PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Selasa, 14 Januari 2020

Sinopsis Crash Landing On You Episode 7 Part 2

PS : All images credit and content copyright : TVN
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe. 
Tinggal Klik disini, buat yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe bulan ini 

 
Para ibu-ibu sedang mencuci baju, Nyonya Na dan Nyonya Yang melihat seseorang yang datang. Ibu Dan datang dengan anaknya seperti kalangan Chaebol korea selatan. Nyonya Na bisa tahu kalau Dan it Si Jalang yang waktu.
“Sam Suk baru saja pergi, dia malah datang, seolah-olah menantikannya.” Kata Nyonya Ma
“Aku akan membuat si Jalang itu menangis.” Ucap Nyonya Na. Nyonya Ma pikir Dilihat dari wajah ibunya saja, tampaknya sulit.
“Buat dia menghormati kita, Itu saja cukup.” Kata Nyonya Ma sinis. 

Ibu Dan memanggil pada ibu-bu karena kepala desanya ada di sini. Nyonya Na yang memanggilnya terlihat kesal karena baru datang, dan langsung bicara santai akhirnya berjalan mendekati Ibu Dan bertanya siapa yang berani datang.
“Aku ibu tunangan Kapten Ri Jung Hyuk dari unit perbatasan. Aku ingin mencari apartemen di sini.” Kata Ibu Dan. 
“Itu pasti sulit.” Komentar Nyonya Na sinis. Ibu Dan bingun kenapa sulit. Nyonya Na memberitahu Sulit karena tak ada yang kosong.
“Aku tahu gedung apartemen di pintu masuk desa sedang kosong. Aku sudah dengar. Omong-omong, kau tampak lebih muda dariku. Seperti itukah caramu menghormati yang lebih tua.” Kata Ibu Dan sinis.
“Kita pergi saja. Kita cari tempat lain.” Ucap Dan mengajak ibunya pergi. Dan.
“Lepaskan ibu.” Ucap Ibu Dan. Dan mengeluh kalau tak menahan Ibu. Para ibu-ibu yang melihatnya pun menahan tawa.
“Aku tahu kau tak berpendidikan, tapi ini memalukan. Kau seharusnya baik kepada orang asing Sikap apa ini?” kata Ibu Dan sinis.  
“Aku tak paham ucapanmu.”komentar Nyonya Na sinis. Saat itu Nyonya Ma keluar dari balik jemuran. 




“Keributan apa ini?” ucap Nyonya Ma mendenkat. Ibu Dan bertanya siapa wanita ini.
“Akulah istri Kolonel Senior, yang merupakan bos dari Kapten Ri Jung Hyuk.” Ucap Nyonya Ma. Ibu Dan langsung tertunduk hormat.
“Aku tak menduga bisa bertemu orang semulia dirimu di jalan... Ayo Dan, kemarilah dan sapa dia. Bagaimana kalau kita lupakan ini dan mengobrol dengan santai, bagaimana dengan segelas jus?” kata ibu Dan.
“Kami tak butuh jus. Katakan kenapa kalian butuh apartemen.” Kata Nyonya Ma sinis.
“Putriku akan segera menikahi Kapten Ri. Aku mau cari apartemen untuk mereka.” Jelas si ibu.
Nyonya Ma mengerti dan ingin berbicara sesuatu. Ibu Dan langsung menyele mengaku sungguh pikun sebagia pemilik mal di Pyongyang. Ia lalu membagikan produk wajah untuk tiga wanita yang ada didepanya.
“Mungkin karena itulah aku punya barang-barang ini di tasku...Ini Berat sekali. Saat aku datang lagi, aku akan membawakan barang yang kalian butuhkan. Dan Kuberikan satu lagi untukmu.” Ucap Ibu Dan pada Nyonya Ma dengan memberikan cream lainya. 


Ibu Dan pun diantar ke bagian apartement dibagian belakang. Nyonya Na memberitah kalau disinis bibinyatinggal jadi mengenal tempat ini dan Ibu Dan bisa melihat-lihat dahulu. Ibu Dan menganguk mengerti lalu berjalan lebih dulu dengan anaknya.
“Lagi pula, pernikahan itu pasti disetujui kedua keluarga.”kata Nyonya Yang melihat cream wajah yang dimlikinya.
“Biasanya, tak ada salahnya mendengarkan orang tuamu. Aku belajar dari pengalaman.Ya, 'kan?” ucap Nyonya Ma. Keduanya menganguk setuju.
Ibu Dan dan anakanya melihat tiga bibi yang bicara meminta agar bisa mengantarnya. Nyonya Yang pun akhirnya mengantar keduanya dengan memberitahu semua kamar di gedung apartemen ini punya pemandangan gunung.
“Lokasinya juga bagus. Ada Perairan di belakang, pegunungan di depan.” Ucap Nyonya Na, Nyonya Ma menegur kalau itu kebalik. Nyonya Na membenarkan.
“Semua fasilitas penting di desa hanya berjarak lima menit.” Ucap Nyonya Yang mengangkat lima jarinya. Saat itu Ibu Dan memberikan lagi cream wajahnya.
“Terima kasih. Silakan kemari.” Ucap Nyonya Yang. Nyonya Na seperti tak percaya kalau temanya bisa dapat dua.


Mereka pun masuk lift bersama dengan salah satu petugas yang menjaganya, bertanya Mau ke lantai berapa. Nyonya Na  meminta ke lantai lima dengan bangga memberitahu kalau Lantai lima itu sempurna. Saat lift berjalan tiba-tiba mati malu, Dan terlihat panik.
“Apakah sering berhenti begini?” tanya Ibu Dan. Nyonya Na memberitahu Itu sebabnya ia bilang lantai yang sempurna.
“Kenalanku yang tinggal di lantai 17 bilang saat ada pemadaman, dia tak bisa menaiki semua tangga, jadi, dia kembali ke kamp dan tidur di sana.” Cerita Nyonya Na.
“Tak heran, lantai 17 tinggi sekali.” keluh Nyonya Ma. Nyonya Na pikir seperti itu.
“Lantai lima masih bisa dicapai.” Ucap Nyonya Yang. Petugas pun mengajak mereka membuka pintunya bersama dan Jangan khawatir.
Akhirnya Nyonya Yang dan Nyonya Na membantu membuka pintu lift. Setelah itu mereka melihat ada lantai setengah dengan mengajak mereka segera naik. Dan dan ibunya bingung karena harus keluar seperti memanjat. Nyony Na berkomentar kalau Pintunya terbuka dengan halus. 

Akhirnya semua berada dalam ruangan, Nyonya Na berkomentar kalau  kertas dinding bergaya Eropa ini jadi mewah sekali. Nyonya Ma memberitahu Pemiliknya lulusan seni rupa di Universitas Seni Pyongyang. Ibu Dan pikir Pantaslah apartemen ini begitu indah.
“Astaga. Bukankah ini kulkas Sung yang terkenal? Ukurannya sempurna. Aku suka.” Ucap Ibu Dan dengan senyuman sumringah membuka pintu kulkas dan hanya bisa melonggo.
“Itu Sempurna untuk menyimpan buku. Di bagian bawah, bisa menaruh pakaian. Listrik di sini tak stabil, jadi, kulkas hanya untuk dekorasi. Sangat cocok untuk menyimpan barang.” Kata Nyonya Na. Ibu Dan pun hanya bisa menganguk mengerti.
Saat itu mereka pergi ke kamar mandi, Nyonya Yang dan Nyonya Ma menyapa sseorang yang sudah Lama tak bertemu sejak masih bayi dan sekarang sudah besar. Dan kaget melihat ada kambing lalu bertanya apakah nereka membesarkan kambing di sini.
“Cara yang ramah lingkungan untuk manfaatkan ruang. Kau pasti tak pernah membayangkannya di Pyongyang.” Ucap Nyonya Yang
“Bibiku membesarkannya, agar dia bisa mengadakan pesta saat putranya masuk kuliah. Tapi kurasa putranya tak cukup pandai.” Kata Nyonya Na bangga. Dan dan ibunya hanya bisa melonggo melihat ada binatang di dalam kamar mandi.
“Orang tua tak bisa paksa anaknya belajar. Anak itu harus dipukuli. Tapi Kambing ini sudah layak dimakan.” Kata Nyonya Yang bangga. 



Dan seperti butuh udara segar membuka balkon dan kaget melihat ada kadang ayam dan bertanya apakah mereka pelihara ayam juga. Nyonya Yang memberitahu kalau mereka pelihara ayam di teras dan bertanya Di Pyongyang, pelihara ayam di mana dan bahagia melihat ada telur.
“Ibu... Apa Mau lanjutkan turnya sendiri?” ucap Dan seperti tak begitu suka. Ibunya ingin tahu alasanya.
“Aku mau bertemu Jung Hyuk.” Kata Dan. Ibunya pun mempersilahkan anaknya untuk perg. 

Di dalam mobil, Seung Jung mencoba menelp Jung Hyuk lagi tapi tak juga diangkat.  Ia pun berpikir kalau benar-benar terjadi sesuatu saat itu sebuah taksi datang lalu Dan turun didepan rumah Jung Hyu. Seung Jung bingung kenapa Dan datang ke desa.
Dan ingin mengetuk pintu tapi terlihat ragu, akhirnya mengeluarkan kaca untuk mengingkat rambutnya lebih dulu tapi dikagetkan dengan Seung Jung yang menepuk bahunya. Dan langsung bertanya Sedang apa Seung Jung disana.
“Itu pertanyaanku... Sedang apa, Nona Seo Dan? Ah... Benar juga. Kau ke desa ini saat kuberi tumpangan. Jadi Kenapa kemari lagi?” kata Seung Jung
“Tunanganku tinggal di sini.” Kata Dan. Seung Jung kaget kalau Tunangan ada dirumah itu.
“Ada apa?” ucap Dan sinis. Seung Jung mengaku Tidak ada apa-apa, tapi hanya juga tahu rumah ini.
“Apa Maksudmu, kau kenal Ri Jung Hyuk?” kata Dan. Seung Jung membenarkan namanya Mr Ri.
“Aku juga menunggu dia.Dia tak ada di rumah. Jika mau, kau bisa tunggu dia di mobilku. Di luar dingin.” Ucap Seung Jung. Dan menatap sinis.
“Kau lebih cantik berambut terurai. Aku tadi melihatmu. Rambutmu lebih cantik terurai.” Kata Seung Jung memuji
“Aku tak begitu paham maksudmu.” Kata Dan mengambil kacanya lalu berjalan pergi.
“Kau pasti paham.” Ejek Seung Jung, Dan melirik meminta membuka pintu mobil. Seung Jung pun membuka pintu dengan mobilnya. 


Di ruang rawat, Jung Hyuk mengisap termometer, suasana terlihat canggung dengan Se Ri yang sedang menjahit. Perawat melihat Jung Hyuk itu tak demam Tapi kenapa wajahnya merah. Jung Hyuk mengelak kalau tak seperti itu.
“Ini Merah. Apakah kau melihat sesuatu yang tak seharusnya? Akulah yang melihat sesuatu yang tak seharusnya. Semalam, aku melihat dua orang bercumbu di kegelapan.” Ucap Perawat. Keduanya terdiam dan terlihat gugup.
“Ini Pasti sudah mau kiamat. Kejadiannya di tengah malam. Itu Vulgar sekali, 'kan?” kata Perawat. Se Ri berkomentar kalau semua orang tidur saat itu.
“Saat semuanya tidur, mereka seharusnya tidur juga. Kenapa harus keluar saat hujan dan melakukannya?” ejek si perawat.
“Aku yakin tak seburuk itu.”komentar Se Ri. Si perawat pikir Se Ri itu melihatnya, dan menurutnya buruk jadi Se R itu tak tahu apapun.
“Kenapa tekanan darahmu naik? Bahkan Denyut jantungmu juga.”kata perawat panik. Jung Hyuk mengaku tak apa-apa.
“Tidak. Kau seharusnya istirahat total. Akan kuberi tahu dokter.” Kata Perawat lalu bergegas pergi. 


Keduanya akhirnya hanya bisa diam dan terlihat gugup. Jung Hyuk tiba-tiba ingin tahu apa yang akan dikatakan Se Ri. Se Ri mengaku tak bilang apa-apa. Jung Hyuk sepert malu kalau Se Ri tak mengatakan apapun lalu ingin tahu apa yang dikerjakan Se Ri.
“Ada lubang di seragammu. Karena tembakan. Aku sudah mencuci noda darahnya jadi Aku akan menjahitnya dengan rapi. Aku tampak tak cakap, tapi aku menguasai industri mode Asia.” Ucap Se Ri.
“Sekarang, kita punya tiga pilihan... Pertama... Lupakan kejadian semalam, dan bersikap seperti biasa. Kedua. Lupakan kejadian semalam dan jangan bahas lagi.” Ucap Se Ri. Jung Hyuk pikir sama saja.
“Agak sedikit berbeda.” Jelas Se Ri. Jung Hyuk pun ingin tahu apa yang ketiga.
“Sejujurnya, kita bukan remaja lagi. Jangan saling menekan dengan hal remeh.” Ucap Se Ri dengan wajah serius.
“Apa Itu juga agak berbeda?” kata Jung Hyuk. Se Ri menegaskan itu benar.
“Aku pilih yang ketiga.” Kata Jung Hyuk. Se Ri tak percaya kalau Jung Hyuk pilih yang ketiga?
“Tampaknya kejadian semalam bukan hal penting.” Komentar Se Ri sinis. Jung Hyuk pikir Se Ri yang menyuruhnya untuk memilih.
“Benar. Aku bilang begitu... Pilihanmu tepat. Tapi artinya kau merasa tertekan, ya? Aku paham. Kau kemarin tertembak, lalu dioperasi, dan masih dipengaruhi obat bius, lalu saat itu sedang hujan, dan aku menangis. Kau mungkin mengikuti impulsmu. Aku paham.” Kata Se Ri dengan nada menyindir.
“Tapi...” ucap Jung Hyuk mencoba menjelaskan. Se Ri menyela kalau tidak menekan Jung Hyuk karena benci itu.
“Kontak fisik kecil bukan masalah besar bagiku. Mari kita bersikap santai. Kukembalikan alat jahitnya.” Kata Se Ri lalu menaruh baju di dekat jendela lalu keluar ruang rawat.
Jung Hyuk melihat bentuk Love yang dibuat Se Ri untuk menutupi lubang dibajunya lalu wajahnya sedikit tersenyum. 



Eun Dong datang melihat Se Ri dan berlari langsung memanggilnya. Se Ri tersenyum melihat semua datang dan bertanya Kenapa mereka datang kemari. Tentara Pyo mengejek kalau Karena mereka  mendengar kabar buruk dan harus cari alasan jadi, terpaksa membawa semen.
“Apa Kapten Ri baik-baik saja? Aku terkejut mendengar kabarnya.” Ucap Eun Dong sedih
“Dia tak apa-apa. Jangan khawatir.” Kata Se Ri. Tentara Pyo menyindir  Kabar yang lebih buruknya, Se Ri yang tak bisa pergi lagi.
“Bagi kami, ini paling menyedihkan. Dia sekarang bilang begitu, padahal cemas saat mendengar kabarnya kemarin.” Ejek Ju Meok. Se Ri tak percaya mendengarnya.
“Cemas apanya.” Keluh Tentara Pyo mengelak. Ju Meok memberitahu kalau mereka membawa makanan.
“Bagus. Rumah sakit ini memberikan nasi tanpa lauk. Harus pasien yang membuatnya. Aku tadi membeli beberapa barang dan membuat set makanan.” Ucap Se Ri.
“Apa itu "set makanan"?” kata Tentara Pyo bingung.  Ju Meok memberitahu kalau itu maksudnya Bekal. Tentara Pyo mengangguk mengerti.
“Apa Kau sendiri yang buat? Apa Kau membuat pasien makan itu?” kata Tentara Pyo. Se Ri membenarkan dengan wajah bangga.
“Astaga, pasti sama mematikannya dengan sebuah bom.” Ejek Tentara Pyo lalu berjalan pergi. Se Ri lalu melirik sinis.
“Dia seharusnya memikirkan kondisi pasien.” Kata Tentara Pyo. Semua hanya bisa membuat agar Se Ri bisa tenang. 



Di dalam ruang rawat, Jung Hyuk terlihat tertidur pulas.  Se Ri heran melihatnya karean Tadi masih bangun. Eun Dong melihat Kapten Ri tampak pucat, lalu bertanya apakah Se Ri yakin dia akan pulih dengan wajah khawatir. Se Ri menganguk.
“Aneh melihat orang sekuat dia terkapar di kasur. Dia tampak berbeda, 'kan?” kata Tentara Pyo.
“Dia tak berbeda sama sekali.” ucap Se Ri membela. Tentara Pyo yakin kalau itu berbeda.
“Kenapa bisa tertembak? Dia seharusnya tak pura-pura gesit.” Ejek Tentara Pyo. Jung Hyuk terlihat mengepalkan tanganya
“Jangan bilang begitu. Dia pasti bingung karena diopname.” Ucap Eun Dong membela.
“Dia pasti malu.” Ejek Tentara Pyo. Se Ri berterika marah. Tentara Pyo pikir Jung Hyuk itu tertembak saat misi.
“Apa Kau tak dengar sebelumnya? Dia berusaha melindungiku. Dia tertembak saat melindungiku.” Tegas Se Ri.
“Dia tak bisa menghindari pelurunya  Aku tak bilang dia melindungimu. Kita tak bisa lewatkan bahwa Kapten Ri gagal menghindari pelurunya karena terlalu cepat. Kita tahu seperti apa. Ini tak seperti film. Kau tak bisa menghindari peluru.” Ucap Tentara Pyo.
Se Ri melihat wajah Jung Hyuk akhirnya mengucapkan Terima kasih sudah datang dan meminta mereka untuk pergi.  Tentara Pyo pikir mereka sudah datang jauh-jauh dan bertanya apakah ada minuman.
Se Ri mengeluh agar  Jangan melantu dan pergi saja. Tentara Pyo mengeluh Se Ri yan  mendorong mereka keluar dari ruang rawat. Ju Meok berjanji akan mampir lagi. Se Ri pun berpesan agar mereka bisa menjaga diri. 


Setelah semua pergi Se Ri pun menyuruh Jung Hyuk agar memBuka matanya. Jung Hyuk perlahan membuka matanya. Se Ri mengeluh Jung Hyuk yangpura-pura tidur dan mengejek kalau bukan aktor. Jung Hyuk pun memastikan kalau semua sudah pergi. Se Ri menganguk.
“Aku terlalu malu menghadapi mereka.” Kata Jung Hyuk. Se Ri ingin Jung Hyuk mengatakan yang sejujurnya.
“Apa Kau gagal menghindar? Begitukah?” kata Se Ri. Jung Hyuk mengaku tak berusaha menghindar. Se Ri ingin tahu alasannya.
“Jika aku menghindar, kau yang tertembak.” Kata Jung Hyuk. Se Ri mengaku jadi terharu seperti di film saja.
“Tapi jangan begitu lagi. Jangan sampai kita mengalaminya lagi. Tapi jika sampai terulang lagi, jangan berusaha sok keren dan menghindarlah.” Kata Se Ri
“Kau juga... Jika sampai terulang lagi, jangan tetap tinggal karena aku. Kau bisa Pergi saja.”ucap Jung Hyuk
“Kau selalu bisa membantahku.” Keluh Se Ri. Jung Hyuk menegaskan kalau ucapanya serius.
“Berpikir kau bisa saja kembali ke Seoul membuat hatiku sakit.” Akui Jung Hyuk
“Aku punya rencana cadangan. Goo Seung Jung berjanji mengirimkan salamku ke keluargaku. Pasti sekarang mereka tahu kalau aku masih hidup.” Ucap Se Ri yakin. 


Seung Jung berdiri di depan rumah Jung Hyuk dan mulai merasakan sangat dingin. Akhirnya masuk ke dalam mobil dan melihat Dan sedang sibuk bermain games. Ia pun bertanya Apa nama gamenya. Dan mnejawab Boy General dengan mata terus menatap layar ponselnya.
“Apa itu Menyenangkan? Aku mau coba.” Kata Seung Jung mendekat. Dan langsung menjauh seperti anak kecil yang pelit
“Seo Dan, berapa usiamu? Kau begitu dangkal. Apa nama gamenya? Biar kuunduh.” Ucap Seung Jung sudah mengeluarkan ponselnya.
“Tak bisa kau unduh.” Kata Dan. Seung Jung yakin pasti bisa karena Pasti ada di App Store.
“Ponsel di sini tak punya itu. Jika kau ke Pyongyang, pergilah ke Pasar App dan minta mereka mengunduhnya.” Kata Dan. Seung Jung bingung memastikan yang dikatakan “Pasar App.”
“Ada di Pasar Bongsa, Pyongyang.” Kata Dan. Seung Jung tak percya kalau Harus beli app di pasar sungguhan.
“Kau Mau bertanya berapa kali lagi? Aku harus konsentrasi.” Kata Dan kesal.
“Bukankah kau menunggu tunanganmu? Kurasa kau tak khawatir walau tak bisa menghubunginya. Ini bukan saatnya konsentrasi pada games” sindir. Seung Jung.
“Aku tak konsentrasi pada game” kata Dan langsung menurunkan ponselnya. Seung Jung bertany apakah Dan tak lapar.
“Aku lapar. Bagaimana kalau kita beli mi?” ucap Seung Jung. Dan mengeluh seperti menolaknya. 


Seung Jung melongo menatap Dan yang makan mie dengan mengangakat mangkuk mencicipi kuahnya dan mulai memakan mienya.  Ia lalu bertanya ingin tahu bagaimana mereka bisa bertunangan. Dan menjawab Keputusan itu sudah lama ditetapkan.
“Oh Begitu. Dijodohkan” kata Seung Jung. Dan membenarkan. Seung Jung ingin tahu apakah sudah menetapkan tanggal
“Bulan depan.” Jawab Dan  singkat. Seung Jung mengingat kalau tunangannya ke hotel bersama wanita lain.
“Bukan begitu. Mereka tidak sekamar. Mereka sendiri-sendiri dan Mereka menjalankan misi rahasia.” Kata Dan membela.
“Apa Dia sudah nyatakan cinta?” tanya Seung Jung. Dan terlihat bingung tapi menurutnya mereka akan segera menikah.
“Hei... Sudah kubilang di atap waktu itu, aku harus mengajarimu beberapa hal. Jadi Dengar baik-baik... Ini mungkin terdengar dingin, tapi sulit bagimu dan tunanganmu merasakan daya tarik romantis.” Kata Seung Jung
“Kenapa?” tanya Dan seolah tak peduli. Seung Jung menjelaskan Tujuan akhirnya menikah. Dan pun merasa tak ada masalah dengan itu.
“Kau mendadak bicara santai. Jadi, begini, alasan seseorang merasa gelisah karena dia tak tahu akhirnya. Haruskah kami pacaran? Atau putus? Apa Aku ditolak? Apakah kami bahagia?” kata Seung Jung 


“Kita tak tahu bagaimana akhirnya. Kau harus penasaran, dan gelisah. Jantungmu harus berdebar untuk merasakan daya tarik.” Kata Seung Jung
“Jadi, Apa itu tak mungkin karena kami sudah menetapkan tanggal?” tanya Dan
“Kau harus menangkap hatinya sebelum menetapkan tanggalnya.” Jelas Se Ri. Dan terlihat kesal akhirnya memesan sebotol soju.
“Untuk menetapkan tanggal, pasangan harus makan, minum teh, menonton, mengakui cintanya, bertengkar, terjaga semalaman, putus, berlari ke arah satu sama lain, dan hal-hal gila lainnya. Tapi kalian menetapkan tanggal. “ ucap Seung Jung yang juga menuangkan soju.
“Tak ada lagi yang menarik. Tidak ada yang mendebarkan. Itulah kelemahan perjodohan.” Jelas Seung Jung. Dan heran karena Seung Jung yang tahu banyak
“Aku hampir dijodohkan... Tapi gagal. Begitu itu terjadi, jantungku mulai berdebar. Aku tak bisa melupakannya.” Jelas Seung Jung. Dan pun hanya bisa diam saja. 


Di dalam kamar rawat, Se Ri memberitahu akan matikan lampu dan akan siap tidur di kasur yang ada dibawah. Jung Hyuk heran Se ri yang akan tidur di sana lagi. Se Ri pikin mau bagiman lagi. Jung Hyuk yakin Pasti lantainya dingin karena cuaca.
“Tidurlah di sini.” Kata Jung Hyuk menunjuk tempat tidur yang diatas. Se Ri pun memikirknya.
“Di bawah sini dingin... Wajahku hampir lumpuh kemarin.” Kata Jung Hyuk. Se Ri pun akhirnya naik keatas tempat tidur tapi Jung Hyuk malah turun.
“Kau sedang apa?” tanya Se Ri. Jung Hyuk pikir Se Ri bisa tidur diatas dan ia akan tidur dibawah.
“Kau yang akan kedinginan.” Kata Se Ri khawatir. Jung Hyuk pikir tak masalah karena bisa tidur saat latihan musim dingin jadi terbiasa dengan suhu dingin.
“Situasinya berbeda. Kini kau pasien.” Ucap Se Ri marah. Jung Hyuk mengartikan kalau mereka harus tidur seranjang.
“Jangan merasa tak nyaman... Ini kasurku. Sesuai perkataanku, tak perlu berperang jika kita tetap di perbatasan.” Ucap Se Ri.
“Itu yang ingin kubilang.” Kata Jung Hyuk akhirnya menahan rasa sakitny berbaring dengan posisi miring. 


Se Ri sudah berbaring wajahnya terlihat gugup lalu bertanya apakah Jung Hyuk sudah tidur. Jung Hyuk hanya diam saja dengan mata terbuka. Se Ri pikir Jung Hyuk sudah tidur. Se Ri pun mengeluh Jung Hyuk yang Bisa-bisanya tidur di situasi begini. Jung Hyuk tetap diam saja. 

Akhirnya Se Ri pun tertidur pulas. Jung Hyuk terbangun dengan posisi miring. Se Ri bergerak dengan memonopoli kasur. Jung Hyuk menatap  Se Ri seperti sudah merasakan cinta yang mendalam dan merapihkan rambutnya. Se Ri tak bangun dan terlihat tertidur pulas. 

Di ruangan, beberapa orang terus mencari tahu tentang pasien Ri Jung Hyuk. Saat itu perawat seperti memberitahu keberadan Jung Hyuk. Tapi mereka tetap ingin memastikan kalau dia punya luka tembak.
Akhirnya Tuan Jo menerima laporan kalau Jung Hyuk RSUD Sariwon. Anak buahnya memberitah u Hanya nama Letnan yang tercatat, jadi butuh waktu. Tuan Jo pun meminta agar mengbubungi rumah sakit itu. Dan Minta mereka mengawasinya.
Setelah itu Tuan Jo dengan truk besar dan anak buahnya pergi meninggalkan badan keamanan. 


Se Ri keluar dari rumah sakit memegang nomor telp Seung Jung yang disimpanya. Seung Jung baru saja selesai mandi melihat nomor yang tak dikenal lalu mengangkatnya. Se Ri memanggil Seung Jung, Seung Jung kaget kalau yang menelp Se Ri.
“Aku sudah berkali-kali menghubungi Pak Ri. Apa Kau baik-baik saja?” kata Jung Hyuk bisa bernafas lega.
“Aku meminta bantuanmu kali terakhir. Aku memintamu sampaikan salamku ke ayahku. Bagaimana?  Apa Sudah kau lakukan?” tanya Se Ri.
“Karena itu aku menghubungi Pak Ri... Mari kita bicara langsung. Kau ada di mana? Aku akan ke sana.” Ucap Seung Jung sudah memaai pakaianya. Se Se Ri pun setuju.

Bersambung ke part 3

Cek My Wattpad... Stalking 

      
Cek My You Tube Channel "ReviewDrama Korea"

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar