PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Rabu, 31 Mei 2017

Sinopsis Fight My Way Episode 3 Part 2

PS : All images credit and content copyright : KBS

Ketiganya naik lantai atas melewati sebuah pintu lemari dan akhirnya naik ke bagian atap seperti sebuah tempat tersembunyi bagi mereka berempat saja. Ae Ra mengaku sangat senang di atap bahkan tidak bisa meninggalkan karena bar Namil. Seol Hee menyakinkan kalau  Pemilik gedung yang baru... belum menemukan tempat mereka ini.
“Apa kalian berdua pernah melihat pemilik gedung yang baru. Aku belum pernah melihatnya keluar masuk dari lantai lima juga.” Kata Dong Man
“Dia adalah ibu Nam Il, nama sebuah vila.” Ucap Seol Hee. Ae Ra mengartikan itu sama seperti Sulhee Jokbal.
“Jadi, pemilik gedung sebenarnya tempat ini sudah pindah kemari. Itu yang dikatakan bibi binantu. Dia sedikit aneh, si Pemilik gedung yang baru.” Cerita Seol Hee. Ae Ra merasa kalau si bibi itu hantu.
“Tak ada yang pernah melihatnya masuk dan keluar. Mendadak dia sudah pindah kemari itu yang paling aneh.” Kata Ae Ra 

Seseorang terlihat mengunakan gaun hitam keluar dari kamar ke balkon, terlihat menakutkan. Tapi setelah itu terlihat merasa merinding karena sering mendengar suara dari lantai atas dan bergegas masuk ke dalam kamarnya.
Diatap, Ae Ra mencampur soju dan bir lalu memberikan pada Dong Man. Seol Hee meminta agar diberikan juga. Ae Ra menolaknya karena kalau Seol Hee yang mabuk maka ia harus mengurusnya bahkan Satu tegukan soju membuatnya merayap. Seol Hee tetap ingin meminumnya, tapi baru satu teguk tak kuat dengan rasa pahitnya.
“Hei, apa terjadi sesuatu? Apa kau dan Joo Man bertengkar?” kata Ae Ra. Seol Hee mengaku Bukan seperti itu.
“Tapi Bukankah lucu memasang pernak-pernik di kuku kita?” tanya Seol Hee. Ae Ra pikir kalau ada yang memasang pernak-pernik di kuku.

“Pekerja magang di kantorku. Semalam, dia memakai lengan baju berenda dan memakai pakaian bak putri. Hari ini, dia memakai pakaian serba pink.” Cerita Seol Hee
Dong Man langsung bertanya apakah wanita itu cantik, Ae Ra langsung memukul untuk memperingatinya.  Seol Hee pikir kalau wanita itu  sedang menarik perhatian dan sangat  menggelikan sekali. Dong Man kembali bertanya apakah wanita itu cantik. Ae Ra berpikir kalau wanita itu  menggoda Joo Man.
“Joo Man tidak akan jatuh cinta padanya meski dia menggodanya. Sudahlah, cuma wanita sekantor.” Ucap Seol Hee tak ingin membahasnya lagi.
“Jadi jawablah. Apa dia itu cantik? Apa aku ini Goblin? Kenapa kalian tidak menghiraukanku? Aku punya pertanyaan, Wanita tidak suka seni bela diri campuran, 'kan?” kata Dong Man
“Apa bela diri yang mengeluarkan darah?” tanya Seol Hee. Dong Man pikir  Tidak selalu mengeluarkan darah.
“Hei.. Apa yang kau lakukan belakangan ini?” ucap Ae Ra curiga dengan mengangkat satu kakinya.
Dong Man mengeluh dengan sikap Ae Ra seperti gaya neneknya.  Ae Ra mulai mengumpat kesal. Seol Hee merasa mulai ngantuk. Ae Ra yakin kalau Seol hee pasti akan menghubungi Joo Man, Dong Man menyuruh Seol Hee agar bersikaplah jual mahal. Seol Hee yakin kalau tidak akan menelponnya.


Ae Ra kembali mendengarkan suara dari ponsel Dong Man,  wajahnya bahagia mengulang kalimat “Aku, Choi Ae Ra, dan sekian pengumumannya.” Dong Man mengejek apakah sebagaia itu Ae Ra hanya mendengarkanya.  Ae Ra berpikir dirinya itu suaranya memang  mirip dengan Baek Ji Yeon,
“Bagaimana kau akan hidup tanpa menjadi penyiar? Tunjukan bakat terpendammu, walaupun gagal kau mesti coba. Sepertinya sedang ada perekrutan penyiar.”ucap Dong Man. Ae Ra langsung menolaknya lalu membaringkan tubuhnya dengan bantalan tissue. 
“Kau bilang padaku, penampilanmu sempurna di depan mikrofon. Itulah kenapa kau menaruh mikrofon di mejamu.” Ucap Dong Man. Ae Ra tetap tak mau. Dong Man ingin tahu alasannya.
“Aku tidak mau sebagai antek. Katanya asal sekolah... dan usia itu tidak penting, tapi itu semua bohong. Sekarang Jangan hanya menyuruhku untuk mengejar mimpiku, bagaimana dengan mimpimu?” kata Ae Ra mengejek Dong Man memikirkan impianya
“Impianku adalah...menjadi orang kaya.” Ucap Dong Man berbaring disampingnya. Ae Ra mengejek kalau itu Impian konyol tapi menurutnya itu benar juga. 


Dong Man mengambil bantalan dikepala Ae Ra, dan Ae Ra pun menarik tangan Dong Man agar bisa berbaring dilenganya. Dong Man terlihat sedikit tegang dan sengaja mengepalkan tanganya. Ae Ra bertanya apabila Dong Man itu menjadikan orang kaya maka akan membuatnya jadi nyonya yang kaya raja juga.
“Hei, inilah kenapa aku tidak bisa jadi orang kaya.” Teriak Dong Man marah. Ae Ra hanya bisa cemberut lalu menyuruh Dong Man merelaxkan tanganya. Dong Man mengaku sudah melakukanya walaupun tanganya terus saja di kepal karena gugup.
“Saat kita masih sekolah, kita diharuskan menulis apa keinginan kita. Ibu Guru bilang kita bisa melakukan apa saja. Sekarang setelah dewasa...” kata Ae Ra
“Orang dewasa membohongi kita melalui segala cara.” Ucap Dong Man
“Aku menulis segalanya dimulai dari menang ajang Miss Korea sampai menjadi presiden.” Cerita Ae Ra
“Dulu... Impianku berubah hampir setiap hari.” Ucap Dong Man mengingatnya. 


Flash Back
[Pasar, 1993]
Dong Man sedang makan toppoki, ibunya pun bertanya ingin menjadi apa saat dewasa.  Dong Man mengaku ingin menjadi penjual Sate toppoki,  saat dewasa.
Saat Dong Man remaja terlihat tak bisa menahan amarahnya,  Ibunya pun menyuruh Dong Man untuk duduk saja dan menahan amarahnya lalu berteriak kaalu akan menjadi Yoon Do Hyun.  Di tahun 2005, Akhirnya Dong Man menjadi juara Taekwondo,  berteriak dengan lantang “Kompetisi nasional akan segera tiba. Kirim aku ke Seoul!” 

Ae Ra mengetahui Dong Man yang ingin jadi Tukang sate kue beras lalu menanyakan apakah impianya sekarang. Dong Man mengaku tak punya. Ae Ra tak suka kalau Dong Man mengatakan kau tak punya impian. Dong Man pikir Lebih baik berpura-pura tak punya impian.
“Punya impian hanya akan membuatmu tampak menyedihkan.” Kata Dong Man yang sudah mengubur impianya.
“Benar, apa pentingnya punya impian... disaat kenyataannya seperti ini? Impian menjadi penyiar berita hanya membuatku geram. Aku tidak akan bermimpi lagi.” Ucap Ae Ra
“Apa kita harus bermimpi? Kehidupan tetap berjalan meski kita tak punya impian.” Kata Dong Man
Ae Ra tak menyahut karena sudah memejamkan matanya, Dong Man menyuruh Ae Ra agar tak tertidur diatap dan mengancam akan meninggalkannya. Ae Ra tetap saja tertidur dengan memiringkan badanya. Dong Man memberitahu kalau posisi tidurnya itu bisa berakhir dengan.. wajah miring sebelah seperti kelumpuhan syaraf wajah.
Ae Ra seperti sudah tertidur pulas, Dong Man menatap Ae Ra lalu memuji kalau lubang hidung Ae Ra yang mungil bahkan Wajahnya mulus juga, untuk ukuran orang jelek, selain itu wajahnya juga lembut dan halus dan ingin mengusap wajahnya. Ae Ra langsung terbangun dari tidurnya.

“Jangan lakukan.” Teriak Ae Ra. Dong Man binggung melakukan apa yang dimaksud.
“Aku membiarkanmu terakhir kali.” Kata Ae Ra, Dong Man makin tak mengerti membiarkan apa maksudnya.
“Kau memelukku saat sepulang dari kantor polisi. Aku mengingatnya dengan jelas.” Kata Ae Ra. Dong Man sedikit gugup tapi menurutnya Ae Ra tak perlu mengingatnya dengan jelas.
“Aku peringatkan, jangan berani... menyentuhku lagi.” Tegas Ae Ra, Dong Man tertawa mendengarnya.
“Orang akan mengira, kalau aku merabamu atau merayumu.” Ejek Dong Man

“Aku... orang kampung, jadi aku bisa salah paham Kau tak terlalu pandai berpikir, maka kau sungguh orang tolol. Seorang pria yang bermasalah dengan pubertas. Jika kau mendadak... “ kata Ae Ra mencoba untuk memeluk Dong Man, lalu memegang tanganya, serta memeluk bagian pundaknya.
Dong Man kembali terlihat tegang, Ae Ra pikir mungkin Dong Man tak merasakan tapi ia akan merasakan mual, jadi meminta agar Dong Man Jangan membuatnya ingin muntah. Ia memperingatkan agar Dong Man jangan menyentuhnya dan jangan melangkahi garis lalu berjalan pergi.
Dong Man binggung kenapa Ae Ra bisa menyentuh dirinya seperti itu. Ae Ra pun akan masuk ke kamarnya binggung kenapa merasa tiba-tiba tubuhnya merasa panas. Dong Man memegang telinganya dan merasakan panas juga. 



Bibi  menempelkan selembar Peraturan di tiang “Dilarang merokok dalam ruangan, buang sampah di lorong, minum-minum malam hari, bermain api, dan dilarang satu kamar bagi pasangan belum menikah.”
Seol Hee sudah ada didalam kamar memasukan semua barang ke dalam tas,  Joo Man terbangun dengan alarm di ponselnya dan bertanya Ada apa. Seol Hee memberitahu kalau itu Tas untuk laptop untuk Joo Man dan  Baru sampai kemarin.
“ Ini Terbuat dari kulit sapi Italia dan super duper ringan. Aku pesan online biar murah.” Ucap Seol Hee bangga. Joo Man pun bertanya berapa harganya. Seol Hee memberitahu kalau hargnya $300.
“Semua karyawan penting memakai tas ini. Kau jangan sampai ketinggalan.” Ucap Seol Hee merasa tas yang dibelikanya itu bagus.
“Kenapa kau bersikap seperti ibuku? Kau saja memakai tas murahan dan membelikanku tas kulit sapi Italia. Apa menurutmu aku akan menyukainya?” keluh Joo Man

Seol Hee tahu Joo Man bertemu dengan banyak orang... dan melakukan kesepakatan, jadi tasnya itu akan membuatnya seperti orang berkelas. Joo Man menegaskan dirinya yang tak mau diperlakukan seperti anaknya dan tak harus seperti keluarga.
“Mari kita bebas dan nikmati hidup. Bagaimana?” ucap Joo Man
“Sayang... Apa Kau tak menyukaiku lagi?” kata Seol Hee dengan wajah cemberut. Joo Man mulai mengumpat Seol Hee itu bodo.
“Aku berkata seperti itu karena aku menyukaimu. Dasar kau bodoh, kau ini membuat kesal saja.” Ucap Joo Man lalu memberikan ciuman.
Seol Hee pun duduk disamping Joo Man memberikan tasnya dan mengeluh kalau mereka sudah lama tak ciuman, Joo Man pun memberikan kecupan di bibir Seol Hee berkali-kali. Seol Hee pun membalasnya, senyuman keduanya pun terlihat. 

Empat sekawan berjalan bersama, Ae Ra mengejek kalau istri Dong Man  datang. Dong Man melihat truk bertuliskan “Atlet Nasional Sundae”. Joo Man pikir itu Penggemar Dong Man. Seol Hee merasa itu Sahabat karibnya. Joo Man pikir kalau sahabat itu dirinya bukan orang itu.
“Apa Kau sahabat karib Dong Man?” ucap Ae Ra. Seol Hee pun bertanya apakah itu Ae Ra yang dimaksud.
“Kita semua 'kan sahabatan.” Kata Ae Ra memeluk temanya walaupun terlihat sedikit gugup. Joo Man menyuruh Dong Man agar mendekat saja. Dong Man hanya bisa mengeluh pelatihnya yang menyusahkan saja.

Dong Man pun menyapa pelatihnya yang Pagi-pagi sudah jualan padahal sudah melarang untuk bertemu dengannya dan Setelah mengomel seperti itu lalu datang menemuinya di pagi. Pelatih Hwang terlihat sinis mendengar ucapan Dong Man.
“Kau benar-benar tak bisa jauh dariku.” Ejek Dong Man. Pelatih Hwang mendorong Dong Man untuk minggir untuk membuka truknya.
“Jangan berlagak sedang berjualan. Apa maumu?” tanya Dong Man. Pelatih pun bertanya apakah Dong Man mau melakukannya.
“Aku harus dengar dulu.” Tanya Dong Man, Pelatih Hwang kembali bertanya apakah Dong Man mau melakukannya kalau sudah dengar.


“Pelatih... Nikmati harimu.” Ucap Dong Man meninggalkanya. Pelatih Hwang kesal melempar kertas menyuruh Dong Man pergi saja.
Dong Man heran yang dilakukan oleh pelatihnya, Pelatih Hwang memberitahu kalau membeli masing2 seharga $198 agar bisa pergi bersama Dong Man jadi sekarang bisa  membuang atau menjual karena sudah tak peduli. Dong Man melihat dua buah tiket menonton.
Pelatih Hwang mengomel Dong Man yang tak sudi mengabulkan keinginan kecil bahkan pengkhianat. Dong Man pun bertanya jam berapa. Pelatih Hwang dengan nada tinggi berkata Dong Man yang punya mata jadi bisa melihat sendiri. 

Ae Ra masuk ke dalam mall dengan wajah bahagia lalu terdengar suara “Percobaan untuk siaran pagi,” saat itu juga Ae Ra masuk ke dalam ruangan dan melihat Manager Kim sudah bersama dengan seorang wanita.  Manager Kim pun melihat Ae Ra yang datang lebih cepat, Ae Ra dengan sinis langsung bertanya siapa wanita itu.
“Aku penyiar yang baru.” Ucap Si wanita. Ae Ra sangat marah dan Kenapa bisa seperti itu. Manager Kim mengajak Ae Ra agar pergi keluar lebih dulu dan bicara diluar. 

Saat itu bos mall datang mendengar ada suara berisik dan bertanya apakah ada masalah.  Ae Ra memberitahu kalau Rekomendasi dari penyiar terdahulu dan rekomendasi dari akademi penyiaran..
“Untuk beberapa alasan rumit, aku harus merekrutnya sebagai penyiar baru.” Kata Manager Kim
“Kata anda, anda akan menggelar wawancara tak peduli apapun. Ini tidak adil, aku bahkan tak diberi kesempatan. Ini tentang ikatan antara perusahaan dan pekerja.” Kata Ae Ra
“Perusahaan dan pekerja. Apa ada serikat pekerja di perusahaan kita?” bisik Bos Mall pada Manager Kim
“Ini bisa jadi permulaan... masalah untuk perusahaan.” Kata Ae Ra mengancam. Si Boss mengeluh Manager Kim yang ceroboh sekali dan mengakhirnya memutuskan untuk melakukan wawancara dengan adil. Ae Ra pun tersenyum bahagia. 

Dong Man memberikan pereda mabuk pada seniornya sambil menasehati kalau menyerahkan semua pekerjaan padanya, maka... tapi Seniornya kembali menyela kalau Dong Man sedang marah padanya. Dong Man mengeluh kalau bukan itu maksudnya.
“Kau harus Dengar, dia ingin berpisah denganku. Apa kau Pikir saat ini aku sedangberselera membasmi hama?” ucap seniornya. Dong Man ingin kalau kemarin dan hari ini juga seperti itu.
“Dia ingin berpisah denganku, bagaimana aku tak minum-minum?” kata Seniornya. Dong Man mempersilahkan..
“Tapi Jika jadwal kita menumpuk dan pelanggan protes seperti terakhir kali, kitabisa berada dalam posisi sulit.” Jelas Dong Man, Si senior langsung meminta Dong Man agar menghentikan mobilnya.


Keduanya pun turun dari mobil, seniornya memberikan tendangan pada kaki Dong Man karena merasa Dong Man yang  ingin mengajarinya. Dong Man pun hanya bisa tertunduk meminta maaf tapi mengertakan giginya. Si senior makin marah.
“Apa aku harus dapatkan izinmu untuk mengertakan gigiku? Tidak, 'kan?” kata Dong Man melawan. Managernya pun mengumpat marah dn memukul bagian dada Dong Man beberapa kali.
“Apa kau marah? gertakan gigimu lagi.” Ucap Managernya. Dong Man yang terlihat marah hanya bisa meminta maaf dan berjanji akan lebih baik lagi.
“Sana berhenti saja dan Tolong keluar saja. Aku tidak akan menahanmu! Terserahlah!” ucap manager. Dong Man pun hanya bisa diam saja saat Manager pergi masuk ke dalam mobil 


 Di dalam toilet
Si wanita mengomel di telp kalau sengaja datang karena ucapan temanya kalau sudah pasti ia yang terpilih dan meminta agar memberitahu suaminya yang ketakutan karena si pegawai yang mengungkit peraturan perusahaan.
“Apa gunanya punya pusat perbelanjaan? Pokoknya aku tak peduli!” teriak si wanita marah lalu keluar dari toilet. Ae Ra keluar dari toilet bisa mendengar perkataan si wanita.
Di ruang rapat,Si Wanita seperti membaca sebuah berita tentangAmerika telah meningkatkan produksi bensin. Bosnya pun memuji Pengucapan si wanita itu  bagus, seperti dari akademi penyiaran lalu bertanya apda Ae Ra apakah sudah mempersiapkan materi siarannya.

“Silakan melihat di bagian makanan di basement, Ekor lembu domestik sedang diskon, Perkilonya bisa dibandrol seharga $20 saja, penawaran terbatas. Jika anda berencana liburan bersama teman satu alumni maka anda sebaiknya bergegas mengunjunginya, jangan sampai terlewat.” Ucap Ae Ra seperti pengumuman dalam mall.
Bosnya ingin berkomentar Seorang profesional yaitu... Ae Ra langsung menyela apakah  menyiarkan soal bensin akan berguna dalam pusat perbelanjaan, menurutnya informasi mengenai pembelanjaan itu sendiri yang penting. Akhinya bosnya bertanya umur dari Yun Ji. Yun Ji dengan bangga baru berumur 23 tahun.  Ae Ra mersa Seharusnya usia tak diperlukan.

“Jadi setelah menimbang hasil penilaiannya, Kami akan memilih Yun Ji. Nn. Choi, silakan kembali ke posisi semul Dan bekerja keraslah seperti sedia kala.” Kata bosnya. Ae Ra mengangguk mengerti walaupun terlihat ada raut wajah kesedihan.
“Aku pasti akan ke posisiku. Aku bukan lulusan akademi, aku sudah tua dan tak punya pengaruh apapun, jadi sudah sewajarnya aku kalah. Anda tak harus repot menyuruh untuk mengadakan wawancara.” Kata Ae Ra dengan mata berkaca-kaca lalu keluar dari ruangan. 

Ae Ra kembali berdiri di meja informasi dan mendengar suara pemberitahuan,  lalu mengirimkan pesan pada ayahnya agar tak perlu datang, dan dengan suara menahan tangis mencoba melayani pelangan yang menanyakan arah toilet.
Dong Man sudah menunggu di depan Mall. Ae Ra mendatangi heran elihat Dong Man yang datang padahal tak memintanya lalu melihat wajah yang kusut bertanya apakah terjadi masalah. Dong Man mengaku hanya mampir saja dan ingin makan bersama.
“Apa Kau pakai baju itu untuk siaran juga? Hari ini kau lakukan penyiaran, 'kan?” ucap Dong Man melihat Ae Ra yang mengunakan pakaian seragam. Ae Ra terlihat sedikit binggung. 

Di atap gedung
Ae Ra membahas kalau dirinya  tidak bisa diam saja seharian, lalu  mulai merasa kaku dan merasa terjebak. Ia juga merasa tidak tahan lagi maka dari itu berhenti, selain itu ayahnya yang terlalu sibuk untuk datang adi menuruntnya itu pilihan terbaik.
Dong Man menatap Ae Ra dan langsung membalikan badannya, Ae Ra binggung kenapa Dong Man malah memungginya.  Dong Man mengatakan kalau ini adalah benteng karena Punggungnya itu lebar jadi tak ada yang bisa lihat. Ae Ra binggung apa maksudnya.
“Menangis saja.” Kata Dong Man, Ae Ra mengejek kalau yang dikatakan Dong Man itu lucu.

“Tidak keren...berusaha tangguh disaat ingin menangis. Dan itu sangat keren jika menangis disaat ingin menangis.” Kata Dong Man. Ae Ra mengelak kalau tak ingin menangis, tapi akhirnya ia pun menangis sambil mengomel pada Manager Kim yang memberikan harapan palsu padanya.
Ia meminta agar Dong Man menutupinya yang sedang menangis dengan baik karena apabila ada yang melihat maka akan sangat malu, saat itu Dong Man pun memeluk Ae Ra dan menutupinya dengan jaketnya. Ae Ra mengaku  ingin sekali melakukannya tapi kenapa malah tidak mendapatkan yang diinginkan. Dong Man akhirnya menarik kepala Ae Ra untuk menangis di dadanya. 

Pelatih Hwang makan dengan seorang anak kecil dan berbicara aklau selama ini selalu memberikan sosis dan bertanya apakah mencerita pada ibunya. Si anak mengaku sudah tapi ibu tetap tak mengizinkannya. Pelatih Kim ingin tahu alasanya. Si anak juga tak tahu.
“Apa kau dipukul lagi?” tanya si pelatih. Si anak hanya diam dan Pelatih Hwang melihat ada note dibalik tasnya lalu langsung menyuruh si anak agar melakukan 100 kali tendangan.

Dong Man datang menemui pelatihnya, Pelatih Hwang mengeluh dengan Dong Man yang selalu saja datang.  Dong Man mengaku kalau baru saja dipukul. Pelatih Hwang langsung marah bertanya siapa yang memukulnya. Dong Man menceritakan kalau seorang Pria bajingan seorang prajurit biasa menendangnya ditengah-tengah kerumunan lalu memukul dadanya  sebanyak empat kali dengan tinjuan kecil.
“Kenapa kalian berdua dihajar? Membuatku kesal saja!”keluh pelatih Hang lalu memberikan sosis.
“Apa itu alasan kau kemari?” tanya pelatih Hwang. Dong Man pikir tak perlu dihiraukan. Pelatih Hwang ingin tahu siapa orangnya dan ingin menghajarnya balik.
Dong Man pikir tak perlu dan mengingatkan jam 8 malam. Pelatih Hwang tak percaya Dong Man ingin pergi. Dong Man pikir mereka bisa pergi karena itu permintaan dari pelatihnya. 

Ae Ra sedang berada di minimarket memastikna ayahnya tak naik bus dan Tidak perlu datang, dengan alasan kalau dirinya  berhenti karena ruang siaran begitu sesak. Tuan Choi yang khawatir menanyakan apakah anaknya sudah makan malam. Ae Ra mengaku sudah makan dan mengeluh ayahnya yang selalu bertanya apa yang dimakannya.
“Apa Ayah kira aku kelaparan? Ayah selalu menanyakan apa yang kumakan. Setiap hari tanya seperti itu” ucap Ae Ra lalu menyudahi telp dengan ayahnya dan kembali makan mie instant dengan wajah sedih. Seperti ia tak ingin ayahnya khawatir kalau setiap hari hanya makan mie instant. 

Dong Man dan Pelatih Hwang turun dari mobil pergi ke sebuah arena. Lalu Dong Man menegaskan kalau Ini terakhir kalinya  mereka melakukan sesuatu bersama-sama jadi mereka menonton dengan riang gembira dan mengakhirinya. Pelatih Hwang merasa kalau itu terdengar  seperti mereka tak akan berjumpa lagi.
“Maksudku berhenti bertemu sebagai pelatih dan murid. Kita bisa berteman.” Kata Dong Man
“Apa katamu barusan? Tidak, kita tidak bisa berteman.” Ucap Pelatih Hwang lalu mengajak mereka pergi bersama. 


Saat masuk tempat arena sudah ada ring untuk bertanding, Pelatih Hwan langsung merasa kalau sudah seru menonton pertandingan. Dong Man hanya diam saja. Pelatih Hwang pun bertanya Apa hati Dong Man bergejolak dan merasa terpacu. Dong Man seperti tak suka bertanya kapan selesainya karena sudah lama sekali. Pelatih Hwang memberitahu kalau Tinggal satu pertandingan lagi.
“Petarung berikutnya sudah mendominasi hanya dalam kurun waktu dua tahun. Dia punya kaki yang hebat... Pokoknya dia punya kaki hebat. Jadi Tonton dulu yah?” bujuk Pelatih Hwang menahan Dong Man agar tak pergi. Dong Man pun menyetujui pelatihnya. 
“Sekarang, pertandingan utama kita, Sambutlah, Kim Tak Su!” teriak pembawa acara.
Dong Man langsung terkejut melihat pria dengan rambut blonde keluar dengan memperlihatkan bagian dadanya yang sixpack,  Pelatih Hwang pun memberitahu Dong Man tentang kehidupan Kim Tak Suk sekarang padahal mereka melakukan kekonyolan bersama.
“Kenapa kau harus hidup menunduk?”ucap Pelatih Hwang seperti ingin memberikan semangat pada Dong Man untuk kembali.
“Pelatih.... Kenapa kau kejam sekali padaku?” ucap Dong Man seperti menahan amarahnya. 

[Kamus Pertemanan]
Dong Man mengelus rambut Ae Ra dengan lembut. Ae Ra mengomel padahal sudah memperingatkannya agar jangan menyentuhnya. Dong Man mengejek Ae Ra yang jelek sekali. Ae Ra pun membalas dengan umpatan
[Kau jelek sekali berarti.. Itu ungkapan bahwa kau buruk rupa.]
“Hei, apa ini bau dari rambutmu? Apa kau makan iga babi? Kau tampak seperti babi juga.” Ucap Dong Man setelah memegang kepala Ae Ra
“Hei, berhenti menyentuh rambutku, aku tak suka. Aku akan membunuhmu. Untuk apa kau harus tahu apa yang aku makan? Menjijikkan, aku masuk dulu.” Ucap Ae Ra lalu masuk dan Dong Man pun ikut masuk.
Bersambung ke episode 4

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 

INSTRAGRAM dyahdeedee09  FANPAGE Korean drama addicted

Tidak ada komentar:

Posting Komentar