In Ha berjalan menyusuri lorong melihat papan nama
dibagian atas bertuliskan Pengacara Park Dong Ho. Jin Woo
mengeluarkan semua uang pecahan 50ribu Won dalam tasnya, Dong Ho mengatakan
kalau mau menyewanya Jin Woo harus menambahnya sebanyak 10juta
lagi. Jin Woo setuju akan segera kembali membawa uang yang
dinginkanya.
“Kalau begitu, aku mau uang sebanyak 120jt.” Kata Dong Ho memegang gepokan uang ditanganya, Jin Woo
berhenti melangkah dan In Ah mendengar dan melihat dari depan pintu
“Apa kau mengerti apa yang aku maksud? Permainan sudah berakhir, jadi Pulanglah.” Ucap Dong Ho mengusir.
In Ha langsung masuk karena tak ingin Jin Woo diseret
padahal tak melakukan salah apapun. Dong Ho dengan ketus menyuruh In Ah saja
yang membawa Jin Woo pulang segera, karena tak mau
berurusan dengan
anak SMA seperti Jin Woo. In Ah menarik Jin Woo untuk pulang saja. Jin Woo dengan
mata berkaca-kaca langsung berlari ke depan Dong Ho.
“Bukannya yang kau butuhkan itu
uang? Sekarang
aku sudah membawanya. Kenapa
kau tak mau menerima
uangku? Kenapa?!” teriak Jin Woo histeris
“Manajer Byun, seret dia keluar.” Perintah Dong Ho tak peduli.
Keduanya akhirnya di dorong keluar dari gedung oleh anak
buah Dong Ho, menyuruh keduanya pulang saja. Jin Woo kembali berlari berteriak
memanggil Manager Byun kalau ia punya uang. Anak buah Dong Ho menahanya.
Manager Byun mengeluh Jin Woo itu anak yang keras kepala
“Aku punya uang. Ahjussi, aku mohon!” teriak Jin Woo
“Kenapa kau diam saja? Cepat Bawa dia pulang.” Perintah Manager Byun pada In Ah.
Akhirnya keduanya berjalan lewati pinggir jembatan, In Ah
menghadangnya menanyakan alasan Jin Woo ingin menyewa Dong Ho, seperti tak
yakin pria dengan wajah gangster itu seorang pengacara. Jin Woo berteriak tak
ada urusan dengan In Ah apakah ia mau menyewa pengacara atau tidak lalu pergi
meninggalkanya.
Dong Ho duduk sendirian diruangan sambil merenung,
mengingatkan dirinya saat memberhentikan mobil Joo Il ketika ayahnya meninggal
sebagai petinju dan tak ada yang datang, lalu Jin Woo melakukan hal yang sama
memberhentikan mobil ketika ingin meminta pembelaan.
Manager Byun datang membawa makanan, menanyakan apa yang
sedang dipikirkan atasnya. Dong Ho membuka matanya dan hanya diam, matanya
seperti menerawang jauh menyamakan dirinya saat masih remaja dengan Jin Woo.
Di ruang pengadilan
Hakim akan melanjutkan sidang kemarin, memulai dengan pemeriksaan silang penuntutan saksi, lalu brtanya pada pembela umum, apakah ia masih
belum menemui saksi. Pengacara Umum gagap
menjawab pertanyaan, mengatakan ia tak menemukan saksi.
Jin Woo hanya bisa menatap ayahnya dengan sedih,
sementara didepanya, Jaksa Hong tersenyum karena tuntunan bisa dengan cepat
selesai. Hakim menghela nafas karena tak ada satu pun saksi yang melihat
kejadian berlangsung. Pengacara umum membenarkan dengan suara gagap. Jin Woo
hanya bisa tertunduk menahan sedih.
Video pegerebakan di ponsel, terlihat seorang pria sedang
tidur dengan wanita cantik disebuah hotel. Dong Ho memotong steaknya terlihat
sangat menikmatinya, Wanita kaya mengembalikan ponsel milik Dong Ho setelah
melihat rekaman video.
“Terdapat 20 bangunan di wilayah Gangnam... Setelah sidang, gedung itu akan terdaftar atas nama anda.” Jelas Dong Ho pada kliennya.
“Aku percaya pada anda. Apa yang harus kusiapkan untuk
persidangan?” tanya Si wanita
“Aku akan memutar rekaman yang tadi anda lihat di pengadilan. Saat hakim mulai mengarahkan perhatiannya pada anda, maka Anda hanya perlu mengeluarkan air mata. Latihanlah.” Pesan Dong Ho
Ponsel Dong Ho bergetar, Manager Byun memberitahu kalau
dugaan yang dikatakan Dong Ho benar. Dong Ho sudah yakin dengan dugaanya, Pasti
ada alasan Nam Gyu Man pergi
ke konstruksi bangunan itu. Manager Byun bertanya
apakah Dong Ho mengenal Oh
Jung Ah?
“Kenapa kau tiba-tiba membahasnya?” tanya Dong Ho serius
“Jika ada kata "Kenapa", kau pasti tahu jawabannya, 'kan?” ucap Manager Byun
Dong Ho sudah ada didalam mobil sambil menerima telp
Manager Byun, kalau di pesta mewah yang
diadakan Nam Guy Man dan Oh
Jung Ah juga diundang, selain itu pada malam pembunuhan terjadi.
Manager Byun dengan menaikan kaki ke atas meja
menceritakan mata-mata mereka juga bilah Jun Ah pergi ke Villa. Dong Ho sudah
ada didepan pengadilan menanyakan apakah Manager Byun yakin dengan ucapanya.
Manager Byun sangat yakin dan menanyakan keberadan Seniornya sekarang.
Dong Ho memberitahu Beberapa
langkah lagi akan masuk
di pengadilan anak SMA itu. Manager Byun kaget
karena awalanya Dong Ho tak mau mengambil kasusnya, Dong Ho seperti tak peduli
lalu menutup telpnya.
Dong Ho masuk membuka pintu ruang pengadilan, semua orang
melihat kedatangan yang terlihat nyentrik dengan jas ungu dan berkacamata. Dong
Ho menatap Jin Woo yang berpikir sudah lama menunggunya, lalu mengedipkan
matanya. Mata Jin Woo berkaca-kaca seperti mendapatkan harapan ayahnya bisa
bebas dari tuduhan.
“Mulai sekarang, saya akan menjadi pengacara Seo Jae Hyuk.” Kata Dong Ho, suasana ruang pengadilan langsung
bergemuruh dengan bisikan orang-orang yang melihat sidang.
Hakim juga binggung ada pengacara lain, lalu bertanya Apa
hal ini sudah disepakati
sebelumnya. Dong Ho melirik pada Jaksa Hong yang
dikenalnya lalu masuk ke dalam ruang sidang berdiri didepan terdakwa.
“Aku adalah Pengacara Park Dong
Ho. Mulai
hari ini, aku telah ditunjuk oleh anak
anda sebagai pengacara anda.” Ucap Dong Ho pada Tuan
Seo
“Tapi, Sunbae-nim, apa yang anda lakukan? Ini adalah posisiku.”teriak pengacara umum tak terima
Dong Ho malah menyindir apaka penyakitnya sudah sembuh
dan tidak gagap lagi. Pengacara umumu mengatakan ia hanya
gagap saat persidangan
saja. Dong Ho mengeluh juniornya itu sungguh
tak gampang mengerti kalau kemarin sudah menyuruhnya duduk
manis saja, agar "Minum
obat dan pulanglah ke rumah".
Hakim mengetukan palu memperingatkan agar bisa menjaga sikapnya,
lalu menanyakan apakah Dong Ho benar pengacaranya atau ia harus mengeluarkan
dari ruang sidang. Dong Ho memperlihatkan surat kontrak pada Tuan Seo, lalu
memberikan pulpen agar menandatanginya, dengan begitu bisa membelanya di pengadilan.
Tuan Seo menatap anaknya, Jin Woo memberikan senyuman dan
juga anggukan. Akhirnya Tuan Seo yang nampak bingung memberikan tanda tangan
lalu memberitahu hakim kalau Dong Ho adalah pengacaranya. Pengacara Umum ingin
protes tapi Dong Ho lebih dulu menyuruhnya cepat keluar saja tanpa banyak
bicara.
Dong Ho mendekati Jin Woo yang duduk dibelakang ruang
sidang, menanyakan namanya karena lupa. Jin Woo dengan mata berkaca-kaca
menyebut namanya. Dong Ho memberitahu Jin Woo alasan terlambat karena pergi makan siang tadi, apabila ia lapar maka
aku tak bisa lancar berpikir.
“Tapi, aku tak begitu terlambat,
'kan?” tanya Dong Ho
“Yah... Dan penampilan pertamamu sangat
keren. Tapi,
bukannya kau tak mau datang?” kata Jin Woo binggung,
Dong Ho meminta Jin Woo untuk mendekat.
“Jin Woo, dengarkan aku baik-baik. Seorang bocah yang punya kekuasaan yang besar, berhubungan dengan kasus ini, kau mengerti? Aku sudah mencium baunya.” Bisik Dong Ho, Jin Woo terlihat binggung.
Terlihat pria berjas melihat keduanya, seperti sedari tadi
mengikuti sidang keluar dari ruangan dan langsung menelp. Sek Ahn sedang ada
diruang spa menerima telp hanya mengatakan ia mengerti, lalu memberitahu Gyu
Nam kalau pihak Tuan Seo sudah menganti pengacaranya.
Gyu Nam seperti tak begitu terkejut masih menutup mata
menikmati pijatanya. Sek Ah memberitahu Pengacara
baru dari Tuan Seo adalah pengacara yang menemuinya kemarin. Gyu Nam membuka matanya mengingat Dong Ho yang
menemuinya di gedung konstruksi.
“Jika ada satu saja rekaman CCTV
saat kejadian,
riwayatmu sudah tamat, iyakan? Dan ,
satu hal lagi. Kudengar,
kau sudah mengadakan pesta
di villa Seochon-mu, 'kan? Bersama dia juga” ucap
Dong Ho tertawa. Menginta semua membuat lirikan pembunuh Gyu Nam langsung
keluar.
Ruang Sidang
Hakim meminta agar pengacara mulai memberikan
pembelaanya, Jin Woo tersenyum melihat Dong Ho sudah berdiri siap membela
ayahnya. Dong Ho merapihkan jasnya meminta sidang lanjutan, semua ruangan
langsung bergemuruh.
Yeo Kyung yang duduk dibangku juri, mengerutkan dahinya.
Hakim bertanya apakah pembelaan dari Dong Ho yang pertama adalah meminta sidang
lanjutan, Dong Ho membenarkan. Hakim menanyakan alasan Dong Ho
meminta sidang lanjutan.
“Ada saksi penting dalam kasus
ini, tapi kami
masih tahap pencarian saksi itu. Saya
hanya butuh 1 hari. Dan juga agar
sidang tetap adil bagi terdakwa.” Jelas Dong
Ho
“Jaksa, apakah anda berkeberatan dengan permintaan sidang lanjutan
ini?” tanya hakim
“Saya juga ingin tahu siapakah saksi itu. Jadi Saya tak keberatan.” Kata Jaksa Hong dengan berdiri dari tempat duduknya.
Tuan Seo terlihat kebinggungan dengan mata melihat kesana kemari.
Semua keluar dari ruang sidang, Dong Ho dengan lantang
memanggil Jaksa Hong yang baru keluar dari pintu berbeda, lalu menghampirinya.
Jin Woo mengikutinya dari belakang, Jaksa Hong melirik sinis melihat Dong Ho
menghampirinya.
“Kau pernah mengatakan ini padaku, Karena hubungan buruk dapat
diperbaiki dengan
sebuah "pembicaraan hangat". Tenyata Perkataanmu
memang benar.” Kata Dong Ho
“Kita akhirnya bisa menjadi pelaku hukum yang hebat, Tapi, saat kita harus saling
melawan seperti
ini, bagaimana yah? Ini pasti Sangat menarik.” Komentar Jaksa Hong
“Kau benar sekali. Kita harus bertanding dengan
adil.” Kata Dong Ho
Jaksa Hong seperti sudah tahu, Dong Ho tak
memiliki satupun
saksi. Dong Ho merasa itu yang membuatnya penasaran dengan alasan Jaksa Hong yang setuju dengan permintaanya. Jaska Hong
merasa Dong Ho belum tahu laporan dari polisi jadi ia hanya
ingin sidang yang adil.
“Apakah aku membawa saksinya
ataukah menangkap
pelaku sebenarnya dan
membawanya ke pengadilan, tunggu
dan lihat saja jawabannya.” Tegas Dong Ho, Jin Woo
yang mendengarnya terlihat kaget.
“Apa aku salah dengar? Apa kau bilang tadi "Pelaku yang sebenarnya"?” sindir Jaksa Hong
“Kau tidak salah dengar. Kita akan bertemu di sidang selanjutnya.” Ucap Dong Ho lalu berteriak memanggil Jin Woo untuk menemui
ayahnya.
Dong Ho berjalan dari pengadilan sambil memeluk erat Jin
Woo. In Ah yang melihatnya sangat yakin Dong Ho sudah menolak kemarin. Yeo Kyung sudah ada berdiri disampingnya menanyakan
apakah In Ah mengenal pengacara itu.
“Aku hanya bingung kenapa dia tiba-tiba mau menerima kasus ini.” kata In Ah
“Lalu Menurutmu kenapa dia ingin mengambilnya? Tentu saja karena uang. Dia
sangat terkenal
karena gila dengan uang. Jika
ada uang, dia akan melakukan
apa saja untuk menang.” Tegas Yeo Kyung yakin, In
Ah melihat Jin Woo yang diajak masuk ke dalam mobil yang dibawa Dong Ho.
Dong Ho datang ke penjara meminta maaf karena telah
memperkenalkan dirinya. Tuan Seo dengan senyuman memperkenalakan diri. Dong Ho
memuji Jin Woo sebagai anak yang baik dan telah
membesarkannya dengan baik. Tuan Seo mengucapakan
terimakasih.
“Pertama-tama, kau harus memberitahuku sesuatu. Kita tidak di pengadilan, jadi jujur saja. Seo Jae Wook, apa kau membunuh Oh Jung Ah?” tanya Dong Ho, Jin Woo dan ayahnya terlihat kaget
dengan pertanyaan blak-blakan.
“Jika memang benar dan kau
pura-pura hilang ingatan,
kita harus menyamakan cerita kita. Karena
aku sudah berpengalaman dalam kasus
yang seperti ini, katakan saja.” Kata Dong Ho, Tuan Seo
tak percaya Dong Ho bisa memberikan tunduhan itu.
“Hubungan antara pengacara dan
kliennya, adalah
menjaga informasi, hal ini tertulis
dalam hukum pidana, ayat 337. Pengacara
tak akan membocorkan data apapun
untuk keberhasilan kasusnya.”jelas Dong Ho
“Ahjussi, kau tak percaya pada ayahku? Jika begitu, apa bedanya kau
dengan detektif
dan semua jaksa itu?” teriak Jin Woo tak terima
“Kau diam saja! Pengacara ayahmu adalah aku. Jangan ikut campur.” Teriak Dong Ho menatap Jin Woo.
“Bahkan jika kau mengaku
membunuhnya, aku tak
akan bersaksi atas fakta itu. Tapi,
sebagai gantinya, aku
ingin tahu kebenarannya.” Tegas Dong Ho lalu
mengeluarkan selembar kertas
“Apa isi pernyataan pengakuan ini? Kau menuliskan bahwa kau membunuh Oh Jung Ah, bukankah begitu? Tapi, kau tetap menyangkalnya? Jika kau tak tahu harus bagaimana, mengaku saja. Karena dalam kasus ini, kau bias dijatuhkan hukuman pembunuhan
terencana. Bagaimanapun
kerasnya interogasi
polisi itu, aku tak
percaya jika ada orang yang
mengaku dialah pelakunya, benarkan?” ucap Dong Ho dengan nada tinggi, Tuan Seo menatap
anaknya terlihat binggung.
“Alasan kenapa aku tak bisa membela diri, karena aku mendapat ancaman.” Akui Tuan Seo.
Flash Back
Di gudang yang sedikit gelap, Tuan Seo dihadapkan dengan
pulpen dan kertas diatas meja. Polisi mengejek Tuan Seo yang tak
tahu harus menulisk kalimat penyataanya, Tuan Seo menegaskan tak
akan menulis apa pun.
“Jadi kau Tidak mau? Bukannya kau yang membunuhnya?” kata polisi mengancam dengan pistol dikepalanya
“Aku-aku-aku tidak membunuhnya!.... Sungguh..... Aku tidak membunuhnya.” Kata Tuan Seo ketakutan. Polisi akhirnya melempar
pistolnya keatas meja.
“Tn. Seo Jae Hyuk, apa kau tahu
berapa kasus
orang hilang tiap tahunnya? Lebih
dari 90.000 orang. 90.000. Sebanyak
89.000 berhasil pulang, tapi
1.000 lainnya tidak bisa pulang, Selamanya.” Kata polisi
Ia membuka berkas mengetahui Tuan Seo memilih satu putra
dan melempar foto Ji Woo diatas meja. Tuan Seo melihat foto anaknya dengan
wajah panik, Polisi mengancamnya karena mereka adalah tim detektif dalam menangani
kasus itu mengusulkan untuk memasukan anaknya dalam
daftar orang hilang Ataukah,
sebuah mayat ditemukan di Sungai Han, lalu mereka bisa menganggap
identitasnya tidak
diketahui.
Tuan Seo dengan tangan terborgol mencengkram buju polisi
berteriak kalau anaknya itu salah dan tak tahu apa-apa. Polisi preman lainya
menarik Tuan Seo untuk duduk kembali. Polisi memberika pulpen agar segera
menuliskan surat penyataan kalau ia adalah pembunuh Oh Jung Ah. Tuan Seo
menatap foto anaknya lalu dengan cepat menuliskan surat penyataan.
Tuan Seo menatap surat penyataan didepanya, lalu mengaku
pada Dong Ho walaupun kepalanya tak mengingatnya, tapi hatinya bisa mengingatnya. Serta tak tahu harus bagaimana menjelaskan hal ini. Dong Ho menatapnya dengan bersandar dikursi melipat
tanganya didada.
“Tapi, aku sungguh merasa tidak
membunuh Jung Ah. Apa yang harus aku
lakukan? Aku tidak
membunuhnya. Jika anda
tak percaya, anda tak
perlu membelaku.” Kata Tuan Seo pasrah, Jin
Woo hanya bisa tertunduk, Dong Ho mendongkak kepala sejenak lalu kembali duduk
tegap.
“Baiklah. Aku akan berusaha yang terbaik.” Tegas Dong Ho, Tuan Seo tersenyum mengucapkan
terimakasih. Jin Woo terlihat kemballi mendapatkan harapan.
[Kantor
Pengacara Park Dong Ho]
Jin Woo membawakan tas yang berisi uang sebagai bayaran
untuk pengacara. Dong Ho mengembalikan dengan melemparkanya, tapi meminta
berjanjilah satu hal, apabila ia menyelamatkan hidup ayahnya maka ia harus
menggunakan kemampuannya itu hanya untuk dirinya. Jin Woo
terlihat binggung.
“Kau menyebutnya apa? Ingatanmu yang bagus itu? Hyperthymesia? Kau bisa menjadi pengacara, dalam waktu yang singkat, tidak
sepertiku yang
membutuhkan waktu 10 tahun.” Kata Dong Ho
Jin Woo tertunduk seperti tak yakin, Dong Ho mengambil
selembar uang 50ribu won dari tas lalu memberikan tandatangan dan menganggapnya
sebagai kontrak, jadi
meminta untuk tanda tangan juga. Jin Wo tak percaya Dong Ho ingin membelinya
hanya dengan 50ribu saja.
“Aku juga hanya mengambil 50.000
won darimu,
bukannya itu sudah adil?” kata Dong Ho
Jin Woo menatap uang didepanya lalu memberikan tanda
tangan tanpa ragu, Dong Ho berjabat tangan karena pilihan Jin Woo sudah tepat
dan menyimpan uang itu dalam sakunya, setelah itu memintanya agar mengembalikan
semua uang itu. Jin Woo mengerti lalu menanyakan alasan Dong Ho tiba-tiba
saja berubah pikiran, padahal sebelumnya kalau
semua demi uang.
Dong Ho merasa Jin Woo tak perlu tahu. Jin Woo tahu
dipengadilan Lawanya adalah seorang yang berkuasa, lalu bertanya apakah orang itu yang membunuh Jung Ah. Dong Ha mengatakan itu hanya
dugaan sementara, apabila sudah pasti maka akan memberitahunya, lalu meminta Jin Woo mulai
sekarang untuk melakukan perintahnya dengan mengunakan segala kemampuan dan katakan
padaku, semua hal yang terjadi mulai
dari hari menghilangnya ayahnya Secara
rinci dan akurat.
In Ah mencari berita di internet tentang "Kasus
Pembunuhan Mahasiswi Seocheon"
Tersangka belum ditetapkan, sambil
memakan cemilan dan menempel semua dalam
dinding dengan memberikan note.
Sementara Dong Ho dengan papannya menuliskan poin-poin “Hubungan
Oh Jung Ah dan Seo
Jae Hyuk.” Lalu “Barang-barang
Seo Jae Hyuk tak ditemukan.” dengan gambar saat
penangkapan. Ia tahu Ayahnya dengan korban saling mengenal dan Jaraknya
sekitar 1.3km, lalu bertanya apakah Jin Woo melihat
ada senjata di sana.
Jin Woo mengatakan tidak sama sekali. Dong Ho menanyakan
dimana ayahnya ditangkap. Jin Woo menceritakan Saat di
pemakaman Jung Ah polisi
datang, pikiran seperti mengingat saat detektif yang
mendorongnya memakain pistol.
“Detektif yang menangkap ayahku, dia membawa pistol. Aku melihatnya di pemakaman Jung
Ah- noona.” Kata Jin Woo, Dong Ho menanyakan apakah
Jin Woo yakin dengan ucapanya.
Di kamarnya, In Ah sibuk menempelkan semua note dalam
berita yang sudah diambilnya dari internet.
Beberapa orang terlihat ketakutan memilih keluar ruang
sauna melihat pria bertato naga dibagian punggung. Dong Ho masuk dengan
memperlihatkan tatto yang sama dari belakang.
Joo Il melihat Dong Ho yang baru datang menanyakan apa
saja yang dikerjakan sampai mukanya menjadi sangat lesu. Dong Ho menceritakan sedang
berusaha keras untuk
mencari sebuah bukti. Joo Il penasaran sidang apa
yang sedang dipegangnya, keduanya duduk bersama menikmati uap sauna.
“Nam Gyu Man, yang bermasalah denganmu sebelumnya itu, berhubungan dengan kasus ini. Di vilanya, Nam Gyu Ma mengundang semua teman
sosialitanya dan
melakukan pesta seks di sana. Tapi,
tak satupun nama mereka disebutkan
dalam penyelidikan polisi Meskipun
ada yang tewas
saat pesta mereka.” Cerita Dong Ho
“Bagaimanapun jejak yang
ditinggalkan, tak akan
mudah untuk menangkapnya. Apa
kau tak takut?” goda Joo Il
“Semua anak orang kaya sepertinya memang sangat menyulitkan.”komentar Dong Ho, Joo Il merasa Dong Ho mmengambil
kasus ini karena si
bocah Nam sialan itu. Dong Ho mengaku buka itu juga alasanya.
Joo Il pikir apa lagi alasanya, Dong Ho mengaku baru bertemu
dengan bocah dengan
kemampuan luas biasa yang bisa mengingat
semua hal, bahkan Tak ada
hal yang dilupakanya. Joo Il tak percaya ada
manusia seperti itu, lalu menanyakan pendapat Dong Ho apakah bocah itu bisa
menguntungkanya. Dong Ho tersenyum karena telah
menandatangani kontrak
mahal dengannya. Joo Il ikut tertawa bahagia.
Dong Ho dan Manager Byun pergi ke TKP yang masih diberi
garis polisi dan ada berkas darah di atas rumput yang menguning. Dong Ho pikir Jika
memang tempat itu ijebakan, pasti masih ada jejak yang tertinggal di TKP, lalu meminta teropong.
“Seberapa jauh villa itu dari sini?” tanya Dong Ho sambil meneropong.
“Jika kita melihatnya dari sini, mungkin jaraknya adalah 1,5km.” ucap Manager Byun yang melihat jarak dengan mata
telanjang.
“Lokasi pembunuhannya ada di sini. Itu artinya, Oh Jung Ah pergi ke villa malam itu...” kata Dong Ho yakin.
[Pengadilan
Seoul]
Dong Ho baru keluar dari lift langsung dihadang oleh In
Ah, dengan santai berpikir wanita muda itu menyukainya, lalu memberitahu Wanita
yang kurus kering seperiti In Ah bukan tipenya, belum sempat melanjutkan perkataan In Ah sudah
menyela.
“Aku tak akan bertele-tele. Itu bukanlah uangnya, Meskipun kau sangat suka uang, kau harus mempertimbangkannya
dulu. Kau pasti
tahu, kita tak boleh memanfaatkan anak
yang tidak tahu apa-apa itu.” Ucap In Ah sedikit
gugup.
“Aku tak tahu apa hubunganmu dengan klienku. Tapi, jangan sampai kau tak hadir dalam sidang itu.” Pesan Dong Ho mengodanya lalu pergi.
Ruang sidang
Hakim menanyakan pada Pengacara apa yang telah disiapkan, karena seharusnya ia membawa seorang saksi. Dong Ho
berdiri memberitahu Saksi mereka akan
segera datang. Hakim meminta untuk sekarang
mempersilahkan saksi dari Pihak
Penuntut untuk masuk. Polisi yang mengancam tuan
Seo masuk kedalam ruang sidang.
“Silakan sebutkan nama dan pekerjaan anda.” Kata Jaksa Hong
“Detektif Gwak Han Soo, yang
menangkap dan
meminta terdakwa menulis pengakuan.” Jawab Han
Soo dengan tegas.
“Tolong jelaskan proses penangkapan terdakwa.” Pinta Jaksa Hong
“Saya hanya curiga, kenapa dia bias tersesat menuju rumahnya sendiri Dan bahkan dia sangat mengenal korban dan dia tak mengakuinya.” Jelas Han Soo
“Jarak antara rumah terdakwa dan TKP adalah 3km. Apakah itu benar?” tanya Jaksa Hong
Han Soo membenarkan, Jaksa Hong mengatakan Han Soo menemukan fakta lain saat berada di TKP. Han Soo menceritakan Terdakwa dalam
keadaan mabuk karena Bajunya
tercium aroma alkohol. Jin Woo mulai bereaksi
karena penyataan Han Soo membual. Jaksa kembali bertanya kalau ketika melapor
terdakwa dalam keadaa mabuk. Han
Soo membenarkan.
“Keadaan mabuk yang saksi katakan
tak tercantum
dalam laporan penyelidikan polisi. Karena
pengakuan saksi tak
berdasar sama sekali, tolong
adakan pemeriksaan.” Tegas Dong Ho membela
dengan berdiri
“Status terdakwa awalnya adalah saksi dan bukannya tersangka. Pernyataan saksi ini bisa
dipercaya.” Kata Jaksa Hong, Hakim meminta Pihak
Penuntut melanjutkannya.
“Kita bisa menyimpulkan
situasinya. Terdakwa,
tak mengingat membunuh korban
karena dia dalam keadaan mabuk Atau
hanya berpura-pura tak mengingatnya.” Ucap Jaksa
Hong, Han Soo juga berpikiran seperti itu, Jaksa Hong pun menyelesaikan
penuntutanya.
Jin Woo menatap ayahnya dengan berkaca-kaca, Dong Ho
menekan kepala yang terlihat pusing lalu Hakim menanyakan saksi yang dibawanya.
Dong Ho dengan penuh semangat mengatakan memiliki satu saksi, berjalan ketengah
kalau saksinya akan segara datang menunjuk Han Soo yang ingin keluar ruang
sidang.
“Pertama-tama, saya mau bertanya sebelum mendengar kesaksian anda. Apakah anda tahu hukuman berat untuk pengakuan palsu, 'kan?” kata Dong Ho, Han Soo tahu lalu Dong Ho menyuruhnya
duduk kembali. Jaksa Hong terlihat tegang.
“Baiklah. Apakah benar anda
menahan terdakwa selama
3 hari dan memaksanya menulis pengakuan?” tanya Dong
Ho, Han Soo menyangkal.
“Apa Anda sungguh tidak menahan terdakwa tanpa surat perintah?” tanya Dong Ho kembali
“Saya adalah detektif. Kenapa saya
ingin repot-repot
ke sini untuk berbohong?” sindir Han Soo, Jaksa Hong
yang mendengarnya tersenyum.
“Dan saat anda memintanya menulis pengakuan itu, apakah anda mengancam terdakwa akan menembak kepalanya?” tanya Dong Ho, semua terlihat saling berbisik.
“Kami tak diijinkan untuk
menggunakan senjata
saat proses interogasi.” Tegas Han Soo
Dong Ho menyimpulkan serorang Detektif tak
bisa membawa senjata ke
dalam ruang interogasi. Han Soo membenarkan, Tuan
Seo tak bisa menahan amarahnya berteriak Han Soo yang berbohong dan memintanya
untuk mengatakan yang sebenarnya. Dua polisi menarik Tuan Seo agar duduk lagi
dibangku terdakwa. Hakim kembali mengetuk palu meminta untuk dilanjutkan.
“Karena menghadiri pengadilan
seperti ini
termasuk dalam tugas kalian, Apa
anda membawa pistol? Apakah
anda bisa mengeluarkannya?” ucap Dong Ho, Han Soo ingin mengeluarkan tapi Dong Ho
menahan sebentar.
“Tunggu sebentar.... Apakah
itu adalah, sebuah
pistol a.38 caliber dengan
isi peluru 6?” tanya Dong Ho
“Ya, di antara semua pistol yang diberikan kepada polisi, 8 dari 10 polisi akan mendapatkan pistol ini.” jelas Han Soo
Dong Ho rasa harus memperjelas
lebih banyak lagi, Jin Woo kembali mengingat
kejadian semalam meminta agar mengingat bentuk pistol. Jin Woo mengatakan pegangan pistolnya hangus seperti sudah terbakar dan di tengah
pegangannya juga Tertulis
inisial GHS.
“Huruf "S" nya tak
begitu jelas, karena
pasti sudah terhapus. GHS!
Detektif, nama anda adalah
Gwak Han Soo. “ tegas Dong Ho, Han Soo melirik pada Jaksa Hong lalu
Tuan Seo yang melotot padanya.
Dong Ho meminta Han Soo memperlihatkan pistolnya, Han Soo
sempat terdiam lalu mengeluarkan pistol dan menaruh diatas meja. Dong Ho
mengangkatnya memberitahu kalau itu pistol yang sama, lalu bertanya pada
semuanya, Bagaimana Ia bisa begitu tahu persis pistol yang digunakannya.
Han Soo terlihat gugup dan semua nampak tegang, Dong Ho
memberitahu bahwa terdakwa yang memberitahu pistol yang digunakan untuk mengancamnya. Han Soo melirik Tuan Seo tak percaya. Dong Ho menanyakan
pada Saksi, apakah Han Soo telah mengancam terdakwa akan membunuh anaknya.
“Keberatan! Pengacara telah
mengajukan pertanyaan
yang tak berhubungan.” Kata Jaksa Ho berdiri
“Apa maksud anda? Menurut Pasal 2, ayat 4 dalam aturan pidana kriminal, Tindakan ini diperbolehkan
apabila saksi
terus mengatakan
pernyataan palsu.” Teriak Dong Ho lalu
berjalan ke kursi juri
“Para Juri sekalian, orang tua macam apa, yang tega melihat anaknya berada dalam bahaya. Pengakuan yang ditulis di bawah paksaan dan tekanan tak boleh digunakan sebagai bukti. Saya meminta bukti dicabut” tegas Dong Ho dengan tangan didada seperti mengambil
sumpah kembali ke tempat saksi. Jin Woo dan Ayahnya bisa tersenyum lega.
Semua wartawan mengambil gambar dan siap dengan mic yang
disodorkan pada Dong Ho.
“Detektif yang memaksa terdakwa harus mendapatkan hukuman
setimpal Dan
pelaku yang sebenarnya belum
bisa tertangkap. Jika
"Kau" menonton ini, sebaiknya kau menyerahkan diri, atau aku yang akan menyeretmu.” Kata Dong Ho memberika penyataan lalu mengajak Jin Woo
pulang.
Ketika keduanya berjalan diparkiran mobil Jaksa Hong
memberikan klakson dan berhenti memberikan komentar Sidangnya
semakin menarik. Dong Ho meberitahu Sidang
selanjutnya akan
semakin menarik, yaitu Sidang
yang membuktikan penuntutan Jaksa Hong itu adalah salah, lalu mengatakan mereka akan pulang karena sibuk.
“Tunggu. Sebenarnya apa yang kau rencanakan? Aku sungguh tak mengerti. Karena aku tahu, kau bekerja untuk uang Ataukah kau sudah kaya, dan hanya ingin eksis saja?” sindir Jaksa Hong dengan senyuman liciknya.
“Tertawalah sepuasnya. Karena,
pada akhirnya aku yang
akan menang dan akan menertawaimu.” Balas Dong
Ho, Jaksa Hong hanya tertawa lalu pergi mengemudikan mobilnya.
Dong Ho memegang bahu Jin Woo dengan penuh keyakinan
mereka berdua yang akan tertawa nanti. Jin Woo bertanya sebelum pergi apakah seorang
pengacara bisa
berbohong di pengadilan, Dong Ho pikir Jin Woo
menunjuk dirinya.
“Bukan ini tentang ayahku, tapi aku yang memberitahumu bentuk pistol itu.” Kata Jin Woo
“Aku hanya membalas tindakan
mereka, Karena aku tahu Mereka
adalah pembohong dan an
kebohonganku bukan
apa-apanya daripada mereka.” Jelas Dong Ho lalu
pamit pulang lebih dulu karena harus membeli jas yang baru. Jin Woo tersenyum
seperti mengurangi rasa khawatirnya.
bersambung ke part 2
Cerita yg sgt menarik
BalasHapus