PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Rabu, 29 Agustus 2018

Sinopsis Lets Eat 3 Episode 14 Part 2

PS : All images credit and content copyright : TVN

Ji Woo buru-buru menghapus air matanya saat melihat mobil Sun datang, lalu masuk ke dalam mobil. Seo Yeon ingin tahu apa yang ditinggalkan Dae Young sampai hanya mengantar Ji Woo di pinggir jalan. Ji Woo mengaku kalau Dae Young ada sesuatu yang penting.
“Jika itu masalahnya, dia harusnya lebih berhati-hati.” Keluh Seo Yeon. Sun melihat Ji Woo.
“Guru Ji Woo , apa kau sakit?” tanya Sun khawatir.  Ji Woo mengaku hanya capek saja.
“Aku akan tidur di belakang selama perjalanan pulang.” Kata Ji Woo menahan air matanya. 

Dae Young kembali ke restoran Kimchi sujebi, memeriksa di toilet lalu   sempat bertanya pada pelangan apakah melihat cincin di atas meja. Tapi keduanya mengelengkan kepala. 
“Permisi... Apa Anda melihat cincin saat membersihkan meja ini?” tanya Dae Young pada pelayan
“Tidak tahu. Aku sangat sibuk dan hanya menyapu semuanya ke tempat sampah.” Kata Si pelayan.
Dae Young akhirnya pergi ke tempat sampah mencari cincinya. Bibi pemilik datang melihat Dae Young sampahnya berantakan, dan berpkir kalau dilakukan karena tidak menerima tawarannya. Dae Young meminta maaf kalau hanya mencari... Si bibi tak peduli menyuruh Dae Young segera bersihkannya. Dae Young kebingungan karena  bisa menghilangkan cincinya. 

Pagi hari, Seo Yeon merawat Ji Woo sambil menelp mengaku adiknya Perawat Lee Ji Woo, kalau kakaknya mengalami demam, jadi meminta untuk  bisa ganti jam kerja setelah itu menutup telpnya.
 “Makanlah bubur yang kubuat dan pastikan minum obatmu. Aku ada urusan setelah bekerja, jadi istirahatlah hari ini... Mengerti?” kata Seo Yeon khawatir melihat Ji Woo yang sakit. Ji Woo miringkan tubuhnya.
“Harusnya kau tak perlu ikut... Jadi Kau istirahat saja.” Ucap Seo Yeon menyesal. Ji Woo hanya diam seperti rasa kecewanya membuatnya sakit. 

Seo Yeon masuk ruangan melihat Dae Young tak percaya kalau temanya itu  menghabiskan malam di sini dan langsung datang ke kantor. Dae Young seperti baru tersadar dari lamunan melihat Seo Yeon datang. Seo Yeon ingin tahu apakah Dae Young sudah menemukan yang dicari.
“Kenapa kau di sini pagi-pagi?” tanya Dae Young seperti mengalihkan pembicaraan.
“Aku bangun pagi karena Ji Woo mengalami demam.” Ucap Seo Yeon. Dae Young ingin tahu apakah Ji Woo sakit.
“Ya, dia sakit. Demamnya juga tinggi. Perjalanan kemarin pasti sudah membebani dia.” Kata Seo Yeon. Dae Young terdiam merasa bersalah karena meninggalkan Ji Woo di pinggir jalan.
“Aku hampir lupa. Aku sudah mengambil kartu namamu.” Ucap Seo Yeon memberikan kartu nama untuk Dae Young.
Dae Young membaca namanya “Presdir Goo Dae Young” dan nama perusahanya “Let's Eat” tanpa banyak ekpresi bersemangat memuji kalui itu Bagus. Seo Yeon heran melihat Dae Young tidak terdengar bersemangat.

“Tulisannya, "Presdir Goo Dae Young"... Bukankah seharusnya kau lebih bersemangat? Saat aku menerima kartu nama bisnis pertamaku sebagai presdir, aku melompat dan berteriak seperti orang gila di jalanan New York.” Ungkap Seo Yeon sebelumnya pernah menjadi Presdir.
“Apa karena restoran kimchi sujebi? Sudahlah.. Lupakan saja dan cari tempat baru... Dunia ini besar dan ada banyak restoran yang enak... Kita pasti bisa, Presdir Goo.” kata Seo Yeon memberikan semangat.
“Terima kasih... Kau dan Ji Woo memberiku kekuatan...” ucap Dae Young
“Kalau begitu ayo kita bahas tentang restoran Apa Kau melihat draf dari perusahaan aplikasi? Kurasa itu keputusan yang bagus untuk bekerja langsung dengan mereka. Aku suka. Bagaimana denganmu?” tanya Seo Yeon penuh semangat.
“Aku belum lihat dan akan melihatnya sekarang.” Kata Dae Young mencoba konsetrasi melihat komputer. 

Seo Yeon pulang melihat Ji Woo sedang melipat pakaian lalu berteriak kesal karena seharusnya istirahat di tempat tidur. Ji Woo mengaku sudah baikan karena Sekarang sudah musim gugur, jadi membersihkan lemarinya dan Berbaring tidak melakukan apa-apa untuk sakit kepalanya.
Terdengar suara bel rumah, ternyata Sun datang dengan sebuket bunga. Seo Yeon senang melihatnya berpikir kalau Sun sekarang bisa datang kapan pun yang dinginkanya.
“Bagaimana kau tahu aku suka bunga-bunga ini?” ucap Seo Yeon.  Sun mengaku kalau datang untuk menjenguk Ji Woo lalu memberikan buket bunganya.
“Kau tak mengangkat teleponmu, jadi aku menelepon rumah sakit. Katanya kau sedang sakit. Apa Kau sekarang sudah baikan?” kata Sun. Seo Yeon kesal ternyata buket bunga untuk Ji Woo
“Ya, aku tidak apa-apa... Terima kasih untuk ini.” Kata Ji Woo
“Perawat harus lebih memperhatikan dirinya sendiri. Kenapa kau tidak mengambil cuti dan melakukan pemeriksaan? Kau kelihatan kurus.” Kata Sun khawatir. Seo Yeon makin kesal mendengarnya. 


Dae Young pulang masih dengan wajah lesu mencuci wajahnya lalu mengambil handuk, tak sengaja menjatuhkan cincin yang ada dibawah handuk.
Flash Back
Dae Young seperti baru bangun tidur melepaskan cincinya lalu seperti terlupakan karena menerima telp  dari Perusahaan Pengepakan Barang, sambil mengatakan kalau akan berterima kasih jika akan melakukannya.

Sun menuruni tangga dan akan pulang, Seo Yeon mengantar dengan wajah kesal berpikir Sun sedang jual mahal. Sun terlihat binggung, Seo Yeon pikir Sun mencoba bersikap tidak acuh karena dirinya yang tidak membuka diri.
“Apa Kau sudah membuka diri padaku? Benarkah?” kata Sun tak percaya. Seo Yeon terlihat binggung menjawabnya.

“Biarkan aku melewati batas lagi.” Kata Sun lalu memberikan kecupan di pipi Seo Yeon, dengan senyuman  bahagia menyuruh Seo Yeon masuk sambil melambaikan tangan pergi.
“Apa Dia melewati batas hanya untuk mencium pipi? Padahal Bibirku tidak begitu jauh.” Keluh Seo Yeon memegang pipinya tapi tersenyum bahagia. 


Sun berjalan pulang melihat Dae Young sedang duduk sendirian di restoran, lalu masuk bertanya kenapa Dae Young yang minum sebanyak itu sendirian tanpa ada makanan sama sekali. Dae Young melihat Sun merasa senang karena Sun datang.
“Biarkan aku menggunakanmu sebagai alasan dan minum soju lagi.” Kata Dae Yong meminta gelas dan juga sebotol soju lagi.
“Apa bisnismu tidak berjalan dengan baik? Keadaan akan jauh lebih sulit nantinya dan Kau juga bukannya akan melihat ini.” Saran Sun berpikir Dae Young stress karena bisnisnya.
“Aku tidak berharap akan lupa.” Ucap Dae Young yang mabuk. Sun terlihat binggung.
“Ada seseorang yang sangat berharga bagiku. Tapi aku kehilangan dia dalam kecelakaan dua tahun lalu. Aku tidak pernah lupa mengenakan cincin dan itu seperti ingatan kami bersama. Tapi aku melepasnya dari jariku setelah beberapa waktu.” Cerita Dae Young
“Aku benar-benar lupa saat aku melepasnya dan di mana menaruhnya, hanya setelah dua tahun sejak kecelakaan itu. Aku sangat ingin meminta minta maaf.” Kata Dae Young
“Itu bukan sesuatu yang harus disesali. Orang biasanya tidak bisa melupakan kenangan masa lalu mereka karena batas otak mereka. Itu sebabnya cara lain untuk menyimpan ingatan telah dikembangkan. Bahkan data yang tersimpan dalam perangkat menjadi teruap setelah dua tahun karena elektrifikasi. Dengan kata lain, data yang disimpan akan dihapus.” Jelas Sun

“Yang ingin kukatakan... Mungkin terlihat canggung karena aku tidak pernah menghibur siapa pun sebelumnya. Ini Bukannya kau melupakannya dengan sengaja. Tapi Kau baru saja melupakannya seiring berjalannya waktu, jadi itu wajar saja. Kau jangan merasa menyesal  atau menyalahkan dirimu sendiri... Itu bukan salahmu dan Pada akhirnya, kau tidak bisa kembali ke masa lalu. Kau hanya perlu bergerak ke depan bersama dengan aliran waktu yang sedang berjalan.” Jelas Sun. 

Dae Young terbangun setelah mabuk lalu melihat cincin di atas buffet dan hanya menatapnya, seperti masih merasa menyesal. Ji Woo keluar dari rumah melihat kemeja Dae Young yang kering tanpa diangkat. Seo Yeon pulang kerumah heran melihat Ji Woo sedang menyetrika kemeja.
“Di mana kau mendapatkan kemeja ini?” tanya Seo Yeon heran
“Mungkin karena Dae Young sibuk, tapi baju-baju ini tergantung di tali jemuran selama beberapa hari.” Kata Ji Woo 

“Aku tahu kau norak, dan sekarang, kau bertindak seperti wanita di Dinasti Joseon. Apa Kau menyetrika pakaian untuk suamimu yang dipromosikan? Dasar Wanita yang berbakti.” Ejek Seo Yeon
“Ini hanya baju untuk di setrika, jadi jangan berlebihan.” Balas Ji Woo
“Lihatlah siapa yang berlebihan, Kau yang melakukan hal seperti itu. Kenapa kau tidak mengungkapkan perasaanmu padanya?” kata Seo Yeon. Ji Woo mengeluh Seo Yeon membahas tentang itu lagi.
“Aku mengatakan ini karena suatu alasan. Apa Kau tidak lihat bagaimana dia tak mengenakan cincinnya? Pada awalnya, kupikir dia lupa memakainya karena tidak sengaja, tapi dia tidak memakainya selama berhari-hari sekarang. Dasar Kau bodoh, kau merindukan itu, kan? Coba Pikirkan tentang itu. Dae Young pasti sudah melupakannya...” kata Seo Yeon yakin
“Dia tidak melepasnya, tapi menghilangkannya. Dia meninggalkanku di jalan untuk mencari cincinnya hari itu.” Akui Ji Woo. Seo Yeon kaget mendengarnya.
“Jadi maksudmu itu, apa yang terjadi di Mukhohang?” kata Seo Yeon langsung mengambil kemeja milik Dae Young dan membuangnya. Ji Woo heran dengan sikap Seo Yeon.
“Hei... Kau kenapa? Dia meninggalkanmu di sana di malam hari karena tidak bisa melupakan mantannya. Jadi kenapa kau melakukan ini untuknya? Hentikan. Itu sudah cukup untukmu... Biarkan dia hidup dengan masa lalunya selama sisa hidupnya... Aku akan mencarikanmu pria yang jauh lebih baik.” Kata Seo Yeon
“Aku tidak apa-apa... Sekarang ini lebih baik dari hidupku sebelum aku bertemu dengannya lagi.” Kaa Ji Woo pasrah.
“Ini tidak bagus sama sekali... Kau sayang padanya, tapi bagaimana dengan dirimu sendiri? Kau sudah cukup menderita karena aku dan Ibu. Jadi Kau harus bahagia sekarang.” Tegas Seo Yeon kesal. 

Ji Wo melihat Dae Young baru pulang sudah pulang kerja melihat kalau kelihatan capek. Dae Young mengaku kalau sedikit lelah. Ji Woo memberitahu kalau menyetrika bajunya karena melihat tergantung di tali jemuran selama berhari-hari.
“Kau tidak perlu melakukannya... Kau selalu membantuku...Maksudku, aku tidak pindah  ke sebelah rumah untuk itu... Bagaimana aku harus membalas kebaikanmu? Apa ada yang ingin kau makan? Aku akan mentraktirmu.” Kata Dae Young
“Tidak heran kau memang Shiksyanim, melihat bagaimana kau selalu mau membelikanku makanan.” Ucap Ji Woo memuji
“Lalu apa ada yang kau butuhkan atau diinginkan?” kata Dae Young. Ji Woo pikir  cukup mampu membeli apa yang dibutuhkan.
“Kalau begitu beri tahu aku kapan pun kau mau sesuatu atau butuh bantuanku... Aku akan urus semuanya untukmu.” Ucap Dae Young yakin
“Kau tidak seharusnya membuat janji seperti itu dengan gegabah. Karena Kau akan menyesalinya.” Kata Ji Woo
“Kenapa aku tak bisa melakukannya untukmu? Kenapa? Apa Kau sedang mengalami sesuatu?” tanya Dae Young penasaran.
“Aku... menyukaimu... Itu menggangguku.” Kata Ji Woo. Dae Young kaget mendengarnya dan hanya bisa melonggo.
“Kau cinta pertamaku... sejak aku berumur 20 tahun.” Akui Ji Woo. Dae Young ingin bicara tapi disela oleh Ji Woo.
“Aku tahu kau punya pacar... Bukannya aku ingin atau mengharapkan sesuatu darimu. Tapi Itu hanya perasaanku saja... Kau bilang aku harus mengatakan apa pun yang menggangguku.” Ucap Ji Woo. Dae Young hanya terdiam tanpa bisa berkata-kata
“Coba Lihat Sekarang, Kau tidak harus membuat janji seperti itu dengan gegabah.” Kata Ji Woo mengejek.
“Apa itu cukup mengganggumu?” tanya Dae Young. Ji Woo mengaku hanya menyimpan banyak hal di hatinya jadi setidaknya ingin mendapatkan satu hal dari hatinya sekarang. Dae Young hanya menatap terdiam.
“Hei, jangan membuat wajah serius seperti itu... Aku tidak akan begadang semalaman memikirkanmu, menangis, dan tidak makan berhari-hari. Aku punya pekerjaan dan merawat Ibuku, Ada banyak sekali hal dalam pikiranku.” Jelas Ji Woo
“Di usia 20-an, cinta adalah segalanya dan membuatnya seperti masalah besar. Aku tidak seperti dulu lagi... Maafkan jika kau membuatmu merasa tidak enak, tapi kau juga sedikit bertanggung jawab... Kau bisa Hidup sebanyak itu, mengerti?” kata Ji Woo. Dae Young tetap diam. 

Dae Young menatap kemeja yang sudah disetrika Ji Woo, teringat kembali kenanganya.
Flash Back
Dae Young menelp Ji Woo ingin tahu keberadaanya, karena baru pulang dan lapar jadi mengajaknya makan. Ji Woo baru pulang kerja mengaku  masih di rumah sakit jadi tak bisa makan bersama, saat itu Dae Young melihat Ji Woo yang berbohong lalu berjalan pergi meninggalkan rumah.
“Aku tidak mau kita putus.” Kata Ji Woo saat berjalan dengan Dae Young, Dae Young binggung apa maksudnya.
“Kita ini teman... Teman bisa menjadi teman selamanya... Jadi jangan pernah berpisah... Berjanjilah.” Kata Ji Woo
“Apa Kau ini mabuk? Tapi Baik. Kita tidak boleh berpisah.” Ucap Dae Young 


Ji Woo berbaring di tempat tidur. Seo Yeon pikir Ji Woo sakit lagi dan mendengar Ji Woo sedang menangis.  Ji Woo akhirnya bangun dari tempat duduknya mengaku akau umurnya sudah 34 tahun dan tak ingin ada rasa sakit seperti saat umur 20 tahun.
“Tapi meskipun aku 34 tahun, ditolak seperti ini ternyata menyakitkan.” Uacp Ji Woo.
“Apa maksudmu? Bagaimana kau ditolak?” tanya Seo Yeon kaget dan binggung.
“Aku...bilang pada Dae Young kalau aku menyukainya.” Akui Ji Woo. Seo Yeon kaget tapi memuji kalau itu kerja bagus.
“Begitulah caramu mengatasinya, Kau melakukan semua yang kau bisa... Kenapa aku mengambil semua yang Dae Young berikan dan membuat mereka tumbuh? Pertama, Kacang lalu perasaanku padanya.” Ucap Ji Woo sedih. 


Seo Yeon duduk diam di depan rumahnya, lalu mengeluh pada anjing Ji Wo yang mulai mengigit sepatunya kembali dengan sabar meminta agar  jangan lakukan itu padanya dan mengaku kalau itu salahnya. Dae Young baru pulang heran melihat Seo Yeon duduk di depan rumahnya.
“Aku menunggumu.” Kata Seo Yeon, Dae Young binggung kenapa menunggunya.
“Aku harus minta maaf karena sesuatu dan ada yang mau kuberitahukan. Offside yang ingin kau pertahankan dengan sangat buruk... Aku sudah lama menyeberanginya.” Ucap Seo Yeon memberikan kode.  Dae Young hanya diam saja.

Ji Woo mencuci wajahnya yang bengkak karena menangis, pesan dari Dae Young masuk “Ayo kita bertemu di taman.” Ia lalu menatap berpikir kalau  matanya terlihat bengkak karena menangis. Dae Young sudah menunggu ditaman sambil minum bir dan memberikan Ji Woo yang akhirnya datang.
“Kenapa kau tidak memberitahuku? Seo Yeon sudah memberitahumu tentang pacarku yang sebenarnya.” Kata Dae Young
“Kurasa itu salah untuk menunjukkan bahwa aku tahu sesuatu yang bahkan tidak kau katakan. Aku tidak memberitahumu bahwa aku menyukaimu karena sudah tahu. Seperti yang kukatakan, aku tidak mau kita...” kata Ji Woo disela oleh Dae Young.
“Aku tahu... Terima kasih banyak karena  pura-pura tidak mengetahui sampai sekarang Dan maafkan aku, Karena menyembunyikannya... Kurasa aku menjadi dingin sepanjang waktu setelah kecelakaan itu. Tapi setelah kita bertemu, sedikit demi sedikit,. Maka aku mendapat keberanian untuk maju. Itu sebabnya aku memulai bisnis ini. Saat ini, sukses dalam bisnis ini adalah yang paling penting.” Cerita Dae Young
“Aku sudah mengerti maksudmu... Kau tidak harus menolakku panjang lebar.” Kata Ji Woo
“Aku tidak menolakmu. Tapi Bisakah kau...memberi aku waktu? Mungkin butuh waktu lebih lama dari yang kau pikirkan.” Ucap Ji Woo
“Tidak apa-apa... Tapi jika aku mendapat  orang lain sementara itu, maka bukan salahku... Aku sudah bilang, kalau aku sudah mengakuinya jadi sudah tidak perlu menahan diri lagi.” Kata Ji Woo. Keduanya bisa tersenyum lalu saling bersulang dan minum bir. 



Menu makanan ikan sudah ada diatas meja, Dae Young, Ji Woo, Seo Yeon dan Sun makan bersama.  Dae Young pikir Sun yang sudah  membantunya  lebih dari siapa pun, jadi ingin mentraktir sesuatu yang bergizi. Sun pikir ini Ini sesuai dengan seseorang  yang memulai bisnis baru.
“Ikan Rempela adalah "jeoneo" dalam  bahasa Korea, yang berarti "ikan uang" karena rasanya sangat enak dan karena itu laris manis.” Ucap Sun
“Tapi hari ini, kau memesan ikan rempela muda. Siapa pun yang ingin meninggalkan rumah akan menyerah setelah mencicipi ini. Orang-orang mengira ikan rempela ada di musim gugur, tapi jika kau memakan mentah atau tanpa tulang, sebaiknya dimakan di musim panas.” Jelas Dae Young. Ji Woo menganguk setuju.
“Ikan rempela menumbuhkan rasa saat tumbuh besar,. tapi bisa lebih sulit untuk makan tanpa tulang.” Kata Dae Young
“Maka akan lebih enak kalau dimakan dengan doenjang. Itu akan sesuai dengan tekstur dan aroma tulang.” Ucap Ji Woo
“Aku suka kalau dipanggang. Rasa ini adalah yang terkuat ketika kau memakannya. Jadi Tidak ada yang perlu dibuang.” Kata Sun.
“Jadi Berapa banyak Shiksyanim di sini? Jangan berkomentar lagi dan ayo makan.” Keluh Seo Yeon sedari tadi hanya melihat ketiganya bicara.
Mereka akhirnya mulai makan, dari ikan mentah lebih dulu. Ji Woo membungkusnya dengan rumput laut. Seo Yeon mengucapkan  Terima kasih sudah mentraktir. Setelah itu memulai makan ikan bakar, Sun terlihat bersemangat memakannya.
Dae Young mencoba makan salad dengan ikan, Sun ikut memakannya tapi malah menjauhkan dan mencari tissue. Seo Yeon langsung memberikanya. Sun mengucapkan dengan terimakasih dengan senyuman bahagia, lalu membalas dengan memotong kecil-kecil potongan ikan untuk Seo Yeon.
“Dae Young bahkan membawa kembali selera makan Seo Yeon. Dia memang Shiksyanim... Ini adalah pilihan yang luar biasa.” Kata Ji Woo memuji.
“Kenapa berkat dia, Seo Yeon bisa makan dengan baik? Padahal Aku yang memisahkan tulang ikan untuknya.” Kata Sun tak terima
Kau benar. Ini semua karena pengabdianmu... Mungkin kita harus  memanggilmu Seo Yeon Woo Sun.” Goda Dae Young. Sun pikir seperti  itu. Seo Yeon gugup memilih untuk  makan ikan saja
“Kita selesaikan ini... Bagaimana dengan sup pedas?” kata Dae Young. Ji Woo ingin makan bibimbap lalu memesan sup dan dua mangkuk nasi.
Dae Young membuat sup ikan agar menyerap sementara Ji Woo membuat bibimbap dengan sayuran dan ikan menurutnya Bibimbap rempela mentah adalah makanan penutup yang sempurna. Mereka mulai makan dan merasakan semua enak dan asam, walaupun supnya terasa pedas.
-THE END-



 PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 

4 komentar:

  1. Ini beneran cm sampe episod 14 ya??? Bukan 16 episod? Kok endingnya ngegantung bgt yaaa... hiksss...

    BalasHapus
  2. Karena Pemeran utama harus wajib militer om.

    BalasHapus
  3. Kecewa banget sama endingnya. Nyesel bgt udh nonton...

    BalasHapus
  4. Mungkin lanjut season 4 setelah dae young pulang wamil

    BalasHapus