PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Jumat, 25 Desember 2015

Sinopsis Remember Episode 5 Part 1


Sebuah mobil berwarna hijau metalic melewati jalan dengan kecepatan cepat, didalamnya seorang pria mendengarkan siaran berita dari radio.
Persidangan untuk satpam Park akan digelar di Pengadilan Seoul hari ini. keluarga Park  mengajukan gugatan terhadap KPLS (Kompensasi Pekerja dan Layanan Kesejahteraan) mengatakan bahwa akbibat kematiannya  adalah kerja terlalu berat.
Didepan pengadilan banyak orang yang melakukan demo dengan membawa spanduk dan berteriak meneriakan tuntutan. Wartawan TV juga laporkan berita dari pengadilan
Penggugat memenangkan sidang pertama. KPLS mengajukan banding atas keputusan tersebut dan sidang kedua dijadwalkan segera.

Pengacara sosial telihat panik menelp manager memberitahu sidang akan dimulai 5 menit lagi dan menanyakan kapan datang dengan nada marah sudah mengabaikan telp dan pesannya. Manager memberitahu orangnya akan datang untuk menyelesaikan siding tapi sebelumnya mampir dulu ke kantor manajemen setelah itu baru ke pengadilan jadi meminta untuk bersabar.
Apa dia tahu dana untuk siding ini? Kenapa dia harus melakukan ini? Dia sungguh orang yang serakah!” teriak si pengacara
Mulailah sendirian kalau begitu. Kau juga kan pengacara!” kata Manager kesal
Bukannya kau sudah tahu? Aku mungkin berani sekarang, tapi saat aku melihat wajah hakim di pengadilan” ucap Si pengacara sadar dengan gugupnya.
Kalau begitu kau mau apa? Jika kau mau mengandalkan Pengacara Seo hingga kau sembuh, Pengacara Song siap menggantikanmu, iyakan?” tegas Manager mengancam, si pengacara hanya bisa berteriak kesal.

Didalam sidang, Pengacara Song Jae Ik terlihat mulai gugup dengan kalimat terbata-bata menanyakan pada pengungat.
Jadi... mendiang... menandatangani... kontrak pekerja tetap... Tapi dia... malah bekerja 90 jam...?” ucap Pengacara Song, Pengugat membenarkan. Orang-orang yang melihat jalannya sidang menahan tawa melihat pengacara Song berbicara terbata-bata. 
Apa dia... menerima gaji lembur?” Tanya Pengacara Song, Pengugat mengatakan tidak
“Jadi Dia... tak... menerimanya?” kata Pengacara Song menyakinkan, Pengugat mengatakan suaminya tak menerima sekalipun.
Pengacara Song gugup melihat kursi dibagian Tergugat masih kosong, didepan masih ada terikan Satpam juga manusia!!! Akuilah bahwa dia sudah dijadikan budak!!!” Sebuah mobil hijau metalic berhenti, Jin Woo turun dari mobil dan masuk ke pengadilan dengan pandangan lurus kedepan. 

Di dalam ruang pengadilan, pengungat memberikan ceritanya dengan wajah tertunduk.
Kantor melarangnya untuk tidur bahkan sedang waktu istirahat Dan dia diancam akan dipecat jika dia melawan kantor.” Cerita Si pengungat tentang suaminya.
Maksudmu, dia terpaksa bekerja lembur seperti ini? Jadi, bisa anda ceritakan penyebab kematiannya?” tanya jaksa penuntut, Pengacara Song panik melihat keluar ruangan menunggu seseorang.
Suamiku sudah lama mengidap Hepatitis B Dan kesehatannya makin memburuk setelah dia bekerja di villa itu. Lalu, karena kanker hati, dia...” ucap Pengungat menangis tak bisa menahan rasa sedihnya. Pengacara Song langsung berdiri mendengar penyataan pengugat.

Pernyataan itu hanyalah... dugaan... semata.” Kata Pengacara Song gagap dengan ludah muncrat-muncrat.
Ini adalah catatan kesehatan dari Mendiang, Berdasarkan catatan ini, Hepatitis B yang memburuk akan menyebabkan kanker hati.” Kata Pengacara Pengungat memperlihatkan hasil medis dan terlihat di layar monitor.
Pengacara Song menghela nafas dan duduk lemas, pintu ruangan sidang dibuka. Jin Woo langsung masuk berjalan ke meja tergugat, Pengacara Song tersenyum melihatnya. Hakim menanyakan apakah Jin Woo adalah pengacara dari terdakwa. Ji Woo meminta maaf karena baru datang dan akan memulai sesi pertanyaanya.

In Ah berdiri disebuah gedung dengan bertuliskan [Asrama Golden] lalu menaiki tangga melihat ada garis polisi yang menutupi sebuah kamar, dibagian tangga terlihat beberapa orang sedang menikmati jajamyung sambil mengobrol. Dengan tatapan yakin, In Ah langsung merobek garis polisi dan masuk ke dalam.
Dua pria terlihat panik mengejar In Ah yang sudah masuk ke dalam kamar memperingatinya agar tak masuk ke TKP. In Ah tak peduli memilih untuk keluar dan masuk kamar lainya, Dua pria itu mengikutinya terlihat kesal karena In Ah tak mendengar ucapanya.
Anda bisa mengganggu penyelidikan kami!” teriak Si polisi
Aku adalah Jaksa Lee In Ah, Dari Divisi Kriminal Seoul, Kantor Kejaksaan.” Tegas In Ah memperlihatkan tanda pengenalnya.
Seorang polisi lain masuk menyapa In Ah dengan wajah ketakutan, In Ah membahas  ada 8 pencurian terjadi di lantai 3F, padahal dalam laporan di lantai 4 tak terjadi pencurian.
Tapi, sekarang telah terjadi 2 pencurian di sana ‘kan? Apakah begini cara kalian membuat laporan? Ini tak bisa dibiarkan, Ketua ada di kantor, 'kan?” ucap In Ah pada polisi yang membuat laporan sembarangan. 

Diruang sidang, Jin Woo mulai dengan memberikan sesi pertanyaan pada pengugat.
“Mendiang suami anda mengidap Hepatitis B Dan anda mengklaim bahwa dia meninggal setelah menderita kanker hati, akibat kerja yang terlalu berat?” kata Jin Woo, Pengungat membenarkan
Ada sebuah artikel dalam majalah Cell. Sebuah majalah kesehatan yang terkenal di dunia. Kasus Hepatitis B yang menjadi kanker hati memang sering terjadi.” Kata Jin Woo memperlihatkan majalah yang dibawanya.
Tapi, stres ataupun kerja yang terlalu berat bukanlah penyebabnya. Dan juga, karena almarhum menderita Hepatitis B jika memang kesehatannya memburuk, dia bisa meminta pengurangan jam kerja.” Jelas Jin Woo memperlihatkan majalah ke meja hakim, Pengugat melotot mendengar penjelasan Jin Woo
Bukannya saya sudah bilang? Dia akan dipecat jika mengeluh.” Kata pengugat terlihat gugup.
Tapi, dia sendiri yang menawarkan diri untuk kerja lembur Dan akhirnya kesehatannya memburuk.” Ucap Jin Woo yakin

Tapi dia tak dibayar untuk kerja lembur!” teriak Si pengugat sambil berdiri, Hakim memperingatkan agar menjaga sikap di pengadilan.
Jin Woo menatap si pengungat yang kembali duduk memberitahu hasil penyelidikan mendiang suaminya sudah menerima gaji lembur dan telah menyiapkan buktinya. Pengacara Pengungat mengajukan keberatan karena bukti belum terdaftar jadi belum bisa digunakan. 
Ini adalah slip gaji yang membuktikan uang yang diterima Mendiang dan Ini adalah bukti penting terkait dengan kasus ini.” kata Jin Woo memperlihatkan lembaran kertas yang dibawanya, Hakim pun mengatakan Jin Woo  bisa menunjukkan buktinya. Beberapa orang langsung saling berbisik
Tidak hanya bukti itu,  Jika anda melihat lembaran kertas ini, tak hanya gaji lembur, dia telah menerima uang tambahan lainnya.” Kata Jin Woo memperlihatka lembaran kertas lainnya. Si pengungat terlihat kaget dan binggung.

Misalnya, saat warga ingin membuang sampah mereka, maka dia menjual stiker seharga 5000 won. Yang harga biasanya adalah 3.000 won.” Jelas Jin Woo, pengungat mengelengkan kepala tak percaya, pengacara berdiri merasa  Pernyataan Jin Woo tak memiliki bukti.
Ini adalah daftar tanda tangan warga. Sebanyak 80% warga mengatakan bahwa Mendiang sering melakukan penipuan ini.” ucap Jin Woo memperlihatkan lembaran kertas lainnya, Semua terlihat diam, Pengugat pun tak percaya. Jin Woo mendekatkan tubuhnya ke arah pengugat yang terlihat kebinggungan,
Jika anda mengalikan 2.000 won per stickernya dan juga warga akan membuang sampahnya lebih dari 2300 kali Lalu Mendiang melakukannya selama 11 bulan. Dia bisa mengantongi sekitar 4,23 juta won secara ilegal.” Tegas Jin Woo, semua didalam ruang siang mulai terdengar bisik-bisik.

“Dan ini Untuk menebus biaya pendidikan putrinya yang akan masuk Universitas Seni tahun ini, Jadi mendiang sendirilah yang memaksa dirinya.” Kata Jin Woo menunjuk seorang anak yang duduk dibelakang sidang. Si pengugat terlihat menahan air matanya.
Oleh karena itu, kanker hati yang merupakan penyebab kematian tidak berasal dari kerja lemburnya. Karena pekerjaan ini adalah keputusan Mendiang sendiri. Oleh karena itu, terdakwa tak bisa menuntut atas kematiannya. Sekian pembelaan saya.” Ucap Jin Woo menyudahi pembelaanya. Air mata tergugat hanya bisa menangis, si anak hanya bisa menatap ibunya yang menangis. 

In Ah berjalan dilorong polisi melihat seorang wanita berbicara pada detektif menanyakan apakah ia sudah menangkap pelakunya, karena ia harus mencari uang yang telah dicurinya. Polisi mengatakan akan akan menangkap pencurinya. Wanita itu mendesak kapan dan apakah uangnya akan kembali lagi.
Apa anda korban pencurian di asrama itu? Aku adalah jaksa atas kasus ini. Dan aku baru saja dari TKP.” Kata In Ah menghampiri korban
Jaksa, tolong temukan uangku.” Ucap si wanita dengan memegang tanga In Ah. 

In Ah mengajak si korban di ruang tunggu kantor polisi dengan membawakan segelas kopi. Korban menceritakan pencuri sudah mengambil semuanya, termasuk uang untuk operasi ibunya, serta laptop dan cincin.
Pelakunya pasti tertangkap dan juga uang untuk operasi ibu anda.” Kata In Ah, Si korban pun mengucapkan terimakasih
“Apa Anda bekerja di Ill Ho Grup?” tanya In Ah melihat name tag bertuliskan  [Karyawan Magang, Kim Han Na]
Aku masih magang, dan baru mau pekerjaan yang lain lagi.” Kata Han Na
Bukannya kita akan menjadi karyawan tetap jika sudah lama mengabdi?” ucap In Ah
Jaman sekarang, magang akan tetap jadi magang. Perusahaan akan memperkerjakan kami selama 6 bulan dan setelah itu membuang kami seperti permen karet.” Kata Han Na tertunduk pasrah
Han Na... Pencurinya pasti tertangkap. Aku berjanji padamu.” Ucap In Ah berusaha menyakinkan Han Na. 

In Ah turun dari mobil masuk ke dalam pengadilan sambil menelp detektif agar mengatakan pada pemilik asrama untuk memperbaiki sistem keamanannya dan menyewa seorang satpan asrama.
Hakim keluar dari pengadilan melihat pulpen In Ah yang jatuh, ketika ingin memanggil In Ah sibuk dengan ponselnya tak mendengarnya terus berjalan. Hakim akhirnya mengambil pulpen milik In Ah. Jin Woo keluar dari pengadilan sementara In Ah masuk dari pintu yang berbeda. 

Didepan pengadilan
Pengacara Song membahas kasus yang mereka tangani ternyata Ada juga orang yang kelebihan kerja dan ada juga kekurangan kerja, lalu menanyakan alasan penghuni yang tiba-tiba saja membuka mulutnya.
Perwakilan warga mereka juga telah melakukan banyak korupsi. Aku mengancamnya akan membeberkan masalah tagihan pemanas dan  akhirnya dia langsung setuju kerja sama denganku.” Jelas Jin Woo
Tapi, apa kita memang pantas memenangkan ini?” kata Pengacara Song tak enak hati
Aku mau ke kantor dulu. Tolong hubungi Manager Yoon.” Ucap Jin Woo
Pengacara Song menahan Jin Woo tak percaya akan pergi sekarang, lalu bertanya dimana kantor mereka yang baru, Tiba-tiba anak dari pengungat datang dan langsung mencengkram baju Jin Woo. 

Anak pengungat meminta Jin Woo mengulangi perkataanya kalau memang kesalahan ayahnya. Pengacara Song mendorong anak korban untuk tak bersikap seperti itu pada pengacara andalannya. Hakim melihat anak pengugat yang mencengkram baju Jin Woo dari kejauhan.
Apa bekerja keras adalah sebuah kejahatan? Apa salah untuk bekerja siang dan malam  agar bisa menghidupi putrinya? Apakah demi kemenangan kau tega membuat ayahku terlihat seperti pencuri?” ucap si anak tak terima
Aku juga merasa kasihan. Tapi jika kau ingin melampiaskan amarahmu, kau telah salah orang. Bicaralah pada pengacaramu, karena Dialah yang tak becus membelamu Ataukah salahkan hokum yang membuat ayahmu seperti ini.” tegas Jin Woo melepaskan tangan si anak dan mendekatkan wajahnya, Si anak menahan ari matanya yang hampir tumpah, setelah itu Jin Woo pun berjalan pergi. 

Ayahku, telah mati-matian kerja untuk mereka dan mati seperti anjing begini. Kau adalah pengacara kaya yang tak mungkin mengerti perasaan kami. Apa ini yang kau sebut keadilan?” teriak si anak histeris
Jin Woo sempat diam, seperti mengingat tentang dirinya yang dulu hanya bisa menangis histeris tentang keadilan. Sang anak duduk dilantai sambil menangis histeris, Pengacara Song tak tega memberikan sapu tanganya, Jin Woo seperti tak peduli memilih untuk meninggalkan pengadilan. Hakim melihat anak korban yang menangis histeris dan Jin Woo yang meninggalkan pengadilan seperti tak peduli. 

Wartawan langsung berlari ketika ada yang datang dan langsung mengerubungi untuk menanyakan hasil keputusannya. Dong Ho dengan santai dan percaya dirinya mengambil salah satu mic wartawan untuk berbicara.
Putusan tak bersalah dijatuhkan, Karena klienku memang tak bersalah!” tegas Dong Ho
Bukankah 3 orang yang ditangkap bersama Bae Doo Cheol menerima hukuman penjara atas penggunaan narkoba?” tanya wartawan pria
Dan juga jarum suntik itu ditemukan di rumah Bae Doo Cheol.” Kata wartawan wanita
Pengadilan tak mengakuinya sebagai bukti di pengadilan.” Kata Dong Ho
Wartawan ingin membahas bukti tapi Dong Ho lebih dulu menyuruhnya untuk diam, dengan menjelaskan masalah yang terjadi dikarenakan penyelidikan yang berlebihan dari pihak penuntut, telah menyebabkan luka bagi hidup seorang anak muda dan tak akan pernah hilang.
Teman Gyu Nam datang dengan pakaian rapi, Wartawan ingin bertanya tapi Dong Ho lebih dulu memeluknya dan menyuruh wartawan untuk minggir karena mereka akan segera pulang. 

Gyu Man sedang ada diperjalanan melihat berita dengan gambar Dong Ho yang berjalan dengan Doo Chul, sambil berbicara ditelp kalau ia sudah melihat beritanya.
Bukannya sudah kubilang percaya padanya? Tak ada yang bias mengalahkan Pengacara Park.” Kata Gyu Man
Aku mungkin masih akan meminjam jasanya nanti.” Ucap Doo Chul, Gyu Man hanya tersenyum lalu menutup telpnya lalu tersenyum sinis melihat keluar jendela. 

Gedung Ill Ho Grup
Dong Ho menemui tuan Bae bersama anaknya disebuah ruangan. Tuan Bae menjabat tangan Dong Ho dengan berterimakasih karena sudah bekerja keras. Dong Ho menyuruh keduanya duduk lalu meminta Manager Pyun menutup jendela ruangan, hanya dengan tombol remote semua tertutup.
Aku melakukan yang terbaik karena dia adalah teman Presdir Nam. Jaksa tak akan menantang putusannya. Jadi, kalian tak perlu khawatir lagi.” Jelas Dong Ho
Terima kasih. Anda memang sungguh Ace dalam tim hukum Ill Ho.” Kata Doo Chul, Dong Ho merasa pujian itu berlebihan
Ketua Nam Il Ho pasti merasa sangat aman. Karena kau, Gyu Man tak akan mendapat masalah besar..” Komentar Tuan Bae
Tapi, akan lebih bagus tak berhubungan dengan pengacara. Walaupun begitu, apa serunya hidup jika tanpa masalah? Hubungi aku kapan saja jika kalian mendapat masalah.” Kata Dong Ho melirik Doo Chul seperti memiliki sebuah rahasia. Tuan Bae kembali mengucapkan terimakasih. 

Ruang rapat Ill Ho Grup, ada Joo il duduk didepan Gyu Man ikut rapat dan Tuan Nam memberikan pernyataanya didepan rapat.
Dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Ill Ho Grup mengalami peningkatan 27 triliun dan 8 triliun won laba. Ini adalah peningkatan yang hebat,” kata Tuan Nam, semua memberikan tepuk tangan bahkan Joo Il sampai berdiri memberikan tepuk tangan.
Terutama peningkatan pada Perusahaan Asuransi Ill Ho. Penyumbang terbesar yang membawanya ke tempat kedua di industri ini...” kata Tuan Nam, Gyu Man tersenyum siap untuk berdiri.
Tuan Nam menyebut nama  Wakil Presdir Kang Man Soo, Gyu Man terlihat sangat kecewa mendengarnya, Tuan Kang berdiri dengan wajah tak percaya disambut dengan tepuk tangan dari semua anggota rapat. Joo Il bertepuk tangan sangat bersemangat melihat Tuan Kang berdiri. 

Joo Il menyalami semua anggota rapat yang keluar dari ruangan, Tuan Kang pun akan keluar, Joo il langsung memuji Tuan Kang sangat luar biasa karena dalam waktu singkat bisa menambahkan pemasukan untuk Ill Ho grup. Tuan Kang terlihat merendahkan dirinya.
Anda bisa bergabung kapan saja dalam tim Perindustrian Ill Ho, pintuku terbuka lebar” kata Joo Il, Tuan Kang tertawa lalu pamit untuk keluar. Gyu Man masih duduk didalam ruang rapat melirik sinis pada Tuan Kang yang bisa membuat ayahnya bangga, bukan dirinya sebagai anak. 

Sesampai diruanganya, Gyu Man melampiaskan amarahnya dengan melempar semua barang diatas meja, dengan nada tinggi akan memakan Tuan Kang dan membuangnya, tapi karena ayahnya tak bisa melakukan itu. Sek Ahn mengambil papan nama yang jatuh, mengungkapkan kinerja Tuan Kang memang baik.
Hei!.... Apa kau membela Wakil Presdir?” ucap Gyu Man denga mata melotot, Sek Ahn langsung tertunduk ketakutan berusaha untuk menjelaskan tapi Gyu Man menyuruhnya untuk diam saja.  
Karena ayahku menyukainya, dia belagak seperti pemilik perusahaan. Tunggu saja, sampai kudapat kesalahannya.” Kata Gyu Man dendam, Sek Ahn tak berkomentar memilih untuk membereskan barang-barang yang berantakan. 

Jin Woo sudah ada didalam mobil dengan Pengacara Song dan Manager Yoon. Pengacara Song tak percaya kantor baru mereka ada dikawasan itu padahal hargawa sewanya sangat mahal, lalu bertanya pada Manager Yoon apakah ia sudah tahu. Manager Yoon mengaku tak mengetahui sama sekali.
Bagaimana bisa kau dapat tempat itu?” tanya Manager Yoon, Jin Woo hanya bisa tersenyum tanpa menjawabnya.
Ketiganya berhenti disebuah gedung dengan bercat orange, Pengacara Song yang melihatnya berkomentar Warna bangunannya lumayan juga, lalu bertanya apakah ada lift didalamnya. Jin Woo mengajak Manager Yoon untuk melihatnya, Pengacara Song tetap bertanya apakah ada Lift didalamnya, Manager Yoon menyuruh Pengacara Song menganggap kakinya itu lift dan mendorongnya untuk menaiki tangga, Jin Woo tertawa melihat keduanya. 

Dilantai atas
Manager Yoon sempat tersandung dengan barang-barang yang masih berantakan dihalaman, Pengacara Song juga sempat menendang sesuatu yang keras membuat kakinya kesakitan, ketika memegang papan nama kayu langsung jatuh begitu saja membuat Manager Yoon ikut kaget.
Pengacara Song merasa mereka salah tempat dan mengajak semuanya untuk pulang saja, Jin Woo menahanya memberitahu kalau tempat itu adalah kantor mereka yang baru. Pengacara Song tertawa merasa kalau Jin Woo sedang mengajaknya bercanda dan mengerjainya.
Aku sudah mengerti sekarang, Lokasinya memang bagus.” Kata Manager Yoon tersenyum
Apa-apaan ini? Apa kalian merahasiakan sesuatu? Kalian terus melupakanku!” jerit Pengacara Song tak terima
Manager Yoon dan Jin Woo memilih untuk sibuk membereskan barang-barang yang berserakan, Pengacara Son menarik Manager Yoon agar memberitahu, tapi manager enggan memberitahu. Pangacara Song kesal sambil menendang barang lalu mengancam akan keluar dari kantor. Manager Yoon langsung memukulnya sambil mengomel kalau nanti mereka tak akan mendapatkan banyak kasus.
Jin Woo tertawa melihat keduanya seperti kucing dan anjing saling berkelahi, Pengacara Song menjerit karena punggungnya terasa sakit. Jin Woo menatap ke arah depan sebuah gedung dengan layar besar, tempat perusahan Asuransi milik Grup Ill Ho. 

In Ah berjalan ke depan rumah Jin Woo tanpa penghuni, di pintu sudah banyak tempelan kertas dan surat yang berceceran didepan pintu karena tak ada yang mengambilnya, ia berusaha masuk tapi pintunya terkunci.
Flash Back
In Ah menahan Jin Woo untuk tak pergi berjanji akan mencarikan pengacara yang hebat untuk menyelamatkan ayahnya.
Apakah menahan orang yang tak bersalah di penjara eksekusi itu juga adil? Dan kenapa aku dipanggil anak seorang pembunuh? Aku adalah anak ayahku! Kenapa mereka memanggilku anak pembunuh?” teriak Jin Woo, In Ah tak bisa berkata-kata
Aku tak bisa kehilangan semuanya lagi.” Tegas Jin Woo lalu pergi membawa kopernya. In Ah hanya bisa menangis melihat kepergian Jin Woo.
In Ah mengingat semuanya, bertanya-tanya dimana keberadan Jin Woo dan apa yang akan dilakukanya. 

Jin Woo tinggal disebuah gedung yang penuh dengan buku di bagian dinding dekat tangga ada bagan dan tempelan kertas dalam bentuk yang sangat besar. Ia membuat Pohon Keluarga Nam Il Ho, dengan ayah dan dua anaknya. Foto Gyu Nam diberi note  [Nam Gyu Man, 32 Presedir Asuransi Ill Ho] lalu dibawahnya Sek Ahn yang bertuliskan  [Asisten Nam Il Ho]
Dibagian samping adik Gyun Man [Nam Yeo Gyung, 27 Jaksa Pengadilan Seoul] Foto Ayah Joo Ah dan Joo Ah yang telah meninggal, berita ayahnya ditangkap dan dituduh sebagai pembunuh. Foto Jaksa Hong dengan Note [Jaksa Pengadilan Seoul sekarang telah menjadi Kepala Jaksa]
Ada foto dokter yang memberikan saksi dengan mengubah pernyataanya, Detektif yang menangkap ayahnya sebagai saksi, dibagian atas Foto Doo Chul, sebagai saksi pertama dengan note [Teman Nam Gyu Man, yang juga ada dalam video.]
Jin Woo terus melihat ada foto Tuan Kang disisi lainya sebagai Wakil Presdir asuransi lalu berita tentang Joo il dan foto Pengacara Park Dong Ho yang tersenyum sumringah serta Pengacara Kim Myung Jin

Di penjara
Jin Woo menemui ayahnya, Tuan Seo tak ingat apapun bertanya apakah Jin Woo adalah pengacara barunya. Jin Woo terdiam seperti menahan rasa sedihnya, Tuan Seo mengaku tak ingat tapi merasa Jin Woo selalu bersikap baik padanya. Jin Woo mengeluarkan kalung dari saku jasnya dan memberikan pada ayahnya.  Tuan Seo melihat kalung dengan bantul cincin merasa pernah melihat sebelumnya, lalu menatap anaknya dan baru sadar kalau itu Jin Woo anaknya sambil memegang tangan anaknya meminta maaf karena tak mengenal anaknya sendiri.
Jangan khawatir, aku baik-baik saja. Aku sudah senang, walaupun hanya memegang tangan ayah.” Kata Jin Woo berkaca-kaca
Tapi, kenapa kau jadi kurus begini? Kau pasti terlalu giat belajar. Kenapa kau ingin menjadi pengacara?” ucap Tuan Seo, Jin Woo mengaku hanya ingin lalu memperlihatkan Pin sudah menjadi pengacara.
Anakku berhasil! Kau akhirnya berhasil!” jerit Tuan Seo bahagia, Jin Woo pun tersenyum melihat ayahnya bahagia.

Tiba-tiba tuan Seo terdiam merasa sudah pernah ucapan selamat sebelumnya, Jin Woo mengaku ayahnya belum pernah melakukan itu dan sengaja datang karena hari ini sudah menjadi pengacara. Tuan Seo mengelengkan kepala sambil menangis merasa anaknya sudah pernah memperlihatkan itu. Jin Woo tertunduk sebentar seperti berusaha menahan rasa sedihnya.
Ayah...Yang perlu ayah lakukan adalah percaya padaku....dan Jangan menangis...” pinta Jin Woo, tapi ayahnya tetap menangis.
Bukan ayah yang harus duduk di sana.....Ayah, ini baru awalnya. Gumam Jin Woo menatap ayahnya yang terus menangis. 


Jin Woo mengingat saat berada didalam mobil dan tiba-tiba mobilnya ditabrak membuat ibu dan kakaknya meninggal seketika. Tanganya memegang kalung dengan bandul cincin, meraba kaca dengan foto keluarga Seo didalamnya. Dong Ho datang menempelkan bunga dikaca milik mendiang ayahnya dan berdoa sejenak.
Hari peringatan kematian orang tua kita sama. Takdir memang kejam pada kita.” Ungkap Dong Ho, Jin Woo pun menatap mantan pengacara ayahnya.

Sebenarnya aku tak mau datang, karena aku tak mau bertemu denganmu. Tapi, aku bisa menjadi anak durhaka jika tak datang ke sini. Kudengar, kau sudah jadi pengacara?” kata Dong Ho, Jin Woo membenarkan
Bagaimana kabar ayahmu? Kau sudah menjadi pengacara, apa kau akan membela ayahmu?” tanya Dong Ho terdengar masih peduli
Pertama, aku mau menghasilkan lebih banyak uang dulu. Ujian pengacara telah menghabiskan banyak uangku.” Ucap Jin Woo dengan senyuman sinisnya.
Lalu ia mendekati Dong Ho memberikan kartu nama memberitahu sudah memulai jam kerjanya. Dong Ho melihat kartu nama dengan slogan  [Firma Hukum. Kami akan Memenangkan dengan Kebenaran.] lalu menatap Jin Woo perlu meninggalkan rumah duka. 

Jin Woo mengendari mobilnya dengan kecepatan tinggi, matanya melotot tajam mengingat saat sidang ketika hakim menanyakan apakah memiliki bukti yang saksi sedang bicarakan. Dong Ho mengatakan tak memilikinya, Jin Woo menatap ayahnya disamping Dong Ho tanpa bisa berbuat apa-apa.
Saya menetapkan hukuman mati untuk terdakwa Seo Jae Hyuk.” Kata Hakim menyudahi sidang kasus ayahnya dengan ketukan palu.
Jin Woo dan ayahnya harus berpisah didepan pengadilan dan ketika keluar melihat Dong Ho yang berjabat tangan dengan Jaksa Hong, terlihat Dong Ho tak bisa menatapnya. Akhirnya Jin Woo menghentikan mobilnya, takut terjadi sesuatu karena konsentrasinya terpecah.

Ia keluar dari mobil teringat terakhir kali memberikan pukulan pada Dong Ho sambil berteriak Dong Ho itu lebih brengsek dari orang yang membunuh Oh Jung Ah dan berjanji akan menyelesaikan yang telah dimulai oleh Dong Ho.
Dong Ho masuk ke dalam kantor Ill Ho, Manager Pyun binggung menjelaskan tentang Jin Woo, menurutnya anak itu sama mirip dengan bosnya. Dong Ho terlihat tak suka dimiripkan dengan Jin Woo.
Saat pertama kali kau menjadi pengacara... Kau mengambil semua jenis kasus persidangan.” Jelas Manager Pyun, Dong Ho hanya diam tanpa banyak komentar. 


In Ah masuk ke kantor kejaksaan, Yeo Kyung dengan sinis menyindir In Ah yang kemarin mengunjungi kantor polisi. In Ah membenarka kalau ia baru saja menemui Kepala polisi. Yeo Kyung merasa jika In Ah pergi ke kantor polisi terus menerus, menurutnya In Ah lebih baik jadi detektif saja daripada Jaksa.
Apa pedulimu aku jadi jaksa atau detektif?” balas In Ah, terdengar seseorang memanggil Yeo Kyung.
Oppa! Bukannya kau akan datang terlambat?” kata Yeo Kyung melihat Hakim yang datang, Hakim memberitahu kerjaanya sudah selesai.
Apa kabar? Kau terlihat sangat sibuk belakangan ini.” sapa Hakim pada In Ah
Kasus yang kuhadapi akan sulit.” Kata In Ah ramah
Yeo Kyung tak ingin In Ah dekat dengan Hakim mengingatkan mereka untuk janji minum kopi bersama. Hakim pun pamit, In Ah melihat Yeo Kyung yang mengandeng tangan Hakim untuk berjalan bersama. 

Yeo Kyung berjalan bersama dengan Hakim sambil bertanya apakah mereka dekat, Hakim merasa hanya saling menyapa saja kalau tak sengaja bertemu. Terdengar teriakan dari bawah, Pengacara Tak memarahi In Ah seperti detektif datang ke kantor polisi.
Kau telah menghabiskan masa mudamu untuk belajar dan menjadi jaksa. Tapi, kau tak percaya pada laporan detektif Dan kau pergi memeriksanya sendiri. bahkan kau bergabung mereka dalam penyelidikan? Mereka sudah mengirimkan keluhan mereka pada kita” teriak Pengacara Kang, Yeo Kyung melihat In Ah hanya tertunduk
Tapi, tak ada aturan yang melarang jaksa untuk mengunjungi TKP.” Jelas In Ah dengan wajah tertunduk.
Yang aku maksud adalah pembagian tugas!! Detektif yang bertugas untuk menangkap penjahatnya. Jaksa bertugas memimpin investigasi dan menyerahkan hasil ke meja hakim! Kau pasti tahu itu. Lalu, kenapa sikapmu seperti ini?” teriak Pengacara Kang, In Ah mengangkat wajahnya.
Karena kita semua manusia.... Investigasi dilakukan oleh manusia, dan detektif juga manusia. Manusia bisa melakukan sebuah kesalahan sekecil apapun itu. Keluarga korbanlah yang akan menderita jika keadilan tak ditegakkan.  Aku menjadi jaksa untuk mencegah hal itu terjadi dan akan tetap pergi ke TKP.” Tegas In Ah. Pengacara Kang mendengarkan tanpa berkedip.
Aku akan selalu menjaga keadilan sebagai jaksa.” Kata In Ah memperlihatkan ID Cardnya sebagai jaksa, Pengacara Kang terlihat gemas melihat juniornya yang membuatnya tak habis pikir. In Ah tersenyum pamit pergi karena banyak pekerjaan yang menunggu. Hakim melihat In Ah dari atas dengan senyuman lalu berjalan meninggalkan tempatnya. 
bersambung ke part 2 


FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 

1 komentar: