PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Jumat, 04 Januari 2019

Sinopsis Encounter Episode 10 Part 1

PS : All images credit and content copyright : TVN

Soo Hyun dan Jin Hyuk akhirnya duduk di tepi pantai, Soo Hyun bertanya Apa yang tadi sedang dipikirkan ditepi pantai. Jin Hyuk menjawab kalau sedag memikirkan Soo Hyun. Soo Hyun mengejek kalau sepertinya sedang membaca buku. Jin Hyuk memberikan buku yang dibawanya.
"Jika tugas laut membuat ombak, tugasku adalah memikirkanmu" Kurasa kita sungguh beruntung memiliki penulis di dunia ini. Mereka bisa menyentuh hati banyak orang hanya dengan satu kalimat.” Kata Soo Hyun.
“Kurasa itu mewakili betapa sering seorang ibu memikirkan putrinya. Aku dan tokoh ibu di buku ini sama. Pada akhirnya, kami berdua memikirkan seseorang.” Akui Jin Hyun.
Keduanya terlihat sangat bahagia setelah saling bertemu.


Di depan restoran hotel, Manager meminta maaf karena tempat mereka sedang digunakan untuk acara hari ini jadi tidak bisa masuk dan menawarkan Restoran Italia dengan pemandangannya bagus dan akan mengantarnya. Sepasang tamu pun menganguk setuju.
“Ibu Cha mengatakan kita bisa membiarkan pelanggan lainnya masuk.” Bisik pegawai wanita
“Itu hanya akan membuat keributan. Setidaknya, ini yang bisa kita lakukan untuk melindunginya.”kata Manager. Pegawai wanita menganguk mengerti. 

Jin Hyuk melihat sekeliling restoran yang kosong mengaku Ini terasa sedikit canggung dan tidak ada siapa pun. Soo Hyun hanya tersenyum, Jin Hyuk bertanya apakah Soo Hyun langsung datang setelah dari rumah Bu Lee. Soo Hyun membenarkan.
“Dia menceritakan tentang mendiang suaminya. Dia bilang "Aku baru bisa bertemu lagi dengannya setelah meninggal. Nikmatilah perjumpaan kalian selagi bisa. Itulah kebahagiaan." Cerita Soo Hyun
“ Ibu Lee mengatakan hal seperti itu tanpa banyak menekankan tiap kata. Tapi semua yang dia katakan akhirnya menjadi sangat bermakna.” Komentar Jin Hyuk
“Apa kau menghabiskan waktu di tanggul laut itu setiap hari?” tanya Soo Hyun

“Aku pergi ke pantai di mana kita bermain pasir, aku juga ke bangku di sisi mesin otomatis, di mana kita minum kopi.” Cerita Jin Hyuk
“Aku juga pergi ke taman bermain di Hongjae-dong.” Akui Soo Hyun. Jin Hyuk memberitahu kalau Tempat itu akan segera lenyap. Soo Hyun kaget ingin tahu alasanya.
“Nenek pemilik lahan itu sudah wafat, jadi, anak-anaknya menjual lahan tersebut.” Cerita Jin Hyuk
“Kau kecewa, kan?” ucap Soo Hyun. Jin Hyuk piir itu sudah pasti karena  menghabiskan masa kecilnya di taman bermain itu.
“Namun, segala hal di dunia ini pasti berubah.” Kata Jin Hyuk bisa menerimanya.
“Kita harus pergi sebelum taman itu menghilang selamanya dan juga harus berfoto.” Ucap Soo Hyun
“Baiklah, mari pergi bersama jika aku ke Seoul saat libur.” Kata Jin Hyuk. Soo Hyun pun menganguk setuju.
“Tidakkah kau sedih saat aku mengatakan kita harus berpisah untuk sementara?” kata Soo Hyun
“Itu tidak membuatku sedih. Tapi hal lain membuatku sedih.”akui Jin Hyuk. Soo Hyun ingin tahu Apa yang membuatnya sedih.
“Kita berjanji untuk melaluinya dengan kenangan indah, tapi Ibu khawatir aku tidak akan bisa bertahan. Itu yang membuatku sedih. Aku menerima banyak pesan teks belakangan ini.” Cerita Soo Hyun
“Kim Jin Hyuk adalah topik gosip di antara teman sekelasku dahulu. Keluargaku pun mengkhawatirkanku. Begitu banyak reaksi yang ditujukan terhadapku.” Kata Soo Hyun
“Jadi, apa aku ingin bersembunyi dari semua itu Atau aku merasa ragu karena terkejut? Aku tidak berniat melakukan itu. Aku tidak punya solusi, tapi aku bertekad untuk memecahkannya. Mungkin aku terlihat lemah. Itulah yang kupikirkan.” Kata Soo Hyun
“Aku membuat kesalahan, Karena itulah aku langsung berlari menghampirimu. Bisakah kau memaafkanku kali ini saja?” goda Soo Hyun merayu
“Jika kau  meminta dengan wajah cantik seperti itu, maka aku harus memaafkanmu... Kalau begitu, biar aku yang bayar.” Ucap Jin Hyuk. Soo Hyun tak percaya mendengarnya. Jin Hyuk menyuruh Soo Hyun agar makan sepuasnya. Soo Hyun pikir harus makan yang banyak.
Jin Hyuk keluar dari restoran menelp Tuan Nam, memberitau kalau Soo Hyun datang ke Sokcho dan mengkhawatirkannya di perjalanan pulang nanti tapi tak bisa mengantarnya karena bekerja shift malam. Tuan Nam seperti setuju, Jin Hyuk pun meminta Tuan Nam untuk menelpnya saat tiba di hotel. 

Nyonya Jin bertemu dengan Nyonya Kim, wajah Nyonya Kim terlihat sangat sinis menyuruh mantan besanya itu diminta duduk. Nyonya Kim  mengaku lega punya waktu senggang tapi  Mungkin harus mengusirnya jika berkunjung secara tiba-tiba seperti ini.
“Aku berniat pulang setelah mengantar anggur itu jika kamu sedang sibuk. Karena kau di sini, aku terpikir untuk menyapa.” Ucap Nyonya Jin
“Kurasa kabar mengejutkan mengenai Soo Hyun sudah menggantikan hal itu.” Sindir Nyonya Kim. Nyonya Jin langsung meminta maaf.
“Aku datang jauh-jauh ke Sokcho untuk menemui pria itu dan memarahinya dengan tegas. Dia akan menyadarinya.” akui Nyonya Jin
“Apa gunanya memarahi anak orang lain?” sindir Nyonya Kim. Nyonya Jin kaget mendengarnya.
“Putrimulah masalahnya.” Kata Nyonya Kim, Nyonya Jin mengaku sangat tegas saat memarahi Soo Hyun.
“Jika Ibu bisa lebih memaklumi...” ucap Nyonya Jin yang langsung disela oleh Nyonya Kim.
“Sampai sejauh apa aku harus memaklumi? Jika ini yang ingin dibicarakan, mari kita hentikan. Aku tidak tertarik lagi.” Tegas Nyonya Kim. Nyonya Jin tak percaya mendengarnya.
“Putraku sedang menemui wanita lain untuk dipilih sebagai istrinya. Aku akan menolak menemuimu seperti ini untuk ke depannya.” Kata Nyonya Kim. Nyonya Jin langsung berlutut. Nyonya Kim menyuruh Nyonya Jin agar berdiri.
“Aku akan melakukan apa pun yang diperlukan untuk membuat Soo Hyun kembali ke tempatnya. Kumohon... Pemilihannya sebentar lagi. Kumohon, Bu Ketua.” Ucap Nyonya Jin memohon
“Kau benar... Sesaat lagi, kau akan menjadi ibu negara di Gedung Biru. Kau tidak boleh bersikap seperti ini. Meski untuk menjamin bahwa kau akan menempati Gedung Biru setelah melepaskan tangan Taegyeong.” Kata Nyonya Kim menyindir
“Bu Ketua. Soo Hyun dimanjakan saat kecil, jadi, dia masih kekanak-kanakan. Ini semua salahku. Aku tidak akan membuat Ibu kesal lagi.” Kata Nyonya Jin memohon
“Aku merasa kau tidak akan berdiri jadi, aku akan berdiri lebih dahulu. Tenanglah dan hati-hati dalam perjalanan pulang.” Kata Nyonya Kim lalu berjalan pergi, Nyonya Jin pun hanya bisa diam saja. 

Tuan Nam sudah siap ada diparkiran, Soo Hyun mengeluh keduanya yang  melakukan ini di belakangnya karena tahu kalau Tuan Nam nanti akan kelelahan. Jin Hyuk mengaku kalau meminta bantuan Tuan Nam agar merasa lega.
“Aku sudah makan cumi-cumi dan eomuk di bus. Itu menyenangkan.” Kata Tuan Nam. Jin Hyuk berpesan agar berhati-hatilah dalam perjalanan pulang.
“Aku pengemudi terbaik di sini. Kenapa kau khawatir?” ejek Tuan Nam, Jin Hyuk menganguk mengerti.
“Ibu sebaiknya beristirahat dalam perjalanan pulang.” Saran Jin Hyuk. Soo Hyun pun pamit masuk mobi.
“Karena Sering datang kemari membuatku merasa ini kampung halamanku.” Komentar Tuan Nam
“Aku akan mentraktir makanan enak jika kau kemari lagi.” Kata Jin Hyuk. Tuan Nam setuju mengajak untuk minum soju bersama.  Jin Hyuk pun melambaikan tangan pada Soo Hyun. 


Dae Chan sibuk membawakan pesanan untuk tamu, Saat itu Sek Jang datang. Dae Chan binggung melihat Sek Jang datang lagi ke restorannya. Sek Jang binggung karena Adik Jin Hyuk menelepon memberitahu kalau Dae Chan meminta datang.
“Dia bilang kau memintaku datang ke restoran ini.” Kata Sek Jang bingung
“Jin Myung mengatakan tidak bisa bekerja hari ini, jadi, kubilang sebaiknya dia mencari pekerja paruh waktu untukku. Apa kau datang untuk bekerja?” kata Dae Chan.
“Bekerja? Aku?” ucap Sek Jang melonggo bingung. Dae Chan tak bisa mengobrol lama karena harus membuat siput bulan.
Sek Jang terdiam, saat itu salah satu pelanggan memanggilnya meminta dibawakan bir. Sek Jang pun terpaksa melayani dengan membawakan bir dan juga popcorn. Dae Chan melihatnya bertanya apakah Sek Jang butuh celemek. Sek Jang terlihat marah mendengarnya tapi Dae Chan bisa tersenyum. 


Tuan Nam dan Soo Hyun dalam mobil menuju Seoul. Tuan Nam mengajak ngobrol Soo Hyun tahu kalau rasanya sulit, Soo Hyun mengaku masih bisa menahannya. Tuan Nam pikir perlu menceritakan kisah yang sangat sedih. Soo Hyun siap mendengarnya.
“Dahulu ada seorang wanita yang aku suka.”akui Tuan Nam . Soo Hyun tak percaya mendengarnya.
“Kurasa dia tidak benci padaku Tapi aku tidak pernah bisa menyatakan cinta kepadanya.” Cerita Tuan Nam. Soo Hyun heran kenapa Tuan Nam tak pernah mengatakanya.
“Saat bercermin, aku merasa tidak pantas. Dia sangat cantik. Dia bersinar, bahkan dari kejauhan. Meski mungkin dia tampak seperti itu hanya bagiku, dia cantik.” Ucap Tuan Nam rendah diri
“Kau cukup tampan.” Puji Soo Hyun. Tuan Nam merasa kalau wajahnya besar. Soo Hyun mengeluh Tuan Nam yang tak percaya diri.
“Aku juga pernah dipenjara.” Kata Tuan Nam makin rendah diri tentang hidupnya.
“Tapi kau tidak merampok atau menyakiti seseorang. Mereka memenjarakanmu karena tersinggung oleh artikelmu.” Kata Soo Hyun
“Tetap saja aku mantan tahanan. Aku bisa mencari nafkah hanya karena kau presdir perusahaan ini. Entah apa yang akan kulakukan jika tidak seperti itu.” Ucap Tuan Nam
“Pak Nam, jangan bicara begitu. Kau membuatku ingin menangis.” Ungkap Soo Hyun. Tuan Nam mengaku menceritakan ini bukan untuk membuatnya menangis.
“Jika tidak ada kamu, aku tidak akan punya teman. Sekretaris Jang... Kaulah yang juga mengenalkan Mi Jin kepadaku. Ibu tidak akan membiarkanku bermain dengan anak seusiaku, tapi kau mengizinkanku ke konser diam-diam bersama Mi Jin. Kau juga membantuku mengadakan pesta piama saat orang tuaku pergi.” Cerita Soo Hyun bahagia memiliki Tuan Nam,
“Itu karena Mi Jin sangat ingin bermain.” Komentar Tuan Nam, Soo Hyun meminta agar Tuan Nam tak bicara seolah tidak pantas mendapatkan semua ini.
“Itu akan membuat aksi mogok makan ayahku sia-sia.” Kata Soo Hyun. Tuan Nam membenarkan
“Lalu.. Apa yang terjadi antara kamu dan wanita itu?” tanya Soo Hyun penasaran.
“Aku tidak pernah bisa menyatakan perasaanku. Aku akan berkata "Aku sangat menyukaimu. Maukah kamu hidup denganku?" Kupikir suatu hari nanti peluangku akan datang, tapi dia membawa seorang pria yang akan dia nikahi. Jadi, kuberi dia selamat dan kini aku seperti sekarang ini. Itu sangat menyedihkan, kan?” cerita Tuan Nam
“Itu membuatku sedih.” Kata Soo Hyun. Tuan Nam mengaku  Kejadiannya sudah lama sekali, tapi terus memikirkannya belakangan ini.
“Aku teringat kisah itu saat melihatmu dan Jin Hyuk, jadi Pikirkanlah diri sendiri. Kau jangan pernah berpikir "Kalau aku berpikir seperti ini, bagaimana nasib perusahaanku?" "Bagaimana dengan orang tuaku?" Kenapa kau memikirkan semua itu? Sesungguhnya, kitalah yang menentukan kehidupan kita” saran Tuan Nam
“Aku mencemaskan dia.” Akui Soo Hyun. Tuan Nam pikir sama halnya dengan hal itu juga dengan kehidupan Jin Hyuk.
“Itu jalan yang dia pilih dan dia sudah siap.” Jelas Tuan Nam. Soo Hyun mengaku tidak mau keluarganya menderita.
“Itu sama saja... Tidak ada orang tua yang bisa menentang jalan yang dipilih anaknya. Yang terpenting adalah apa yang kalian berdua rasakan.” Kata Tuan Nam.
Soo Hyun mengucapkan Terima kasih, Tuan Nam ingin tahu untuk apa. Soo Hyun mengaku karena sudah menceritakan sebuah kisah sedih. Tuan Nam meminta agar merahasiakan kepada siapa pun. Soo Hyun mengaku tidak akan bercerita kepada Sun Joo dengan nada mengoda.
“Kenapa tiba-tiba membahas Sun Joo?” kata Tuan Nam kesal. Soo Hyun mengakumendadak terpikir tentang dia.
“Bagaimana bisa? Kenapa kau bisa memikirkan tentang dia? Kau salah paham. Kau keliru.” Kata Tuan Nam marah
“Aku terus teringat masa lalu. Aku ingat jelas wajahmu yang besar saat menatap Sun Joo.” goda Soo Hyun
“Itu karena mataku kecil dan penglihatanku buruk.” Kata Tuan Nam, Soo Hyun tak ingin membalasnya lagi memilih untuk tidur saja.


Sek Jang mengeluh kakinya sakit, setelah melayani semua pelanggan di restoran. Dae Chan memuji Sek Jang lalu menawarkan bir. Sek Jang setuju akhirnya mereka minum bersama setelah bekerja.  Sek Jang meminum langsung bir mengeluh kalau tak akan bisa berhenti minum bir yang begitu enak.
“Apa Kau berniat berhenti minum?” ejek Dae Chan. Sek Jang mengaku  berhati-hati karena melakukan kesalahan di hari pertama tahun ini.
“Jangan memacari pria yang mengkritik karena kau keliru saat minum.” Kata Dae Chan. Sek Jang mengucapkan Terima kasih untuk sarannya.
“Ini.. Upah untuk hari ini.” Kata Dae Chan memberikan sebuah amplop. Sek Jang melihat jumlahnya lumayan.
“Aku bangga padamu dan memberi sedikit bonus. Aku tidak yakin kau akan mengerti betapa murah hatinya aku.” Kata Dae Chan bangga
“Banyak pria bilang aku mempesona, tapi baru kali ini seseorang bilang dia bangga padaku.” Ucap Sek Jang
“Kalau aku bilang kau memesona, kau akan bilang agar aku tahu diri. Benar, kan?” ejek Dae Chan. Sek Jang tak mengerti maksudnya.
“Jujur saja, aku tidak sempat mengatakannya karena melewatkan momen yang pas, tapi maaf karena aku bersikap kasar kepadamu tempo hari. Maaf karena aku sudah menyinggungmu.” Ucap Sek Jang
“Kalau kau tidak mau mengencani pria yang tidak berijazah, kau boleh minum di sini saat merasa kesepian. Kalau ada waktu, aku akan minum bersamamu.” Kata Dae Chan.
“Apa ini caramu meningkatkan penjualan?”keluh Sek Jang. Dae Chan mengaku tidak menerima uang dari wanita yang mempesona.
“Berhentilah merayu... Sudah kubilang kau bukan tipeku... Ini bayaran untuk minumanku.” Ucap Sek Jang lalu keluar dari restoran.
Saat diluar restoran, Sek Jang mengeluh dengan Dae Chan yang berani bicara seperti itu tapi mulai merasa Dae Chan sangat lucu. Sementara Dae Chan dalam restoran meminta jantungnya agar jangan berdetak terlalu cepat.



Jin Hyuk berdiri di tangga darurat mencoba melakukan video call dengan Soo Hyun. Tapi Soo Hyun yang sudah mengunakan pakaian tidur tak mengangkatnya. Jin Hyuk binggung karena Soo Hyun yang tak mengangkatnay akhirnya mencoba menelp.
“Apa ibu sudah sampai?” tanya Jin Hyuk. Soo Hyun pikir  Karena Pak Nam datang, perjalanannya terasa nyaman.
“Apa kau sedang di hotel?” tanya Soo Hyun. Jin Hyuk bertanya balik dimana Soo Hyun sekarang. Soo Hyun mengaku sedang ada dirumah
“Kalau begitu, kenapa tidak menjawab panggilan videoku? Kupikir Ibu sibuk, tapi Ibu tidak menjawab telepon bahkan saat di rumah? Ini sangat mengecewakan.” Keluh Jin Hyuk
“Bukan begitu... tapiAku belum pernah melakukan panggilan video.” Akui Soo Hyun
“Jadi, Apa Ibu tidak menjawab karena merasa canggung? Kau manis sekali.” goda Jin Hyuk
“Aku sering melakukan konferensi video dengan tim luar negeri, tapi ini panggilan pribadi dan itu terasa agak canggung.” Akui Soo Hyun
“Apa yang canggung? Aku akan menutup telepon. Aku akan menelepon lagi nanti... Sekarang Harus dijawab.” Ucap Jin Hyuk. Soo Hyun mengaku  lebih suka bicara seperti ini. Tapi Jin Hyuk sudah lebih dulu menutup telpnya.


Soo Hyun panik langsung berlari mengambil jaketnya, Jin Hyuk pun menelp Soo Hyun dengan video call. Jin Hyuk pikir terasa berbeda saat saling menatap, Soo Hyun juga merasa ini tidak buruk. Jin Hyuk terasa kesal mengetahui komentar Soo Hyun  "Tidak buruk" untuk panggilan video pertama dengannya.
“Tapi... Hanya saja ini terasa canggung.” Akui Soo Hyun gugup.
“Jadi, inilah salah satu kebahagiaan dari hubungan jarak jauh. Ini menyenangkan, bukan?” kata Jin Hyuk
“Ya. Aku bisa merasakan rasa sayang yang tidak biasa.” Akui Soo Hyun
“Kalau begitu, mulai sekarang, mari kita lakukan panggilan video sebelum kita tidur.” Kata Jin Hyuk. Soo Hyun akan memikirkannya.
“Apa yang perlu dipikirkan? Pasangan lain melakukan ini beberapa kali sehari.” Kata Jin Hyuk
“Beri aku waktu untuk beradaptasi. Aku merasa sangat canggung sekarang.” Akui Soo Hyun.
“Aku tidak merasa canggung sama sekali... Di saat seperti ini, aku makin menyukai Ibu.” Kata Jin Hyuk
“Bagaimana kau menilai hubungan dari hal seperti ini? Hal itu tidak bisa dinilai dari panggilan video. Aku hanya merasa canggung, ini kali pertamaku melakukannya.” Kata Soo Hyun dengan nada tinggi.
“Wah... Gawat, Ibu mulai kesal.” Ejek Jin Hyuk. Soo Hyun mengelakkalau tidak kesal.
“Baiklah... Anggap saja kamu tidak kesal, jadi Biar kulihat wajah cantikmu. Aku menelepon karena rindu, tapi wajah Ibu malah makin menjauh. Setidaknya harus sedekat ini.” Ucap Jin Hyuk mendekatkan wajah ke kamera.
“Lubang hidungmu tampak sangat besar.” Ejek Soo Hyun. Jin Hyuk pikir dengan posisi wajah 45 derajat
“Kau selalu terlihat tampan.” Puji Soo Hyun. Jin Hyuk tersenyum karena  harus menulis hal itu di buku hariannya malam ini.
“Ini kali pertama Ibu mengatakan bahwa aku tampan.” Kata Jin Hyuk. Soo Hyun seperti baru menyadarinya.
“Tapi itu yang selalu kupikirkan.” Kata Soo Hyun malu-malu.
“Aku hanya memikirkan Ibu setiap saat dan mengatakan bahwa Ibu manis dan cantik, juga mengungkapkan perasaanku setiap kali ada kesempatan. Jangan hanya memikirkan sesuatu... Kita harus mengungkapkannya.” Kata Jin Hyuk.
“Apa kau sangat ingin dipuji?” ejek Soo Hyun. Jin Hyuk merasa seperti sedang dimarahi.
“Sungguh. Sangat..... Kau tampan. Sangat tampan... Kau pria paling tampan di dunia. Jin Hyuk sangat tampan hingga dadaku aku sesak. Jin Hyuk pria paling tampan di seluruh dunia.” Goda Soo Hyun
Jin Hyuk tersenyum mendengarnya karena merasa senang dan Soo Hyun yang menyebut namanya. Soo Hyun juga merasa senang, Jin Hyuk bertanya apakah Soo Hyun tak lelah. Soo Hyun mengaku tak lelah.  Jin Hyuk bertanya Apa Soo Hyun masih mengonsumsi obat tidur belakangan ini?
“Aku bisa membuat Ibu segera tidur jika berada di sisimu Aku manusia obat tidur.... Manusia obat tidur dari Hongjae-dong... Jadi Kalau bisa, jangan minum obat lagi.” Ucap Jin Hyuk
“Sekarang tidak sebanyak sebelumnya... Kurasa bisa berkurang berkat kau.” Ucap Soo Hyun 
“Kalau begitu, apa aku perlu menyanyi hingga Ibu tertidur? Aku akan menutup telepon setelah melihat Ibu tertidur. Itu ide bagus, kan?” kata Jin Hyuk. Soo Hyun menolak.
“Aku tidak mau kau melihat seperti apa wajahku sebelum tidur.” Ucap Soo Hyun.
“Aku sedang melihat wajah Ibu sekarang.” Kata Jin Hyuk. Soo Hyun menyangkal kalau dirinya masih bekerja.
“Ah.... Begitu rupanya... Ibu memakai baju atasan terbalik di luar piama. Apa itu membantu Ibu berkonsentrasi dalam bekerja?” goda Jin Hyuk. Soo Hyun menyadari jaketnya terbalik.
“Panggilan video tidak cocok untukku. Aku tidak suka.” Keluh Soo Hyun. Jin Hyuk mengaku kalau suka.
“Aku akan menutup telepon.” Kata Soo Hyun. Jin Hyuk menahanya dengan tatapan serius ingin berbicara.
“Terima kasih... Ibu datang kemari karena merindukanku.. Terima kasih.” Kata Jin Hyuk tulus.
Soo Hyun pikir Jin Hyuk Tidak perlu berterima kasih, karena Selama ini Jin Hyuk yang melakukannya. Jin Hyuk meminta agar mereka bisa  bicara seperti ini sekali sehari. Soo Hyun mengatakan kalau akan memikirkannya. Jin Hyuk merengek mendengarnya.
“Apa aku tidak boleh membuat panggilan video di era digital?” keluh Jin Hyuk
“Apa kau biasanya seperti ini? Aku sangat bingung sampai lenganku merinding. Apa Kau lihat itu?” ucap Soo Hyun. Jin Hyuk mengaku tak melihat.
“Maksud Ibu tipe yang seperti apa? Apa Tipe obsesif yang manis?” goda Jin Hyuk. Soo Hyun pikir Jin Hyuk pandai merayu sekarang.
“Apa Ibu sudah beradaptasi dengan panggilan video? Cobalah bersikap lebih santai.” Kata Jin Hyuk
Soo Hyun pun bergeser dengan bersadar di bantal  dan berpikir kalau sudah terlihat santai sekarang. Jin Hyuk bercerita setelah mereka berpisah tadi, manajer umum dan berbincang, Soo Hyun mendengar cerita seperti tertidur.
Jin Hyuk menatap Soo Hyun yang akhirnya tertidur pulas,  lalu dengan senyuman bahagai mengucapkan “Selamat malam dan bermimpilah yang indah.” 

Tuan Park dengan bangga memberitahu kalau Hotel mereka dimuat di "Tourist" padahal Majalah ituu jarang membuat artikel promosi, tapi Jin Hyuk sukses di Sokcho. Semua melihat artikel "Pilihan Turis. Hotel dan Sanggraloka Terbaik” dan Foto Jin Hyuk ada diatasnya.
“Aku yakin ini karena reputasi Donghwa... Belilah banyak eksemplar dan bagikan ke setiap tim. Aku akan memperlihatkan secara langsung kepada Bu Cha.” Ucap Sun Joo bahagia.
“Bu Kim, Ibu tersenyum lebar...” goda Tuan Park.
“Tentu saja, bukankah impian kita adalah bisa dimuat di majalah ini?” kata Sun Joo. Eun Ji juga terlihat senang. Hye In langsung mengambil ponselnya dan mengambil foto Jin Hyuk. 

Jin Hyuk melihat foto yang dikirimkan Hye In hanya bisa tersenyum. Hye In menelp mengodanya kalau bisa mendapat promosi lebih cepat daripada dirinya. Jin Hyuk mengeluh karena semua hanya kebetulan dan meminta Hye In agar memberikan foto kepada orang tuaku juga
“Aku malu mengirimkannya sendiri.” Kata Jin Hyuk. Saat itu manager memanggilnya. Jin Hyuk buru-buru menutup telp dan akan menelp kembali.
“Sepertinya hotel ini memiliki jimat keberuntungan.” Ucap Manager.
“Bapak juga baik sekali. Jujur saja, awalnya aku tidak tahu siapa dia.” Kata Jin Hyuk
“Aku selalu bertanya-tanya kenapa Bu Cha sangat menyukaimu, tapi sekarang aku paham.” Kata Manager. Jin Hyuk seperti tak nyaman mendengarnya. Manager bergegas pergi karena ponselnya yang terus menerima telp. 

Soo Hyun membaca artikel "Temukan Kehangatan Jauh Dari Rumah, Hotel Donghwa cabang Sokcho, Korea" lalu berkomentar itu bagus. Sun Joo heran Soo Hyun hanya berkomentar itu saja.  So Hyun pikir kalau untuk mengirim bunga untuk Jin Hyuk karena itu sudah kebiasaan mereka.
“Dia berhasil mewujudkan impian Tim Humas yang dimulai Tim Humas selama lebih dari satu tahun. Belum ada yang pernah melakukannya.” Kata Sun Joo
“Jadi Imbalan seperti apa yang harus kuberikan?” tanya Soo Hyun.
“Kembalikan dia ke tim kami... Pesta akhir tahun dan kejadian ini membuktikan bahwa aku butuh dia di timku.” Pinta Sun Joo
“Berikan dia liburan, hadiah uang, dan sejumlah voucer hotel.” Ucap Soo Hyun.
“Bu Cha, ini kesempatan emas. Ini kesempatan untuk membawa Jin Hyuk kembali ke kantor pusat.” Kata Sun Joo memohon.
“Dia tidak menginginkannya dan perbuatan baiknya akan kehilangan arti.” Ucap Soo Hyun. Sun Joo agak kaget tapi menganguk mengerti. 


Jin Hyuk baru saja akan masuk hotel pesan dari Soo Hyun masuk “Kau luar biasa.” Wajahnya hanya bisa tersenyum. Sementara Woo Suk memikirkan tulisan untuk mendapatkan Soo Hyun. Saat itu Sek Kim masuk ruangan memberitahu kalau Buket yang diminta sudah siap. Woo Suk memujinya.
“Apa yang harus kulakukan jika bunganya dikirim kembali?” tanya Sek Kim
“Kenapa kau mencemaskan hal seperti itu?” ucap Woo Suk. Sek Kim mengaku tidak ingin melihat Woo Suk terluka.
“Aku siap ditolak sekitar seratus kali. Jika hatiku hancur, aku akan berlari. Itu lebih baik daripada minum.” Ucap Woo Suk. Sek Kim setuju.
“Sekretaris Kim... Sebagus apa tulisanmu? Aku perlu menulis sesuatu yang cocok dengan bunga.” Kata Woo Suk
"Kau atau bunga. Sulit untuk membedakan keduanya. Aku mengirimkan isi hatiku dengan kata-kataku." Ucap Sek Kim. Woo Suk tersenyum menyuruh Sek Kim kembali berkerja.
"Apa kau adalah bunga atau bunga adalah kau? Aku mengirimkan hatiku yang kebingungan." Kata Woo Suk akan menuliskan dikartu nama. 


Soo Hyun masuk ruangan melihat bunga seperti jalan dan banyak buket bunga. Sek Jang sibuk mengambil foto, Soo Hyun mengeluh Sek Jang yang memotretnya. Sek Janbg pikir ini tidak terjadi setiap hari. Sooo Hyun pikir seharusnya Sek Jang yang mengirim ini kembali tapi malah menerimanya.
“Ibu tidak di sini saat itu, jadi, aku bingung harus bagaimana. Kejadiannya sangat cepat. Lagi pula, itu cantik.” Kata Sek Jang
Soo Hyun melihat kartu yang ditulis Woo Suk  "Aku mengirimkan bunga yang mirip dirimu" dengan wajah kesal meminta Sek Jang agar membersihkan ruanganya.  Sek Jang binggung cara melakuanya dengan semua bunga ini. Soo Hyun pikir kalau dikirimkan ke rumah Sek Jang saja.  Sek Jang mengeluh karena mungkin tak akan bisa tidur. 


Woo Suk menelp langsung mengucapkan Selamat atas liputan di majalah itu karena mendengar mereka memiliki standar yang ketat. Soo Hyun akan bicara tapi Woo Suk lebih dulu bicara memberitahu kalau  sedang di ruang tunggu jadi mengajaknya bicara.
“Aku punya banyak jadwal rapat, jadi, jangan tunggu aku. Selain itu, tolong jangan lakukan ini lagi.” Tegas Soo Hyun
“Aku akan menunggumu, jadi, tidak usah buru-buru.” Kata Woo Suk sabar.

Woo Suk duduk sambil terus berganti meminum air putih, Soo Hyun masih sibuk di ruanganya, Sek Jang memberitahu kalau Woo Suk masih menunggu dan ini sudah tiga jam. Soo Hyun meminta agar Sek Jang menghubungi Tim Strategi Luar Negeri.
“Aku harus memeriksa dokumen dari Kuba.” Ucap Soo Hyun seperti tak peduli. Sek Jang mengangu mengerti.
“Apa aku harus memberi tahu dia bahwa Ibu tidak bisa datang? Aku akan mengatakan Ibu sangat sibuk dengan rapat.” Kata Sek Jang khawatir.
“Hubungi Tim Strategi Luar Negeri.” Kata Soo Hyun tak mengubrisnya. Sek Jang pun bergegas pergi.
Woo Suk akhirnya tak bisa menunggu Soo Hyun pun memilih pergi. 

Tuan Kim duduk di toko melihat berita anaknya "Setelah tengah malam pada tanggal 1 Januari, Presdir Cha dari Hotel Donghwa..." wajahnya terlihat gelisah. Hye In datang memanggil Tuan Kim, Tuan Kim mengejek Hye In yang  sudah pindah ke negara lain karean hanya mampir untuk makan siput bulan sekarang.
“Itu sebabnya aku datang hari ini untuk mencari buah.” Ucap Hye In lalu memperlihatkan majalah dengan wajah Jin Hyuk didalamnya.
“Majalah ini sangat terkenal dan Bukan sembarang cerita yang diulas. Jin Hyuk dimuat di salah satu halamannya. Bukankah itu keren?” kata Hye In juga bangga.
Tuan Kim melihat judul berita  "Temukan Kehangatan Jauh Dari Rumah, Hotel Donghwa cabang Sokcho, Korea" dengan senyuman bahagia melihat anaknya yang dibayar untuk melakukan pekerjaannya dan orang-orang terkadang beruntung.
“Apa kau ingin kesemek kering? Kami punya beberapa yang enak.”kata Tuan Kim, Hye In menganguk karena merasa sangat lapar. Tuan Kim pun masuk untuk mengambilkanya.
Bersambung ke part 2
Udah baca tulisan sinopsis aku 'kan.. hihihi... 
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe. 
Tinggal Klik disini, buat yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe akhir tahun ini 

Cek My Wattpad... Stalking 



Cek My You Tube Channel "ReviewDrama Korea"

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar