Yeo Kyung heran sudah meminjat ayahnya tapi masih merasakan
sakit. Gyu Nam mendatangi ayahnya dengan sopan dan terlihat sangat takut, Tuan
Nam berteriak menanyakan apa lagi masalah yang dibuat anak sulungnya. Yeo Kyung
mengeluh kakaknya berulah lagi membuat leher ayahnya jadi tegang.
“Tiap kali kau berulah, semua ototku menjadi tegang.” Teriak Tuan Nam, Yeo Kyung meminta ayahnya tenang
karena akan memijatnya. Tuan Nam tersenyum bahagia, Gyu Nam melirik adiknya
yang bisa sekali menjilat sang ayah.
Siaran berita TV terdengar, tetang laporan kasus
pembunuhan mahasiswi Seocheon. Yeo Kyung menceritakan
ia bergabug dalam tim juri untuk kasus itu.
Mata Gyu Man langsung melotot tajam ketika berita tentang
Pengacara mengatakan terdakwa mengaku karena diancam oleh
polisi dan diputar saat Dong Ho memberikan penyataan
“Dan pelaku yang sebenarnya belum bisa tertangkap. Jika "Kau" menonton
ini, sebaiknya
kau menyerahkan diri, atau
aku yang akan menyeretmu.” Ucap Dong Ho yang menunjuk
ke depan kamera.
Gyu Man merasa seperti Dong Ho sedang menunjuk dirinya,
Ayahnya kembali memanggil anaknya memberitahu mereka akan
membuka cabang
baru, jadi meminta agar Jangan
membuat masalah lagi Karena
dengan masalahnya bisa menghambat bisnis mereka. Gyu Man merasakan
ponselnya bergetar, lalu meminta ayahnya beristirahat saja dan keluar dari
ruangan.
Di dalam kamar.
“Kau melihat brengsek itu di TV? Apa dia mencurigai sesuatu?” tanya Gyu Man terlihat agak panik
“Itu hanyalah taktiknya, tak usah kau pedulikan.” Ucap Sek Ahn
Gyu Man memikirkan apabila Dong Ho benar-benar mengetahui
sesuatu, Sek Ahn tak bisa berkomentar. Gyu Man memperingatkan agar ayahnya tak
mengetahuinya karena ia lebih tahu dengan ayahnya daripada
pengadilan. Sek Ahn mengerti.
Di rumah sakit
Dokter memperlihatkan hasil CT Scan menjelaskan penyakit demensia
Alzheimer yang Gejala
biasanya muncul saat usia 60 dan mungkin penyakit
ayahnya itu bisa berkembang dengan cepat.
“Bagaimana jika dia sedang dipenjara?” tanya Jin Woo Sedih
“Di penjara, akan menyulitkan dia mendapatkan perawatan yang
baik. Dan Penyakitnya bias berkembang lebih cepat. Jika kau membutuhkan dokter,
jangan ragu
untuk menghubungiku saja.” Kata Dokter, Jin Woo
mengucapkan terimakasih.
Slogan didepan penjara [Menjaga dan Membuat Mereka Kembali ke Jalan yang Benar.] Jin Woo menemui ayahnya dengan jadwal berkunjung, Tuan
Seo memuji pengacara yang dipilih anaknya sangat hebat, Jin Woo tersenyum
memberitahu kalau Dong Ho tak pernah kalah sebelumnya, jadi yakin Ayahnya pasti akan bebas.
“Bagaimana dengan ayah Jung Ah? Dia diseret keluar dari sidang
kemarin.” Tanya Tuan Seo khawatir.
“Dia akan dibebaskan dari kantor polisi hari ini dan tak diijinkan untuk menghadiri persidangan.” Cerita Jin Woo
“Jika aku kehilangan anakku juga, aku pasti akan berbuat hal yang sama.” Kata Tuan Seo
Jin Woo tertunduk ingin menceritakan tentang penyakit
ayahnya, tapi terlihat ayahnya menatap kosong, sambil memanggil ayahnya
menanyakan apa sebenarnya yang terjadi. Tuan Seo seperti sadar dari lamunanya,
lalu berkata akan membelikan ponsel baru lagi kalau sudah bebas. Jin Woo
menahan rasa sedihnya karena ayahnya lupa kalau berkali-kali sudah membeli
ponsel baru. Tuan Seo tersenyum sudah mengetahui layar ponsel anaknya rusak.
Jin Woo tertunduk sedih menahan tangisnya.
Tuan Oh baru saja akan masuk kerumah dengan membawa soju,
Jin Woo yang sudah menunggunya, memanggil meminta agar mempercayai kalau
ayahnya bukan yang membunuh anaknya. Tuan Oh mengumpat melepaskan tangan Jin
Woo, dengan penuh amarah tak percaya Tuan Seo tak hanya membunuh anaknya tapi
juga membunuh dirinya lalu masuk ke dalam rumahnya.
“Ahjussi, aku akan membuktikan bahwa ayahku tak bersalah. Aku berjanji akan menemukan pembunuh yang sebenarnya agar dia bisa dihukum. Aku berjanji padamu dan juga Jung Ah-noona. Jadi, hingga saat itu, mohon bersabarlah.” Teriak Jin Woo dari depan pintu.
Dong Ho menelp seseorang meminta bantuan dan akan
memberikan bayaran yang sangat banyak jadi meminta cepatlah datang. Jin Woo
masuk ke dalam ruangan Dong Ho dengan wajah lesu, Manager Byun langsung
mengajak seluruh anak buah untuk keluar.
“Pemeriksaan kesehatan ayahku sudah keluar.” Kata Jin Woo sedih, Dong Ho bertanya apakah penyakitnya
sangat parah.
“Dia mengidap Alzheimer.” Ucap Jin Woo menahan tangisnya, Dong Ho menghela nafas
mendengarnya.
“Kita tak akan menang dengan
mudah. Kenapa
keadaan anak dam ayah bisa
sangat berbeda? Meskipun
begitu, kau tak
perlu khawatir. Mungkin
aku terdengar kejam, tapi penyakit itu bisa membantu kita. Aku juga akan menemui dokter itu.” Kata Dong Ho memegang bahu Ji Woo lalu Ji Woo
mengucapkan terimakasih, Dong Ho menanyakan apakah Jin Woo sudah makan.
Dong Ho membolak-balikan daging panggang, menyuruh Jin
Woo makan karena pasti saat ayahnya bebas tak ingin anaknya terlihat kurus. Jin
Woo makan walaupun terlihat tak berselera. Dong Ho menanyakan apakah Jin Woo
masih mengingat perkataanya saat ada dirumah duka.
“Entah bersalah atau tidak, kau akan tetap memenangkannya.” Ucap Jin Woo
“Jika kau adalah dokter, seorang pembunuh datang menemuimu, dengan luka sayatan dan memintamu mengoperasinya, apa kau akan menolongnya atau membiarkannya mati saja?” tanya Dong Ho
“Kita harus menyelamatkan dia.” Ucap Jin Woo, Dong Ho menanyakan alasanya. Jin Woo
mengataka karena ia adalah dokter
“Sama seperti Pengacara. Bukan
kami yang memutuskan
salah atau tidaknya. Tapi, Hakim. Karena
itulah aku tak pernah meminta klienku
mengatakan yang sebenarnya. Tapi,
beda dengan kasus ayahmu. Aku
sangat ingin melindungi ayahmu yang
memang tidak bersalah. Dan
juga, karena kau telah memberiku
uang 50.000 won.” Kata Dong Ho sambil
memberika sepotong daging, Jin Woo sempa tersenyum.
“Jin Woo, aku sangat iri padamu. Bahwa kau berusaha untuk melindungi ayahmu.” Ucap Dong Ho sedih lalu menyuruh Jin Woo makan yang
banyak.
In Ah baru turun dari bus melihat Jin Woo diseberang
jalan juga baru turun dari mobil Dong Ho, tatapan seperti curiga. Pelahan
mengikuti Jin Woo lalu memberanikan diri meminta agar Jin Woo tak terlalu
mempercayai pengacara it dan ia sudah menyelidikinya, ternyata reputasinya tidak begitu bagus.
“Orang yang paling kubutuhkan sekarang adalah Ahjussi itu. Orang yang akan membuktikan ayahku tidak bersalah.” Kata Jin Woo
“Aku juga berharap bahwa ayahmu bukanlah pelakunya. Tapi, dia terus mengatakan bahwa dia tak mengingatnya. Menurutmu bagaimana pendapat orang lain? Apa dia sungguh tak mengingatnya? Mereka pasti meragukan ayahmu.” Komentar In Ah
“Ayahku... mengidap Alzheimer. Bukannya dia berpura-pura lupa, tapi dia sungguh tak
mengingatnya.” Kata Jin Woo dengan mata berkaca-kaca,
In Ah terlihat shock dan tak bisa berkata apa-apa.
Di depan dinding rumah Jin Woo, bertuliskan kata umpatan
[Dasar monster! Bunuh
saja dia!] dengan pilox merah menyala.
Dong Ho berlatih tinju, setelah selesai Manager Byun
memberikan minum dan juga handuk memberitahu kalau semua sudah siap. Dong Ho berteriak
mereka harus segera berangkat. Manager Byun merasa yang mereka perbuat ilegal,
Dong Ho menegaskan kalau yang melakukan itu dirinya akan menjadi legal.
Gyu Man sudah duduk diruangan dengan beberapa wanita sexy
didepanya, lalu menawarkan apakah ada dari mereka yang menginginkan kunci
mobilnya, yang baru dibeli satu minggu lalu. Wanita berbaju merah maju, Gyu Man
berdiri meminta wanita itu menggonggong seperti anjing.
“Jika kau menggonggong dan meminum Wine ini, aku akan memberikanmu
mobilku.” Ucap Gyu Man sengaja menuangkan wine ke atas piring, si
wanita terlihat mundur tapi Gyu Man berteriak menyuruhnya untuk mendekat.
Seorang wanita yang sedari tadi melirik sinis berjalan
mendekat, Gyun Man merasa baru melihat wanita itu. Si wanita menegaskan dirinya
untuk cari uang, sambil
mengeluarkan suara gonggongan lalu membungkuk meminum wine seperti anjing.
Gyu Man tertawa terbahak-bahak melihatnya, Wanita pun
meminta bayaran kunci mobilnya. Gyu Man mengatakan kalau wanita itu gagal
karena ia ingin wanita itu merangkak seperti anjing dan mengoyangkan ekornya,
lalu dengan kasar menoyor kepala si wanita sambil mengumpat, lalu menyuruh
keluar karena tak bisa mendapatkan mobilnya.
Teman Gyu Man datang langsung memeluk dua wanita yang
sangat cantik, Si wanita berbaju putih melirik sinis dan ketika Gyu Nam
menyuruhnya keluar tanganya menyentuh sebuah kotak rokok berisi kamera.
Si Wanita langsung berlari ke dalam mobil yang
bertuliskan sopir bayaran, didalam sudah ada Dong Ho dan Manager Byun. Si
wanita mengadu Gyu Nam itu orang gila yang sangat kejam. Dong Ho memeluk teman
wanitanya berjanji akan membalasnya 1000 kali lipat penghinaan yang telah
diterimanya. Manager Byun yang mengunakan earphone memberitahu mereka sudah
mulai, Dong Ho melepaskan pelukanya mengambil earphonenya.
“Hei, kenapa kau melakukan itu pada Oh Jung Ah?” tanya teman Gyu Man
“Oh Jung Ah, dia membuatku terlihat seperti sampah! Aku sudah lembut padanya, tapi dia malah melawanku. Kau tahu aku tak suka ditolak, 'kan?” kata Gyu Nam
“Jadi, kau membunuhnya?” tanya teman Gyu Man
“Dia duluan yang bersikap
kasar.Menurutmu, bagaimana aku bias menahan
emosiku pada wanita itu?” bisik Gyu Man,Dong Ho terus
mendengarnya dengan serius.
“Aigoo, kau memang gila.Hei, orang
itu masuk penjara dan
bukannya kau. Dia salah apa?” kata Temanya.
“ Jadi Itu salahku, ya? Dia yang salah karena tak punya uang sebanyak aku. Apa aku yang memintanya masuk penjara menggantikanku? Dia seperti itu karena dia hanyalah rakyat biasa.” Kata Gyu Man memandang remeh
Temannya sambil mencari rokok diatas meja membahas
tentang pengacara yang membela terdakwa adalah yang berurusan denganya kemarin.
Gyu Nam membenarkan sambil meminum kembali winenya. Temanya mengeluh pengacara
itu menyebalkan dan melihat bungkus rokok yang ditemukan berisi kamera.
Akhirnya rekaman pun diputus, Manager Byun mengumpat pada
bocah orang kaya yang membuatnya ketahuan. Dong Ho merasa tak masalah karena
mereka sudah sudah mendapatkan rekaman yang tak terbantahkan dan pasti akan segera menemuinya. Manager Byun seperti tak yakin, Dong Ho yakin karena
Gyu Nam akan kehilangan banyak hal untuk menutupi kesalahannya, lalu kembali memeluk teman wanitanya.
In Ah datang kerumah Jin Woo melihat dinding yang
bertuliskan [Mati saja kau, pembunuh!] Jin Woo membuka pintu melihat In Ah yang datang lalu
keduanya duduk ditaman. In Ha meminta maaf karena sudah meragukan ayahnya yang
berpura-pura lupa.
“Jika dia bukan ayahku, Aku juga pasti akan curiga seperti itu, karena dia terus berkata kalau dia tak mengingatnya. Aku pasti curiga. Tapi, mereka
tak semestinya terus
menyebut ayahku pembunuh.” Kata Jin Woo menahan
tangisnya.
“Kebenarannya masih tersembunyi di luar sana. Aku ingin percaya apa yang sekarang aku lihat. Kebenarannya. Aku ingin tahu itu.” Tegas In Ah, Jin Woo menatapnya dengan senyuman.
Kantor
Pengacara Park Dong
Ho
Gyu Man langsung masuk saja, Manager Byun ingin menahan
tapi Sek Ahn sudah menghadangnya. Dong Ho menyindir Gyu Man yang jauh-jauh
datang ke kantornya yang lusuh, lalu bertanya apakah sudah tahu bahwa sidang
akan diadakan esok lalu memberitahu sedang mempersiapkan bukti untuk pengadilan besok.
“Aku baru saja menemukan bukti penting. Apa Kau mau mendengarnya? Dalam Matius 10:26, tertulis bahwa, "Tak ada sesuatu pun yang tertutup yang tak akan dibuka dan tak ada sesuatupun yang tersembunyi yang tak akan
diketahui."” Kata Dong Ho sambil
memasang CD dalam laptopnya.
Rekaman Video Gyu Man diputar, saat temanya bertanya
apakah ia membunuh Jung Ah. Gyu Man berkata Jung Ah duluan
yang bersikap kasar dan ia tak bisa menahan
emosinya, lalu temanya mengumpat Gyu Man sudah gila.
“Bagaimana rasanya membuat orang tak bersalah menjadi pembunuh?” kata Dong Ho
Gyu Man mengambil laptop mendengar suara rekamanya
sendiri “Jadi Itu salahku, ya? Dia yang salah karena tak punya uang. Apa aku yang
memintanya masuk penjara menggantikanku?” lalu
melempar laptop sampai memecahkan vas bunga. Manager Byun berteriak kesal.
Dong Ho memperlihatkan ada satu CD lagi ditanganya, Gyu
Man tahu Dong Ho suka uang dan memberikan tawaran menambahkan dua angka nol
lagi sebagai bayaranya, Dong Ho pikir Gyu Man pasti
akan terkejut mengetahui berapa
banyak yang didapat
untuk kasus ini. Gyu Man melotot dan akhirnya
Dong Ho berdiri dari tempat duduknya.
“Apa kau ingin bertaruh sesuatu denganku? Dulu, aku memang sangat suka berjudi tapi, Setelah aku menjadi pengacara, aku sudah berhenti. Apa kau tak ingin tahu apa alasannya? Karena pengadilan adalah panggung judi kehidupan. Mereka bisa membusuk di penjara selamanya atau Mereka bisa kehilangan uang yang selama ini disimpannya. Tergantung pengacaranya.” Tegas Dong Ho menunjuk ke dadanya. Gyu Man melotot
tajam.
“Kau mungkin tak tahu seberapa besar peran seorang pengacara. Kau tahu, hidup siapa yang dipertaruhkan? Jadi, kau pilih yang mana? Dan aku tetap akan menjadi pihak yang menang.” Kata Dong Ho sengaja berdiri didepan Gyu Man.
Gyu Man tak bisa menahan emosi langsung mencengkramnya,
Manager Byun langsung mendorongnya dan Sek Ahn berusaha menghalangi agar Gyu
Man tak memberikan serangan. Gyu Man melotot tajam melihat senyuman yang
terlihat dari wajah Dong Ho.
Didalam mobil
Gyu Man mengingat ucapan Dong Ho “Membusuk
di penjara selamanya atau
kehilangan semua uangmu.” Lalu memukul bangku didepanya
seperti sasaran tinju sambil berteriak karena tak bisa membunuh pengacara
bajingan itu.
“Hei, apa kau akan membiarkannya bertindak seenaknya? Bukannya kau bilang, aku tak perlu khawatir? Hei! Kenapa kau diam saja?” teriak Gyu Man kembali meninju kursi didepanya, Sek Ahn
mengatakan akan segera mengurusnya.
“Bagaimana dengan yang lainnya?” tanya Gyu Man
“Tempat itu sudah dibersihkan.” Kata Sek Ahn
“Aku tak percaya padamu lagi,sekarang Aku mau ke sana melihatnya
langsung” kata Gyu Man lalu meminta sopir Menuju
ke vila.
Jin Woo dan In Ah berada disebuah tempat yang diberi
pembatas dan juga penjaga. In Ah tahu tempat itu adalah yang terakhir didatangi
ayahnya, Jin Woo mengangguk membenarkan. Mobil Gyu Nam melewati pepohonan dan
akhirnya masuk ke depan villa. Keduanya melihat dari jauh, Gyu Nam yang masuk
ke dalam villa.
Penjaga memberitahu kalau tempat itu harus dikosongkan,
dalam lift Jin Woo dan In Ah berhasil keluar tanpa ada penjaga dan masuk ke
dalam villa. Mereka masuk ke ruangan dengan penuh wine, In Ah bertanya dengan
berbisik untuk apa mereka datang kesana. Jin Woo mendengar bunyi langkah kaki
dan langsung menarik In Ah bersembunyi.
Gyu Nam masuk dan berhenti didepan meja bar meminta Sek
Ahn memberikan minum, Jin Woo dan In Ah mencoba tak mengeluarkan suara dibalik
meja bar, keduanya bisa melihat bayangan Gyu Nam yang minum lalu pergi. Setelah
itu keduanya masuk ke dalam ruang ganti yang ditutup oleh kain.
In Ah membuka satu persatu, Jin Woo membuka kain menutupi
gatungan baju dan mengaku pernah melihat jejeran gaun itu sebelumnya, In Ah
langsung bertanya kapan pernah melihatnya. Jin Woo mengingat saat melakukan
video call seseorang mendorong gantungan baju dan dress merah ada dibagian
depan hilang, ingatan kembali saat menemukan Jung Ah yang sudah terbujur kaku
dengan dress merah.
“Tempat Jung Ah-noona tewas ada di dekat sini.” Kata Jin Woo, In Ah tak percaya kalau Jun Ah pernah
datang ke tempat itu.
“Dia mengenakan gaun merah yang ada di sini.” Kata Jin Woo
“Jika Jung Ah datang ke sini sebelum dia meninggal...” ucap In Ah lalu mendengar ketukan sepatu yang datang.
Gyu Nam mengumpat karena pengacara itu membuatnya tak bisa
tidur nyenyak. Terdengar bunyi barang yang jatuh, didalam ruang ganti
tak sengaja kedua menjatuhkan lampu meja, Sek Ahn berbisik akan memeriksanya. Jin Woo buru-buru menaruh kembali ke tempat semula.
Sek Ahn masuk dan Keduanya sudah bersembunyi dibalik
gantungan baju, satu persatu Sek Ahn membuka kain yang menutupi gantungan baju.
Terlihat dari kaca bayangan Jin Woo dan In Ah yang sedang bersembunyi, sesampai
dibagian pojok Sek Ahn membuka kain dan memeriksa tak ada siapapun disana.
Gyu Nam masuk ke dalam ruangan menanyakan apa yang
terjadi, Sek Ahn mengatakan tak terjadi apa-apa. Terlihat sedikit celah dari
pintu belakang gantungan baju, Jin Woo dan In Ah bisa keluar melalui dapur. Sek
Ahn masuk ke ruangan lain, perlahan mendekati sebuah lukisan dan mencari
sesuatu dibelakanyanya, sebuah pisau lipat dengan bercak darah yang dibungkus dengan
kain.
Jin Woo dan In Ah berlari masuk ke dalam ruangan Dong Ho,
tapi hanya ada dua anak buahnya yang asik bermain games. Jin Woo menanyakan
keberadaan Dong Ho, anak buahnya memberitahu sedang keluar sebentar. In Ah
bertanya kapan akan datang. Si anak buah terlihat kesal memberitahu bosnya itu
memiliki jadwal datang suka berubah-ubah.
Seseorang datang memberitahu mereka kekurangan orang jadi
meminta keduanya untuk ikut. Pria itu bertanya mereka harus kemana. Pria
bertubuh besar memberitahu mereka harus pergi ke Warnet karena Ada yang mencari masalah di wilayah mereka. Keduanya segara keluar dan meminta untuk menunggu
saja.
Dong Ho seperti masuk ke sebuah tempat, Joo Il sedang
memeriksa anak buahnya agar bisa berkejar denga baik dan menjaga
orang-orang mereka. Manager Byun datang dengan
terburu-buru, Joo Il menanyakan kelanjutan kasus itu. Manager Byun memberitahu Semuanya
aman terkendali.
“Tapi, bagaimana dengan Dong Ho?” tanya Joo Il
“Ah, dia punya janji dengan
seseorang.” Kata Manager Byun
“Apakah Dong Ho... sudah punya pacar?” dugaan Joo Il
“Ah, jadi wanita itu... Dia memintaku untuk tidak mengikutinya dan langsung pergi.” Cerita Manager Byun, Joo Il yakin Dong Ho itu sedang
berkencan sekarang. Manager Byun berjanjia akan menyelidiki wanita yang dekat
dengan bosnya, lalu keduanya tertawa bahagia.
In Ah berjalan melihat sekeliling kantor, melihat berkas Kasus
Pembunuhan Mahasiswa
Seo Cheon ada diatas meja, dengan rasa penasaran
melihatnya dan melihat ada foto Gyu Man yang dilihatnya saat masuk villa dan
terlihat tanggal foto diambil ketika hari saat Jung Ha..., lalu melihat dibaliknya ada CD, matanya melirik pada
Jin Woo yang duduk diam dengan wajah gugup.
Akhirnya dengan memberanikan diri In Ah memutar CD
sebagai bukti nomor satu didalam laptop. Jin Woo langsung melotot mendengar
suara yang membawa nama Jung Ah.
“Oh Jung Ah, dia membuatku terlihat seperti sampah!Aku sudah
lembut padanya, tapi
dia malah melawanku. Kau
tahu aku tak suka
ditolak, 'kan?”ucap Gyu Man dalam rekaman video. Jin
Woo langsung berlari ke depan laptop.
Ia mendengar teman Gyu Man menanyakan apakah ia
membunuhnya. Gyu Man menceritakan Jung Ah yang lebih dulu bersikap kasar jadi
tak bisa menahan emosinya. Temannya membela kalau orang yang tak salah sekarang
akhirnya masuk penjara. Komentar Gyu Man terdengar sangat sadis “Jadi Itu salahku, ya? Dia
yang salah karena
tak punya uang. Apa
aku yang memintanya masuk
penjara menggantikanku?”
In Ah menatap Jin Woo seperti ada rasa khawatir, Jin Woo
mengeluarka ponselnya menelp Dong Ho, menanyakan kebenaran kalau yang membunuh
Jung Ah adalah Gyu Man. Dong Ho meminta Jin Woo untuk membicarakan nanti saja
lalu matikan ponselnya.
Didepan Dong Ho sudah ada Tuan Nam yang mengatakan akan
membantunya jadi ia meminta Dong Ho juga membantunya. Dong Ho tersenyum
mendengarnya, Jin Woo berusaha menelp Dong Ho tapi ponselnya tak aktif, In Ah
terlihat ikut panik berdiri disebelahnya.
bersambung ke episode 4
Ini drama sumpah nguras emosi dari awal episode. Drama ini menurutku juga terlalu cepet mengindikasikan siapa pembunuhnya. jadi tinggal nemuin fakta dan bukti buat nyeret si pelaku.
BalasHapusAku suka gayanya pengacara Park Dong Ho, slengekan tapi ngena :D
Di episode ini aku juga kaget ternyata mahassiswi yang jadi juri si nam yeo kyung itu adeknya Gyu Man.
Lebih kaget lagi di akhir episode pas si Dong Ho ketemu sama presdir Nam. penasaran apa si Dong Ho bakal nerima kesepakatan yang dibikin sama Presdir Nam.
Aku berharap Dong Ho pahlawan sampe akhir dan jadi motivasi Jin Woo buat jadi pengacara pembela kebenaran... #Cieelaaah
Kan dah pasti ya ayahnya jin woo tetep di penjara,, makanya Jin woo berusaha keras jadi pengacara agar bisa membebaskan ayahnya. . Diawal episode jin woo kan membujuk ayahnya buat membuka kasusnya lagi, tp ayahnya malah gak inget siapa Jin woo. . Penasaran apa yg membuat ayahnya Jin woo tetep masuk penjara, apakah pengacara Dong Ho menerima kesepakatan dgn Presdir Nam?
BalasHapus