Karena...
tubuhmu itu adalah milikku... Jadi,
kau tak bisa menolak.” Kata Young Ho melepaskan kacamata Joo Eun lalu
menciumnya dibalik payung dengan hujan yang turun dengan deras.
Joo Eun melotot kaget, Young Ho memakaikan kembali
kacamata yang dilepasnya, lalu tersenyum menatapnya. Joo Eun tertunduk dengan
wajah gugup meminta Joo Eun melepaskan pakaian, Young Ho binggung karena Joo
Eun meminta membuka bajunya ditempat terbuka seperti ini.
“Sebaiknya kau lepas cepat sebelum aku marah.” Ucap Joo Eun tanpa mau menatap Young Ho
“Kau tak mau berbuat yang aneh-aneh, 'kan?” kata Young Ho, Joo Eun berteriak menyuruh Joo Eun cepat
membukanya. Joo Eun sampai terlonjak kaget dan membuka jaketnya.
Di dalam mobil, Young Ho tersenyum sumringah lalu menarik
jaket yang dipakai Joo Eun untuk menutup wajahnya. Joo Eun langsung menutup
wajahnya kembali, Joo Eun berusaha membukanya, tangan Joo Eun lebih dulu
menahan dan memukulnya.
Sesampai dirumah, Joo Eun menutup kepalanya dan buru-buru
masuk kamar sambil mengucapkan selamat malam, lalu menaruh jaket milik Joo Eun
didepan kamarnya dengan lipatan rapi. Young Ho tersenyum mengambilnya dan
berjongkok didepan kamar Joo Eun lalu mengucapkan selamat malam juga. Joo Eun
mendengarnya duduk lemas dibalik pintu, terlihat masih shock menerima ciuman
yang kedua kalinya.
Joo Eun berbaring ditempat tidurnya mengingat saat Young
Ho menciumnanya lalu memegang dadanya yang masih berdegup kencang, lalu meminta
agar hatinya tetap tenang, tapi pipinya malah memerah karena merasa sangat
panas.
Akhirnya ia mencari keyword dalam ponselnya [Gejala hipotiroidisme] hasilnya [Gemuk, kekurangan energi, kelelahan, sembelit, kejang otot, kaku, Suara parau, penurunan denyut jantung] Joo Eun makin panik melihat hasilnya adalah penurunan
denyut jantung.
Tiba-tiba Young Ho sudah ada disamping dengan memiringkan
tubuhnya, Joo Eun menatapnya dengan senyuman. Young Ho membuka kacamat Joo Eun
lalu memegang pipinya. Joo Eun siap memanyukan bibirnya tapi saat Young Ho akan
menciumnya, bunyi perutnya yang lapar terdengar. Joo Eun kembali memanyukan
bibirnya tapi ternyata Young Ho sudah tak ada.
Tapi saat menoleh kebagian belakanng, tenyata Young Ho
ada disana dengan bibir yang siap menciumnya. Joo Eun pun memiringkan badanya
agar bisa menciumnya, Young Ho memegang pipinya lalu menyuruhnya untuk
melakukan sit up 50 kali dan menyuruhnya bangun. Joo Eun melotot kaget langsung
menuruti perintah pelatihnya.
Saat hitungan ke empat puluh, Joo Eun tersadar dari
tidurnya dan melihat sinar matahari sudah menyinari kamarnya dan tak ada Young
Ho disana. Akhirnya hanya bisa memeluk boneka besarnya bertanya-tanya kenapa
dirinya bisa seperti itu. Terdengar teriakan dari luar, Joon Sung dan Ji Woong
memanggilnya untuk bangun.
Joo Eun membersihkan wajah dengan tissue basah, lalu
menyisir rambutnya sampai rapih dan memakai bedaknya, tak lupa memakai kacamata
dan menyemprotkan parfum.
Ketika keluar kamar, Young Ho sudah berdiri sambil
menyapanya selamat pagi. Joo Eun tak bisa menatapnya hanya bisa tertunduk dan
membalas sapaanya. Young Ho mendekat, mengucapkan terimakasih atas hadianya
kemarin, jadi hari ini akan mmberikan hadiah juga padanya.
Joo Eun binggung memikirkan hadiah apa yang diberikanya,
lalu menduga sesuatu yang manis seperti krim dan berubah pikiran menjadi ciuman
yang kemarin. Young Ho memperlihatkan timbangan ditanganya sebagai hadiahnya
untuk hari ini dan menyuruh untuk menaikinya.
“Kenapa harus sepagi ini...” keluh Joo Eun melihat timbangan yang sudah siap. Young
Ho merasakan bau sesuatu dari tubuh Joo Eun.
“Kenapa kau pakai parfum sepagi ini?” goda Young Ho
“Ya. Aku juga bingung kenapa pakai parfum sepagi ini, Sekarang Aku mau minum obat dulu. Ah... Apa aku harus menimbang dulu?” kata Joo Eun binggung, akhirnya ia memilih untuk minum
obat lebih dulu.
Young Ho menahan tanganya untuk tak pergi dan menyuruhnya
untuk menimbang berat badanya lebih dulu dan menariknya untuk naik diatas
timbangan. Keduanya kaget melihat angka diatas timbangan.
Joo Eun terengah-engah diatas treadmill sambil mengeluh
ada orang yang sejahat Young Ho di dunia ini. Young Ho memerintahkan Joo Eun
kembali memanggilnya “pelatih” lalu mengeluh Joo Eun yang naik
1,8kg dalam sehari saja. Joo Eun membela diri kalau kemarin terlalu banyak minum air,
lalu mematikan treadmilnya.
“Orang lain bilang, jika aku diet terus, aku bisa mati nantinya.” Ucap Joo Eun dengan nafas terengah-engah
“Tidak, kau tak akan mati.” Tegas Young Ho, Joo Eu meminta hanya sehari saja.
“Apa kau anggap tubuhmu itu barang sekali pakai? Apa kau hanya akan menggunakannya selama sehari, dan membuangnya? Bukankah lebih baik untuk menjaga
sesuatu kau akan
menggunakan seluruh hidupmu dalam
keadaan yang fit?” ucap Young Ho denga tatapan
dingin
“Maksudku... kita juga tak mungkin bias hidup bersama selamanya, 'kan? Sikapmu seperti kau semaumu
saja.” Keluh Joo Eun
“Siapa yang tahu, 'kan? Dan jangan menggunakan Banmal
denganku.” Komentar Young Ho
“Aku tahu kau tak suka lihat orang yang lemah. Apa aku terlihat seperti orang sakit?” tanya Joo Eun
Young Ho malah bertanya balik apakah dirinya itu terlihat
tampak baik-baik saja. Joo Eun mengangguk dan ingin memulai kembali latihanya,
dengan melirik sinis sambil menekan tombol kecepatan treadmillnya, tapi kakinya
belum siap dan hampir jatuh. Young Ho langsung menahan bagian pinggangnya
dengan perut yang masih berlemak.
“Apa ini yang namanya "Back
Hug" yang
terkenal itu?” goda Young Ho, Joo Eun meminta
melepaskanya dan Young Ho langsung mendorong agar kembali berlari.
Joo Eun baru akan masuk ke dalam ruanganya, Hyun Jun
memanggilnya memberitahu sedang terjadi keributan di kantor Wakil Presdir. Joo Eun menanyakan alasanya, Hyun Jun menariknya agar
pergi ke tempat Soo Jin. Beberapa pengacara lain berkumpul melihat dari luar
ruangan yang transparan.
Di dalam Soo Jin hanya diam, seorang ibu paruh baya marah
pada Soo Jin yang menganggap masalah akan selesai dengan uang., padahal Wanita
kaya itu memukul putrinya dan sekarang mau menyelesaikannya dengan uang. Joo Eun melihat Soo Jin hanya diam ketika si ibu sangat
marah.
“Putriku, yang tidak salah apa-apa malah mendapatkan penghinaan
besar. Putri CEO
Myunghoon bahkan tidak
meminta maaf! Tapi...
"Keputusan yang bijaksana"? Dan
hanya karena setelah media
mengetahuinya?” teriak ibu korban. Joo Eun akhirnya
masuk ke dalam ruangan.
“Kau siapa lagi?” tanya si ibu
korban sinis melihat Joo Eun yang masuk kedalam ruangan. Soo Jin melihat
Joo Eun yang masuk menghentikan amarah dari ibu korban.
“Aku adalah Pengacara Kang Joo
Eun. Anda bisa
mendapatkan masalah jika terus
membuat keributan di sini. Kita
bisa membicarakannya di luar.” Kata Joo Eun mengajak
si ibu korban untuk bicara diluar.
Joo Eun mengajak ibu korban ke cafe dengan memberikan
segelas teh sambil memberitahu karena masih panas bisa meminumnya nanti. Si ibu
Korban hanya menatap kosong dan Joo Eun hanya bisa diam melihat ibu korban yang
sangat marah. Beberapa saat kemudian ibu korban mulai membuka mulutnya.
“Rambutnya ditarik dan diseret
keluar Dan wajah
anakku... hampir
semuanya memar. Dia
bahkan belum menikah. Tapi,
dia malah disiksa begitu. Aku
tahu, orang kaya bisa
melakukan apa saja Dan
anakku hanya seorang
karywan biasa. Aku
memang tak peduli dengan makian
mereka atau terkucilkan, Tapi...” ucap Ibu Korban tak bisa menerima penghinaan pada
anaknya.
“Tolong tenangkan diri anda, Aku
juga sangat mengerti bagaimana
perasaan anda.” Ucap Joo Eun
“Tapi, yang dia lakukan hanyalah memberikanku uang dan obat herbal melalui pengacara itu. Ya, uangnya memang sangat banyak. Memang bagi kami, uang itu hanya bisa didapatkan di mimpi saja. Tapi, apa dia tak ingin minta
maaf? Bukannya
jika kita berbuat salah, kita
perlu meminta maaf?! Bukan
karena kita adalah orang kaya kita
tak bisa meminta maaf. Aku
hanya inginkan itu...” ucap si ibu tertunduk
menangis, Joo Eun menatapnya terlihat sangat mengerti dengan perasaan si ibu
korban.
“Terimalah... tawaran mereka. Tapi, anda bisa memanfaatkannya. Pastikan anda bisa mendapatkan uang yang sangat banyak dari
mereka.” Saran Joo Eun
Ibu Korban menatap Joo Eun tak tak mengerti dengan
sarannya. Joo Eun menjelaskan dengan meminta uang yang sangat banyak maka pihak
pelaku akan merasa dirugikan dan akan meminta maaf, tapi ibu korban akan tetap mendapatkan uanga.
“Orang seperti mereka tak akan bisa berubah. Anda tak boleh takut. Anda harus berani menghadapi
mereka.” Tegas Joo Eun, Ibu Korban merasa ragu dengan cara itu
maka akan berhasil
“Jika kita percaya, maka semuanya akan baik-baik saja. Dan anda bisa melakukan apapun
itu jika anda
yakin pada diri anda. Jika
tidak, anda akan
merasa menyesal. Maaf,
karena aku adalah pengacara dan
harus meminta anda melakukan itu. Tapi,
ini adalah pilihan yang terbaik yang bisa anda lakukan.” Ucap Joo Eun tertunduk sedih
“Terima kasih karena kau sudah mau meminta maaf.” Balas si ibu korban yang meihat Joo Eun berani meminta
maaf.
Joo Eun berjalan keluar dari cafe tempat bertemu dengan
ibu korban, matanya menerawang.
Flash Back
Ibu Joo Eun meraung-raung menangisi foto suaminya yang
meninggal. Salah satu teman ayah Joo Eun meminta supaya tetap tenang dan
mengambil uang kompensasi. Ibu Joo Eun melempar dengan nada tinggi tak ingin
menerimanya walaupun diberi uang 1 juta won dan hanya meminta untuk
mengembalikan suaminya.
“Dia hanya pekerja paruh waktu saja dan tidak berhati-hati. Suami andalah yang salah.” Ucap si manager perusahan. Ibu Joo Eun tak terima.
“Bahkan Perusahaan tidak disalahkan sama sekali. Tapi, perusahaan berbaik hati
untuk memberikan
uang ini pada anda.” Jelas manager perusahaan
memberikan amplop diatas meja.
“Kau pikir aku siapa? Apa kau ini manusia?”teriak ibu Joo Eun
“Aku juga ikut berbela sungkawa atas suami anda, tapi... Tolong.... Terimalah tawaran yang kami berikan pada anda.” Kata si manager dengan memberikan kartu nama Pengacara
Park Jung Shik
Joo Eun memeluk adiknya mendengar semua percakapan
didepan pintu, Ibunya hanya bisa menangisi dengan keadaan mereka yang miskin
merasa tak dihargai. Joo Eun ingin menangis merasa karenanya membuat
direndahkan oleh orang-orang kaya pemilik perusahaan.
Joo Eun sampai di stasiun Guntu, menelp ibunya. Sementara
sang ibu terlihat sedang sibuk menanyakan dengan nada ketus apa yang diingin
dibicarakanya. Joo Eun heran mendengar ibunya malah terdengar kesal menerima
telpnya, lalu mengingatkan siapa yang membeli toko itu.
“Ada masalah apa? Apa terjadi sesuatu?” tanya ibu Joo Eun yang mendengar suara Joo Eun berbeda.
“Tidak, aku hanya mau bilang aku akan datang ke grand
opening-nya, tapi kapan akan dibuka? Tanya Joo Eun
“Mungkin akhir pekan nanti.” Kata ibu Joo Eun
Eun Ji, istri adik Joo Eun mengangkat barang berat dan
ibu Joo Eun langsung berteriak menyuruh anaknya untuk membantu dan meminta agar
Eun Ji lebih berhati-hati lagi lalu berbicara kembali dengan Joo Eun ditelp.
“Tidak banyak, hanya kepala babi saja sebagai makan persembahan.” Ucap Ibu Joo Eun
“Kenapa ibu selalu menggunakan kepala babi ?”
keluh Joo Eun
“Apa kau ini kepala babi-nya? Kenapa mengeluh terus?” balas ibu Joo Eun
“Tapi, um... ibu adalah penatua di gereja.” Kata Joo Eun mengingatkan
Ibu Joo Eun memang kalung salibnya merasak tak ada
yang melarang penatua gereja melakukan
persembahan seperti itu. Joo Eun tertawa
mendengarnya, ibunya heran mendengar anaknya malah tertawa, merasa dirinya
seperti komedian saja. Joo Eun membenarkan lalu menyudahi telp dengan ibunya,
lalu menatap gedung tinggi didepanya.
Sambil menatap ponselnya, Ibu Joo Eun mengeluh dianggap seperti komedian, Eun Jin
dan Joo Hyun sudah siap melakukan persembahan dengan menatap buah. Ibu Joo Eun
memberitahu kalau mereka akan membuka toko minggu depan saja. Joo Hyun mengeluh
dengan keputusan ibunya, dengan nada kesal ibunya memberitahu kalau kakanya itu
sangat sibuk jadi meminta untuk menuruti perintah dan jangan merengek.
Joo Eun sudah duduk diruangan Soo Jin, mengingatkan apa
yang mereka katakan dulu, yaitu mereka akan
menjadi pengacara yang
baik bagaimana pun itu. Soo Jin dengan wajah
sinisnya meminta Joo Eun untuk memanggilnya "Wakil
Presdir."
“Apa Kau tak ingat, Wakil Presdir?” ucap Joo Eun
“kau tak ingat?Aku bilang, jika kau ingin
menggunakan mesin
waktu, tak usah mengajakku. Kau
pasti masih mengingatnya.Ini
adalah sesuatu yang harus kulakukan, karena
kemarahanmu yang sekarang tak
akan mengubah apapun.” Tegas Soo Jin
“Dan Sepertinya kau sudah berbicara dengan ibu korban. Baguslah.... Kau yang akan bertanggung jawab dalam kasus ini, Pengacara Kang. Dia akan meminta maaf dan juga uang ini pasti sudah sangat
cukup.” Kata Soo Jin memberikan amplop dalam selipan buku
hukumnya. Joo Eun menghela nafas mendengarnya
“Kau benar-benar.... Apa
kau sungguh tak mau
mau minta maaf? Ya… aku bisa menerima fakta kau merebut Woo Shik dariku. Tapi....” kata Joo Eun menahan amarahnya.
“Hal itu adalah masalah pribadi, jadi... tolong jaga sikapmu, kita fokus saja pada masalah kerjaan, mengerti? Dan juga aku tidak merebutnya. Itu semua karena kemauannya
sendiri.” Tegas Soo Jin
Joo Eun menatap Soo Jin tak percaya melihat sikap
temanya. Soo Jin melihat Joo Eun merasa juniornya itu merasa
sedih setelah Woo Shik direbutnya, atau merasa kesal menjadi
seseorang yang
tidak dicintai. Menurutnya Segala sesuatu yang dimiliki Joo Eun bisa saja menjadi milik orang
lain dan itu yang disebut dengan "Pasang surut
kehidupan".
“Tapi, sepertinya sikapmu lah yang paling berubah di sini. Kenapa kau bisa berubah seekstrim
ini? Kau tak
pernah bersikap menyebalkan
seperti ini dulu.” Komentar Joo Eun
“Bukannya dunia ini memang menyebalkan? Oh, Bukan, tapi
dunia itu sederhana, pilihannya
hanya ada, apa kau
dicintai atau tidak?” kata Soo Jin dengan tatapan
dingin
“Kau seharusnya bilang, kau mencintai seseorang atau
tidak? Bukannya
kau tak mau ikut denganku
ke mesin waktu itu? Jadi,
kenapa kau membahasnya
sekarang?” balas Joo Eun, Soo Jin pun hanya bisa
diam dan akhirnya Joo Eun meninggalkan ruangan Seniornya.
Nenek Lee kembali melakukan sembahyang dengan bersujud
dan nama Seo Ji Yeon dibagian
depan. Ketika sujud kedua kalinya, Young Ho datang ikut melakukan hal yang sama
disamping neneknya, lalu bangun dan kembali bersujud didepan budha.
Setelah itu, dengan penuh perhatian Young Ho membantu
neneknya keluar dari tempat berdoa, terlihat neneknya yang lemah dan akhirnya
ia pun memeluknya sambil menepuk punggung neneknya dengan mengodanya sang nenek
yang masih marah. Nenek Lee menangis sambil memukul sangat memarahi Young Ho si
anak nakal yang membuatnya khawatir. Ketua Min yang melihatnya tak bisa menahan
haru memilih untuk memalingkan wajahnya.
Young Ho menuntun neneknya berjalan, menceritakan tak
suka rumah sakit. Nenek Lee menatap cucunya
mengatakan sangat mengetahui hal itu, lalu memegang pipi Young Ho yang sudah
kehilangan ibunya saat masih kecil. Young Ho menatap neneknya yang memegang
bagian hatinya yang pasti terasa sakit.
“Kau harus menjalani operasi dan terapi fisik Dan kau harus menginap lama di rumah sakit, jadi... Tapi... bagaimana ini? Ibumu sudah pergi dan mungkin aku juga akan segera menyusul. Anakku.... Ini adalah keinginan terakhirku.” Ucap Nenek Lee memegang tangan cucunya.
“Aku akan membangun pusat pelayanan kanker dan terapi fisik dan Aku mungkin bisa menghancurkan
Gahong, yang nenek dan
ibu bangun dengan susah payah. Nenek
tak perlu sering datang
ke sini, oke? Sendi
kaki nenek sudah tidak kuat.” Pesan Young Ho
Nenek Lee menatap Young Ho dengan mata berkaca-kaca meminta maaf dan berterimakasih pada cucunya,
Young Ho kembali memeluk neneknya dengan erat karena hanya satu-satunya orang
yang mengkhawatirkan dirinya.
Young Ho berjalan sendirian setelah melakukan sembahyang
untuk ibunya. Dibelakang Ketua Min mengikutinya dari mobil dan ada dua mobil
pengawal yang ikut dibelakangnya. Young Ho terus berjalan dengan tatapan
kosong, lalu tiba-tiba melihat bayangan dirinya saat masih kecil yang menyeret
kaki kananya untuk terus berjalan, lalu bayangan itu hilang.
Joon Sung kembali berlatih dengan Ji Woong dan pria lain
berkepala plontos dengan sekuat tenaga, melihat Joon Sung yang terlalu
bersemangat si pria plontos menyuruhnya untuk beristirahat. Tapi Joon Sung
tetap ingin berlatih dan meminta Ji Woong untuk menjadi lawanya.
Ji Woong mengingatkan Joon Sung untuk tak memaksakan
dirinya, karena bahunya belum sembuh total. Joon Sung mengaku sudah tak
merasakan sakit sama sekali. Ji Woong khawatir nanti Young Ho malah memarahi
karena membiarkan Joon Sung terus berlatih.
Tiba-tiba terdengar teriakan yang memanggil “Tn.
Snake!” beberpa orang yang ad diruangan langsung berkumpul dan
ngambil foto karena yang datang Jang Yi Jin. Manager Yi Jin berusaha menutupi
agar tak mengambil gambar artisnya. Joon Sung hanya menghela nafas melihat Yi
Jin kembali datang menemuinya. Manager Yi Jin menegur artisnya karena datang
saat Joon Sung sedang latihan dan ia juga harusnya pergi syuting sekarang.
“Aku tak peduli.... Pria itu sudah menolakku 2 kali!” teriak Yi Jin menunjuk Joon Sung tak terima. Joon Sung
membuka sarung tanganya dengan mulutnya sendiri, Ji Woong hanya bisa melonggo
menatap Joon Sung.
Joon Sung membuka jaketnya dan melemparkan pada Yi Jin
agar menutup bagian paha yang terbuka. Yi Jin mengeluh untuk apa dilemparkan
padanya. Joon Sung merasa Yi Jin itu kedinginan dengan pakaian yang mini. Yi Ji
menegaskan pakaian yang dipakainya sangat trend dimusim dingin lalu menaruh
jaket Joon Sung disampingnya.
“Katakan. Kenapa kau menolakku
lagi?” tanya Yi Jin dengan mata melotot, Joon Sung ingin
menjelaskan tapi Yi Jin menyelanya.
“Aku adalah Jang Yi Jin dan artis iklan NO.1!!! Apa kau tak percaya karena aku yang mengatakannya sendiri?” ucap Yi Jin
“Aku tak punya waktu untuk syuting iklan sekarang.” Jelas Joon Sung
“Tak ada yang pernah menolak syuting iklan denganku ini. Kenapa? Apa telah terjadi
sesuatu?” tanya Yi Jin yang berubah khawatir.
Joon Sung merasa mereka tidak seakrab untuk membicarkan
hal itu, Yi Jin berdiri dengan wajah
marah dan menahan air matanya. Joon Sung ikut berdiri memberitahu akan
menerima tawaran untuk pemotretan
poster saja dan meminta maaf apabila membuat Yi Jin
tersinggung dengan pilihanya.
“Apa lagi yang bisa aku lakukan? Untuk apa jadi juara? Kau hanya pria yang kejam!”teriak Yi Jin tak bisa menahan tangisnya, Joon Sung
binggung melihat Yi Jin yang menangis dan tiba-tiba Yi Jin langsung
menyandarkan kepala didadanya.
“Harga diriku rusak... Bagaimana caranya agar aku bisa menjadi "teman
akrab"mu itu? Aku
adalah penggemarmu, bodoh!” teriak Yi Jin sambil
menangis. Joon Sung kebinggungan hanya bisa mengucapkan kata maaf.
Joon Sung baru saja selesai mandi melihat ada poster Yi
Jin dengan iklan minuman didekat wastafel, dalam pikiran Yi Ji bisa melihatya
akhirnya dibalik loker memakai celananya. Ji Woong datan menanyakan apa terjadi
sesuatu denganya. Joon Sung tak mengaku sambil memakai bajunya.
Tiba-tiba Ji Woong langsung menyadarkan kepala diatas
dada Joon Sung yang belum tertutup baju, sambil berpura-pura menangis dan
mengucapkan kalimat yang sama “Aku... penggemarmu! Dasar bodoh!” Joon Sung mendorong Ji Woong untuk menjauh dan
buru-buru pergi meninggalkan loker. Ji Woong tersenyum melihat Joon Sung
seperti salah tingkah dengan Yi Jin.
Ketika masuk ke dalam rumah, Ji Woong kembali mengejeknya
tapi Joon Sung lebih dulu menyuruh Ji Woong menutup mulutnya dan mengatakan pada
Young Ho kalau managernya itu sedang berlatih. Tiba-tiba Joo Eun keluar kamar
dengan mengunakan masker dan membawa tasnya. Ketiganya langsung mencium bau
yang menusuk hidung.
Joo Eun membuka tas diatas wastafel, memintaa maaf dengan
nada yakin baunya akan segara hilang nanti. Joon Sung menutup hidungnya, Young
Ho dan Ji Woong melihat apa yang dilakukan Joo Eun dikamar mandi dengan membawa
tas dan kembali merasakan bau yang tidak sedap tercium.
Joo Eun menunjukan tasnya lalu bertanya apakah masih bau.
Ketiganya masih menutup hidung saat disodori tas yang sudah dicuci. Ji Woong
menduga didalam tasnya itu ada kotoran dan baunya seperti neraka. Joo Eun
mengaku ada jeruk mandarin yang membusuk tertinggal didalam tasnya.
Ketiganya terlihat binggung, karena bau jeruk yang harum
malah membuat bau yang tidak sedap. Joo Eun menceritakan jeruk bekas tahun
lalu. Ji Woong dan Joon Sung memilih untuk pergi meninggalkan ruangan karena
tak tahan dengan bau jeruknya.
“Kenapa kau mencuci tas kulit
dengan air? Apa itu
tas branded?” ucap Young Ho masih menutup hidungnya.
“Tidak juga, Ini adalah tas yang
aku pakai dalam
sidang pertama dan aku menang. Jadi,
aku pasti akan memakai jika mendapatkan
kasus yang besar. Padahal
baunya tidak separah
ini bulan lalu.” Cerita Joo Eun berusaha
mencium bau tasnya sendiri.
Tiba-tiba Joo Eun melirik ke arah kursi pijat begitu juga
Young Ho, keduanya seperti mengingat kejadian saat ada disana dengan wajah
Young Ho yang sangat dekat dan membuat Joo Eun gugup. Susana terasa gugup,
Young Ho memilih untuk berdiri dari sofa.
“Semoga kau bisa menang nantinya. Mungkin dengan bau ini, kau bisa memenangkan semuanya. Senjata yang sangat berbahaya!” ejek Young Ho lalu pergi dengan menutup hidungnya.
“Kapan kalian pasang pohon natal? Aku akan mengantungnya di sana.” Teriak Joo Eun kesal.
Joo Eun mencoba menghilangkan bau dengan mengelapnya
mengunakan tissue basah dan hidungnya ditutup masker, beberapa berkas sudah ada
diatas kasurnya. Dengan wajah kesal kembali mengingat ucapan Young Ho sebelum
menciumnya “Pria biasanya ingin sesuatu yang lain saat dia menggoda seorang
wanita.”
“Kenapa dia menggantungku dengan aksinya itu? Atau jika tidak, setidaknya dia harus menjelaskannya. Apa kau lupa? Apa aku yang menciummu?” jerit Joo Eun melirik kesal, terdengar teriakan Ji
Woong yang menyuruhnya keluar.
Ji Woong sedang menari-nari didepan TV, memberitahu
mendapatkan gerakan senam di internet yang katanya gerakannya bisa membakar lemak di perut. Joo Eun memegang perutnya, mengaku kalau lemak perutnya
sudah berkurang, lalu melirik Young Ho yang sedang berbicara dengan Joon Sung
seperti mengecek bagian bahu yang cedera.
Akhirnya ia mendekati Ji Woong yang mengikuti gerakan
senam di TV seperti menari sambil memujinya skillnya memang lumayan,
lalu melihat senam itu seperti
tarian "Macarena"
saat masih kecil dulu. Ji Woong terlihat binggung, Young Ho mengejek hanya
nenek-nenek saja yang tahu. Joo Eun balas mengejek
umur Young Ho itu sudah tua juga.
“Aku mau cari udara segar dulu, Di sini bau sekali.” Ejek Young Ho keluar rumah
Joo Eun yang mendengarnya merasakan sakit dibagian
kepalanya, akhirnya mengajak Ji Woong untuk memulainya. Keduanya melakukan
gerakan senam seperti menari-nari dan terlihat sangat bahagia.
Didalam mobil, ketika berhenti di lampu merah, Young Ho
melihat gelas kopi yang diberikan Joo Eun mengingat perkataan dimalam itu, “Kau terlalu banyak
melewatkan saat-saat yang menyenangkan. Aku ingin bernapas bebas saat tanda
"Kuning" itu. Bukannya datang ke berhenti di lampu merah Dan bukannya tanda
untuk berhenti ataupun terus berjalan.”
Lalu berdiri dipinggi sungai Han sambil merenung,
mengingat ucapan neneknya. “Tapi... bagaimana ini? Ibumu sudah pergi
dan mungkin aku juga akan segera menyusul. Anakku.... Ini adalah keinginan
terakhirku.”
Kepala Min menelp menanyakan keberadaanya, Young Ho
memberitahu sedang ada di Taman
Getsemani. Kepala Min menanyakan apakah Young Ho
akan menerima posisi itu. Young Ho mengatakan tak akan
lari lagi karena pada akhirnya
ia harus menerimanya. Jadi, meminta Kepala Min
agar mengatur semuanya. Kepala Min
mengerti akan mempersiapkan semuanya.
bersambung ke part 2
cengar cengir baca sinop ep7 haha
BalasHapusMakin seru,, ^_^
BalasHapusMakin lucu, tapi kok ada sedihnya juga ya. Semoga hepi ending deh. Yong hoo sm joo eun bisa jadian.
BalasHapusMakin lucu, tapi kok ada sedihnya juga ya. Semoga hepi ending deh. Yong hoo sm joo eun bisa jadian.
BalasHapusmakin seruuu apalagi liat moment jo eun sama yo seung
BalasHapus