PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Kamis, 10 Januari 2019

Sinopsis Encounter Episode 11 Part 2

PS : All images credit and content copyright : TVN

Soo Hyun terlihat benar-benar malu lalu panik melihat nama  "Jin Hyuk" lalu mengangkatnya bertanya apakah semalam pulang sendirian. Jin Hyuk malah menjawab dengan nyanyian "Kau benar, Aku mungkin mabuk, Mungkin ini kesalahan"
"Saat pagi tiba, Aku mungkin tidak ingat apa yang terjadi. Dan merasa canggung saat di dekatmu. Tapi malam ini ada sesuatu. Yang harus kukatakan padamu Maaf atas keadaanku yang tidak baik. Tapi aku tidak mengatakannya hanya karena mabuk" ucap Jin Hyuk bernyanyi
“Berhenti. Aku ingat semuanya.” Kata Soo Hyun malu. Jin Hyuk tetap menyanyi bahkan penuh semangat.
"Setiap kali di depanmu, meski sudah mempersiapkan. Yang kukatakan malah berkebalikan dari yang kuinginkan. Dan aku langsung menyesalinya".Tapi sekarang aku akan mengaku.Kalau aku sudah mencintaimu sejak awal. Aku sangat mencintaimu, Meski pengakuan cintaku. Terdengar norak atau tidak benar.. Aku tidak asal bicara"
Saat itu Jin Myung masuk kamar ikut menyanyi dengan suara lantang, "Tidak akan pernah lagi" Jin Hyuk panik dan malu akhirnya menutup telp berjanji akan menanyi lain waktu untuk Bait keduanya di lain waktu, mengejek adiknya kalau Orang yang bangun siang memang yang paling mengerikan.

“Sedang apa kau sepagi ini?” tanya Jin Hyuk. Jin Myung membalas kalau tak mungkin bisa tetap tidur karena mendengar nyanyian itu?
“Tunggu. Bu! Kakak...” teriak Jin Myung ingin mengadu, Jin Hyuk langsung menutup mulut adiknya berjanji akan memberikan uang saku. Jin Myung ingin tahu berapa.
“50 dolar.” Kata Jin Hyuk, Jin Myung berteriak memanggil ayahnya. Jin Myung langsung menambah jadi 100 dolar.
“Kenapa kakakmu?” tanya Tuan Kim didepan pintuk, Jin Myung mengaku kalau kakaknya mau berhenti kerja dan ikut kontes menyanyi lalu keluar dari kamar dengan wajah jahil
“Tapi kau tidak pandai menyanyi.” Kata Tuan Kim. Jin Hyuk sudah tahu dengan wajah malu kalau sudah membatalkan niatnya. 



Tuan Choi memceritakan Dari kepribadian Bu Cha, pada akhirnya akan tahu siapa yang bertanggung jawab atas kejadian di hotel Kuba Dan itu membuatnya gugup. Nyonya Kim bertanya apakah Tuan Choi melakukan sesuatu seperti itu. Tuan Choi tak percaya mendengar tanggapan Tuan Kim.
“Kenapa kau datang ke sini untuk membicarakan hal itu?” ucap Nyonya Kim pura-pura tak tahu.
“Sekretaris Cho juga ada di sana.” Kata Tuan Choi. Nyonya Kim malah bertanya Siapa Sekretaris Cho.
“Ibu tidak bisa melakukan ini padaku.” Keluh Tuan Choi. Nyonya Kim teerlihat kesal kalau dianggap tidak bisa melakukan ini pada Tuan Choi.
Tuan Choi hanya bisa terdiam mengingat yang dikatakan Woo Suk “ Tapi pertama-tama, kenapa kau tidak bertanya pendapat Ketua? Apa dia akan melindungimu atau menyalahkanmu atas segalanya?”
“Aku tidak percaya ini... Aku pertaruhkan segalanya untuk membantu...” ucap Tuan Choi
“Aku sungguh tidak mengerti apa yang kamu bicarakan. Kenapa kau di sini di Taegyeong berbicara tentang masalah yang terkait dengan Bu Cha?” komentar Nyonya Kim tak ingin berhubungan dengan Soo Hyun. 


Woo Suk melihat berkas "Prospek Bisnis Hotel Donghwa" Tuan Choi datang menemuinya dengan wajah gugup ingin tahu apa yang diingikan Woo Suk darinya.  Woo Suk pikir  tidak perlu bertanya bagaimana hasilnya dengan Ketua Kim.
“Kumpulkan semua saham pemegang saham dan berikan kepadaku. Aku tidak bisa melakukan apa-apa dengan sahamku saat ini. Aku setidaknya harus memiliki lebih banyak saham daripada Soo Hyun untuk melakukan apa pun termasuk melindungimu.” Jelas Woo Suk
“Belilah dengan harga murah, dan jangan khawatirkan tentang uang. Aku minta kau bergegas. Aku perlu mengadakan rapat umum pemegang saham.” Tegas Woo Suk
“Rapat umum pemegang saham?!!” ucap Tuan Choi kaget. Woo Suk pikir Ada agenda penting.
“Hotel Donghwa menjadi terlalu besar untuk dikelola oleh Soo Hyun. Sudah saatnya kau mempekerjakan seorang profesional. Bagaimana?” kata Woo Suk
“Lalu apa maksudmu kau akan memberhentikan Bu Cha dari posisi presdir?” tanya Tuan Choi
“Aku harus mempertimbangkan itu. Pertama-tama, aku berpikir untuk memberi diriku jabatan.” Ucap Woo Suk. Tuan Choi memastikan kalau yang dimaksud Sebagai wakil presdir. Woo Suk pikir bukan gambaran yang buruk.
 “Aku yakin kau sudah tahu, meski dengan saham semua direktur di Taegyeong, kau masih tidak akan bisa menjadi wakil presdir. Mereka yang mendukung Bu Cha akan menentangnya.” Kata Tuan Choi
“Aku akan mengurus mereka. Dapatkan saham dari semua direktur di Taegyeong secara diam-diam. Akan lebih baik jika kau merahasiakan ini dari ibuku.” Tegas Woo Suk. Tuan Choi tak bisa berkata-kata 



Di depan restoran "Siput Bulan Chan" Sek Jang mondar-mandir dengan wajah gugup lalu sedikit mengintip. Dae Chan akhirnya keluar dari restoran dan Sek Jang kaget melihatnya. Dae Chan mengejek Sek Jang sudah ada didepan restoran 30 menit.
“Astaga, ini sangat dingin... Apa kau mencoba mati kedinginan?” goda Sek Jang.
“Apa? Aku baru saja lewat... Apa restoranmu baik-baik saja? Aku akan pergi sekarang.” Kata Sek Jang akan bergegas pergi.
“Baiklah... Anggap saja kamu lewat... Kota Seoul sangat besar, dan dari semua tempat, kau melewati restoranku. Aku akan berpura-pura menganggap bahwa itu benar.” Ucap Dae Chan menahan tangan Sek Jang agar tak pergi.
“Astaga, tunggu sebentar... Aku akan masuk sendiri.” Kata Sek Jang tak ingin tanganya disentuh lalu berjalan masuk. 

Dae Chan membawakan semangkuk sup karena tahu Sek Jang pasti kedinginan. Sek Jang bertanya apakah Dae Chan punya nasi. Dae Chan menganguk lalu memanggil Jin Myung agar membawakan nasi hangat. Jin Myung menganguk mengerti.
“Apa dia kekasihmu?” tanya pelanggan dengan nada mengoda. Dae Chan akan menjawab tapi Sek Jang lebih dulu menjawabnya mengaku  hanya sebagai pelanggan.
“Sudah kuduga. Kalian tidak terlihat berkencan.” Komentar si pelanggan. Sek Jan heran mendengar komentar itu malah membuatnya kesal.
“Sering melihatmu membuatku merasa seolah kita keluarga, Bu Sekretaris.” Goda Jin Myung membawakan semangkuk nasi
“Berhenti memanggilku begitu. Aku sudah pulang kerja, tapi kau membuatku merasa sedang bekerja.” Keluh Sek Jang. Jin Myung mengaku tidak tahu namanya.
“Jang Mi Jin...” kata Dae Chan. Sek Jang menganggap Dae Chan  pasti tertarik karena mengingat namanya.
“Kita bertemu di aplikasi kencan, dan saat bertemu langsung, kau bisa dibilang mengumpat padaku. Jadi, tentu aku mengingat namamu.” Ejek Dae Chan
“Kau menyimpan dendam yang besar. Aku sudah minta maaf untuk itu.” Ungkap Sek Jang
“Aku tahu. Itu sebabnya aku memberimu semangkuk nasi hangat.” Goda Dae Chan. Sek Jang menegaskan akan membayarnya.
“Apa kau tidak menerima uang untuk nasi dari wanita cantik?” kata Sek Jang. Dae Chan mengaku tak akan menerimanya.
“Tapi Jin Myung, apa kamu melihat pelanggan yang cantik hari ini?” tanya Dae Chan. Jin Myung mengaku ada satu didepanya. Sek Jang terlihat kesal akan pamit pergi. Dae Chan menahanya kalau hanya bercanda.
“Kenapa kau terus memegang pergelangan tanganku?” keluh Sek Jang. Dae Chan malah mengodan meminta izin untuk memegang tangannya.
“Kau memang genit, Pak Lee Dae Chan.” Kata Sek Jang tersenyum bahagia.
“Lee Dae Chan... Sudah lama sekali tidak ada yang memanggil nama lengkapku.” Ucap Dae Chan ikut bahagia lalu minta Jin Myung untuk mengambilkan Soju. 



Soo Hyun melihat ayahnya yang sudah menunggu diruanganya, Tuan Chan pikir Sudah lama sejak terakhir mengunjungi kantor anaknya. Soo Hyun pikir Sama sekali tidak berubah lalu dengan wajah serius bertanya  apa telah terjadi sesuatu.
“Tidak. Kenapa?” ucap Tuan Cha. Soo Hyun bingung karena ayahnya yang tiba-tiba meminta kamar pribadi kepadanya.
“Ini kali pertama Ayah memintaku melakukan itu.” Ucap Soo Hyun sedikit curiga.
“Ayah perlu bertemu seseorang yang penting. Tapi ada begitu banyak wartawan yang mengawasiku” jelas Tuan Cha
“Apa Ayah yakin tidak ada masalah?” tanya Soo Hyun memastikan.
“Ini masalah penting, tapi tidak perlu dikhawatirkan. Jangan khawatir.” Tegas Tuan Cha. Soo Hyun pun percaya pada ayahnya. Tuan Cha pun pamit pergi. 

Tuan Cha bertemu dengan seseorang dengan rambut yang sudah memutih. Si pria tahu kalau Putri Tuan Cha  adalah presdir dari hotel ini. Tuan Cha membenarkan. Si pria pikir Tuan Cha yang memintanya untuk bertemu di tempat yang begitu tertutup, sepertinya akan mengatakan sesuatu yang sensitif.
“Anggota Kongres Lee... Bagaimana pendapatmu soal bergabung dengan partai kami?” ucap Tuan Cha serius.
“Ini sangat mendadak bagiku. Tapi Aku ingin tahu alasannya.” Kata Tuan Lee kaget
“Kau tahu partai kita tidak dapat menjamin akan memenangkan pemilihan presiden tahun ini jika kita ikut secara terpisah.” Ucap Tuan Cha
“Jadi, apa kau meminta partai kami untuk mendukung Partai Moonhwa dalam memenangkan pemilihan?” tanya Tuan Lee
“Tidak... Aku mengajakmu untuk bergabung.” Kata Tuan Cha. Tuan Lee merasa tak tahu.
“Aku tidak akan mengikuti pemilihan presiden. Biarkan aku memberitahumu sesuatu dengan syarat bahwa kau merahasiakannya sebelum mengumumkan penggabungan. Aku akan mundur dari pemilihan dan mengumumkan bahwa aku akan mendukungmu.” Kata Tuan Cha.
“Kenapa kau menawariku hal seperti ini?” ucap Tuan Lee kaget.
“Aku tidak akan bisa ikut pemilihan presiden. Jadi, aku memintamu untuk melindungi Partai Moonhwa.” Jelas Tuan Cha
“Aku sungguh tidak mengerti maksudmu.” Kata Tuan Lee
“Aku tidak ingin garis kebijakan partai kami dirugikan. Itulah satu-satunya syaratku untuk penggabungan partai kita.” Ucap Tuan Cha. 



Seorang pria terlihat sedikit marah mendengar ucapan Woo Suk seperi hanya omong kosong. Woo Suk meminta bantuan pria untuk meyakinkan para direktur yang mendukung Soo Hyun agar ia bisa menjadi wakil presdir. Pria itu melihat Woo Suk memang putra ibunya.
“Paman... Aku tidak pantas menjadi direktur perusahaan ini.” Kata  Woo Suk memohon
“Apa Menurutmu kenapa aku melepaskan pekerjaanku sebagai pengajar dan datang ke sini? Itu karena rasa bersalah. Aku di sini karena merasa bersalah telah meyakinkan Anggota Kongres Cha untuk menikahkan Soo Hyun denganmu. Aku merasa yang bisa kulakukan hanyalah melindungi Soo Hyun dari ibumu.” Akui Tuan Kim
“Itu bukan salahmu.” Kata Woo Suk. Tuan Kim menegaskan kalau itu salah.
“Anggota Kongres Cha memercayaiku menikahkan Soo Hyun karena aku memberitahunya bahwa kau akan berbeda. Aku mengatakan kepadanya bahwa kau akan berbeda dari kakak dan iparku dan bahwa kau akan menghargai dan menjaga Soo Hyun.” Ucap Tuan Kim marah
“Tapi apa kau ingat seperti apa dirimu? Bukan hanya keluarga kita yang akhirnya memutuskan hubungan. Setelah kejadian itu, aku tidak bisa bertemu dengan Anggota Kongres Cha karena aku merasa sangat malu.” Tegas Tuan Kim
“Aku harus masuk ke Hotel Donghwa, apa pun yang terjadi.  Tolong bantu aku.” Kata Woo Suk memohon.
“Sudah lama aku tidak menghadiri rapat dewan direksi. Tapi aku rasa  harus menghadirinya saat ini... Kau jangan memimpikannya. Apa kau tak tahukah apa arti hotel ini bagi Soo Hyun?” tegas Tuan Kim 


Tuan Nam akan mengajak Tuan Cha masuk ke restoran hotel untuk mentraktirnya. Tuan Cha menolak mengajaknya keluar saja dan makan panekuk kacang hijau. Tuan Nam menolak mengajak makan sashimi di hotel dan mengeluh karena gemuk karena tidak bisa makan sashimi.
“Wajahmu selalu bulat... Jangan salahkan sashimi.” Ucap Tuan Cha
“Aku akan menghabiskan uang. Tapi kau sungguh tidak membantu.” Keluh Tuan Nam lalu melihat Jin Hyuk sedang berjalan dilorong.
“Dialah orangnya... Kamu harus menyapa. Ini...” ucap Tuan Nam dan Tuan Cha langsung menyapa Jin Hyuk sebagai ayah Soo Hyun.
“Senang bertemu, Pak. Namaku Kim Jin Hyuk... Aku bekerja di Tim Humas.” Kata Jin Hyuk ramah.
“Kami akan makan panekuk kacang hijau. Apa Kau ingin ikut?” tanya Tuan Nam
“Aku suka panekuk kacang hijau, tapi aku sedang bekerja.” Kata Jin Hyuk menolak dengan sopan.
“Baiklah kalau begitu. Mari kita makan bersama suatu hari nanti.” ucap Tuan Cha.
Jin Hyuk menganguk kalau akan siap kapan pun apabila menghubungi. Diam-diam Woo Suk melihat dari kejauhan seperti cemburu melihat kedekatan Tuan Cha dan Jin Hyuk. 


Tuan Park mengeluh dengan cuaca yang semakin dingin saat pulang kerja lalu mengajak untuk minum bersama.  Jin Hyuk menolak karean perlu membeli hadiah untuk ulang tahun ibunya. Tuan Park mengajak pekan depan saja.
“Hei... Bagaimana kita bisa menetapkan tanggal untuk pekan depan jika tidak tahu apa yang akan terjadi besok?” keluh Eun Ji
“Anggaplah hari ini sebagai sesuatu yang lebih berharga.” Kata Tuan Park
“ Dia tipe yang suka dekat-dekat.” Ejek Eun Ji. Tuan Park mengeluh Eun Ji seperti hanya mendengarkan ucapanya di kantor.
“Apa kau belum mau pulang, Jin Ho?” tanya Sun Joo. Tuan Lee hanya diam saja. Eun Ji sampai memanggilnya dan akhirnya Tuan Lee sadar.
“Apa terjadi hal buruk? Kau terlihat kurang sehat.” Tanya Sun Joo khawatir.
“Tidak, aku baik-baik saja. Sepertinya aku flu.” Akui Tuan Lee yang terlihat gugup. 


Jin Hyuk pergi ke toko perhiasan, salah satu pegawai menawarkan sebuah  desain kalung untuk ibunya, Jin Hyuk pikir kalau ibunya tidak suka desain mencolok lalu memilih sebuah kalung untuk ibunya.  Pegawai pun akan membungkusnya.
Jin Hyuk menunggu dan teringat yang dikatakan Soo Hyun saat mabuk.
“Saat bangun pagi, aku bertanya-tanya hari ini kau masih ada atau tidak. Bagaimana kalau itu hanya mimpi? Aku terus mencari tahu dan merasa lega, tapi aku juga takut. Aku takut kau menghilang.”
Jin Hyuk hanya terdiam memikirkan ucapan Soo Hyun. 

Pagi hari, Soo Hyun sudah berdandan rapih, Jin Hyuk pesan agar Soo Hyun membawa kameranya karena akan memeriksa sesering apa Soo Hyun berlatih. Mereka pergi ke taman dengan rating yang mulai mengeluarkan daun. Soo Hyun pikir cuacanya Tidak sedingin yang diduga.
“Apa kau melatih pemilihan sudutmu?” tanya Jin Hyuk. Soo Hyun mengangguk walaupun menurutnya itu sangat sulit.
“Sesuaikan paparan terlebih dahulu... Coba Kali ini, foto langit dan pepohonan sekaligus.” Ucap Jin Hyuk. Soo Hyun pun mengambil foto langit.
“Bagaimana kau bisa terlihat sangat cantik saat mengambil foto? Biarkan aku memotretmu, Soo Hyun.” Ucap Jin Hyuk mulai mengambil foto Soo Hyun.
Soo Hyun tersipu malu di puji, Jin Hyuk pun meminta Soo Hyun bersadar di pohon, seperti candid camera Jin Hyuk mengambil foto Soo Hyun yang terlihat bahagia. 
Setelah itu Jin Hyuk mengajak untuk mengambil foto mereka berdua. Soo Hyun terlihat bingung. Tapi akhirnya Jin Hyuk mengambil foto kaki mereka berdua. 


“Apa kau ingat kecelakaan mobil dari pertemuan pertama kita di Kuba?” tanya Jin Hyuk
“Apa Ketika kameramu rusak dan kau marah?” tanya Soo Hyun. Jin Hyuk membenarkan. Soo Hyun bertanya ada apa dengan hari itu.
“Kau tidak ingat buku yang aku baca, kan?” kata Jin Hyuk.  Soo Hyun mengaku  ingat yang dari bandara.
“Ya, itu dia... Pohon metasequoia disebutkan dalam buku itu. Di dalamnya, seorang penyair menulis surat kepada orang yang dia cintai, kemudian dia menguburnya di bawah pohon metasequoia. Guru si penyair mengetahuinya dan menggalinya. Dia hendak mengirimkan surat kepada si penerima karena penyair itu gagal mengirimkannya. Itulah akhir ceritanya. Aku penasaran setiap kali membacanya Apa isi surat itu?”.” Cerita Jin Hyuk
“"Aku belajar cara mencintai melalui buku pelajaran. Kini semua tampak jelas bagiku." Apa Hal semacam itu? Tapi Kenapa penyair itu tidak memberikan puisi itu sendiri? Kenapa menguburnya di bawah pohon? Apa mereka putus?” kata Soo Hyun
“Penyair itu sakit parah.” Ucap Jin Hyuk. Soo Hyun berdiri menjauh terlihat kesal karena Jin Hyuk merusak suasana.
“Akhir ceritanya sedih.” Kata Soo Hyun. Jin Hyuk heran Soo Hyun mengangap itu disebut sedih.
“Hanya karena orang lenyap, bukan berarti cinta sirna. Itulah cinta sejati.” Kata Jin Hyuk
“Kau bilang akan membantuku menghirup udara segar, lalu menceritakan kisah sedih. Aku mendadak merasa tidak senang.” Kata Soo Hyun
“Aku tidak boleh membuatmu merasa tidak senang. Aku harus membuatmu senang. Ini masalah besar.” Kata Jin Hyuk memasukan tangan Soo Hyun ke saku jaketnya. 
Soo Hyun binggung melihat tempat isi film bertanya Apa ini. Jin Hyuk pikir Soo Hyun pasti mendadak merasa lebih senang, Soo Hyun melihat isinya sepasang cincin dengan tersenyum bahagia mengaku sangat senang dan Jin Hyuk memasangkan cincin di jari Soo Hyun, Soo Hyun melihat cincin pilihan Jin Hyuk sangat indah.
“Aku akan meningkatkan cincin ini setahun sekali untukmu.” Kata Jin Hyuk. Soo Hyun binggung kenapa Jin Hyuk melakukanya.
“Apa Kita akan berganti cincin setiap tahun?” pikir Soo Hyun. Jin Hyuk merasa Karena cincin itu tidak sebagus perhiasan Soo Hyun yang lain.
“Benar... tapi Ini yang paling cantik.” Ungkap Soo Hyun terlihat bahagia.
“Hatiku dipenuhi oleh dirimu. Tidak seperti teman yang dahulu kau sukai, aku tidak bisa pergi jauh atau menghilang. Aku hanya memikirkan kamu. Aku akan mendampingimu hingga akhir hayatmu. Aku akan melakukan apa pun untukmu satu per satu.” Ucap Jin Hyuk.
Soo Hyun memeluk erat Jin Hyuk mengaku kalau ini menarik sekali. Jin Hyuk pun mengajak Soo Hyun foto untuk mengenangnya. Soo Hyun pun memasangkan cincin di jari manis Jin Hyuk, setelah itu mengambil foto dengan jari yang memakai cincin lalu berjalan bersama. 



 Soo Hyun kembali ke rumah melihat cincin di jari manisnya, wajahnya tersenyum bahagia. Jin Hyuk duduk di meja belajarnya, menuliskan  "Cincin pasangan" pada kalendernya. Keduanya terlihat sangat bahagia dengan cincin di jari manisnya.

Ibu Jin Hyuk duduk dengan wajah sedih karena menurutnya Sekalipun orang lain lupa, Jin Hyuk pasti tahu karena anaknya belum pernah melupakan ulang tahun siapa pun dan membuatnya sangat kecewa. Tuan Kim masuk ruang bertanya kenapa istrinya kecewa.
“Astaga Kau mengejutkanku... Kenapa kau pulang lebih awal?” ucap Ibu Jin Hyuk
“Aku menutup toko. Tentu pulang lebih awal.” Kata Tuan Kim. Ibu Jin Hyuk kaget suaminya sudah menutup toko berpikir kalau sakit.
“Jin Hyuk meminta kita datang ke hotel tempat dia bekerja. Dia ingin makan siang bersama di sana.” Ucap Tuan Kim
“Kenapa mendadak?” kata Ibu Jin Hyuk menahan senyuman bahagia.
“Mungkin dia mentraktirmu sup rumput laut untuk ulang tahunmu.” Goda Tuan Kim.
“Jin Hyuk tidak pernah mengecewakan. Bukankah begitu?” kata Ibu Jin Hyuk bahagia
“Siapkan baju yang nyaman... Malam ini kita tidak pulang.” Ucap Tuan Kim. Ibu Jin Hyuk binggung.
“Dia menyuruh kita menginap di hotel. Dia mendapat voucher. Untuk artikel di majalah tempo hari itu.” Kata Tuan Kim
“Dia seharusnya memakainya sendiri.” Ucap Ibu Jin Hyuk. Tuan Kim heran Untuk apa Jin Hyuk memakainya karena mereka bisa pergi bersama.
“Hei... Kau tahu ini hari apa?” ucap Ibu Jin Hyuk melihat anak bungsunya keluar kamar. Jin Myung mengaku tahu.
“Hari ulang tahun Ayah.” Goda Jin Myung, Ibu Jin Hyuk kesal menyuruh anaknya Tunggu di rumah dan masak ramyeon karena mereka berdua  akan keluar.
“Wah... Percuma membesarkan seorang anak.” Keluh Ibu Jin Hyuk lalu masuk kamar.
“Apa Ayah juga mau ramyeon?” tanya Jin Myung mengoda ayahnya yang sedang tidur.
“Apa Kau bersenang-senang?” kata Tuan Kim, Jin Myung mengangguk lalu mengoda ayahnya dengan mengucapkan "Selamat ulang tahun Jang Soo" Tuan Kim langsung mengejar anaknya. 


Tuan Park memberitahu Sun Joo kalau ada rapat makan siang. Sun Joo pun mengajak mereka pergi. Jin Hyuk memberitahu Hye In kalau Orang tuanya dan Jin Myung akan datang dan mengajak untuk makan siang bersama. Hye In menolak menyuruh Jin Hyuk menikmati makan siang mewah dan lezat bersama keluarganya.
“Bagaimana jika kita patungan dan makan di restoran hari ini? Restoran Italia.” Kata Eun Ji
“Ide bagus... Bagaimana jika makan Ayam Kung Pao?” kata Tuan Park. Eun Ji mengeluh mereka tidak pernah cocok.
“Siang ini aku akan makan bersama orang tuaku.”ucap Jin Hyuk lalu pamit pergi.
“ Hye In, Apa mau makan pasta?” kata Eun Ji, Hye In setuju dan Tuan Park tetap mengajak makan Ayam Kung Pao. Eun Ji dan Tuan Park terus adu mulut memilih menu makan siang. 

Nyonya Kim masuk lift melihat ke bagian atas mengaku Bahkan lift hotel tempat anaknya berkerja terkesan sangat elegan. Tuan Kim meminta istrinya agar tak terlihat norak, meminta agar diam saja karena sepert  menunjukkan bahwa ini kali pertamanya datang.
“Semua orang seperti ini saat pengalaman pertama.... Bunga itu tampak indah.” Ucap Nyonya Kim. Saat itu Soo Hyun masuk ke dalam lift, Tuan Kim mengingat wajah Soo Hyun yang ada di koran.
“Apa Kau yakin tempatnya di lantai 13? Apa nama restorannya? Apa Namanya dalam bahasa Inggris?” ucap Nyonya Kim
“Mereka akan tahu jika kita bertanya tempat restoran Italia.” Kata Tuan Kim santai
“Apa Kalian mau pergi ke Piace Resto?” tanya Soo Hyun ramah. Nyonya Ki membenarkan dengan wajah malu-malu.
“Turunlah di lantai 13. Restorannya ada di sebelah kanan.” Kata Soo Hyun. Nyonya Kim pun mengucapkan terimakasih.
Saat itu ia teringat dengan wajah Soo Hyun, saat bertanya apda Jin Myung kalau dalam artikel itu adalah anaknya. Tapi Jin Myung mengelak kalau Mungkin seseorang yang mirip kakaknya. 


Soo Hyun berjalan lebih dulu, sebelum masuk Jin Hyuk memanggil ibunya dari lorong. Ayah dan Ibu Jin Hyuk terlihat bahagia melihat anaknya, Soo Hyun mendengar suara Jin Hyuk langsung menoleh, wajahnya terlihat iri dengan kedekatan keluarga Kim.
“Selamat ulang tahun, Ibu... Tadi pagi Ibu kesal, kan?” goda Jin Hyuk. Ibu Jin Hyuk mengaku merasa agak kesal.
“Apa Kau akan terus menggoda ibu seperti ini?” keluh Ibu Jin Hyuk, saat itu Jin Myung datang menyapa semua keluarganya yang sudah menunggu.
“Kau tidak pernah masuk dengan tenang, kan?” keluh Tuan Kim. Jin Myung mengajak segera masuk karena sudah lapar. Mereka pun masuk restoran sambil berpelukan. Soo Hyun terlihat benar-benar sangat iri. 

Mereka pun makan di restoran hotel, Jin Hyuk memastikan pada rasanya pada keluarganya. Keluarga Kim mengaku rasanya sangat enak. Jin Hyuk lalu memberikan kado untuk ibunya. Nyonya Kim kaget merasa kalau sudah makan di hotel jadi tidak perlu menghabiskan lebih banyak uang.
"Kau tidak perlu menghabiskan lebih banyak uang." Ibu selalu melakukan itu saat merasa senang...” ejek Jin Myung
“Sepertinya hanya itu kado ulang tahunmu... Berterima kasih dan terima saja hadiahnya” kata Tuan Kim
“Aku tidak mengharapkan apa pun dari Jin Myung. Bagaimana denganmu?” kata Nyonya Kim
“Aku membelinya bersama Jin Myung.” Kata Jin Hyuk, Ibunya tak percaya lalu dengan bangga kalau kalung itu sangat indah sekali dipakai pada lehernya.
“Aku dan Kakak sungguh membelinya bersama.” Kata Jin Myung menyakinkan.
“Kau bahkan belum gajian. Berhentilah berbohong.” Ucap Ibu Jin Hyuk. Jin Myung mengaku meminta gaji di awal dari Dae Chan.

“Permisi. Bu Cha mengirim ini sebagai kado. Sebotol anggur yang akan pas dengan hidangan kalian.”kata Pelayan.  Jin Hyuk melonggo, lalu mengucapkan Terima kasih.
“Dia juga menyuruhku membantu kalian pakai fasilitas hotel secara gratis.” Kata Pelayan.
“Bagus. Kalian akan bermalam di sini... Di hotel juga ada ruang selesa langit, bukan?” kata Jin Myung
“Ya. Pemandangan malamnya luar biasa.. Aku akan memesan tempat untuk kalian di bar ruang selesa langit.” Ucap Pelayan.
“Tidak perlu... Jika berjalan-jalan di sini, kami bisa merusak suasana hotel ini.” Kata Ibu Jin Hyuk tak percaya diri.
“Apa maksud Ibu? Terima kasih atas anggurnya. Sampaikan terima kasih pada Bu Cha.” Kata Jin Hyuk. Pelayan menganguk akan menyampaikanya.
“Apa Kalian mau mencicipi anggur lebih dahulu?” ucap Pelayan, Jin Hyuk menganguk dan pelayan akan menyiapkannya.
“Apa Ini kali pertama Ibu minum anggur?” kata Jin Myung. Ibu Jin Hyuk mengaku hanya pernah minum minuman serupa yang terbuat dari anggur. Jin Hyuk terlihat senang bisa memberikan hadiah untuk keluarganya. 


Soo Hyun berada di ruanganya, pelayan datang memberitahu kalau sudah melakukan semua perintahnya. Soo Hyun mengucapkan Terima kasih. Pelayan memberitahu kalau keluarga Kim tidak mau memakai fasilitas lain dan lebih berterima kasih atas anggurnya. Soo Hyun terlihat kaget akhirnya mengucapkan Terima kasih.
“Mereka pasti menginap di sini nanti malam. Haruskah kutingkatkan kamar mereka?” tanya pelayan.
“Tidak. Mungkin mereka juga tidak nyaman soal itu. Periksa saja kamar yang akan mereka tempati.” Kata Soo Hyun. Pelayan menganguk mengerti

Woo Suk duduk diruangan mengingat saat Tuan Cha yang mengajak Jin Hyuk untuk makan bersama suatu hari nanti. Dan Jin Hyuk mengaku  akan siap kapan pun apabila menghubunginya, wajahnya seperti tak suka kedekatan mantan ayah mertuanya dengan Jin Hyuk.
“Aku menerima telepon dari Pak Choi. Dia sudah menjual seluruh sahamnya. Tapi Apa Bapak yakin akan melakukan ini?” kata Sek Kim ragu.
“Aku akan melakukannya... Menjadi Presdir Hotel Donghwa... Jangan memakai dana Taegyeong. Pakai dana pribadiku untuk ini.” Pesan Woo Suk. Sek Kim menganguk mengerti.
“Selain itu, terus awasi Pak Choi.” Perintah Woo Suk. Sek Ki mengangguk mengerti. 

Nyonya Kim masuk ruangan tak percaya kalau Jin Hyuk menyiapkan kamar yang bagus lalu mengajak suaminya untuk melhat pemandangan diluar jendela. Tuan Kim hanya duduk melamun diatas tempat tidur, Nyonya Kim menyadarkanya bertanya apa yang dipikirkan oleh Suaminya.
“Aku merasa lelah setelah hari yang panjang.” Akui Tuan Kim seperti menutupi kegelisahanya.
“Sayang... Aku merasa kurang nyaman.” Ucap Nyonya Kim, Tuan Kim ingin tahu tentang apa.
“Sepertinya Jin Hyuk dan Presdir itu menjalani hubungan serius.” Kata Nyonya Kim khawatir.
“Itu hidupnya sendiri. Biarkan saja.” Kata Tuan Kim. Nyonya Kim merasa keduanya tidak serasi.
“Jin Hyuk tampan dan dia cantik. Apa yang salah soal itu?” kata Tuan Kim mendukung anaknya.
“Dia adalah presdir hotel mewah ini.” Kata Ibu Jin Hyuk minder. Tuan Kim menegaskan kalau ia juga presdir Toko Buah Jangsoo.
“Kau Beristirahatlah... Aku akan menghirup udara segar.” Ucap Tuan Kim mengambil jaketnya. Ibu Jin Hyuk bertanya kemana suaminya akan pergi karena bisa tersesat.
“Aku segera kembali. Apa Kau butuh sesuatu?” tanya Tuan Kim, Ibu Jin Hyuk mengeleng hanya meminta suaminya untuk segera kembali.

Tuan Kim berdiri didepan sebuah ruangan, wajahnya gelisah dan mondar mandir. Pelayan datang menghampirinya bertanya apa ada yang bisa dibantu. Wajah Tuan Kim terlihat makin gugup. Soo Hyun sedang berbicara di telp dengan Jin Hyuk yang sudah berjalan pulang. 

 “Terima kasih banyak atas hari ini... Aku merasa sangat senang.” Ucap Jin Hyuk
“Semoga anggurnya sesuai dengan selera mereka. Mungkin aku seharusnya mengirim minuman tradisional.” Kata Soo Hyun
“Ayahku sangat senang. Dia menyukainya dan hampir menghabiskannya sendiri.” Kata Jin Hyuk
“Syukurlah... Keluargamu tampak senang saat berkumpul. Keluargaku tidak memilikinya.” Komentar Soo Hyun iri
“Jangan tiba-tiba menjadi serius... Kenapa kau mendadak memikirkan itu” keluh Jin Hyuk
“Itulah faktanya... Ibumu juga sepertinya baik hati.” Kata Soo Hyun. Jin Hyuk ingin tahu pendapat Soo Hyun tentang ayahnya.
“Aku hanya melihatnya sekilas, tapi sepertinya dia agak tegas.” Komentar Soo Hyun
“Benar. Kurasa orang lain juga menilainya seperti itu.”kata Jin Hyuk. Soo Hyun bertanya apakah Jin Hyuk sedang dalam perjalanan pulang. Jin Hyuk membenarkan.
“Sudah lama aku tidak pulang dalam keadaan rumah kosong. Apa Kau pulang ke rumah kosong setiap malam? Itu Pasti terasa sepi.” Ucap Jin Hyuk Soo Hyuk pikir Tidak juga.
“Haruskah aku menunggumu di rumah?” goda Jin Hyuk, Saat itu pintu ruangan Soo Hyun diketuk. Soo Hyun mengajak Jin Hyuk untuk bicara lagi nanti karena ada yang datang.



Jin Hyuk berjalan pulang dan melihat Woo Suk turun dari mobil memanggilnya. Woo Suk mengaku Rasanya aneh berada di lingkungan rumah Jin Hyuk karena tidak berkaitan dengan lingkungan ini dan memberitahu kalau hendak meneleponmu saat datang. Jin Hyuk ingin tahu untuk apa.
“Karena wanita yang kusukai pada pandangan pertama dan sampai saat ini.” Ucap Woo Suk. Jin Hyuk terlihat langsung sinis menatap Woo Suk 

Soo Hyun melihat pelayan masuk ruangan bertanya ada apa menemuinya. Saat itu Tuan Kim masuk ruangan, Soo Hyuk kaget melihatnya dan langsung berdiri. Sementara Jin Hyuk dan Woo Suk saling menatap sinis, keduanya memperebutkan wanita yang sama.
Bersambung ke episode 12
Udah baca tulisan sinopsis aku 'kan.. hihihi... 
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe. 
Tinggal Klik disini, buat yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe akhir tahun ini 

Cek My Wattpad... Stalking 



Cek My You Tube Channel "ReviewDrama Korea"

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 

4 komentar:

  1. Makin seru... Ngga sabar nunggu kelanjutannya sampai tamat... Semoga happy ending 😍

    BalasHapus
  2. Bnerrrr,,,moga aja happy ending,,,,,g sabr nunggu ep.12 nya,,,,,,

    BalasHapus
  3. Episode 12 donk pleassse🙏🙏💪💪

    BalasHapus