6. Apakah kamu pikir aku akan bisa keluar saat itu?” tanya Joo Hyuk ragu.
“Cukup beri tahu mereka jawaban “ya” untuk saat ini. Kau harus mengatakan ya tidak peduli apa” ucap Jong Hoo
Joo Hyuk pun memutuskan untuk bertemu jam 6 sore. Keduanya terlihat bahagia karena berhasil membeli games. Saat itu Tuan Byun sudah ada didepan counter menyindir keduanya tidak akan bekerja, dengan memperingatkaa agar Berhenti bermain-main selama jam kerja.
“Kami hanya memeriksa nomor kami untuk mata uang yang dipertukarkan.” Kata Jong Hoo lalu menjauh dari meja Joo Hyuk. 


Woo Jin bertemu pelangan Nyonya Soo Mi menyapa dengan ramah yang akan perawatan wajah hari ini. Nyonya Soo Mi mengatakan ingin pijat bahu hari ini, karena masih lelah dari perjalanan ke Bali minggu lalu. Woo Jn terlihat senang  kalau pelangganya pergi ke Bali.
“Aku tahu kamu mempunyai kesehatan yang luar biasa. Tolong ganti baju. aku akan segera kembali setelah siap-siap.” Kata Woo Jin
“Dan Juga, berikan aku satu cangkir air hangat.” Ucap Nyonya Soo Mi, Woo Jin menganguk mengerti lalu keluar dari ruangan. 

Woo Jin masuk ruangan membantu Nyonya Soo Mi  minum air hangat tapi pelannganya seperti merasakan panas dan mulai mengomel. Woo Jin meminta maaf karena merasa sudah mencampurnya jadi akan mengambilkan yang lain.
“Itu baik-baik saja. Aku tidak menginginkannya. Nyalakan AC.” Kata Nyonya Soo Mi.  Woo Jin pun dengan menahan amarah menyalakan AC.
“Kami akan mulai dengan pijat penuh. Wahh, kau memiliki kulit yang bagus... Bali pasti menyenangkan, aku belum pernah ke Bali.” Ucap Woo Jin lalu tiba-tiba terbatuk dan meminta maaf pada pelangganya.
“kau tahu bahwa kau harus merawat kulit kecokelatan dengan lebih baik, kan? Perawatan "sun care line" klinik kami juga bagus. Kami menggunakan produk dari Perancis. Ini baik untuk regenerasi kulit, dan...” ucap Woo Jin yang lain dihentikan oleh Nyonya Soo Min
“kau membuatnya terlalu jelas bahwa kamu berpromosi. Apakah bos mu menginstruksikan mu untuk melakukan ini?” komentar Nyonya Soo Mi, Woo Jin mengaku tidak
 “Apakah kamu mendapatkan semacam komisi jika kamu menjualnya kepada ku? Aku akan mempertimbangkannya. Berikan aku contoh saat aku keluar... Yahhh... Benar juga... aku yakin sulit untuk memenuhi kebutuhan hanya dengan gaji mu. Aku yakin kau harus menjual sesuatu, apakah itu mungkin kosmetik atau hati nurani mu. ACnya kurang dingin sedikit lagi. Sangat panas.” Komentar Nyonya Soo Mi.
Woo Jin pun menahan diri dengan kembali menyalakan AC,  lalu melihat ada pemilik rumah yang nelp. Lalu pamit untuk keluar dari ruangan. Ia meminta maaf pada pemiik terlihat kebingungan.


Jong Hoo dan Joo Hyuk  melayani pelanggan bank yang mengajukan pinjaman pribadi premium.. Joo Hyuk membaca formulir dan juga tanda terimakarena menahan pajak dan bukti pekerjaan, lalu meminta ID cardnya. Si wanita mencarinya di dalam dompetnya. 
“Sudah berapa lama kau hamil?” tanya Joo Hyuk dengan wajah sumringah.
“Sudah sekitar lima bulan.” Jawab si wanita, Joo Hyuk mengaku punya dua anak juga dan mengucapkan selamat.
“Tapi Kenapa tidak di sini?” kata Si wanita kebingungan. Joo Hyuk pun ikut panik karena tidak membawa kartu Idnya.
“Aku mengeluarkannya ketika membereskan barang-barang dan lupa membawanya. Apa yang harus aku lakukan? aku benar-benar harus menyelesaikannya hari ini. Haruskah aku pulang dan kembali? Ini mungkin  akan kembali lewat jam 6 sore. Jika kau menunggu ku sedikit, aku akan kembali secepat mungkin.” Kata Si wanita
“Kau bilang Jam 6 sore?” ucap Joo Hyuk teringat dengan janjinya akan bertemu di  Exit 1 dari Yeouido Station sekitar jam 6 sore.
“Aku akan melanjutkan dengan pinjaman untuk saat ini. Jadi Bawalah padaku besok. kau adalah pelanggan reguler lama dari bank kami.” Ucap Joo Hyuk. Si wanita bertanya apakah Joo Hyuk melakukan itu.
“Pada prinsipnya tidak diperbolehkan, tapi aku harus melakukannya untukmu karena rumahmu jauh dari sini.” Bisik Joo Hyuk
“Terima kasih. Maka aku akan membawanya besok pasti.” Kata si wanita. Joo Hyuk pun tersenyum bahagia bisa menyelesaikan masalah. 


Joo Hyuk bergegas mencari Tuan Cha dalam ruangan, tapi tak ada. Ia lalu bertanya padah Hyang Sook, di mana manajer cabang. Hyang Sook mengatakan Tuan Cha keluar untuk berkunjung ke markas beberapa waktu yang lalu dan akan segera kembali.
Akhirnya Joo Hyuk kembal ke ruangan mencoba masuk ke website karyawan lalu membuka “Buku Darurat” dengan password, setelah itu mengklik “Persetujuan Pinjaman” dan terlihat tanda tangan Tuan Cha keluar. Wajah Joo Hyuk tersenyum bahagia melihatnya. 

Joo Hyuk menemui Tuan Byun dengan wajah sedih mengaku memiliki urusan keluarga, meminta izin untuk pulang kerja lebih awal. Tuan Byun mengejek Joo Hyuk punya 10 saudara atau sesuatu. Jong Hoo seperti gugup mendengarnya.
“Mengapa kamu memiliki begitu banyak urusan?” keluh Tuan Byun.
“Ini cukup serius. Aku ingin menghapus nama ku dari daftar keluarga juga, Tapi kurasa aku tidak bisa.” Ucap Joo Hyuk.
Tuan Byun akhirnya mempersilahkan Joo Hyuk pergi, wajah Jong Hoo pun ikut tersenyum melihatnya. Joo Hyuk bisik bertanya pakah ia bisa sampai di Stasiun Yeouido dalam 30 menit. Jong Hoo pikir Joo Hyuk punya cukup waktu jika cepat-cepat sekarang. Joo Hyuk berjalan dengan wajah sedih padahal hatinya sangat bahagia. 


Woo Jin berjalan ke sebuah apartemen, wajahnya sedih melihat ibunya yang kena marah seorang bibi yang sudah memberitahu untuk membersihkannya. Ibu Woo Jin mengatakan akan segera melakukannya.
“Jadi kapan kau akan melakukannya? Apa Setelah aku meninggal?” teriak si bibi. Akhirnya Woo Jin mendekati ibunya.
“Aku senang kamu ada di sini... Coba Lihatlah semua barang ini. Apakah ini tempat pembuangan atau rumah? Aku menabrak salah satu sampah itu dalam perjalananku kemarin. Coba Lihatlah memar ini di jari kakiku.” teriak si bibi sambil mengeluh bau.
“Aku minta maaf.... Aku sangat menyesal.” Ucap Woo Jin tak bisa berkata-kata.
“Lupakan permintaan maafnya. Dia menumpuk ini di depan rumah orang lain. Apa maksudnya kekacauan ini? Tidak bisakah dia menjadi gila dengan cara yang layak?” teriak si bibi marah dan berjalan pergi. 

Woo Jin mengeluh pada ibunya meminta agar membuang semua barang-barang yang ada diluar rumah. Ibu Woo Jin langsung melarang dengan wajah ketakutan, karena menurutnya masih bisa digunakan. Woo Jin menghela nafas melihat sikap ibunya yang suka menumpuk barang.
“Di negara ini, semua orang hanya berpikir membuang barang bukannya berhemat.” Kata Ibu Woo Jin
“Untuk apa kau menggunakannya? kau menumpuknya karena tidak punya tempat untuk menggunakannya. Apakah ini rumah bagi orang?” kata Woo Jin
“Tentu saja. Apa kau pikir ini adalah rumah untuk babi dan anjing?” ucap Ibu Woo Jin masuk rumah. Woo Jin merengek pada ibunya agar mau membuangnya.
“Minumlah secangkir air sebelum kamu pergi... Atau haruskah aku membuatkan multi-grain shake?” kata Ibu Woo Jin mencari di dalam lemari es.
Woo Jin menatap seluruh ruangan seperti terasa sempit. Ibu Woo Jin kebingungan karena tak menemukan lalu memanggil suaminya. Woo Jin kaget karena ayahnya sudah lama meninggal, lalu memanggil ibunya. Ibu Woo Jin menatap anaknya pun terlihat binggung
“Kapan kau datang? Kenapa aku membuka kulkas? Apakah aku mencari sesuatu?” ucap Ibu Woo Jin. Woo Jin menatap ibunya dengan wajah sedih karena lupa.
Woo Jin berjalan dengan wajah sedih teringat kembali yang dikatakan dokter “Dia semakin memburuk. Dia terus keluar di malam hari juga. Bukankah seharusnya kau berpikir untuk mengirimnya ke panti jompo demi ibumu, bukankah begitu?”


Joo Hyuk berlari keluar dari stasiun mencari orang yang akan janjian, lalu seorang pria datang memastikan nomor telp Joo Hyuk lebih dulu. Joo Hyuk terlihat bersemangat. Si pria meminta maaf karean harus pergi ke kamar kecil. Joo Hyuk mengakubaru saja tiba juga.
“Kau bisa periksa kondisinya dulu.” Kata Si pria. Joo Hyuk pun meminta izin untuk bisa mengeluarkan ini. Si pria pun memperbolehkanya.
“Astaga, ini benar-benar mulus no minus... Kelihatannya baru.” Komentar Joo Hyuk melihat PS ditanganya.
“Ini memang baru. Aku tertangkap oleh istri ku pada hari aku membelinya. Dia bilang akan menyingkirkanku jika aku tidak segera menyingkirkannya.” Cerita si pria dengan wajah sedih, Joo Hyuk mengaku sangat mengerti.
“kau tahu sangat sulit untuk mendapatkan model ini. Aku bahkan menyewa pekerja paruh waktu untuk mengantre hanya untuk membeli orang ini. Tapi istriku menyuruhku memilih antara dia dan ini seperti permainan bertahan hidup. kau lihat, aku tidak bisa mempertaruhkan hidup ku.” Cerita Si pria sedih
“Aku mengerti... Jangan khawatir aku akan membelinya.” Kata Joo Hyuk memberikan uangnya dalam amplop. Si pria menghitungnya lalu mengucapkan terimakasih. 



Sang Sik mengosok kartu undian tapi kembali gagal. Joo Eun berlari-lari ditempat mengeluh Tingkah laku Sang Sik yang  memuakkan setiap kali melihatnya. Menurutnya semua yang dilakukan Sang Sik tidak berguna, jdai menurutnya itu adalah pemborosan uang.
“Donasi uang mu sebagai gantinya agar kau dan keluarga mu diberkati.” Komentar Joo Eun
“Tingkah lakumu tidak berbeda. Bekerja paruh waktu, belajar, atau keluar untuk berlari. Lakukan satu hal sekaligus. Bagaimana kau bisa belajar sambil melakukan itu?” ejek Sang Sik
“Itu bukan urusanmu... apakah aku belajar atau melakukan roll ke depan sambil berlari. Aku sedih karena tidak bisa bekerja banyak hari ini. Apakah kau akan bertanggung jawab jika berat badan ku bertambah lagi?” keluh  Joo Eun.
“Kau bilang Tanggung jawab? Bagaimana kau bisa mengatakan hal yang mengerikan tanpa berkedip mata mu?” keluh Sang Sik. Joo Eun pun meminta maaf.
“Aku merinding mendengar ucapan ku sendiri juga. Maaf.” Kata Joo Eun lalu melihat Woo Jin datang dengan wajah lesu. 

Joo Eun bertanya kenapa kakak iparnya datang disiang hari. Woo Jin mengaku ada pekerjaan disekitar sini dan memutuskan untuk mampir, lalu menyapa Sang Sik. Sang Sik mengaku baik dengan senyuman lebar. Joo Eun mengejek Sang Sik  melakukan hal yang terlalu baik, jadi itulah masalahnya.
“Dia datang ke sini untuk menghabiskan waktu setiap hari.” Komentar Joo Eun. Sang Sik pun memilih untuk pamit pergi
“Aku akan membiarkan kalian bicara. Sudah saatnya aku harus membuka toko ku.” Ucap Sang Sik melangkah pergi.
“Bukankah ini melelahkan? Untuk melakukan pekerjaan paruh waktu sambil mempersiapkan ujian?” kata Woo Jin
“Memang melelahkan, tapi apa yang bisa aku lakukan? Aku tidak bisa meminta uang kepada orang tua ku ketika sudah berumur 30 tahun. Selain itu, orang tuaku pasti hampir tidak cukup untuk mempertahankan hidup.” Cerita Joo Eun. Woo Jin pun hanya bisa terdiam.
“Ngomong-ngomong, ini sangat sulit untuk melihat Joo Hyuk hari ini. Apakah dia sibuk?” tanya Joo Eun. Woo Jin mengangguk. Joo Eun lalu menawarkan untuk kopi.
“Ahh... Kau tidak suka kopi... Haruskah kita pergi minum?” kata Joo Eun
“Aku tidak akan punya waktu untuk itu hari ini. Ngomong-ngomong, bukankah kau bilang temanmu bekerja di rumah sakit untuk orang tua? Berapa biayanya dalam sebulan untuk tinggal di sana?” tanya Woo Jin
“Aku tidak yakin. Dari apa yang aku dengar, tapi aku pikir itu sekitar 1.200 dolar. Mengapa?” tanya Joo Eun
“Seseorang ingin tahu Tapi Apakah rumah sakit lain akan semahal itu?” ucap Woo Jin
“Sebagian besar harganya sama. Itu sebabnya anak-anak biasanya membagi biaya. kau perlu memiliki uang untuk menjadi baik kepada orang tua mu. Begitulah cara dunia gila ini berjalan.” Keluh Joo Eun. Woo Jin terdiam karena sebagai anak tunggal.
“ Ngomong-ngomong, Woo Jin-Eonni Apakah kau tidak dandan? kau terlihat terlalu kuyu. Bagaimana bisa kau menemukan pacar seperti itu? Mereka mengatakan setiap wanita yang sudah menikah memiliki pacar akhir-akhir ini.” Kata Joo Eun mengoda. Woo Jin hanya terdiam memegang wajahnya.
“Aku hanya bercanda, tapi kau tidak tertawa. Aku sudah selesai belajar untuk hari ini.” Kata Joo Eun membereskan bukunya. Woo Jin tetap terdiam. 


Joo Hyuk memeluk PS barunya, lalu melihat jendela rumahnya kalau lampu sudah menyala.  Akhirnya Ia mencari kantung plastik berkas di tempat sampah dan memasuka Psnya. Woo Jin sedang memandikan anaknya. Joo Hyuk berjalan menutupi PSnya dan bergegas masuk ke dress room.
Ia mencari tempat untuk menyembunyikan Psnya, lalu melihat tumpukan pampers. Joo Hyuk mengeluarkan semua pampers dan menaruh PS dibagian dalam agar tak terlihat. Woo Jin memanggil Joo Hyuk agar memegang anak kedua. Jo Hyuk pun bergegas pergi menghampiri istrinya. 

Joo Hyuk berbaring di tempat tidur melihat istrinya sudah tidur lalu berusaha turun, tapi Woo Jin membuka mematanya memanggil suaminya. Joo Hyuk menyahut berpura-pura kembali tidur. Woo Jin ingin bicara tapi terlihat ragu menyuruh suaminya untuk tidur saja
Beberapa saat kemudian, Joo Hyuk berusaha agar bangun, Woo Jin kembali ingin bicara, akhirnya Joo Hyuk menatap istrinya yang sedang tertidur. Woo Jin membahas Joo Hyuk bilang akan dipromosikan segera.
“Apakah kau yakin bahwa akan dipromosikan sebagai Manager Tim  segera?” kata Woo Jin. Joo Hyuk terlihat binggung.
“Jawab Ya atau tidak?” ucap Woo Jin. Joo Hyuk mengaku tidak bisa 100 persen yakin.
“Ngomong-ngomong, aku belum mengunjungi ibumu dalam waktu yang lama. Benarkan? Dia baik-baik saja, kan? Dia sering memasak kimchi hijau mustard. Tapi Kenapa dia tidak memasaknya belakangan ini?”kata Joo Hyuk
“Jika kau ingin memakannya, kau bisa memasaknya sendiri.” Keluh Woo Jin kesal membalikan badanya.
“Apakah aku minum terlalu banyak?” ucap Joo Hyuk kebingungan lalu bangun dari tidurnya. 


Joo Hyuk pergi kebalik gantungan baju, mulai memaikan gamesnya, wajahnya terlihat bahagia karena Grafisnya tidak bisa dipercaya. Ia memegang PSnya merasa kalau perlahan-lahan akan saling mengenal satu sama lain dan menghentikanya permainanya.
“Mari kita akhiri di sini... Bukan karena aku malu... Tapi Tidak ada salahnya berhati-hati. Mari kita bertemu seperti ini lain kali... mengerti?” ucap Joo Hyuk dengan wajah bahagia memainkan gamesnya. 

Joo Hyuk terbangun dengan deringan ponselnya. Hwan menelp kalau sekarang adalah keadaan darurat, karena Tim audit datang. Joo Hyuk kaget karena Mereka datang bulan lalu dan Kenapa mereka datang lagi?.
“Aku tidak tahu. Pokoknya, kau harus cepat kesini.” Ucap Hwan menutup telpnya.
“Apakah mereka menganggapnya menyenangkan? Kenapa mereka datang sepanjang waktu?” keluh Joo Hyuk kembali tertidur.
Ia lalu teringat saat bertemu dengan pelanggan yang menanyakan ID Cardnya tapi memprosesnya juga dan meminta datang besok. Ia langsung bergegas keluar dari kamar karena tidak melampirkan salinan ID Card.
Bersambung ke part 2

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar