Seorang tahanan dibawa polisi melalui lorong yang gelap,
dengan tangan terborgol dan badan diikat dengan tali. Tuan Seo Jae Hyuk berjalan sambil menengok ke
arah belakang dengan wajah kebinggungan. Kakinya sempat terhenti melihat papan
nama didepanya, menahan agar tak dibawa keluar ruangan, tapi dia polisi terus
menariknya sampai pintu gerbang dibuka.
Seo Jin Woo duduk melihat Tuan Seo sudah masuk ruangan
dan siap menerima hukuman gantung. Tuan Seo terlihat kebinggungan, matanya
melihat Ji Woo didepan kaca langsung berteriak agar memberitahu orang-orang
kalau ia bukan seorang kriminal. Jin Woo dengan mata berkaca-kaca mendekati Tuan Seo.
“Jin Woo! Kau mengatakan bahwa akan membuatku keluar dari sini! Tolong
selamatkan aku, Jin
Woo! Keluarkan aku dari sini!” teriak Tuan Seo
“Aku mohon selamatkan ayahku! Aku
Mohon!” jerit Jin Woo,
berlutut didepan petinggi polisi
Polisi menarik Ayah Jin Woo duduk kembali dan siap
menutup bagian kepalanya, Jin Woo berteriak histeris meminta agar tak melakukan
itu pada ayahnya. Tali sudah dimasukan dibagian leher, lalu petugas menekan
tombol dan Tuan Seo langsung jatuh kebawah. Jin Woo terus berteriak histeris
melihat ayahnya mendapat hukuman mati dengan cara digantung.
Jin Woo berteriak dengan mata melotot terbangun dari
mimpinya, lalu mulai menyadari kalau hanya mimpi dan ia masih ada diruangan
kerjanya. Matanya melirik kalender, tanggal 9 desember diberi tanda lingkaran
berwarna merah.
Ayahnya menemui sang anak yang menunggunya diruang
kunjungan, Tuan Seo tersenyum mengaku tak mengingatnya lalu meminta maaf
apabila ini bukan pertama kali mereka bertemu.
“Aku Seo Jin Woo, Tuan Seo Jae Hyuk, aku pengacara Anda. Sebagai Naik banding, kasus ini dibuka lagi setelah
empat tahun. Aku akan membela anda” jelas Jin Woo
“Aku mengerti, Jika Anda seorang
pengacara maka mungkin sudah tahu bahwa aku seorang pasien mental, dan mengetahui tentang penyakit saya.” Ucap Tuan Seo
“Iya. Aku tahu itu. Besok, sidang banding akan
dimulai. Hal-hal
yang Anda harus mempersiapkan adalah....” kata
Jin Woo mengeluarkan semua berkas diatas meja, Tuan Seo menyela dengan tatapan
kosong ke arah meja.
“Apa yang tersisa dalam hidup, bukan uang, bukan nama anda, itu akan menjadi memory. Tapi Bagiku, ingatan
takkan bertahan Orang-orang
di sini mengatakan, bahwa aku
benar-benar orang yang mengerikan. Aku
membunuhseorang mahasiswa muda berusia lebih dari 20
tahun. Aku tidak memiliki ingatan tindakan ini.” jelas Tuan Seo, Jin Woo mendengarnya dengan wajah
serius
“Pengacara, aku punya sesuatu yang harus diberitahukan. Untuk sidang yang membuka lagi
setelah empat tahun, Aku
tidak akan melakukannya.” Kata Tuan Seo
“Apakah Anda khawatir karena saya
terlihat muda dan berpengalaman? Anda
dapat memberitahuku sejujurnya, karena Saya memiliki kepercayaan
diri untuk menang.” Kata Jin Woo dengan mata
berkaca-kaca menatap ayahnya.
“Anda terlihat seperti orang yang baik baik, Namun karena saya tidak memiliki ingatan tidak berarti bahwa kejahatanku berkomitmen akan dihapus. Saya akan menerima hukuman
membunuh orang lain dan akan
tinggal di sini untuk merenungkan tindakanku” ucap Tuan Seo terlihat pasrah
Jin Woo memalingkan wajahnya seperti tak ingin ayahnya
melihat matanya yang berkaca-kaca. Tuan Seo merasa Jin Woo kaget mendengarnya,
lalu bertanya Berapa
kali mereka harus melakukan percakapan seperti sekarang. Jin Woo memberitahu kalau Tuan Seo
sudah mengatakan “Aku tidak akan
melakukan banding” sebanyak 7 kali, "Aku hanya akan menerima hukuman", sebanyak 9 kali Dan kalimta "Saya belum pernah
bertemu sebelumnya tapi sepertinya Anda akan melakukannya dengan baik." Sebanyak 10 kali.
Tuan Seo tersenyum karena Jin Woo bisa mengingat
semuanya, Jin Woo mengaku memang memiliki
daya ingatan yang baik, lalu keduanya sama-sama tertawa, setelah itu suasana
kembali hening dan Jin Woo menutup berkasnya lalu menatap sang ayah.
“Besok, bahkan jika kita memiliki
percakapan ini sama, Tuan Seo
Jae Hyuk, Anda tidak bersalah. Anda dijebak,
dan tinggal di tempat ini
selama empat tahun. Jangan
mengatakan hal-hal seperti Anda tidak akan melakukan naik banding, kalau Anda
akan menyerah. Itu tidak
bertanggung jawab. Bahkan
jika Anda tidak ingat, coba ingatlah.”
Tegas Jin Woo
“Saya tidak membela Anda hanya
untuk membuktikan tidak bersalah. Ada
orang lain yang perlu di tempat itu dan Aku
akan membuat orang yang menerima hukuman. Sebagai pengacaramu, Aku akan meletakkan dijalur yang benar, dan
membawa Anda keluar. Jadi,
berjanjilah,Sampai saat itu, Anda tidak akan
pernah menyerah.” Kata Jin Woo memohon dengan
mata berkaca-kaca
Tuan Seo terdiam, seperti ada sekilas ingatan yang
datang, lalu bertanya apakah ia memiliki seorang anak. Jin Woo meminta Ayahnya
untuk mengingat dengan baik,
karena seperti hilang ingatan mungkin anaknya itu sangat
dekat. Air mata Tuan Seo mengalir, seperti belum bisa mengingat
kalau pria didepanya adalah anakya sendiri.
Jin Woo keluar dari penjara, terlihat papan yang
bertulisakan “Dimana Hukum dan Keadilan Berdiri.” Lalu menatap pintu yang tertutup sambil bergumam agar
ayahnya bisa menunggu sebentar lagi karena akan membawanya keluar dari penjara
itu.
[4
Tahun Sebelum]
Tuan Seo sedang meyentrika baju, sementara Jin Woo baru
bangun langsung duduk melihat semua makanan sudah siap diatas meja,
bertanya-tanya kapan ayahnya menyiapkan semua makanan ini, lalu mencoba telur
gulung buatan ayahnya. Ia memuji masakan sempurna karena tidak terlalu asin dan
menyuapi ayahnya untuk mencoba juga.
Wajah Tuan Seo berseri menerima telur gulung dari
anaknya, lalu bertanya apakah Anaknya
sudah mempersiapkan untuk siaran. Jin Woo merasa tak ada yang perlu dipersiapkan karena
apabila mereka bertanya, ia hanya harus mengulang apa yang diingatnya. Setelah
itu memuji kimchi buatan ayahnya matang sempurna.
“Ayah. Setelah aku pergi ke siaran, sebagai penghormatantelur ini
gulungan Aku akan
membuat “Jin Woo Kimchi Stew”, itu akan menjadi lezat.
Nantikan masakanku itu!” ucap Jin Woo bangga
“Baiklah, hari ini Aku harus meninggalkan pekerjaan
lebih awal dan pulang cepat dari biasanya.” Kata Tuan Seo, Jin Woo tersenyum meminta ayahnya agar tidak
telat pulang. Tuan Seo tersenyum menyuruh anaknya kembali makan.
Terdengar bunyi bel rumah, Jin Woo menyapa seorang pria
paruh baya dan juga seorang perempuan disampingnya. Oh Joon Ah, si perempuan
melihat Jin Wooo sekarang sudah menjadi seorang
laki-laki. Jin Woo mengeluh dari dulu memang pria
bukan seorang wanita. Tuan Seo keluar menyapa keduanya yang datang kerumah
mereka.
“Kemarin aku pergi ke pasar dan
membeli banyak
labu yang segar dan murah dan Ini
untukmu.” Ucap Tuan Oh
“Kau selalu saja memberiku makanan... Kau tak perlu repot-repot begini.” Kata Tuan Seo tak enak hati
“Ayah, jika kita memasaknya dengan kimchi, pasti rasanya akan sangat
enak!” ungkap Jin Woo mengangkat jempol seperti sudah
membayangkanya.
Ayahnya tersenyum, lalu bertanya pada Tuan Oh dan anaknya
apakah mereka akan ke gunung untuk olahraga lagi hari ini. Tuan Oh menceritakan anaknya Jung Ah selalu sja
mengomel karena sudah mulai tua. Jung Ah mengeluh karena ayahnya juga sering memanggilnya seperti anak TK.
Keempatnya tertawa bersama-sama.
Seorang pria dengan tato ular kobra dibagian punggung,
sedang mandi sambil menyanyi dengan suara lantang. Seorang wanita turun dari
tempat tidur, dengan mengunakan kemeja pria memeluknya dari belakang, Park Dong
Ho, si pria bertatto sedang memilih jas dan mengeluarkan jas berwarna merah.
Tapi saat keluar dari dress room mengunakan setelan jas
berwarna biru, wanita berteriak mengejarnya karena sudah berjanji
akan menemaninya hari
ini. Dong Ho merasa tak ingat berjanji seperti itu. Wanita
itu menduga Dong Ho akan menemui istrinya.
“Aku tak punya urusan dengan itu. Hidup adalah perjalanan sendiri. Aku punya sidang hari ini, jadi
aku sibuk. Dan Aku harus
ke pengadilan.” Tegas Dong Ho
“Pengacara apa yang punya tato naga di punggungnya?” ejek si wanita simpanan. Dong Ho tertawa lalu
mengeluarkan kartu nama dan menyelipkan di saku kemeja wanita simpananya.
“Dengar ya. Aku bisa membebaskan
siapa pun dari penjara, dia baik ataupun
jahat.” Ucap Dong Ho, Si wanita kaget melihat kartu namanya Dong
Ho sebagai pengacara.
“Jadi, jika kau punya masalah, hubungi aku.” Kata Dong Ho dengan kedipan mata lalu memakai kacamata
hitamnya, setelah itu menelp seniornya untuk menunggu sebentar karena akan
segara datang dan meminta si wanita itu untuk cepat pulang.
Kantor polisi
Seorang tahanan dengan tangan terborgol, bernama Suk Joo
il bertanya apakah Dong Ho sudah tahu masalahnya. Dong Ho sudah tahu, mengenai Joo il yang terlibat
perkelahian di sebuah klub. Joo il merasa bukan
perkelahian, lalu menceritakan ketika sedang enak-enaknya minum bir, ada pria di sebelah mejanya sangat ribut, jadi ia hanya sedikit mengelus kepalanya
“Tapi, dia meminta 300 juta won. Aku bahkan tak menghajar
wajahnya! Bagaimana
bisa dia 300 juta won?” teriak Joo il tak terima polisi
yang berjaga meminta Joo il tak ribut. Joo Il berteriak menyuruh polisi saja
yang harusnya diam.
“Bukan itu yang penting. Pria yang kau temani berkelahi itu adalah anak Il
Hyuk. Dan
sebentar lagi, dia akan menjadi
CEO perusahaan itu.” Jelas Dong Ho
“Jadi, anak kecil itu adalah wakil presiden perusahaan
asuransi?” kata Joo il kembali duduk dengan wajah
tak percaya
“Hyungnim, kau telah berurusan
dengan CEO. Jika kau
ingin berdamai dengannya dengan,
pasti akan percuma saja. Dia
hanya ingin memasukkanmu
ke penjara. Selain
itu, pengacaranya adalah
Tak Young Jin.” Ucap Dong Ho tak yakin bisa menang.
“Walaupun itu dengan uang atau yang lain, apa kau bisa menyakinkan dia?” tanya Joo il
Pengacara Tak Young Jin, pernah diberikan uang dalam
kardus tapi langsung di buang didepan orang yang memberinya, seperti tak akan
perna mau menerima uang untuk berdamai.
“Dia bukanlah orang yang gila uang dan sangat terkenal dikalangan
pengacara.” Jelas Dong Ho
Joo Il menyarankan mengodanya dengan wanita, karena tak
ada pria yang membenci wanita seseorang pernah
mengajak bermain golf dan sengaja membawakan seorang wanitauntuk mengoda, tapi
Young Jin tetap tak tergoda malah pergi begitu saja.
“Wanita juga percuma. Jika kita
tak mendekatinya dengan
cara yang halus, maka Kita
bisa kalah.” Jelas Dong Ho, Joo Il mengumpat
pengacara itu sangat menyebalkan.
“Dong Ho, jika kau ingin memegang
sebuah bintang,
kau tak boleh tanggung-tanggung. Bagaimana
bisa aku dipenjara begini hanya
karena meneriakinya saja? Bagaimana
dengan image garangku di depan anak buahku? Jika kau tak menolongku, aku bias kena hukuman yang lebih parah
lagi!”teriak Joo il panik
“Hyungnim. Tenanglah. Memangnya aku bilang tidak bisa? Pengacara yang baik itu harus menolong orang yang tak bersalah dan Pengacara yang hebat itu tidak membawa kliennya ke pengadilan.” Jelas Dong Ho lalu keduanya langsung high five dengan
kepalan tanganya.
Di sebuah ruangan, sedang dilakuan persiapan dengan bunga
ditata diatas meja. Tuan Seo mengelap bagian kursi agar terlihat bersih, lalu
menerima video call dari anaknya menanyakan apakah ia akan pergi siaran sekarang. Jin Woo mengangguk memberitahu sedang menunggu bus
sekarang.
“Anakku sudah mau siaran, tapi aku ayahmu ini tidak bisa menemanimu.” Komentar Tuan Seo sedih
“Tidak apa-apa. Ayah kan juga punya kerjaan lain.” Kata Jin Woo maklum
“Iya, tapi kerjaanku juga tidak banyak, Jin Woo. Naikkan ponselmu. Aku ingin melihat penampilan
tampanmu itu.” Pinta ayahnya
“Ayah ada-ada saja. Kau kan sudah melihatku tadi
pagi.” Kata Jin Woo malu-malu lalu menaikan kamera ponselnya
agar terlihat jelas oleh ayahnya
Lee In Ah yang sedang menunggu bus melihat Jin Woo yang
berbicara ditelp sambil mengangkat ponsenya tinggi-tinggi. Seorang bibi menegur
Tuan Seo yang menaruh botol wine
diluar. Jin Woo menyapa bibi yang dikenalnya, Bibinya membalas sapaan Jin Woo
sambi memberitahu ayahnya itu jadi sangat pelupa hari ini. Tuan Seo meminta maaf karena lupa dengan tugasnya, lalu
berjanji pada anaknya akan menelpnya lagi nanti dan memuji anaknya sangat
tampan.
Bus akan sampai di halte, Jin Woo tak sengaja menjatuhkan
tas milk In Ah sambil meminta maaf mengambilkanya. Ketika pintu terbuka In Ah
berteriak menyuruh semua tak boleh turun termasuk Jin Woo karena melihat tasnya
yang sudah sobek dibagian bawahnya.
“Ahjusshi! Tutup pintunya! Aku
harus menangkap pencuri
yang mengambil dompetku! Cepat!” teriak In Ah
“Aku mengerti keadaan anda, tapi
anda tak bisa
menghalangi orang lain.” Keluh si sopir bus
“KUHAP pasal 4 ayat 5. TKP yang memiliki bukti penting
harus dijaga untuk
memastikan keadaan aslinya tidak berubah. Aku tahu kalian semua pasti
sibuk, tapi bus ini
adalah TKP yang memiliki bukti penting. Ahjussi, kita harus pergi ke kantor polisi! Cepat! Cepat!” teriak In Ah yang memegang buku hukumnya.
Semua penumpang mengeluh, sopir bus menutup kembali
pintunya, Jin Woo hanya bisa mengerutkan dahinya melihat wanita yang aneh
didepannya dan membuat semua penumpang tak boleh turun.
Di kantor polisi
Semua penumpang mengeluh meminta mereka segera dipulangnya,
Polisi bertanya pada In Ah apakah pencurinya ada di sini. In Ah merasa yakin pencurinya ada didalam bus, Polisi
memberitahu mereka tak bisa memeriksa CCTV bus, lalu bertanya apakah ia mencurigai seseorang.
In Ah melihat semua penumpang, lalu teringat dengan wajah
Jin Woo yang menjatuhkan tasnya sebelum turun dari bus dan membantu
mengambilnya. Dengan tatapan sinis mendekati Jin Woo dengan wajah yakin kalau
pelajar itu yang mencurinya. Jin Woo terlihat binggung dan tatapan semua
penumpang mengarakan padanya, akhirnya ia berusaha membela diri kalau bukan dia
pencurinya.
“Kau pencurinya dan pasti sengaja menabrakku tadi. Aissh,
memang trik itu masih laku? Karena
kita sudah di kantor polisi, mengakulah
dan kembalikan dompetku.” Ucap In Ah yakin, Jin Woo
menegaskan bukan ia pelakuknya.
“Kau jangan menyangkal. Aku ingat semuanya.” Ucap In Ah sombong
“Ingat? Memangnya ingatanmu sebagus itu?” ejek Jin Woo, In Ah merasa ingatan sangat bagus dan Jin
Woo sengeja menabrak lalu mengambilkan tas
“Jadi, jam berapa kita bertemu
tadi?” tanya Jin Woo, In Ah merasa itu sekitar pukul 03:10
atau 03:20.
“Kau salah, Lalu Bagaimana dengan penumpang
disebelahmu? Apa yang
dia kenakan?” tanya Jin Woo kembali mengetes daya
ingatnya.
“Memangnya siapa yang mengingat hal yang begituan? Benarkan?” ejek In Ah, Mata Jin Woo seperti bisa mengingat semua
yang dilihatnya secara sangat detail dan kembali ke dalam bus.
“Kita bertemu pada pukul 03:08 dengan nomor Bus 5674 dan plat Seoul 21F7202. Penumpang di sebelahmu berusia
20-an, tingginya
sekitar 165cm, rambutnya sebahu.Dia memakai headphone putih, jaket hitam,Jins
dan memakai tas hitam” ucap Jin Woo
In Ah tersenyum mengejek mendengarnya, mata Jin Woo
melihat sekeliling ruangan lau melihat si wanita yang mengunakan earphone sedang
duduk, perlahan berjalan mendekatinya lalu bertanya apakah yang berdiri
disampingnya itu adalah In Ah. Wanita itu membenarkan kalau ia duduk saat In Ah
berdiri disampingnya untuk turun.
“Coba ingat. Kau bahkan tak ingat siapa yang duduk di sampingmu?” ejek Jin Woo
“Bagaimana caranya aku bisa
mengingat sampai
hal yang sedetail itu.” Balas In Ah membela diri
“Mengingat hal yang detal adalah poin yang penting.” Tegas Jin Woo, In Ah melirik sinis kalau ia masih tak
mempercayaiya.
“Kau pasti akan percaya padaku. Karena tidak ada hal yang tidak aku ingat.” Kata Jin Woo
Jin Woo berkonsetrasi seperti mengingat kembali kejadian
sebelumnya dan kembali ke dalam bus, lalu seperti menghentikan ingatan saat tak
sengaja menjatuhkan tas In Ah ketika ingin turun dari mobil. Ia berjalan bahkan
bisa melihat lalat yang terbang didalam bus, dan wajah penumpang yang ada di
dalam.
“Saat kita bertemu, bus sedang lewat di persimpangan kantor pos
dan juga saat
kita bertemu, tasmu
sudah robek. Dan
bukannya di bus, tapi tasmu telah
di robek di tempat lain. Mungkin,
di halte bus?” jelas Jin Woo melihat saat tas itu
jatuh sudah robek.
Ingatannya kembali saat menunggu bus dan In Ah berdiri
didekatnya. Ia melihat seorang pria berambut blonde dan dikuncir yang sengaja
menyobek bagian bawah dan mengambil dompetnya
“Pelakunya memakai jaket longgar,
celana jeans, dan jam
tangan Rolex.Dan bukannya naik bus, tapi dia
naik mobil pribadi. Platnya
adalah 23 Seo 9173. Saat
dia masuk ke mobilnya, dia mengatakan ini, ”Tunggu
aku di kantor Pajak 1
jam lagi.” Kata Jin Woo benar mengingat tiap
detail dalam ingatanya.
“Dia akan bertemu seseorang di kantor Pajak 1 jam kemudian.” Kata Jin Woo, polisi yang mendengarnya terdiam, In Ah
tertawa mengejek.
“Hanya karena kau berdongeng
tentang semua ingatnmu
itu, polisi tidak akan....” kata In Ah mengejek
“Saat aku mencari nomor plat-nya, mobilnya adalah mobil curian.” Teriak salah satu polisi
In Ah hanya bisa diam, Polisi langsung berdiri dengan
wajah melonggo tak percaya Jin Woo bisa mengingat semuanya dan memuji ingatanya
sangat hebat. Jin Woo mengatakan kalau ia belum selesai, menurutnya yang paling
penting pelaku ada di ruangan itu.
Semua orang saling berpandangan, In Ah kembali mengejek
pelajar itu mau menulis cerita yang
alurnya harus selaras, Jin Woo
membalas kalau In Ah sebelumnya tak percaya dengan semua yang ada dalam
ingatanya, lalu memberitahu kembali kalau pelakunya ada di ruangan itu, sambil
mencari-carinya.
Jin Woo menunjuk poster yang DPO dan bisa mengetahui nama
pelaku Oh Jong Soo, dengan 15 kasus pencurian. In Ah pura-pura seperti tak peduli dan hanya bisa diam.
Jin Woo menegaskan dirinya bisa mengingat semua hal, bahkan sekecil apapun. In Ah melirik dengan wajah malu, semua penumpang bus dan
juga polisi memberikan tepuk tangan dengan tatapan melonggo tak percaya.
Kantor
Kejaksaan
Dong Ho masuk sambil bersiul-siul menekan tombol lift,
beberapa orang yang lewat melihatnya sangat aneh, bahkan sempat mengoda wanita
yang baru keluar lift. Tapi saat akan masuk, wajahnya berubah melihat Jaksa Hong
Moo Suk sudah ada didalam menyapanya dan meminta untuk cepat masuk. Akhirnya
Dong Ho masuk dengan senyuman dipaksa.
“Apa kau masih bekerja di bawah Presiden Suk Joo Il dari Bucheon?” tanya Jaksa Hong dengan tatapan lurus
“kau bilang "Di bawah"? Ekspresimu sangat tidak mengasikkan, Jaksa.” Keluh Dong Ho
“Aiggo,
maafkan aku. Jika ada
kesempatan, kita harus bertemu
di pengadilan nantinya. Karena
hubungan buruk dapat diperbaiki dengan
sebuah "pembicaraan hangat".” Ucap Jaksa
Hong keluar dari lift, Dong Ho sempat tersenyum lalu ketika pintu tertutup
wajah dongkolnya terlihat karena harus bertemu dengan Jaksa Hong, sambil
mengumpat “Dasar chihuahua jelek”
Pengacara Tak Young Jin merasa melemaskan otot lehernya
yang lelah dan masuk ke toilet. Dong Ho melihatnya dengan sengaja membawa papan
peringatan kalau lantai licin, agar tak ada orang yang masuk ke dalam toilet.
Ia berdiri disamping Young Jin sedang buang air kecil memberikan kartu nama dan
memperkenalkan diri sebagai pengacara dari Suk Joo il. Young Jin meihat kartu nama Dong Ho dengan
tagline “Pengacara kriminal dengan kemungkinan kemenangan 100%.”
“Sayang sekali, sepertinya kinerjamu tidak begitu bagus.” Ejek Young Jin
“Jika kau memang sudah tahu itu,
apa sebaiknya kau tidak
membuat kinerjaku makin turun saja, Pengacara?”
komentar Dong Ho. Keduanya lalu sama-sama tertawa.
“Kita sudahi saja leluconmu itu.” Tegas Young Jin lalu berjalan ke wastafel untuk mencuci
tanganya. Dong Ho kembali mengambil kartu namanya yang tak diambil Young Jin
“Direktur Eksekutif Nam Gyoo Man, Nam Il Ho Asuransi Jiwa, kau tahu siapa
dia, 'kan? Jangan
bermimpi untuk bisa lari
dari mereka. Minimal,
dia akan berakhir dipenjara dan
makan nasi kacang selama 3 tahun.” Jelas
Young Jin merapihkan kemeja didepan kaca.
“Saat ini penjara tidak
menyediakan menu itu
karena harga kacang mahal. Hanya ada nasi saja.”
Balas Dong Ho
“Kau! Apa kau sedang ingin bermain kata denganku sekarang?” Keluh Young Jin menahan amarahnya.
“Tapi, Pengacara, Sebelum harga kacang naik, transaksi narkotika merosot di
Busan. Jika kau
bisa menangani kasus itu, statusmu
akan langsung meroket naik. Dan
lagi, aku dengar kau baru saja mendapat
promosi bulan lalu.” Kata Dong Ho sambil
memegang kartu namanya.
Young Jin melihat Dong Ho sengaja menaruh tanda
peringatan agar tak ada orang yang masuk. Dong Ho mengakui Young Jin it memang
pengacara yang terbaik tapi
menurutnya satu-satunya
kekurangan yang dimilikinya adalah menghadapi kasus
kejahatan yang besar, karena seorang pengacara pasti
juga ingin
melebarkan sayapnya.
Akhirnya Young Jin bertanya apa yang diinginkan Dong Ho
sekarang. Dong Ho menegaska meminta agar Menarik
tuntutan untuk klienny, menurutnya Young Jin sangat
lambat, dan kebenaran yang diperlukan adalah dengan mengunakan
kesempatan untuk menilainya dan memulai koneksi baru, lalu
menaruh kartu nama ditangan Young Jin dan pamit pergi sambil mengucapakan
mereka akan bertemu lagi. Young Jin melihat kartu
nama Dong Ho sambil tersenyum.
Slogan di depan kantor polisi [Polisi Yang Terpercaya, Negara yang Aman] Semua penumpang keluar sambil memuji Jin Woo sebagai
anak yang hebat karena bisa mengingat semuanya. In Ah menarik Jin Woo, bertanya
kenapa pelajar sepertinya bisa bersikap seperti orang dewasa.
“Aku sudah mengemis-ngemis memohon permintaan maafmu, dan kau harusnya menerima permintaan maafku.” Ucap In Ah tak enak hati
“Memangnya kau mau apa jika aku sudah memaafkanmu?” balas Jin Woo sinis dan ingin berjalan tapi In Ah
kembali menahannya
“Ah, Hei. Aku kan sudah minta maaf
dan Manusia pasti pernah melakukan kesalahan. Inikan hanya kesalahpahaman yang begitu tiba-tiba.” Kata In Ah
“Menurutmu Kesalahpahaman? Aku hanya ingin membantumu
mengambilkan tas, dan
kau malah menuduhku sebagai pencuri. Jika
bukan karena ingatanku, aku
masih diselidiki oleh polisi Dan
mereka semua pasti
akan mencemoohku. Mulai
sekarang, jika kau tak tahu apa-apa.
Jangan hanya berspekulasi Karena
spekulasimu menentukan
hidup seseorang.” Tegas Jin Woo
memperingatinya.
Jin Woo berjalan meninggalkan In Ah yang merasa malu,
lalu kembali memberitahu karena sebelumnya In Ah megaku sebagai mahasiswa
jurusan hokum yang mengatkan tentang KUHAP
pasal 4 ayat 5.
“Pasal 4 KUHAP adalah tentang yurisdiksi territorial Dan hanya ada 3 ayat.” Tegas Jin Woo kesal, In Ah hanya diam karena ternyata
ingatan salah tentang KUHP.
Di kampus,
Dosen sedang membahas sebuah kasus tentang seorang pria
yang mabuk Masuk ke rumah sepupunya sementara sepupunya sedang tidur telanjang, In Ah yang telat mencoba masuk ke dalam dan duduk
dibagian belakang.
“Dia mengangkat selimut yang
menutupi badan sepupunya dan menyentuh
payudaranya. Saat itu,
wanita itu bangun dan Berteriak, "Hei, kau!!!"” ucap dosennya, In Ah sempat terdiam karena berpikir
ketahuan sudah telat datang masuk kelas, tapi ternyata dosenya tak menyadarinya
dan kembali melanjutka kasusnya.
“Pria itu bingung dan lari, Jenis kejahatan apa yang dia
lakukan?” tanya Dosennya lalu menunjuk In Ah yang baru akan
duduk. In Ah terlihat kebinggungan
“Sepupu itu... umm... melakukan hal yang tercela. Diam-diam, sementara dia sedang tidur dan telanjang. Tentu saja kita harus memenjarakan orang seperti dia.” Kata In Ah yakin
“Meskipun dia gagal memperkosanya?” tanya dosennya.
“Kalau begitu... kejahatannya adalah percobaan perkosaan?”kata In Ah menebak-nebak, Seorang wanita bernama Nam Yeo
Kyung mengangkat tanganya.
“Ini bukanlah bagian dari kejahatan percobaan perkosaan.” Kata Yeo Kyung tak setuju
In Ah yakin dengan jawabanya karena si pelaku masuk ke
rumah dan
menyentuh payudara sepupunya. Yeo Kyung melihat si
pelaku yang berlalari saat diteriaki, jadi ia terbebas dari hukuman pemerkosaan Dengan begitu, kejahatannya
termasuk dalam pelanggaran, memasuki rumah orang lain.
Dosen bertanya jenis hukum apa yang didapatkan oleh
pelaku, In Ah berpikir hukuma apa yang didapatkanya. Tapi Yeo Kyung lebih dulu
menyambar jawabannya dengan Berdasarkan Pasal 319 UU Pidana, pelaku akan dipenjara kurang lebih 3
tahun Atau
denda kurang lebih $ 5.000. In Ah hanya bisa
mengangguk dengan senyuman terpaksa.
bersambung ke part 2
kyaaa ....!!!! senengnya!! akhirnya,setelah ditunggu2 sinopnya akhirnya di posting.
BalasHapusMaksih sebelumnya ya mba, terus semangat buat sinopnya. slalu kutunggu >_<
Awal episode yg menegangkan. . Hehe
BalasHapusmbk dee. .semangat. . :-(
semangat buay mba nya untuk nulis sinopsis ini ..keren bangeet...😁😊🙌
BalasHapus