PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Senin, 20 Januari 2020

Sinopsis Crash Landing On You Episode 10 Part 2

PS : All images credit and content copyright : TVN
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe. 
Tinggal Klik disini, buat yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe bulan ini 

Se Ri sedang mengemudikan mobilnya dan melihat layang-layang dilangit. Seperti mengingatkan dirinya saat terdampar karena paralayang. Saat itu beberapa orang sedang bermain layang-layang. Ia pun menyadari lamunan saat bunyi klakson terdengar.
“Se-ri... Sulit kupercaya ini sungguh kau. Saat aku berdoa untukmu tiap pagi, mungkin aku meminta sebuah keajaiban. Ini keajaiban! Kau ke mana saja?” ucap Nyonya Do menyambut sumringah. Nyonya Ko yang didepanya hanya diam saja.
“Lihatlah kulitmu terasa kasar. Kita harus merawatnya. Besok pergilah ke dokter kulit langgananku. Gantikan saja aku. Sulit mendapat temu janji di sana.” Kata Nyonya Do.
Se Ri memanggil kakak iparnya dan langsung mengambil cincin dijarinya. Nyonya Do panik sambil mengeluh kalau Cincinnya tersangkut. Se Ri pun tahu kalau Kakaknya itu memasuki kamar pakaiannya. Nyonya Do mengaku tidak seperti itu.
“Aku tidak mau, tapi Ibu Mertua bersikeras.” Ucap Nyonya Do.
“Kenapa kalian bisa ke rumahku?”tanya Se Ri heran. Nyonya Do memberitahu Ibu Mertua yang membuk bahkan tahu sandinya.


Saat itu Nyonya Han pun datang dengan wajah dinginya. Se Ri pun menemui ibunya dengan meminta maaf.  Nyonya Han bingung Apa maksud ucapanya. Se Ri pikir ibunya apakah berharap  akan kembali. Nyonya Han hanya diam saja.
“Saat harga saham perusahaanku turun, banyak orang membeli sahamnya dengan harga murah. Di antara mereka, Sang-a yang paling banyak membeli. Dan Ibu berikutnya.” Kata Se Ri. Nyonya Han mencoba membela diri.
“Aku mengembangkan perusahaan sendiri... Itu bukan milik anak-anak Ibu. Tapi Itu milikku. Apa Ibu mau merebut perusahaanku dariku juga?” kata Se Ri. Nyonya Han mencoba bicara.
“Benar.. Apa Karena Ibu mengira aku sudah mati? Baiklah... Ini Bisa dimaklumi.. tapi... Ibu pasti senang. Ibu mengira aku mati, jadi Ibu pasti senang. Sebab itulah, aku meminta maaf.” Kata Se Ri.
“Maaf karena aku hidup, dan melukai perasaan Ibu.” Ucap Se Ri. Nyonya Han hanya diam saja. 


Keluarga Yoon makan bersama, Se Joon heran ibunya yang tak ikut makan. Tuan Yoon memebritahu Ibunyabilang dia sakit perut.  Se Ri pikir bisa dimaklum karena semua sangat terkejut dan merasa mual sambil menyelesaikan makanya.
“Sejak kapan Ayah tahu dia masih hidup?” tanya Se Joon. Tuan Yoon pikir Untuk apa membahas itu
“Pasti saat itu... Sekitar dua pekan lalu? Ayah melakukan perjalanan bisnis sekitar empat hari, dan Ayah tak pulang.” Ucap Se Joon.
“Itu tidak penting. Jangan bahas...” tegas Tuan Yoon. Se Joon pikir mungkin saat itu.
“Saat aku di rumah sakit.” Kata Se Ri. Nyonya Do kaget Se Ri masuk Rumah sakit dan berpikir diopname selama ini setelah kecelakaan
“Karena itukah tak bisa menghubungi kami?” ucap Se Joon. Se Ri mengaku tak ingat.
“Apa Kau tak ingat? Apa? Amnesia? Aku belum pernah lihat yang sungguhan.” Kata Nyonya Do tak percaya.
“Apa Kau tak ingat apa pun sama sekali?” tanya Se Joon. Se Ri mengaku bukan begitu.
“Aku ingat beberapa hal... "Ayah ingin kau menggantikan ayah." Ucap Se Ri. Se Joon membenarkan.
“Ya, aku ingat sampai di situ. Aku ingat dengan jelas. Seolah-olah baru kemarin.” Kata Se Ri.
“Ayah... Karena kejadian baru-baru ini, bagaimana kalau Ayah pikirkan lagi mengenai penerus Ayah?” kata Nyonya Do. Nyonya Ko terlihat kesal memarahinya.
“Dengarkan. Tak masalah ada full house atau flush, permainan diulang jika ada yang kalah.” Kata Nyonya Do
“Ini Menyenangkan.. Kalian belum berubah. Aku lapar, tapi begitu pulang, aku tak lapar lagi. Aku pamit pergi.” ucap Se Ri. 


Se Ri akhirnya duduk di ruang tv sambil minum wine, terlihat bahagia karena  tak perlu cemas dan bersiaga kapan akan terjadi pemadaman. Ia bahkan tak perlu khawatir Takkan ada yang memasuki rumahnya untuk inspeksi rumah.
“Ini menyenangkan. Beginilah rasanya tinggal di rumah. Tentu saja.” Ucap Se Ri bahagia.
“Aku harus bisa meluruskan kakiku saat mandi. Karena air panas selalu ada, aku tak perlu panaskan air di kuali... Astaga... Bukan main, Se-ri... Astaga. Jangan bahas kuali lagi... Hei, kau di Seoul. Sadarlah.” Ucap Se Ri mandi dengan wajah bahagia.
“Tunggu... Pasti kulitku seperti menua sepuluh tahun. Aku harus kembali seperti dahulu. Aku terbiasa muda dan kaya. Aku punya keduanya, tak hanya kaya. Aku harus muda kembali.” kata Se Ri mulai memberikan cream pada wajahnya dan memberikan Kelembapan.
“Aku akan kembalikan semuanya ke tempatnya... Semuanya segera kembali.” kata Se Ri yakin. 



Akhirnya Se Ri berbaring ditempat tidurnya merasa tak percaya kalau kasur harus seluas lapangan sepak bola, lembut dan empuk. Ia lalu tiba-tiba mengingat nama Jung Hyuk yang biasa diajak bicara tapi ada yang yang menyahut. Se Ri pun tersadar kalau sudah di Seoul. 

Jung Hyuk membuka jam tangan milik kakaknya dan terlihat ada memory yang disimpan. Ia pun memlihat semua catatan SELASA, 7 JANUARI, PUKUL 02.13, LAPORAN INSIDEN, LAPORAN PENYELIDIKAN, DAFTAR PENYUAPAN TAHUN 2011. TANGGAL, JABATAN, JUMLAH, METODE.
Tuan Ri di rumah menerima fax dirumah dan membaca, LAPORAN INSIDEN  dan PELAPOR: KAPTEN RI JUNG HYUK. 

Seung Jung melihat Tuan Chun yang menunggunya di lobby hotel. Tapi saat itu seorang menghampirinya meminta agar menunjukkan identitasnya. Seung Jung mengaku meninggalkan paspornya di kamar. Petugas pun meminta agar ke kamar dan ambil.
“Ada yang melaporkanmu atas perilaku mencurigakan.” Kata petugas. CEO Chun ketakutan menutupi wajahnya dengan koran.
“Aku diplomat.” Kata Seung Jung. Petugas pikir akan verifikasi identitasnya dan mengajak pergi. 

Saat akan naik lift, Dan memanggil Seung Jung dengan panggilan “Alberto” dan mengaku baru mau menghubunginya. Seung Jung hanya bisa terdiam dan bingung.  Dan memberitahu Tuan Mo  kalau Seung Jung temannya dari luar negeri dengan nama Alberto Goo.
“Alberto seorang diplomat.” Ucap Dan. Seung Jung melihat ada bintang satu yang bahu pada Tuan Mo
“Begitu. Senang bisa bertemu. Alberto.. Apa yang terjadi?” tanya Tuan Mo, Semua petugas langsung memberikan hormat.
“Kami menerima laporan ada perilaku mencurigakan. Kami mau memeriksa identitasnya. Tapi tidak perlu karena kami sudah tahu dia teman keponakanmu.” Ucap Petugas.
“Tentu saja... Dia teman Dan dari luar negeri. Jika Dan bisa menjamin, identitasnya pasti asli.” Kata Tuan Mo. 

Akhirnya Seung Jung bertemu dengan Dan dilantai atas membahas kalau tadi Dan tadi bilang mau menghubunginya. Dan mengaku tidak bermaksud. Seung Jung pikir Jangan lakukan itu.
“Karena kau berutang banyak, dan aku banyak membantumu, jangan bilang begitu tanpa niat.” Kata Seung Jung
“Aku berutang apa kepadamu?” kata Dan heran. Seung Jung ragu Dan bisa menyangkalnya.
“Apa Kau mau aku sepicik itu? Aku tak bisa mengemudi karena minum malam itu. Rumahmu sejauh dua kilometer dari hotel. Jadi Aku harus menggendongmu karena kau teler. Tapi kau terus bilang aku harus menginap.’ Cerita Seung Jung. Dan tak percaya mendengarnya.
‘Kau bilang "Menginaplah." Apa Kau tak ingat?” keluh Seung Jung.
“Walau aku minum alkohol,orang tak bisa tahu apakah aku mabuk. Bahkan saat aku mabuk, sifatku masih baik. Aku pasti salah karena minum terlalu banyak...” ucap Dan mebela diri
“Mabuk tak dianggap baik atau buruk. Tak ada titik tengahnya. Maksudku, kau teler sepanjang jalan dan berteriak kepadaku untuk menginap...” kata Seung Jung 


“Jadi, kita anggap impas. Bukankah aku sudah membantumu hari ini?” ucap Dan
“Baiklah. Kita anggap impas... Omong-omong, Apa kau masih mau melanjutkannya? Pernikahanmu. Kudengar Pak Ri pergi ke zona demiliterisasi. Bukankah berarti dia tak bisa pergi?” kata Seung Jung
“Aku tak bilang itu kepadamu.” Ucap Dan heran. Seung Jung pikir Dan tak ingat.
“Kau mabuk dan menceritakan segalanya.” Ucp Seung Jung. Dan mengaku  tak tahu soal itu,  saat teler malam itu.
“Sungguh? Apa Kau yakin? Lalu aku dengar dari mana? Apakah aku bermimpi?” ucap Seung Jung mengalihkan pandanganya.
“Apakah Jung Hyuk bilang begitu?” kata Dan memegang wajah Seung Jung untuk menemukan jawabanya. 


Flash Back
Seung Jung keluar dari rumah dengan nafas terengah-engah lalu mengeluh kalau harus lebih sering berolahraga. Saat itu Jung Hyuk menelp memberitahu kalau akan mengantar Se-ri ke Selatan besok. Seung Jung kaget mendengarnya.
“Katamu keluarga Se-ri di Selatan mengetahui di mana Se-ri dan mereka menunggunya pulang... Benarkah itu?” ucap Jung Hyuk
“Kau percaya kepadaku?” tanya Seung Jung. Jung Hyuk pikir Hanya Seung Jung yang dipercaya saat ini.
“Bagaimana kalau mereka tak ingin dia pulang? Apa Takkan dipulangkan?” tanya Seung Jung
“Tidak, bukan begitu... Aku ingin tahu.” Ucap Jung Hyuk. Seung Jung memberitahu  kalau tidak semua orang di keluarganya tahu.
“Salah satu kakak Se-ri tahu situasinya. Dia tak senang mendengar Se-ri masih hidup. Sejujurnya, dia tak ingin Se-ri pulang. Begitu Se-ri pulang, maka dia akan kalah dari Se-ri.” Jelas Seung Jung
“Bagaimana? Walau dia kembali, segalanya akan kacau baginya. Biarkan dia di sini.” Kata Seung Jung 
 “Tidak masuk akal... Dia dari sana... Dia juga ingin kembali. Jadi Aku harus memulangkannya.” Kata Jung Hyuk
“Astaga, lalu? Sudah lakukan saja... Kenapa meneleponku?” kata Seung Jung kesal
“Aku butuh bantuanmu.” Kata Jung Hyuk. Seung Jung bertanya  Untuk apa...
“Tidak. Aku tak perlu tahu alasannya. Aku pura-pura tak dengar ini. Akan kututup.” Ucap Seung Jung.
“Kudengar kau temannya.” Ucap Seung Jung. Jung Hyuk tahu mereka kenal sejak lama tapi tak seakrab itu.
“Kukirim ucapan Tahun Baru, Natal, ulang tahun, tapi dia tak pernah balas. Emoji pun tidak dan Tak pernah dibalas. Bahkan lebih parahnya, dia mempermalukanku. Pertunangan dibatalkan empat pekan sebelum pernikahan. Karena inilah, untuk apa aku membantu? Apa yang kau inginkan dariku?” ucap Seung Jung marah. 


Saat itu Seung Jung sudah ada didalam mobil mengeluh kalau sudah gila.  Di pos penjaga, seorang pria meminta agar menerus awasi daerah sekitar.
“Menyebalkan sekali. Kenapa aku kemari? Jika Se-ri pulang ke Seoul, Se-hyeong akan murka... Ayolah... Haruskah aku kabur? Tidak. Haruskah? Astaga, jangan... Pria tak boleh ingkar janji... Pria harus tepat janji, tapi tak masalah mengingkarinya...Ah.. Tak apa-apa... Astaga, ini menyebalkan.” Ucap Seung Jung
“Mobilnya hanya masuk.” Ucap anak buahnya. Si pria ingin tahu Apa Tak ada yang pergi. Si anak buah mengaku tak ada.
“Periksa mobil yang pergi. Jika ada wanita tak dikenal di mobil, laporkan kepadaku... Paham?” ucap Si pria. Anak buahnya menganguk. 

Se Ri sedang tertidur, Jung Hyu membangukan Se Ri dan perlahaan menuruni tangga keluar rumah. Ia melihat ada orang dipos penjaga, setelah itu menelp Seung Jung untuk pergi Sekarang. Seung Jung pun mengemudikan mobilnya.
“Tunjukkan tanda pengenalmu.” Kata Petugas.Seung Jung dengan bahasa inggris berkata.
“Kudengar Kedutaan Inggris di sini... Tolong buka gerbangnya, Pria Tampan.” Ucap Seung Jung
“Bukan Kedutaan. Bukan di sini.” Kata petugas bingung karena tak bisa bahasa inggris.  Seung Jung tetap yakin ini jalan kedutaan.
“Sungai Taedong. Sungai. Pergi ke sungai. Di Munsu-dong. Sungai. Pergi.” kata Seung Jung. Saat itu Jung Hyuk siap keluar dari rumah.
“Apa yang kau bicarakan? Aku tak paham... Ayo. Lihat aku... Ada apa denganmu?” ucap Seung Jung berteriak mengalihkan pembicaraan.
“Putar balik mobilnya. Mobil. Keluar.” Kata Petugas. Seung Jung mengerti langsung memundurkan mobilnya. Si petugas terlihat bingung. 


Seung Jung akhirnya mengemudikan mobilnya. Se Ri duduk dibelakang dengan Jung Hyuk lalu mengucapkan Terima kasih, Seung Joon mengeluh tak suka mendengarnya. Se Ri meminta maaf karena kabur dengan mobil hari itu.
“Kupikir kau pembalap mobil... Bahkan Kau menikung dengan lihai.” Ucap Seung Jung
“Saat aku menemuimu di Korea, kukira kau peni... Preman... Aku kira kau pria yang sangat pandai, tapi juga kekanak-kanakan, karena tak gunakan kepandaianmu untuk kebaikan.” Ucap Se Ri
“Tapi begitu aku mengenalimu lebih jauh, kau pria yang baik. Kau juga setia.” Ucap Se Ri. Seung Jung tersenyum mendengarnya.
“Lalu cincinnya? Pria baik dan setia sepertiku memberimu cincin. Di mana cincin pertunangannya? Apa Kau menjualnya?!!” kata Seung Jung.
“Tidak, tidak kujual... Aku tinggalkan sementara.” Kata Se Ri. Seung Jung ingin tahu Di mana?
“Pegadaian di pasar... Aku sangat butuh uang saat itu.” Akui Se Ri. Seung Jung kaget.
“Aku mau beli hadiah untuk Jung Hyuk, tapi tak punya uang. Tapi aku kehilangan hadiahnya setelah baru membelikannya.  Padahal itu jam tangan klasik yang bagus.” Ungkap Se Ri
“Tak masalah... Syukurlah kau tak terluka.”kata Jung Hyuk tersenyum bahagia.
“Bisakah kalian turun dari mobilku? Wah.. Hujan turun.” Kata Seung Jung seperti langit mengetahui kalau sedang sedih. 


Akhirnya terlihat papan tertulis [PERBATASAN KAESONG, 15 KM MENUJU PERBATASAN] sebuah mobil sudah menunggu. Seung Jung memberikan kode dengan lampunya, tentara Park akhirnya turun dari mobil membawakan payung.
Se Ri pun diantar dengan payung ke dalam mobil. Jung Hyuk mengetuk jendela dan mengucapkan Terima kasih. Seung Jung hanya menatap sinis seperti tak peduli. Se Ri pun menatap Seung Jung seperti merasa berhutang budi. 

Seung Jung menceritakan kalau mengantar mereka ke sana lalu berpisah jadi tak tahu apa yang terjadi dengan mereka setelahnya. Dan pun mengartikan  Jung Hyuk pergi ke perbatasan secara sukarela hanya karena wanita itu.
“Kau benar... Dia pertaruhkan segalanya untuk Se-ri. Tahukah kau alasanku membantu mereka? Aku mau kau mengakhiri cinta pertamamu dengan cepat.” Kata Seung Jung. Dan kaget mendengarnya.
“Jangan terikat cinta pertamamu terlalu lama. Tak baik berlarut-larut. Baik dengan orang, maupun cinta. Mencintailah dari jauh untuk sesaat. Itulah yang terbaik bagi semuanya. Itu bersih dan indah.” Kata Seung Jung
“Membantu mereka takkan memudarkan cintaku kepadanya” kata Dan
“Jung Hyuk mempertaruhkan nyawanya hanya demi melindungi Se-ri Bukankah itu dianggap berakhir? Kau harus akhiri jika sudah melihat akhirnya.” Kata Seung Jung
“Jangan konyol. Jika berakhir hanya karena melihat akhirnya, itu bukan cinta.” Kata Dan
“Jangan keras kepala... Kau menantikan seseorang. Tapi jika kau begitu menderita, itu bukan cinta. Tapi obsesi. Cinta yang kau miliki telah berubah dan membusuk. Kau harus membuangnya.”jelas Seung Jung. Dan hanya diam. 

Di rumah, Nyonya Mo membahas Mengenai pria yang ditemui adiknya di hotel, apakah alisnya tebal, kulitnya pucat, tinggi, dan bertubuh kurus. Tuan Mo membenarkan dan bertanya Apakah itu pria yang sama yang mengantar Dan pulang
“Aku terlalu gelisah soal itu, dan aku melihat ini... Femme fatale. "Seseorang yang tampak menawan sampai membawa bencana ke orang di sekitarnya." Dengan wajah seperti ini, dia tak butuh kekayaan ini.” Kata Nyonya Mo memperlihatkan foto-foto Se Ri saat kecil
“Dan dengan kekayaan ini, dia tak butuh wajah seperti itu. Tapi, Dan memiliki keduanya. Wajar saja ada pria lain yang mengejarnya.” Ucap Nyonya Mo.
“Kurasa kau berlebihan.” Kata Tuan Mo . Nyonya Mo pikir adiknya itu tak tahu
“Sebenarnya, menurutku, ini aneh. Setelah dia mendengar Jung Hyuk ditugaskan ke perbatasan, dia tak tampak sedih sama sekali.” kata Tan Mo
“Jung Hyuk yang akan merugi... Bagaimana caranya membujuk dia?” ucap Nyonya Mo
“Kau tampak agak senang, Myeong Eun.” Ejek Tuan Mo. Nyonya Mo mengeluh kalau jangan konyol.
“Pernikahan mereka mungkin gagal. Aku sangat cemas. Kalau dipikir lagi, jika ditakdirkan putus, Dan yang harus campakkan dia.” Kata Nyonya Mo
“Ayolah, tak ada yang dicampakkan.” Komentar Tuan Mo lalu terdengar bunyi telp. 


Tuan Mo menerima telp dan terlihat kaget, akhirnya ia masuk ke ruang sidang dengan Jung Hyuk yang duduk dibagian depan.  Hakim memberitahu Karena persidangan ini digelar dalam kondisi khusus, mereka tak melibatkan juri yang biasanya menghadiri persidangan biasa.
“Dalam sidang ini hanya ada jaksa penuntut dan pengacara... Jaksa... Tolong sebutkan pernyataanmu.” Kata Hakim
“Jo Cheol Gang, pihak terdakwa, telah membunuh 11 orang, di enam kecelakaan rekayasa, termasuk tahun 2011, di persimpangan Jeonseung-dong.”kata Jaksa
“Ditambah lagi, dia menyalahgunakan jabatan dan melakukan banyak kejahatan termasuk mencuri dan menjual artefak serta pengedaran narkoba. Buktinya ada di laporan yang kukirimkan.” Kata Jaksa. Hakim pun melihatnya.
“Dari mana kau mendapatkan dokumen ini?” tnya Hakim. Jaksa menjawab Kapten Ri Jeong Hyeok dari Batalion Polisi Militer melaporkannya.
“Kapten Ri, Maju ke tempat saksi... Dari mana kau mendapatkan dokumen ini?” tanya Hakim
“Mendiang Kapten Ri Mu Hyuk, salah satu korba dan juga kakakku memilikinya.” Kata Jung Hyuk
“ Yang Mulia. Dia berusaha memfitnahku dengan bilang aku membunuh dan merekayasa sebagai kecelakaan. Aku bahkan tak kenal sopir truknya.” Kata Tuan Jo membela diri.
“Benarkah itu?” tanya Hakim. Tiga sopir menggangguk dengan wajah ketakutan.  Tuan Jo menegaskan itu murni kecelakaan.


“Semua truk yang terlibat kecelakaan memiliki bumper khusus atau senjata dengan baja komposit yang menjadi materialnya. Material baja komposit berdaya tahan tinggi digunakan tank dan kendaraan lapis baja.” Ucap Jung Hyuk memperlihatkan potongan yang ditemukan.
“Awalnya digunakan di Rusia. Tapi ekspor bahan ini sudah dilarang. Bahan ini ditemukan di Brigadir Teknisi. Diselundupkan melalui ujung jembatan antara Khasan dan Sungai Tumen. Kami juga menemukan perlengkapan untuk memasangnya ke bumper di Brigadir Teknisi.”jelas Jung Hyuk
“Adakah bukti bahwa terdakwa terlibat dalam ini?” tanya Hakim
“Jika membaca berkasnya, pada pekan itu, ada transaksi dalam jumlah besar antara Perusahaan Dagang Soojung dari Badan Keamanan ke sebuah rekening Rusia.” Ucap Jung Hyuk
“Pengguna rekening itu anggota mafia. Dia ditangkap oleh pemerintah Rusia karena penyelundupan massal baja khusus.”tegas Jung Hyuk.
“Ini semua fitnah, Yang Mulia! Pria itu melindungi mata-mata Selatan. Saat aku tanya, dia bohong bahwa wanita itu dari Divisi 11.” Teriak Tuan Jo
“Mohon tenang.” Tegas Hakim.Tuan Jo memberitahu  Karena ia sudah mengetahuinya, jadi Jung Hyuk berusaha memalsukan bukti untuk menyingkirkannya.
“Panggil Kepala Badan Inspeksi sebagai saksi!” teriak Tuan Jo. Hakim menegaskan itu tak berhubungan dengan kasus ini.
“Permintaan ditolak.” Tegas Hakim. Tuan Jo berteriak kalau memohon pada Yang Mulia. Hakim melihat catatan dan menatap Tuan Mo, Tuan Mo langsung memberikan kode.  
Bersambung ke Part 3
Cek My Wattpad... Stalking 

      
Cek My You Tube Channel "ReviewDrama Korea"

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar