PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Selasa, 25 Februari 2020

Sinopsis When the Weather is Fine Episode 1 Part 1

PS : All images credit and content copyright : JBTC

Buat kalian yang suka membaca tulisan aku meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe. 
Tinggal Klik disini, buat yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe bulan ini 

Di sebuah desa yang terlihat sangat senang, ada sebuah rumah yang cukup besar, terlihat tanda pengenal bernama [TOKO BUKU GOOD NIGHT] Seorang pria, Im Eun Seob didalam toko membuat kopi terlihat sangat tenang, saat itu seseorang menarik koper ke didesa.
EPISODE 1: ANGIN YANG MENGHEMBUS POHON WILLOW
Seorang wanita menarik kopernya, Mok Hye Won berjalan dalam cuaca dingin di pedasaan. Ia melihat nama KEPALA SEKOLAH di ponselnya, tapi tak mengangkatnya. Padanganya mengarah pada seseuatu didepanya,  TOKO BUKU GOOD NIGHT lalu melihatnya ke jendela, terlihat kosong. 

Eun Seob berjalan dengan spanduk bertuliskan ARENA SELUNCUR SAWAH BUKHYEONRI lalu terdiam. Seorang anak kecil memanggil Eun Seob yang hanya diam saja. Eun Seob pun tersadar melihat anak kecil yang sudah selesai sekolahnya.
“Kau lihat? Lihat apa? Hantu?”tanya si anak kecil. Eun Seob menjawab bukan lalu menatap sosok Hye Won yang menarik kopernya menjauh. 

Didepan rumah tertulis papan nama [RUMAH HODU] Hye Won masuk rumah memangil bibinya kalau baru saja datang. Tapi sang bibi tak menyambutnya,  Hye Won mencari bibinya tak terlihat di ruang makan, lalu naik ke lantai atas.
Ia melhat kamar yang tak ada penghuninya, lalu mencoba duduk diatas tempat tidur. Ia seperti merasakan kembali suasana rumah yang ada didesa, lalu membuka jendela kamarnya seperti ingin menikmati udara desa. 

Di lantai bawah, seekor anjing masuk bersama dengan Bibi Sim Myung Joo, Hye Won pun buru-buru menuruni tangga. Bibi Sim dengan sinis bertanya Ada perlu apa, karena Hye Won datang bahkan tanpa menghubungi. Hye Won balik bertanya apakah ia tak boleh datang.
“Penasaran saja karena kau tak punya alasan. Apa kau mau makan pai?” tanya Bibi Sim mengeluarkan Pai.
“Dari mana ini?” tanya Hye Won. Bibi Sim menjawab Su Jung memberinya lalu mencoba memotongnya.
“Ini dingin, panaskan di microwave.” Ucap Hye Won. Bibi Sim menyuruh Hye Won sendiri saja yang memanaskan.
Hye Won pun seperti biasa dengan sikap bibi Sim yang dingin, Bibi Sim pin ingin tahu alasan Hye Won datang dan berpikir sedang ambil cuti. Hye Won melihat sebuah foto diatas meja dan tahu kalau itu dirinya.  Bibi Sim seperti tak peduli
“Apa Kau tak tahu aku ada di foto ini?” tanya Hye Won. Bibi Sim pikir seperti itu
“Padahal bisa dilihat setiap kali cuci piring.” Kata Hye Won. Bibi Sim pikir kalau Hye Won memang sedang cuti.
“Sampai kapan? Kapan kau kembali ke Seoul?” tanya Bibi Sim. Hye Won mengaku tak tahu.
“Aku tak berniat untuk segera kembali.” kata Hye Won. Bibi Sim tak percaya mendengarnya. 



“Apa Kau sungguh tak berniat segera kembali ke Seoul? Bagaimana ibumu?” tanya Bibi Sim sambil membakar kentang di perapian.
“Bibi... Kulihat dua sanggarloka baru dalam perjalanan. Apa itu sebabnya tak ada yang datang ke sini lagi?” ucap Hye Won
“Jadi, apa kau sungguh akan tinggal di sini? Ini Becanda, 'kan?” ucap Bibi Sim. Hye Won menegaskan kalau ini Tidak becanda.
“Untuk saat ini, aku sungguh akan tinggal di sini.” Kata Hye Won. Bibi Sim pun ingin tahu Bagaimana Hye Won akan tinggal di sini
“Seperti kau. Ya, tanpa rencana.” Kata Hye Won. Bibi Sim ingin tahu denga sekolah Hye Won.
“Aku hanya... Tampaknya aku tak pantas mengajar siapa pun.” Kata Hye Won seperti hilang semangat.
“Tak ada hal seperti itu. Tak ada yang melakukan sesuatu karena mereka sebenarnya pantas. Semua orang hanya melakukannya. Hanya seperti itu. Untuk mendapatkan uang.” Kata Bibi Sim
“Maka aku sungguh tak bisa melakukannya.” Ucap Hye Won. Bibi Sim seolah tak peduli dan langsung bertanya apakah Hye Won sudah selesai makan
Hye Won yang masih makan mengaku belum. Bibi Sim pun meyuruh Hye Won segera tidur lalu berkomentar tak seharusnya berhenti bekerja begitu saja dan memperngatkan Jangan bicara seolah ia menyia-nyiakan hidupnya didesa. Hye Won hanya diam saja. 


Flash Back
“Bu, sudah bicara apa kau padaku? Bicara apa kau?” ucap seorang anak marah
“Kenapa kau menghentikan string cello Si Hyeon? Apa yang kau takutkan?” ucap Hye Won
“Karena dia bilang, aku bermain bagus karena cello-ku.” Ucap si anak. Hye Won pikir itu benar.  Si anak terlihat marah dan akan memukul Hye Won.

Seorang ibu berteriak marah merasa Hye Won yang berani sekali menurutnya ini masuk akal. Hye Won hanya bisa tertunduk. San ibu merasa tak percaya kalau seorang guru melakukan itu, Hye Won tetap diam dengan tatapan dinginya.
“Jaman sekarang guru tak boleh memukul siswa. Apa Kau pikir kau lebih berwenang? Kami yang berwenang!” ucap Si ibu. Pemilik sekolah tahu akan hal itu mencoba menenangkanya.
“Beraninya dia memukul putriku? Apa karena dia hanya guru cello? Aku ingin pengembalian dana penuh. Na Gyeong, katakan padaku persis bagaimana dan di mana dia memukulmu.” Ucap sang ibu
“Dia menampar wajahku.” Ucap Na Kyung, Hye Won menatap dingin karena seperti difitnah tapi tak bisa membela diri.
Saat itu sang ibu mencoba membalas untuk menampar Hye Won, Hye Won hanya diam saja. Guru dan pemilik mencoba menahan tangan si ibu agar tak membuat kekerasan.
“Akan kututup tempat ini, bersiaplah... Astaga. Minta maaf padanya segera.” Teriak Sang ibu. Hye Won tetap diam saja. 

Tulisan di kayu pahatan bertuliskan didalam rumah [BANGUN DARI TIDUR PULAS UNTUK MEMBUAT TEH PANAS. JIKA MEMBUAT TEH, KESEDIHAN DI MALAM KEMARIN, AKAN MELELEH.]
Hye Won yang merasa penah seperti memili keluar rumah untuk mencari udara segar desa. Beberapa kali ia menarik nafas panjang menghirup udara desa di malam hari lalu berdiri menatap kearah ladang yang kosong.
***
Saat itu Eun Yeob datang dengan sepedanya, bertemu dengan Hye Won yang sedang berdiri sendirian.  Hye Won pun menyapa lebih dulu, Eun Yeob pun membalasnya, keduanya terlihat canggung. Hye Won menunjuk ke arah depanya.
“Sesuatu yang tampak seperti marshmallow. Mereka dipanggil apa? Apa kau tahu?” ucap Hye Won menunjuk bentuk kotak besar berwarna putih.
“Gonpho dan Juga disebut silase.” Ucap Eun Yeon. Hye Won pun mengerti itulah namanya.

Pagi hari didesa, terlihat sangat ceria dengan bunyi suara ayam, sapi dan kambing, serta bunyi traktor yang siap membajak sawah. Para nenek mendorong tas trolly membawa susu.  Eun Seob berjalan sendirian lalu terdengar suara. “Test, test... Ganti, Lim Eun Seop... Lim Eun Seop, ganti.”
“Ayah, bicaralah tanpa itu. Aku bisa mendengarmu.” Keluh Eun Seob melihat ayahnya yang mengunakan walkie talkie.
“Tapi aku tak bisa mendengarmu.” Kata Tuan Lim. Eun Seob mengaku bisa mendengarmu dengan jelas bahkan tanpa...
“Gunakan radiomu, ganti.” Balas Tuan Lim. Eun Seob memanggil ayahnya dengan radio.
“Test. Lim Eun Seop, datanglah ke arena seluncur, ganti. Temui aku di sana, ganti.” Ucap ayahnya.
“Baiklah.” Kata Eun Seob terkesima melihat seseorang yang keluar rumah. Tuan Lim meminta Eun Seob agar mengatakan "ganti", ganti.

Hye Won keluar rumah dengan membawa labu yang besar, lalu bertanya Kenapa datang di sini. Eun Seob mengaku harus meminjam benda itu lalu menarik selang yang ada di halaman lalu mencoba tak peduli dengan Hye Won.
“Apa itu yang kau butuhkan?” tanya Hye Won. Eun Seob membenarkan tanpa menatap Hye Won.
“Kali ini, berapa lama kau akan tinggal?” tanya Eun Seob. Hye Won pikir Tampaknya sampai musim semi.
“Musim semi?” ucap Eun Seob seperti tak percaya. Hye Won pikir  Mungkin saja. Eun Seob pun pamit pergi.
“Katakan padaku jika butuh sesuatu.” Kata  Eun Seob, Hye Wom memikirkan kalau memang Butuh sesuatu?
“Mobil, misalnya... Karena Nuna Myeong Yeo tak punya mobil.”  Ucap Eun Seob. Hye Won mengerti.
“Bisakah aku meminjamnya sekarang?” kata Hye Won. Eun Seob terlihat binggung.
“Mobil. Bisakah aku meminjamnya sekarang? Apa boleh?” tanya Hye Won. Eun Seob tak menjawab hanya melempar kunci mobil lalu pamit pergi. Hye Won pun menatap Eun Seob pergi dengan selangnya. 


Hye Won mengemudikan mobilnya melihat gantungan didepan mobil “Goodnight Irene”, membahas Pria di sebelah... Bibi Sim ingin tahu siapa yang dimaksud. Hye Won menjawab Lim Eun Seop. Bibi Sim pun ingin tahu ada apa dengan dia.
“Tampaknya dia berubah.” Kata Hye Won. Bibi Sim tak mengerti maksudnya.
“Maksudku...Dia seperti orang yang berbeda.” Ucap Hye Won mengingat sikap dingin Eun Seob setelah meminjamkan mobil lalu pamit pergi.
“Apa maksudnya, Seperti orang yang berbeda?” tanya Bibi Sim heran. Hye Won pikir seperti itu.
“Seolah-olah dia hilang sebentar dan kembali.” kata Hye Won. Bibi Sim tak mengerti dengan ucapan Hye Won.
“Memangnya Kenapa? Bisa saja begitu.. Tunggu... Baru ingat, aku tak melihatnya selama bertahun-tahun... Tapi secara teknis, dia tak hilang.” Kata Bibi Sim. Hye Won pun mengerti.
“Bibi...” kata Hye Won. Bibi Sim mengeluh apa lagi yang akan dibicarakan Hye Won.
“Kenapa Eun Seop memanggilmu "kakak"? Kau berusia lebih dari 40 tahun. Juga, ada apa dengan kacamata hitammu? Apa kau melakukan operasi plastik?” ejek Hye Won. Bibi Sim hanya diam saja. 


Di toko buku, Eun Seob sibuk membuat kopi dengan mesinya terlihat sangat bahagia. Seorang anak remaja duduk membaca buku ditanganya dengan senyuman bahagia "Hari itu, Irene bertanya padaku." Eun Seob berteriak marah memanggil Hwi dan langsun mengambil bukunya.
“Bukankah sudah kubilang jangan sentuh barang-barangku?” kata Eun Seob marah
"Benda itu tampak seperti marshmallow. Disebut apa mereka?" Kak, siapa Irene ini?” kata Hwi penasaran.
Eun Seob marah meminta adiknya agar tak mendekat, Hwi penasaran siapa sebenarnyar Irene. Eun Seob memperingatkan Berhenti mengikutinya. Hwi tetap mengikuti Eun Seob karena penasaran. 

Di dalam mobil, Hye Won melihat gantungan di mobil Eun Seob dengan tulisan "Selamat malam, Irene." Lalu bertanya-tanya Apa dia mengukir ini sendiri. Saat itu Bibi Sim mengetuk jendela mobil menyuruh Hye Won keluar.
Di dalam toko, seorang pria sibuk menonton TV dengan bintang tamu idol wanita. Bibi Sim memanggilnya, tapi Si paman tetap tak mendengarnya. Akhirnya bibi Sim berteriak “Kau butuh apa lagi?” akhirnya Si paman tersadar melihat Bibi Sim yang datang.
“Konektor keran yang fleksibel, gagang pintu, bor listrik, sekrup silikon gun, dan sekop salju.” Ucap Hye Won sudah melihat barang-barang pada rak.
“Kau bisa Berilah itu.” Kata Bibi Sim. Si paman dengan wajah ketakutan bertanya Apa jenis sekop yang dibutuhkan. Hye Won menjawab  Plastik.
“Ohh Yahh.. , apa ada cat mint-green?” tanya Hye Won terlihat sangat bersemangat. 

Hye Won terlihat penuh semangat memperbaiki semua perkakas yang ada dirumah. Mulai dari gagang pintu, keran kamar mandi, bahakan dikagetkan dengan tekanan air di shower yang tak karuan.
Ia juga memperbaiki lantai tangga yang terlepas, tapi saat akan bangung gagang tangga malah terlepas. Ia memperbaiki semua yang ada dirumah yang sudah rusak.
Bibi Sim sibuk meminum kopi di dapur. Saat membalikan badan dikagetkan dengan kasur yang berjalan di tangga. Ternyata Hye Won mengangkat kasur ke lantai bawah. 

Bibi Sim keluar rumah melihat Hye Won yang bahkan mengecat rumah. Hy Wo yakin kalau Ini akan sangat cantik. Bibi Sim mengejek kalau itu Tidak sama sekali. Hye Won mengeluh kalau Bibinya cenderung sedikit pesimis Bibi Sim pikir Hye Won yang terlalu optimis.
“Bukankah warna hijau mint indah?” kata Hye Won. Bibi Sim menjawabTidak.
“Kita harus melakukan ini untuk menarik lebih banyak tamu.” Kata Hye Won yakin
“Aku khawatir cat akan retak saat suhu turun.” Komentar Bibi Sim. Hye Won yakin Suhunya tak turun karena sudah memeriksa.
“Suhu tak turun di musim dingin? Apa kau percaya itu? Betapa polosnya kau.” Ucap Bibi Sim mengejek
“Itulah yang dikatakan ramalan cuaca. Haruskah aku bertanya pada anjing yang lewat?” komenta Hye Won.
“Ya, aku lebih suka memercayai kata-kata anjing yang lewat.” Komentar Bibi Sim
“Lihat saja. Tak akan ada hujan atau salju selama beberapa waktu.” Kata Hye Won yakin. 

Malam hari di RUMAH HODU, Hye Won menatap ke arah jendela dengan wajah sedih karena turun hujan yang sangat deras. Bibi Sim menyindir yang dikatakan Hye Won "Tak akan ada hujan atau salju selama beberapa waktu."
“Aku khawatir seluruh rumahku akan meleleh dan banjir genangan mint-green. Astaga, buruk sekali.” ucap Bibi Sim lalu masuk kamar. Hye Won pun tak bisa membela diri karena memang ucapanya salah. 

Hye Won akhirnya keluar rumah melihat cat didepan rumah terlihat luntur dengan cat yang mengeneng. Ia pun akan masuk ke dalam rumah, tapi ternyata gagang pintunya terlepas. Ia panik mencoba memperbaiki tapi tak bisa terbuka.
Ia pun mengedor pintu memanggil bibinya, tapi karena hujan deras tak terdengar. Hye Won akhrinya pergi ke jendela kamar bibinya, Bibi Sim tertidur dengan menutup kepalanya dengan selimut sambil menyalakan TV. Hye Won mencoba terus mengedor jendela tapi sang bibi tak terbangun. 

Hye Won mulai merasa kedinginan. Eun Seob menikmati minuman panas dan siap mengetik, tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu, lalu bertanya Siapa. Hye Won berdiri didepan toko buku Good Night. Eun Seob kaget Hye Won yang datang ke tempatnya dengan basah kuyup.
Eun Seob memberikan handuk pada Hye Won dan membuatkan minuman panas.  Hye Won berkomentar kalau  tak tahu Eun Seob punya toko buku bahkan juga tak tahu ini toko buku sungguhan. Eun Seob mengaku sudah sekitar tiga tahun.
“Ohh Begitu rupanya... Apa Jual buku bekas juga?” tanya Hye Won melihat rak buku. Eun Seob menjawab tidak.
“Lalu, apa ini?” tanya Hye Won melihat ada pembatas buku. Eun Seob menjawab hanya menjaga mereka. Hye Won bingung apa maksudnya "Menjaga?"
“Nah, beberapa orang yang datang ke sini membaca sedikit demi sedikit dan meninggalkan penanda di antara buku-buku itu. Seperti wiski atau wine. Aku melakukannya agar lebih banyak orang dapat mengunjungi toko buku-ku dengan nyaman. Kau dapat melakukannya juga, jika ada buku yang kau sukai. “ jelas Eun Seob.
Kenapa kau menamai tempat ini "Toko Buku Good Night"? Aku penasaran ketika melihat tanda itu.” Ungkap Hye Won
“Makan dan tidur nyenyak lebih sulit dari yang kita pikirkan. Hal yang mendasar, tapi orang masih mengalami kesulitan dengan itu. Jadi, aku menamai tempat ini dengan harapan orang-orang dapat makan dan tidur dengan baik.” Jelas Eun Seob.
“Makan dan tidur dengan baik ? Apa hidup hanya itu?” ucap Hye Won seperti tak merasa sepert itu
“Lalu, apa ada hal lain?” tanya Eun Seob. Hye Won tak menjawabnya melihat hujan berhenti lalu mengucapkan Terima kasih untuk tehnya.
Eun Seob memberikan Hye Won jaket agar bisa memakainya, Hye Won terdiam mendengarnya. Eun Seob pun kembali duduk di meja sambil membaca buku seperti tak mempedulikan Hye Won.
Bersambung ke part 2

Cek My Wattpad... Stalking 

      
Cek My You Tube Channel "ReviewDrama Korea"

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar