Sebuah mobil berwarna hijau metalic melewati jalan dengan
kecepatan cepat, didalamnya seorang pria mendengarkan siaran berita dari radio.
“Persidangan untuk
satpam Park akan digelar di Pengadilan Seoul hari ini. keluarga Park mengajukan gugatan terhadap KPLS (Kompensasi Pekerja dan Layanan Kesejahteraan) mengatakan bahwa akbibat kematiannya adalah kerja terlalu berat.”
Didepan pengadilan banyak orang yang melakukan demo
dengan membawa spanduk dan berteriak meneriakan tuntutan. Wartawan TV juga
laporkan berita dari pengadilan
“Penggugat
memenangkan sidang pertama. KPLS mengajukan banding atas keputusan tersebut dan sidang kedua dijadwalkan segera.”
Pengacara sosial telihat panik menelp manager memberitahu
sidang akan dimulai 5 menit lagi dan menanyakan kapan datang dengan nada marah
sudah mengabaikan telp dan pesannya. Manager memberitahu orangnya akan datang
untuk menyelesaikan
siding tapi sebelumnya mampir dulu ke kantor manajemen setelah
itu baru ke pengadilan jadi meminta untuk bersabar.
“Apa dia tahu dana untuk siding ini? Kenapa dia harus melakukan
ini? Dia
sungguh orang yang serakah!” teriak si pengacara
“Mulailah sendirian kalau begitu. Kau juga kan pengacara!” kata Manager kesal
“Bukannya kau sudah tahu? Aku mungkin berani sekarang, tapi saat aku melihat wajah hakim di pengadilan” ucap Si pengacara sadar dengan gugupnya.
“Kalau begitu kau mau apa? Jika kau mau mengandalkan Pengacara Seo hingga kau sembuh, Pengacara Song siap menggantikanmu, iyakan?” tegas Manager mengancam, si pengacara hanya bisa
berteriak kesal.
Didalam sidang, Pengacara Song Jae Ik terlihat mulai
gugup dengan kalimat terbata-bata menanyakan pada pengungat.
“Jadi... mendiang... menandatangani... kontrak pekerja tetap... Tapi dia... malah bekerja 90
jam...?” ucap Pengacara Song, Pengugat membenarkan. Orang-orang
yang melihat jalannya sidang menahan tawa melihat pengacara Song berbicara
terbata-bata.
“Apa dia... menerima gaji lembur?” Tanya Pengacara Song, Pengugat mengatakan tidak
“Jadi Dia... tak... menerimanya?” kata Pengacara Song menyakinkan, Pengugat mengatakan
suaminya tak menerima sekalipun.
Pengacara Song gugup melihat kursi dibagian Tergugat
masih kosong, didepan masih ada terikan “Satpam juga manusia!!! Akuilah bahwa dia sudah dijadikan budak!!!” Sebuah mobil hijau metalic berhenti, Jin Woo turun dari
mobil dan masuk ke pengadilan dengan pandangan lurus kedepan.
Di dalam ruang pengadilan, pengungat memberikan ceritanya
dengan wajah tertunduk.
“Kantor melarangnya untuk tidur bahkan sedang waktu istirahat Dan dia diancam akan dipecat jika dia melawan kantor.” Cerita Si pengungat tentang suaminya.
“Maksudmu, dia terpaksa bekerja lembur seperti ini? Jadi, bisa anda ceritakan penyebab kematiannya?” tanya jaksa penuntut, Pengacara Song panik melihat keluar
ruangan menunggu seseorang.
“Suamiku sudah lama mengidap Hepatitis B Dan kesehatannya makin memburuk setelah dia bekerja di villa itu. Lalu, karena kanker hati, dia...” ucap Pengungat menangis tak bisa menahan rasa sedihnya.
Pengacara Song langsung berdiri mendengar penyataan pengugat.
“Pernyataan itu hanyalah... dugaan... semata.” Kata Pengacara Song gagap dengan ludah muncrat-muncrat.
“Ini adalah catatan kesehatan dari Mendiang, Berdasarkan catatan ini, Hepatitis B yang memburuk akan menyebabkan kanker hati.” Kata Pengacara Pengungat memperlihatkan hasil medis dan
terlihat di layar monitor.
Pengacara Song menghela nafas dan duduk lemas, pintu
ruangan sidang dibuka. Jin Woo langsung masuk berjalan ke meja tergugat,
Pengacara Song tersenyum melihatnya. Hakim menanyakan apakah Jin Woo adalah
pengacara dari terdakwa. Ji Woo meminta maaf karena baru datang dan akan
memulai sesi pertanyaanya.
In Ah berdiri disebuah gedung dengan bertuliskan [Asrama Golden] lalu menaiki tangga melihat ada garis polisi yang
menutupi sebuah kamar, dibagian tangga terlihat beberapa orang sedang menikmati
jajamyung sambil mengobrol. Dengan tatapan yakin, In Ah langsung merobek garis
polisi dan masuk ke dalam.
Dua pria terlihat panik mengejar In Ah yang sudah masuk
ke dalam kamar memperingatinya agar tak masuk ke TKP. In Ah tak peduli memilih
untuk keluar dan masuk kamar lainya, Dua pria itu mengikutinya terlihat kesal
karena In Ah tak mendengar ucapanya.
“Anda bisa mengganggu penyelidikan kami!” teriak Si polisi
“Aku adalah Jaksa Lee In Ah, Dari Divisi Kriminal Seoul, Kantor Kejaksaan.” Tegas In Ah memperlihatkan tanda pengenalnya.
Seorang polisi lain masuk menyapa In Ah dengan wajah
ketakutan, In Ah membahas ada 8
pencurian terjadi di lantai 3F, padahal dalam
laporan di lantai 4 tak terjadi pencurian.
“Tapi, sekarang telah terjadi 2 pencurian di sana ‘kan? Apakah begini cara kalian membuat laporan? Ini tak bisa dibiarkan, Ketua ada di kantor, 'kan?” ucap In Ah pada polisi yang membuat laporan
sembarangan.
Diruang sidang, Jin Woo mulai dengan memberikan sesi
pertanyaan pada pengugat.
“Mendiang suami anda mengidap
Hepatitis B Dan anda
mengklaim bahwa dia
meninggal setelah
menderita kanker hati, akibat
kerja yang terlalu berat?” kata Jin Woo, Pengungat
membenarkan
“Ada sebuah artikel dalam majalah
Cell. Sebuah
majalah kesehatan yang
terkenal di dunia. Kasus
Hepatitis B yang menjadi kanker
hati memang sering terjadi.” Kata Jin Woo
memperlihatkan majalah yang dibawanya.
“Tapi, stres ataupun kerja yang terlalu berat bukanlah
penyebabnya. Dan juga,
karena almarhum menderita
Hepatitis B jika
memang kesehatannya memburuk, dia
bisa meminta pengurangan
jam kerja.” Jelas Jin Woo memperlihatkan majalah ke
meja hakim, Pengugat melotot mendengar penjelasan Jin Woo
“Bukannya saya sudah bilang? Dia akan dipecat jika mengeluh.” Kata pengugat terlihat gugup.
“Tapi, dia sendiri yang menawarkan diri untuk kerja lembur Dan akhirnya kesehatannya
memburuk.” Ucap Jin Woo yakin
“Tapi dia tak dibayar untuk kerja lembur!” teriak Si pengugat sambil berdiri, Hakim memperingatkan
agar menjaga sikap di pengadilan.
Jin Woo menatap si pengungat yang kembali duduk
memberitahu hasil penyelidikan mendiang suaminya sudah menerima gaji lembur dan
telah menyiapkan buktinya. Pengacara
Pengungat mengajukan keberatan karena bukti belum terdaftar jadi belum bisa
digunakan.
“Ini adalah slip gaji yang
membuktikan uang yang
diterima Mendiang dan Ini
adalah bukti penting terkait
dengan kasus ini.” kata Jin Woo memperlihatkan
lembaran kertas yang dibawanya, Hakim pun mengatakan Jin Woo bisa menunjukkan buktinya. Beberapa orang langsung saling berbisik
“Tidak hanya bukti itu, Jika
anda melihat lembaran kertas ini, tak
hanya gaji lembur, dia telah
menerima uang
tambahan lainnya.” Kata Jin Woo memperlihatka
lembaran kertas lainnya. Si pengungat terlihat kaget dan binggung.
“Misalnya, saat warga ingin membuang sampah mereka, maka dia menjual stiker seharga 5000
won. Yang
harga biasanya adalah 3.000 won.” Jelas Jin
Woo, pengungat mengelengkan kepala tak percaya, pengacara berdiri merasa Pernyataan Jin Woo tak memiliki bukti.
“Ini adalah daftar tanda tangan
warga. Sebanyak 80% warga mengatakan bahwa Mendiang sering melakukan penipuan ini.” ucap Jin Woo memperlihatkan lembaran kertas lainnya,
Semua terlihat diam, Pengugat pun tak percaya. Jin Woo mendekatkan tubuhnya ke
arah pengugat yang terlihat kebinggungan,
“Jika anda mengalikan 2.000 won per stickernya dan juga warga akan membuang sampahnya lebih dari 2300 kali Lalu Mendiang melakukannya selama 11 bulan. Dia bisa mengantongi sekitar 4,23 juta won secara ilegal.” Tegas Jin Woo, semua didalam ruang siang mulai
terdengar bisik-bisik.
“Dan ini Untuk menebus biaya pendidikan putrinya yang akan masuk Universitas Seni tahun ini, Jadi mendiang sendirilah yang memaksa dirinya.” Kata Jin Woo menunjuk seorang anak yang duduk
dibelakang sidang. Si pengugat terlihat menahan air matanya.
“Oleh karena itu, kanker hati yang merupakan penyebab kematian tidak berasal dari kerja
lemburnya. Karena
pekerjaan ini adalah keputusan Mendiang
sendiri. Oleh
karena itu, terdakwa tak
bisa menuntut atas kematiannya. Sekian
pembelaan saya.” Ucap Jin Woo menyudahi
pembelaanya. Air mata tergugat hanya bisa menangis, si anak hanya bisa menatap
ibunya yang menangis.
In Ah berjalan dilorong polisi melihat seorang wanita
berbicara pada detektif menanyakan apakah ia sudah menangkap
pelakunya, karena ia harus mencari uang yang telah
dicurinya. Polisi mengatakan akan akan menangkap pencurinya. Wanita itu mendesak kapan dan apakah uangnya akan kembali
lagi.
“Apa anda korban pencurian di asrama itu? Aku adalah jaksa atas kasus ini. Dan aku baru saja dari TKP.” Kata In Ah menghampiri korban
“Jaksa, tolong temukan uangku.” Ucap si wanita dengan memegang tanga In Ah.
In Ah mengajak si korban di ruang tunggu kantor polisi
dengan membawakan segelas kopi. Korban menceritakan pencuri sudah mengambil
semuanya, termasuk
uang untuk operasi ibunya, serta laptop dan cincin.
“Pelakunya pasti tertangkap dan juga uang untuk operasi ibu anda.” Kata In Ah, Si korban pun mengucapkan terimakasih
“Apa Anda bekerja di Ill Ho Grup?” tanya In Ah melihat name tag bertuliskan [Karyawan Magang, Kim Han Na]
“Aku masih magang, dan baru mau pekerjaan yang lain lagi.” Kata Han Na
“Bukannya kita akan menjadi
karyawan tetap
jika sudah lama mengabdi?” ucap In Ah
“Jaman sekarang, magang akan tetap jadi magang. Perusahaan akan memperkerjakan kami selama 6 bulan dan setelah itu membuang kami seperti permen karet.” Kata Han Na tertunduk pasrah
“Han Na... Pencurinya pasti tertangkap. Aku berjanji padamu.” Ucap In Ah berusaha menyakinkan Han Na.
In Ah turun dari mobil masuk ke dalam pengadilan sambil
menelp detektif agar mengatakan pada pemilik asrama untuk memperbaiki sistem
keamanannya dan menyewa
seorang satpan asrama.
Hakim keluar dari pengadilan melihat pulpen In Ah yang
jatuh, ketika ingin memanggil In Ah sibuk dengan ponselnya tak mendengarnya
terus berjalan. Hakim akhirnya mengambil pulpen milik In Ah. Jin Woo keluar
dari pengadilan sementara In Ah masuk dari pintu yang berbeda.
Didepan pengadilan
Pengacara Song membahas kasus yang mereka tangani
ternyata Ada juga orang yang kelebihan kerja dan ada juga kekurangan kerja, lalu menanyakan alasan penghuni yang tiba-tiba saja membuka mulutnya.
“Perwakilan warga mereka juga telah melakukan banyak korupsi. Aku mengancamnya akan membeberkan masalah tagihan pemanas dan akhirnya dia
langsung setuju kerja
sama denganku.” Jelas Jin Woo
“Tapi, apa kita memang pantas memenangkan ini?” kata Pengacara Song tak enak hati
“Aku mau ke kantor dulu. Tolong hubungi Manager Yoon.” Ucap Jin Woo
Pengacara Song menahan Jin Woo tak percaya akan pergi
sekarang, lalu bertanya dimana kantor mereka yang baru, Tiba-tiba anak dari
pengungat datang dan langsung mencengkram baju Jin Woo.
Anak pengungat meminta Jin Woo mengulangi perkataanya
kalau memang kesalahan ayahnya. Pengacara Song mendorong anak korban untuk tak
bersikap seperti itu pada pengacara andalannya. Hakim melihat anak pengugat
yang mencengkram baju Jin Woo dari kejauhan.
“Apa bekerja keras adalah sebuah kejahatan? Apa salah untuk bekerja siang dan malam agar
bisa menghidupi putrinya? Apakah
demi kemenangan kau tega membuat
ayahku terlihat seperti pencuri?” ucap si
anak tak terima
“Aku juga merasa kasihan. Tapi jika kau ingin melampiaskan amarahmu, kau telah salah orang. Bicaralah pada pengacaramu, karena Dialah yang tak becus membelamu Ataukah salahkan hokum yang membuat ayahmu seperti ini.” tegas Jin Woo melepaskan tangan si anak dan mendekatkan
wajahnya, Si anak menahan ari matanya yang hampir tumpah, setelah itu Jin Woo
pun berjalan pergi.
“Ayahku, telah mati-matian kerja untuk mereka dan mati seperti
anjing begini. Kau
adalah pengacara kaya yang tak
mungkin mengerti perasaan kami. Apa
ini yang kau sebut keadilan?” teriak si anak
histeris
Jin Woo sempat diam, seperti mengingat tentang dirinya
yang dulu hanya bisa menangis histeris tentang keadilan. Sang anak duduk
dilantai sambil menangis histeris, Pengacara Song tak tega memberikan sapu
tanganya, Jin Woo seperti tak peduli memilih untuk meninggalkan pengadilan.
Hakim melihat anak korban yang menangis histeris dan Jin Woo yang meninggalkan
pengadilan seperti tak peduli.
Wartawan langsung berlari ketika ada yang datang dan
langsung mengerubungi untuk menanyakan hasil keputusannya. Dong Ho dengan santai dan percaya dirinya mengambil
salah satu mic wartawan untuk berbicara.
“Putusan tak bersalah dijatuhkan, Karena klienku memang tak
bersalah!” tegas Dong Ho
“Bukankah 3 orang yang ditangkap bersama Bae Doo Cheol menerima hukuman penjara atas penggunaan narkoba?” tanya wartawan pria
“Dan juga jarum suntik itu
ditemukan di rumah
Bae Doo Cheol.” Kata wartawan wanita
“Pengadilan tak mengakuinya sebagai bukti di pengadilan.” Kata Dong Ho
Wartawan ingin membahas bukti tapi Dong Ho lebih dulu
menyuruhnya untuk diam, dengan menjelaskan masalah yang terjadi dikarenakan penyelidikan yang berlebihan dari pihak penuntut, telah menyebabkan luka bagi hidup
seorang anak muda dan tak akan pernah hilang.
Teman Gyu Nam datang dengan pakaian rapi, Wartawan ingin
bertanya tapi Dong Ho lebih dulu memeluknya dan menyuruh wartawan untuk minggir
karena mereka akan segera pulang.
Gyu Man sedang ada diperjalanan melihat berita dengan
gambar Dong Ho yang berjalan dengan Doo Chul, sambil berbicara ditelp kalau ia
sudah melihat beritanya.
“Bukannya sudah kubilang percaya padanya? Tak ada yang bias mengalahkan Pengacara Park.” Kata Gyu Man
“Aku mungkin masih akan meminjam jasanya nanti.” Ucap Doo Chul, Gyu Man hanya tersenyum lalu menutup
telpnya lalu tersenyum sinis melihat keluar jendela.
Gedung Ill Ho Grup
Dong Ho menemui tuan Bae bersama anaknya disebuah
ruangan. Tuan Bae menjabat tangan Dong Ho dengan berterimakasih karena sudah
bekerja keras. Dong Ho menyuruh keduanya duduk lalu
meminta Manager Pyun menutup jendela ruangan, hanya dengan tombol remote semua
tertutup.
“Aku melakukan yang terbaik karena dia adalah teman Presdir
Nam. Jaksa tak
akan menantang putusannya. Jadi,
kalian tak perlu khawatir lagi.” Jelas Dong Ho
“Terima kasih. Anda memang sungguh Ace dalam tim hukum Ill Ho.” Kata Doo Chul, Dong Ho merasa pujian itu berlebihan
“Ketua Nam Il Ho pasti merasa sangat aman. Karena kau, Gyu Man tak akan mendapat masalah besar..” Komentar Tuan Bae
“Tapi, akan lebih bagus tak berhubungan dengan pengacara. Walaupun begitu,
apa serunya hidup jika
tanpa masalah? Hubungi
aku kapan saja jika
kalian mendapat masalah.” Kata Dong Ho melirik Doo
Chul seperti memiliki sebuah rahasia. Tuan Bae kembali mengucapkan terimakasih.
Ruang rapat Ill Ho Grup, ada Joo il duduk didepan Gyu Man
ikut rapat dan Tuan Nam memberikan pernyataanya didepan rapat.
“Dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Ill Ho Grup mengalami peningkatan 27 triliun dan 8 triliun won
laba. Ini
adalah peningkatan yang hebat,” kata Tuan Nam, semua
memberikan tepuk tangan bahkan Joo Il sampai berdiri memberikan tepuk tangan.
“Terutama peningkatan pada Perusahaan Asuransi Ill Ho. Penyumbang terbesar yang
membawanya ke tempat
kedua di industri ini...” kata Tuan Nam, Gyu Man
tersenyum siap untuk berdiri.
Tuan Nam menyebut nama
Wakil Presdir Kang Man Soo, Gyu Man terlihat
sangat kecewa mendengarnya, Tuan Kang berdiri
dengan wajah tak percaya disambut dengan tepuk tangan dari semua anggota rapat.
Joo Il bertepuk tangan sangat bersemangat melihat Tuan Kang berdiri.
Joo Il menyalami semua anggota rapat yang keluar dari
ruangan, Tuan Kang pun akan keluar, Joo il langsung memuji Tuan Kang sangat
luar biasa karena dalam waktu singkat bisa menambahkan pemasukan untuk Ill Ho
grup. Tuan Kang terlihat merendahkan dirinya.
“Anda bisa bergabung kapan saja dalam tim Perindustrian Ill Ho, pintuku terbuka lebar” kata Joo Il, Tuan Kang tertawa
lalu pamit untuk keluar. Gyu Man masih duduk didalam ruang rapat melirik sinis
pada Tuan Kang yang bisa membuat ayahnya bangga, bukan dirinya sebagai anak.
Sesampai diruanganya, Gyu Man melampiaskan amarahnya
dengan melempar semua barang diatas meja, dengan nada tinggi akan memakan Tuan
Kang dan membuangnya, tapi karena ayahnya tak bisa melakukan itu. Sek Ahn
mengambil papan nama yang jatuh, mengungkapkan kinerja Tuan Kang memang baik.
“Hei!.... Apa kau membela Wakil Presdir?” ucap Gyu Man denga mata melotot, Sek Ahn langsung
tertunduk ketakutan berusaha untuk menjelaskan tapi Gyu Man menyuruhnya untuk
diam saja.
“Karena ayahku menyukainya, dia belagak seperti pemilik
perusahaan. Tunggu
saja, sampai
kudapat kesalahannya.” Kata Gyu Man dendam, Sek
Ahn tak berkomentar memilih untuk membereskan barang-barang yang berantakan.
Jin Woo sudah ada didalam mobil dengan Pengacara Song dan
Manager Yoon. Pengacara Song tak percaya kantor baru mereka ada dikawasan itu
padahal hargawa sewanya sangat mahal, lalu bertanya pada Manager Yoon apakah ia
sudah tahu. Manager Yoon mengaku tak mengetahui sama sekali.
“Bagaimana bisa kau dapat tempat
itu?” tanya Manager Yoon, Jin Woo hanya bisa tersenyum tanpa
menjawabnya.
Ketiganya berhenti disebuah gedung dengan bercat orange,
Pengacara Song yang melihatnya berkomentar Warna
bangunannya lumayan juga, lalu bertanya apakah ada
lift didalamnya. Jin Woo mengajak Manager Yoon untuk melihatnya, Pengacara Song
tetap bertanya apakah ada Lift didalamnya, Manager Yoon menyuruh Pengacara Song
menganggap kakinya itu lift dan mendorongnya untuk menaiki tangga, Jin Woo
tertawa melihat keduanya.
Dilantai atas
Manager Yoon sempat tersandung dengan barang-barang yang
masih berantakan dihalaman, Pengacara Song juga sempat menendang sesuatu yang
keras membuat kakinya kesakitan, ketika memegang papan nama kayu langsung jatuh
begitu saja membuat Manager Yoon ikut kaget.
Pengacara Song merasa mereka salah tempat dan mengajak
semuanya untuk pulang saja, Jin Woo menahanya memberitahu kalau tempat itu
adalah kantor mereka yang baru. Pengacara Song tertawa merasa kalau Jin Woo
sedang mengajaknya bercanda dan mengerjainya.
“Aku sudah mengerti sekarang, Lokasinya memang bagus.” Kata Manager Yoon tersenyum
“Apa-apaan ini? Apa kalian merahasiakan sesuatu? Kalian terus melupakanku!” jerit Pengacara Song tak terima
Manager Yoon dan Jin Woo memilih untuk sibuk membereskan
barang-barang yang berserakan, Pengacara Son menarik Manager Yoon agar
memberitahu, tapi manager enggan memberitahu. Pangacara Song kesal sambil
menendang barang lalu mengancam akan keluar dari kantor. Manager Yoon langsung
memukulnya sambil mengomel kalau nanti mereka tak akan mendapatkan banyak
kasus.
Jin Woo tertawa melihat keduanya seperti kucing dan
anjing saling berkelahi, Pengacara Song menjerit karena punggungnya terasa
sakit. Jin Woo menatap ke arah depan sebuah gedung dengan layar besar, tempat
perusahan Asuransi milik Grup Ill Ho.
In Ah berjalan ke depan rumah Jin Woo tanpa penghuni, di
pintu sudah banyak tempelan kertas dan surat yang berceceran didepan pintu
karena tak ada yang mengambilnya, ia berusaha masuk tapi pintunya terkunci.
Flash Back
In Ah menahan Jin Woo untuk tak pergi berjanji akan
mencarikan pengacara yang hebat untuk menyelamatkan ayahnya.
“Apakah menahan orang yang tak
bersalah di
penjara eksekusi itu juga adil? Dan
kenapa aku dipanggil anak
seorang pembunuh? Aku
adalah anak ayahku! Kenapa mereka
memanggilku anak pembunuh?” teriak Jin Woo, In Ah
tak bisa berkata-kata
“Aku tak bisa kehilangan semuanya lagi.” Tegas Jin Woo lalu pergi membawa kopernya. In Ah hanya
bisa menangis melihat kepergian Jin Woo.
In Ah mengingat semuanya, bertanya-tanya dimana keberadan
Jin Woo dan apa yang akan dilakukanya.
Jin Woo tinggal disebuah gedung yang penuh dengan buku di
bagian dinding dekat tangga ada bagan dan tempelan kertas dalam bentuk yang
sangat besar. Ia membuat Pohon Keluarga Nam Il Ho, dengan ayah dan dua anaknya. Foto Gyu Nam diberi
note [Nam Gyu Man,
32 Presedir
Asuransi Ill Ho] lalu
dibawahnya Sek Ahn yang bertuliskan [Asisten Nam Il Ho]
Dibagian samping adik Gyun Man [Nam Yeo Gyung, 27 Jaksa Pengadilan Seoul] Foto Ayah Joo Ah dan Joo Ah yang telah meninggal, berita
ayahnya ditangkap dan dituduh sebagai pembunuh. Foto Jaksa Hong dengan Note [Jaksa Pengadilan Seoul sekarang telah menjadi Kepala Jaksa]
Ada foto dokter yang memberikan saksi dengan mengubah
pernyataanya, Detektif yang menangkap ayahnya sebagai saksi, dibagian atas Foto
Doo Chul, sebagai saksi pertama dengan note [Teman
Nam Gyu Man, yang
juga ada dalam video.]
Jin Woo terus melihat ada foto Tuan Kang disisi lainya
sebagai Wakil Presdir asuransi lalu berita tentang Joo il dan foto Pengacara
Park Dong Ho yang tersenyum sumringah serta Pengacara
Kim Myung Jin.
Di penjara
Jin Woo menemui ayahnya, Tuan Seo tak ingat apapun
bertanya apakah Jin Woo adalah pengacara barunya. Jin Woo terdiam seperti
menahan rasa sedihnya, Tuan Seo mengaku tak ingat tapi merasa Jin Woo selalu bersikap baik padanya. Jin Woo mengeluarkan kalung dari saku jasnya dan
memberikan pada ayahnya. Tuan Seo
melihat kalung dengan bantul cincin merasa pernah
melihat sebelumnya, lalu menatap anaknya dan baru
sadar kalau itu Jin Woo anaknya sambil memegang tangan anaknya meminta maaf
karena tak mengenal anaknya sendiri.
“Jangan khawatir, aku baik-baik
saja. Aku sudah
senang, walaupun hanya
memegang tangan ayah.” Kata Jin Woo berkaca-kaca
“Tapi, kenapa kau jadi kurus
begini? Kau pasti
terlalu giat belajar. Kenapa
kau ingin menjadi pengacara?” ucap Tuan Seo, Jin Woo
mengaku hanya ingin lalu memperlihatkan Pin sudah menjadi
pengacara.
“Anakku berhasil! Kau akhirnya berhasil!” jerit Tuan Seo bahagia, Jin Woo pun tersenyum melihat
ayahnya bahagia.
Tiba-tiba tuan Seo terdiam merasa sudah pernah ucapan
selamat sebelumnya, Jin Woo mengaku ayahnya belum
pernah melakukan itu dan sengaja datang karena hari ini sudah menjadi
pengacara. Tuan Seo mengelengkan kepala sambil menangis merasa anaknya sudah
pernah memperlihatkan itu. Jin Woo tertunduk sebentar seperti berusaha menahan
rasa sedihnya.
“Ayah...Yang perlu ayah lakukan adalah percaya padaku....dan Jangan menangis...” pinta Jin Woo, tapi ayahnya tetap menangis.
“Bukan ayah yang harus duduk di sana.....Ayah, ini baru awalnya.” Gumam Jin Woo menatap ayahnya yang terus menangis.
Jin Woo mengingat saat berada didalam mobil dan tiba-tiba
mobilnya ditabrak membuat ibu dan kakaknya meninggal seketika. Tanganya
memegang kalung dengan bandul cincin, meraba kaca dengan foto keluarga Seo
didalamnya. Dong Ho datang menempelkan bunga dikaca milik mendiang ayahnya dan
berdoa sejenak.
“Hari peringatan kematian orang tua kita sama. Takdir memang kejam pada kita.” Ungkap Dong Ho, Jin Woo pun menatap mantan pengacara
ayahnya.
“Sebenarnya aku tak mau datang, karena aku tak mau bertemu
denganmu. Tapi, aku
bisa menjadi anak durhaka
jika tak datang ke sini. Kudengar,
kau sudah jadi pengacara?” kata Dong Ho, Jin Woo
membenarkan
“Bagaimana kabar ayahmu? Kau sudah menjadi pengacara, apa kau akan membela ayahmu?” tanya Dong Ho terdengar masih peduli
“Pertama, aku mau menghasilkan lebih banyak uang dulu. Ujian pengacara telah menghabiskan banyak uangku.” Ucap Jin Woo dengan senyuman sinisnya.
Lalu ia mendekati Dong Ho memberikan kartu nama
memberitahu sudah memulai jam kerjanya. Dong Ho melihat kartu nama dengan slogan [Firma Hukum. Kami
akan Memenangkan dengan Kebenaran.] lalu menatap Jin Woo perlu meninggalkan rumah duka.
Jin Woo mengendari mobilnya dengan kecepatan tinggi,
matanya melotot tajam mengingat saat sidang ketika hakim menanyakan apakah memiliki bukti yang saksi sedang bicarakan. Dong Ho mengatakan tak memilikinya, Jin Woo menatap
ayahnya disamping Dong Ho tanpa bisa berbuat apa-apa.
“Saya menetapkan hukuman mati untuk terdakwa Seo Jae Hyuk.” Kata Hakim menyudahi sidang kasus ayahnya dengan
ketukan palu.
Jin Woo dan ayahnya harus berpisah didepan pengadilan dan
ketika keluar melihat Dong Ho yang berjabat tangan dengan Jaksa Hong, terlihat
Dong Ho tak bisa menatapnya. Akhirnya Jin Woo menghentikan mobilnya, takut terjadi
sesuatu karena konsentrasinya terpecah.
Ia keluar dari mobil teringat terakhir kali memberikan
pukulan pada Dong Ho sambil berteriak Dong Ho itu lebih
brengsek dari orang
yang membunuh Oh Jung Ah dan berjanji akan
menyelesaikan yang telah dimulai oleh Dong Ho.
Dong Ho masuk ke dalam kantor Ill Ho, Manager Pyun
binggung menjelaskan tentang Jin Woo, menurutnya anak itu sama mirip dengan
bosnya. Dong Ho terlihat tak suka dimiripkan dengan Jin Woo.
“Saat pertama kali kau menjadi pengacara... Kau mengambil semua jenis kasus persidangan.” Jelas Manager Pyun, Dong Ho hanya diam tanpa banyak
komentar.
In Ah masuk ke kantor kejaksaan, Yeo Kyung dengan sinis
menyindir In Ah yang kemarin mengunjungi kantor polisi. In Ah membenarka kalau
ia baru saja menemui Kepala polisi. Yeo Kyung merasa jika In Ah pergi
ke kantor polisi terus menerus, menurutnya In Ah lebih baik jadi detektif saja daripada
Jaksa.
“Apa pedulimu aku jadi jaksa atau detektif?” balas In Ah, terdengar seseorang memanggil Yeo Kyung.
“Oppa! Bukannya kau akan datang terlambat?” kata Yeo Kyung melihat Hakim yang datang, Hakim
memberitahu kerjaanya sudah selesai.
“Apa kabar? Kau terlihat sangat sibuk belakangan ini.” sapa Hakim pada In Ah
“Kasus yang kuhadapi akan sulit.” Kata In Ah ramah
Yeo Kyung tak ingin In Ah dekat dengan Hakim mengingatkan
mereka untuk janji minum kopi bersama. Hakim pun pamit, In Ah melihat Yeo Kyung
yang mengandeng tangan Hakim untuk berjalan bersama.
Yeo Kyung berjalan bersama dengan Hakim sambil bertanya
apakah mereka dekat, Hakim merasa hanya saling menyapa saja kalau tak sengaja
bertemu. Terdengar teriakan dari bawah, Pengacara Tak memarahi In Ah seperti
detektif datang ke kantor polisi.
Kau
telah menghabiskan masa mudamu untuk
belajar dan menjadi jaksa. Tapi,
kau tak percaya pada
laporan detektif Dan
kau pergi memeriksanya sendiri. bahkan kau bergabung mereka dalam penyelidikan? Mereka sudah mengirimkan keluhan mereka pada kita” teriak Pengacara Kang, Yeo Kyung melihat In Ah hanya
tertunduk
“Tapi, tak ada aturan yang melarang jaksa untuk mengunjungi TKP.” Jelas In Ah dengan wajah tertunduk.
“Yang aku maksud adalah pembagian tugas!! Detektif yang bertugas untuk menangkap penjahatnya. Jaksa bertugas memimpin
investigasi dan
menyerahkan hasil ke meja hakim! Kau
pasti tahu itu. Lalu,
kenapa sikapmu seperti ini?” teriak Pengacara Kang,
In Ah mengangkat wajahnya.
“Karena kita semua manusia.... Investigasi dilakukan oleh
manusia, dan
detektif juga manusia. Manusia
bisa melakukan sebuah kesalahan
sekecil apapun itu. Keluarga
korbanlah yang akan menderita
jika keadilan tak ditegakkan. Aku menjadi jaksa untuk mencegah hal itu terjadi dan akan tetap pergi ke TKP.” Tegas In Ah. Pengacara Kang mendengarkan tanpa
berkedip.
“Aku akan selalu menjaga keadilan sebagai jaksa.” Kata In Ah memperlihatkan ID Cardnya sebagai jaksa,
Pengacara Kang terlihat gemas melihat juniornya yang membuatnya tak habis
pikir. In Ah tersenyum pamit pergi karena banyak pekerjaan yang menunggu. Hakim
melihat In Ah dari atas dengan senyuman lalu berjalan meninggalkan tempatnya.
bersambung ke part 2
FACEBOOK : Dyah Deedee TWITTER @dyahdeedee09
INSTRAGRAM dyahdeedee09 FANPAGE Korean drama addicted
Hakim nya itu kayaknya dah mulai suka ni sama in ah. . Haha
BalasHapus