Dong Ho mengajak Young Jin makan sup daging sapi, Young
Jin bertanya bagaimana bisa
mengetahui kalau jarang menangani kasus kejahatan besar. Dong Ho merasa iu karena firasat dari sloganya "Yang
akan memenangkan kasus 100%." Lalu mengajaknya minum bersama sebagia tanda
kalau mulai sekarang aka memberikan informasi dan juga menjadi perisainya
“Tapi, bagaimana dengan korbannya? Maksudku, Nam Gyoo Man?” tanya Young Jin, Dong Jin mengaku sedang
memiikirkannya juga
“Nam Gyu Man, si bocah itu, punya uang, kekuasaan dan semuanya, tapi ada satu hal yang
dia tak miliki. Apa
kau tahu apa itu? Kemanusiaan.” Jelas Young Jin
Di dalam gedung, Sek Ahn mempersilahkan Gyu Man keluar
dari lift yang memegang kompresan dibagian leher belakang. Beberapa pegawai langsung
berlari menyabutnya dengan membungkuk saat Gyu Man lewat.
“Biasanya orang yang
memiliki semua itu setidaknya akan lebih sopan, Tapi, mungkin ada yang salah dengannya hingga dia bisa marah kapan saja itu. Perusahaan bahkan memiliki tim hokum khusus untuk perilaku buruknya itu.”
Gyu Man melempar kompresan saat melihat pria yang sudah
tua hanya menundukan kepala tanpa membungkuk, lalu sedikit membelai bagian
kepalanya agar membungkuk didepanya. Si pria pun membungkuk badanya dan Gyo Man
menepuk bahunya dengan tatapan seorang psikopat.
“Alasan kenapa aku juga mau menerima ajakanmu adalah karena
aku tak mau melakukan
apapun untuknya. Apa Kau sudah
tahu caranya?” tanya Young Jin, Dong Ho sibuk
membersihkan daging yang nyelip dengan benang.
“Jika kau tak punya gigi, kau
masih bisa
mengunyah permen karet. Bukannya
sudah kubilang? Kemenangan
100% ku tidak pernah hilang.” Kata Dong Ho yakin,
Young Jin hanya bisa tersenyum mendengarnya.
Didalam mobil, Gyu Nam melemaskan otot lehernya lalu
bertanya pada Sek Ahn tentang kasus si preman sialan, Sek Ahn terlihat
tegang mengatakan semuanya berjalan lancer. Gyu Nam menepuk kaki temanya meminta untuk santai
apabila mereka sedang berdua saja karena mereka berterma dan bisa
bersikap sopan jika di kantor saja. Sek Ahn mengerti walaupun dengan wajah tegang.
“Lalu bagiamana Pengacaranya?” tanya Gyu Nam kembali mengompres lehernya.
“Kami sudah menyewa pengacara yang terbaik Dan dia pastikan preman itu akan mendapat ganjarannya.” Jelas Sek Ahn
“Apa hanya itu? Oh, jadi kau berpikir dia sudah
pantas mendapatkan
hukuman kecil itu, 'kan?” kata Gyu Nam melotot lalu
melempar kompresan ke wajah Sek Ahn dan berteriak untuk menghentikan mobilnya.
Sek Ahn turun dari mobil lalu membungkuk ke depan
jendela. Gyu Nam menoyor kepalanya sambil mencemoohnya kalau memang punya otak
harus mengunakan dengan benar dan mengingatkan ia dipermalukan oleh teman-teman
dekatnya.
“Apa kau pikir hanya dengan
penjara bisa
menghilangkan rasa maluku itu?” kata Gyu Nam
“Maaf... menurutku juga dia seharusnya dihukum
seberat-beratnya.” Ucap Sek Ahn terbata-bata
“Apa preman itu punya anak?” tanya Gyu Nam, Sek Ah merasa preman itu punya
anak perempuan.
“Carilah orang yang jago bermain pisau, karena Beraninya dia menyerangku, jadi dia harus dihukum, 'kan? Kita harus memberinya pelajaran.” Kata Gyu Nam tanpa ada prikemanusian.
Sek Ahn mengerti dan akan segera mengurusnya, Gyu Nam
menanyakan hal yang lainya. Sek Ahn memberitahu Mengenai
villa Seochon, masih
dalam proses. Gyu Nam menghela nafas, menurutnya
sekarang yang terpenting agar Sek An agar mencarikan wanita yang pintar menyanyi Pong-Chak Sek Ahn terlihat binggung.
Gyu
Nam ingin orang biasa, karena selama tinggal
terlalu lama di Eropa jadi ingin mendengar melodi Pong yang indah. Sek Ahn
mengangguk mengerti, Gyu Nam menyuruh sopir itu menjalankan mobil dan menyuruh
Sek Ahn agar naik taksi.
Sek Ahn masih membungkuk sampai mobil Gyu Man pergi
menjauh, dengan wajah kesal meludah sembarangan, seperti sangat kesal dengan
teman yang mengangapnya seperti kacung.
Tak jauh dari sana, Anak buah Dong Ho, Pyun Sang Ho
mengambil gambar Sek Ahn dari dalam mobil dan melonggo tak percaya. Dong Ho pun
melihatnya mengumpat Gyu Man memang orang yang brengsek sambil merapihkan
dasinya merasa kasusnya kali ini tak akan mudah.
In Ah pulang melalui restoran pizza milik ayahnya, sang
ibu sedang menonton acara sambil melipat kotak pizza untuk take away. In Ah
melihat pembawa acara yang mengenalkan tentang Photographic
Memory, yang dikenal sebagai Picture Memory, lalu melihat pelajar tadi ada di TV, bernama Seo Jin
berumur 18 tahun.
Jin Woo dengan mudah menyebutkan urutan angka dengan
cepat 3,1415926535 8979323846, Ibu In Ah yang melihatnya merasa Jin Woo mungkin
bias menghafal
semua isi buku hokum, menurutnya dengan memiliki
kemampuan seperti itu maka menghapalnya
pasti bukan hal yang sulit.
“Apa ibu pikir, hukum itu hanya tentang hapalan saja?” keluh Jin Woo tak setuju lalu menganti acara lain,
Berita TV menanyakan “Tuan
Oh yang telah melakukan 15 kasus pencurian, ditangkap hari ini. Pernyataan kritis dari seorang
murid SMA telah
membantu dalam menyelesaikan kasus ini Dia sekarang telah menjadi pusat perhatian. Menurut polisi....” dengan foto Jin Woo
dilayar.
In Ah kesal langsung mematikan Tvnya dan masuk ke dalam,
Ibunya yang heran kembali menyalakan TV.
Sek Ahn membawa Jung Ah melewati pepohonan yang cukup
gelap dengan mobilnya, Disebuah tempat sudah banyak mobil mewah yang berhenti
dan masuk satu pria dengan dua wanita yang memakai pakaian sexy. Ayah Jin Woo
mendorong alat-alat pembersih diparkiran.
Akhirnya Sek Ahn turun dan Jung Ah melihat Ayah Jin Woo
sedang membersihkan jalan. Sek Ahn bertanya apakah mengenal pria itu. Jung Ah
mengaku mengenal pria itu adalah ayah dari temanya. Sek Ahn seperti tak peduli
menyuruhnya cepat masuk, lalu memberitahu Jung Ah hanya
perlu menyanyi seperti ang
biasanya dan langsung pulang.
“Mereka akan menyiapkan daftar lagu, dan kau tak boleh memberitahu siapapun,
oke?” jelas Sek Ahn
“Ya, tidak akan. Ayahku bahkan tak tahu. Tapi, orang macam apa yang harus aku nyanyikan nanti? Apakah mereka orang yang tak seharusnya aku kenal? ”tanya Jung Ah penasaran
Jung Ah masuk dengan wajah binggung, melihat rumah yang
dijadikan seperti club dengan pria yang dikeliling wanita seksi serta
obat-obatan yang bebas dipakai siapapun. Sek Ahn mengajak Jung Ah masuk ke
dalam ruang ganti dan memilihkan gaun warna merah.
“Bukannnya aku hanya akan
bernyanyi dan
langsung pulang. Tidak perlu ganti baju” kata Jung
Ah melihat baju yang terbuka, Sek Ahn melihat Jung Ah yang menolaknya lalu
membuka pintu ruangan.
“Dia
adalah anak KaPolres, dan dia anak
mantan Menteri. Sementara Dia
adalah anak Kepala Perusaan
Koran dan dia
adalah anak dari keluarga
yang kaya raya.” Kata Sek Ahn menunjuk
pria-pria yang sedang berciuman dan mabuk dilorong, lalu kembali menutup pintu.
“Mereka semua lahir dari keluarga yang sangat kaya raya. Jika aku tadi memberitahumu di
mana kita, kau
pasti akan menjerit-jerit.” Jelas Sek Ahn
“Tapi, sepertinya aku lebih baik
tidak mengetahuinya.
Apa aku bisa pulang sekarang? Kupikir,
aku akan menyanyi di depan...” kata Jung Ah merasa
tak nyaman ditempat itu dan akan pergi.
Sek Ahn menahan pintu agar Jung Ah tak keluar, meminta
untuk lebih medekat agar bisa menasehati, kalau memang ia bisa
melakukannya dengan baik,
maka ia bisa membiayai sekolahnya sendiri dan memberikan amplop tebal. Jung Ah ingin menolak, tapi Sek Ah memaksa
memasukan ke dalam tas, memintanya agar tak perlu serius dan hanya perlu
bernyanyi saja. Jung Ah ingin mengembalikanya tapi Sek Ahn memilih untuk keluar
dari ruang ganti.
Gyu Nam datang dengan beberapa pengawal, Sek Ahn langsung
menyambutnya, Tuan Seo didekat ruangan
sedang membersihkan karpet. Gyu Nam menegur Sek Ahn yang selalu melakukan kembali.
Sek Ahn terlihat binggung, Gyu Nam menunjuk Ayah Seo untuk menyingkirkan semua
serangga.
Ayah Seo sempat membungkuk, Gyu Nam memerintaha
menyingirkan semua orang yang tak berkepentinga kecuali anggota mereka. Sek Ahn
binggung karena mungkin tak ada pelayan. Gyu Nam pikir masih ada temanya itu
dan berpikir harus ia sendiri yang melakukan. Sek Ahn pikir bisa sendiri yang
mengurusnya, lalu memerintahkan Tuan Seo pulang sekarang.
Ketika berjalan masuk, Gyu Nam menanyakan apakah semua
sudah datang. Sek Ahn memberitahu Tuan Kang yang akan datang terlambat. Gyun
Nam memarahi Sek Ahn yang masih memanggil “tuan Kang” padahal tahun lalu
ayahnya baru saja dipecat, menurutnya mereka tak perlu mengundangnya lagi.
Jung Ah seperti tak nyaman mengunakan pakaian dan terus
menariknya ketika ingin memakai kalungnya, Gyu Nam datang bertanya apakah
wanita itu penyanyinya. Sek Ahn membenarkan, Gyu Nam menatapnya seperti tanpa
ingin menerkamnya langsung.
Dirumah
Jin Woo sudah siap dengan sup kimchi yang akan dimakan
bersama ayahnya, wajahnya berseri-seri tak sabar menunggu sang ayah pulang. Jam
8 lewat, ayahnya belum juga pulang terlihat ada tas ponsel diatas buffet,
akhirnya Jin Woo menelp ayahnya.
Tuan Seo pergi ke tempat Ponsel, menceritakan anaknya masih
SMA, lalu bertanya ponsel apa yang biasanya digunakan anak SMA, karena ponsel anaknya sudah lama dan layarnya sudah
retak. Pegawai itu heran melihat Tuan Seo yang sudah dating untuk membelikan anak anda ponsel
baru sebanyak 3 kali. Tuan Seo pikir pegawai itu mungkin
salah orang. Di kantong celananya, ponsel Tuan Seo
berdering tapi tak terdengar olehnya.
Jung Ah terlihat tak nyaman dengan pakaian berjalan ke
depan mic dan siap menyanyi, suaranya yang merdu menyanyikan lagu “Way Back into love – Hugh Grat feat Drew
Barrymore” Tapi Gyu Nam berteriak
histeris menghentikanya sambil memecahkan gelas diatas meja, Jung Ah dan yang
lainya kaget dan hanya bisa diam.
“Hei, apa kau anggap ini festival kampus? Pong-Chaaaak!” teriak Gyu Nam yang berjalan sambil menendang beberapa
gelas sampai pecah berantakan. Jung Ah terlihat ketakutan melihat Gyu Nam yang
berteriak
“Apa kau tahu Pong Chak? Aku... karena aku terlalu sering
mendengar lagu
Prancis, perasaanku jadi menggurut!” teriak Gyu
Nam, Jung Ah ketakutan sambil meminta maaf, karena berpikir Gyu Nam menyukai
lagu yang dibawakanya.
Sek Ahn meminta pemain musik mengiringi lagu yang diminta
Gyu Nam, hanya mendengar iringan lagunya saja Gyu Nam bisa tersenyum dan
kembali meminum wine dengan mulut mengangga. Suara Jung Ah terdengar bergetar tapi
terdengar merdu dengan lagu aliran Pong Chaak.
Beberapa teman Gyu Nam terhayut dengan lagu yang
dinyanyiakn Jung Ah sambil bertepuk tangan melembar uang dan Gyu Nam tersenyum melihatnya. Jung Ah
terlihat sangat lelah didepan meja rias melepaskan semua perhiasan yang
digunakanya.
Gyu Nam tiba-tiba masuk dengan sebotol wine yang
diminumnya langsung dan melihat badan Jung Ah dari bawah kebagian atas. Suasana
terasa tegang, Gyu Nam memperlihatkan gelasnya mengajaknya agar minum bersama.
Jung Ah tertunduk ketakutan melihat mata Gyu Nam seperti yang dingin dan
memainkan winenya didalam mulutnya.
Jin Woo sampai tertidur menunggu ayahnya yang belum
pulang, semua makanan pun terbuka begitu saja diatas meja. Ponselnya bergetar lalu
dengan mata masih tertutup mengangkat telp dari ayahnya yang sudah ditelpnya
berkali-kali. Tuan Seo berjalan dideretan pohon tak mendengar sama sekali
ponselnya berdering.
“Ayah, kau di mana sekarang? Kenapa belum pulang juga?” tanya Jin Woo
“Dimana... ini, ya? Yang aku ingat hanyalah pergi membelikanmu ponsel.” Kata Tuan Seo binggung melihat sekeliling.
“Ayah, tunggu aku di sana. Aku akan mencarimu.” Ucap Jin Woo khawatir
Tuan Seo melihat sekeliling dengan wajah binggung karena
tak bisa mengingat dimana tempat itu. Jin Woon mengunakan jaketnya berlari
keluar rumah. Tuan Seo terus berjalan menyusuri jalan setapak lalu melihat kaki
yang sangat kotor tergeletak ditanah dibalik tumpukan batang pohon.
Tuan Seo mendekat melihat Jung Ah dengan pakaian sudah
menjadi mayat dengan luka disekujur wajah dan tubuhnya, lalu berteriak meminta
membuka matanya. Dengan panik mencoba membuka ponsel untuk menelp, tapi ia lupa
dengan kuncinya padahal sebelumnya masih mengingat kunci membuka ponselnya.
Jari-jarinya bergetar dan kepala Tuan Seo seperti
merasakan dengungan yang sangat keras. Ia menjerit sambil memegang kepalanya
yang merasakan sakit dan berteriak tak mengingat apapun. Jin Woo datang melihat
berteriak memanggil ayahnya, lalu melihat Jung Ah yang tergeletak tak bernyawa
dan sang ayah pingsan disamping Jung Ah.
Dirumah sakit
Jin Woo melihat ayahnya sudah sadar, menanyakan
keadaanya. Tuan Seo berusaha untuk duduk tapi masih terlihat linglung. Seorang
polisi datang mengetahui kalau Tuan Seo adalah saksi
pertama tapi karena dokter bilang harus banyak istirhata jadi
ingin menanyakan beberapa pertanyaan saja sekarang.
“Kenapa anda pergi ke TKP?” tanya polisi, Tuan Seo terlihat kebinggungan.
“Ah, aku... Aku hanya terus berjalan dan akhirnya aku sampai ke sana.” Ucap Tuan Seo tampak linglung.
“Jadi Anda terus berjalan? Jarak TKP dan rumah anda hampir sejauh 1 mil, jadi setidaknya, anda pasti sudah berjalan selama 20 menit. Apa Kau terus berjalan sampai pagi?” tanya polisi yang nampak binggung, Tuan Seo seperti tak
mengingat kejadian yang sebenarnya.
“Saat kami tiba, anda sudah pingsan di samping korban. Kenapa anda ada disan? Jawab aku dengan jujur. Ini adalah pertanyaan yang sangat penting.” kata polisi
Tuan Seo seperti benar-benar tak mengingat sama sekali,
Jin Woo melihat ayahnya merasa polisi seperti sedang
menginterogasi padahal seharusnya tak boleh
melakukan interogasi seperti menyudutkan ayahnya.
“Dan bahkan jika dia memberikan
saksi, saksinya
masih tidak terkredibilitas. Hukum
ini tertera dalam UU Penegakan Hukum Polisi, 220 ayat 1, Bukankah kalian terdengar seperti menginterogasinya dengan paksaan?” tegas Jin Woo tak terima.
“Bukan maksud kami seperti itu, Jangan marah-marah begitu. Tapi Apa alm. Oh Jung Ah adalah
kenalan anda?” tanya polisi kembali bertanya
“Baru kali ini aku melihatnya.” Kata Tuan Seo, Jin Woo kaget karena Jung Ah adalah anak
dari temanya yang suka memberikan makanan.
Polisi menanyakan apakah Tuan Seo yakin dengan jawabnya.
Tuan Seo yakin tak mengingatnya sama sekali, lalu meminta maaf karena tak bias membantu penyelidikan mereka. Jin Woo benar-benar shock ayahnya tak mengenal
Jung Ah, lalu melihat tas ponsel yang dibawa ayahnya.
Ia buru-buru pulang kerumah melihat didalam lemari,
ayahnya membeli 3 ponsel yang sama dan disimpan didalam lemari. Lalu melihat
kebagian laci, semua barang dibeli ayahnya sebanyak tiga dengan motif dan
bentuk yang sama. Dibagian laci obat pun ayahnya membeli tiga botol yang sama
dan mendapatkan tas ponsel dengan motif sama seperti yang dibeli ayahnya
sebelum kehilangan arah dan bertemu dengan Jung Ah yang terbujur kaku.
Di ruangan dokter
“Ada kalanya dia merasa
mengenalnya tapi dia
tak akan ingat siapa namanya. Aku
akan memulai tesnya sekarang. Silakan
sebutkan nama hewan-hewan ini.” kata dokter
menjejerkan gambar binatang
“ Ini Singa, gajah, kuda nil, badak.” Kata Tuan Seo dengan lancar.
Dokter menanyakan apakah Pria yang datang bersamanya itu
anaknya. Tuan Seo membenarkan, Dokter meminta untuk menyebutkan namanya dan
nama anaknya. Tuan Seo menyebut nama Seo Jae Hyuk dan anaknya Seo Jin Woo. Dokter mencoba membalik namanya. Ayah Jin Woo bisa
menyebtWoo Jin Seo dan Hyuk
Jae Seo. Jin Woo tersenyum seperti dugaan tentang ayahnya salah.
Berita menyebar diseluruh korea, mulai dari surat kabar,
Layar TV besar ditengah kota, Subway dan toko elektronik, bandara, begitu juga
In Ah dengan keluarganya sambi memakan jeruk.
“Seorang mahasiswi
Seocheon ditemukan tewas setelah diperkosa manarik banyak perhatian. Menurut polisi, mereka tak dapat menemukan tersangka
untuk kasus ini. Korban Oh adalah mahasiswi juga bekerja untuk biaya pendidikannya, Tak hanya keluarga tetapi masyarakat Korea sangat penasaran dengan kasus ini. Presiden juga telah mengunjungi kantor polisi untuk memerintahkan memecahkan kasus
ini.”
Jin Woo keluar kamar menanyakan apa yang sedang
dilakukanya, Sang Ayah sedang menonton berita sambil memakan jeruk, tatapan Jin
Woo merasa kasihan pada sang ayah yang harus terlibat karena berada di TKP.
“Masyarakat meminta polisi untuk segera menemukan pembunuhnya. KaPolres juga telah menyakinkan masyarakat bahwa pembunuhnya pasti akan tertangkap. Kasus ini ditangani oleh tim investigasi
khusus dan sangat menyedot perhatian warga negara. Polisi berjanji akan segera menemukan pelaku
pembunuhannya.”
Jaksa Hong mematikan TV diruangan setelah mendengar
berita, lalu masuk ke ruanga jaksa Hong dengan wajah tertunduk.
“Aku adalah jaksa utama dalam kasus ini, namaku Hong Suk Hoon. Yang Aku lihat, semua praduga
tersangkanya sudah diperiksa.
Tapi, belum ada kemajuan sama sekali.” Jelas
Jaksa Hong melihat berkasnya.
“Karena TKP-nya di hutan, tak ada
CCTV Dan juga,
tim forensik masih belum
bisa menyimpulkan hasil DNA-nya.” Kata
Detektif.
“Lihatlah itu, aku telah
mengurangi jumlah
praduga tersangkanya.” Kata Jaksa Hong melempar
berkasnya.
“Aku sudah menginterogasi mereka
tapi tak ada
hal ganjil yang kami dapat. Tak ada yang bisa kita lakukan, kecuali pembunuhnya mengaku
sendiri.” Jelas detektif yang melihat berkas “Kasus
Pembunuhan Mahasiswi”
Jaksa Hong merasa sudah tak ada gunanya, karena Kasus
ini adalah kasus yang diminta Presiden
secara langsung untuk menyelesaikannya atau semua orang akan dipecat, lalu menyuruhnya melihat ke halaman terakhir. Detektif
melihat foto dan nama Seo Jae Hyuk.
Dirumah duka
Tuan Seo dan Jin Woo memberikan penghormatan terakhir
pada Jung Ah dengan Tuan Oh sebagai ayahnya. Tuan Oh sambil menjabat tangan
berterimakasih karena Tuan Seo sudah menemukan anaknya walaupun sudah
meninggal.
“aku bisa melalukan pemakamannya dan merasa
menjadi ayah yang tak berguna.” Kata Tuan Oh menangis
“Dalam keadaan yang seperti ini, kau harus kuat Hingga kau
menemukan pelakunya.” Ucap Tuan Seo
“Ya,
aku harus kuat dan menunggu siapa pelakunya. Hanya
itu yang bisa aku lakukan untuk membalas dendam putriku.” Kata
Tuan Oh, Jin Woo yang mendengarnya ikut tertunduk sedih.
Detektif sampai dirumah duka dengan mobil polisi diberi
waktu 3 hari
untuk mendapat pengakuannya. Dengan membawa surat
perintah penahan, menangkap Tuan Seo menjadi tersangka dalam pembunuhan Oh Jung Ah dan punya hak menyewa pengacara juga boleh diam didalam
pengadilan.
Tuan Seo langsung dibawa polisi dengan diborgol, Jin Woo
dan Tuan Oh binggung melihat teman dan ayahnya tiba-tiba ditangkap. Tuan Seo
meminta agar anaknya tak perlu khawatir karena ia akan baik-baik saja dan meminta supaya menunggunya saja dirumah,
karena pasti akan pulang cepat dari kantor.
Jin Woo menahan polisi menanyakan alasana mereka membawa
ayahnya, tapi Detektif malah mendorongnya hingga terjatuh. Jin Woo berteriak
memanggil ayahnya tapi polisi patroli menahanya, beberapa pelayat juga terlihat
binggung.
Tuan Seo dibawa ke mobil van polisi, Jin Woo berlari
dengan basah kuyup melihat mobil polisi yang meninggalkan rumah duka. Mobil
polisi didepan terlihat berbelok kearah yang lain, sementara mobil Van terus
saja berjalan lurus. Tuan Seo terlihat binggung.
Detektif yang menangkap tuan Seo meminta agar mematikan
sirene sekarang. Tuan Seo memberanikan diri kemana mereka akan pergi karena
jalurnya bukan ke kantor polisi. Mobil Van masuk ke dalam sebuah gudang yang
terlihat gelap.Jin Woo kembali kerumah, ketika menyalakan lampu semua barang
didalam rumahnya sudah berantakan.
Berita di TV disiarkan “Tuan Seo, telah
ditangkap atas kasus pembunuhan mahasiswi. Dia telah mengakui kejahatannya. Reporter Kim yang
langsung melaporkan dari Kantor Polisi.”
Keluarga Lee sedang menonton berita laporan dari Reporter Kim yanng berada di depan kantor polisi.
“Tersangka kasus
pembunuhan mahasiswi Seo Choen, Seo Jae Hyuk telah mengakui kejahatannya Dan dia sedang
menunggu tanggal pengadilan. Seluruh masyarakat juga menunggu laporan polisi tentang kasus ini.”
Tuan Lee melotot mendengar berita penangkapan Tuan Seo
walaupun wajahnya sudah diblur. Jaksa Hong memberikan penyataan didepan mimbar
Kejaksaan,
“Kasus pembunuhan mahasiswi Seo Cheon akan segera
disidangkan. Tersangka
Seo Jae Hyuk, dia
mengakui kejahatannya. Dan
juga, semua bukti serta petunjuk
mengarah padanya.” Jelas Jaksa Hong
“Kami dengar, Seo Jae Hyuk telah
diinterogasi karena
dia yang menemukan korban. Benarkah itu?” tanya
salah satu wartawan.
“Dia memang yang menemukan korban karena dia jugalah yang
membunuhnya.” Kata Jaksa Hong yakin.
Tuan Lee yang mendengarnya merasa itu tak mungkin Tuan Seo
yang membunuhnya, In Ah menanyakan apakah ayahnya mengenal si pelaku. Tuan Lee
mengenal Tuan Seo yang tinggal di kompleks atas dan hanya tinggal bersama anaknya.
“Aku sering bertemu dengannya Dan dia orang yang sangat baik. Aku sungguh tak menyangka.” Kata Tuan Lee terlihat masih Shock
“Hei, In Ah. Oh Jung Ah... Apa kau tak mengenalnya? Bukannya dia teman kelasmu saat SD dulu? Namanya Oh Jung Ah.” Kata ibunya, In Ah ikut kaget karena ternyata Jung Ah
itu adalah orang yang dikenalnya.
Jin Woo menatap ayahnya dengan mata berkaca-kaca sudah
mengunakan pakaian tahanan tak percaya bisa
terjadi seperti itu dengan ayahnya. Tuan Seo melirik Jin Woo dan
tak mengenal anaknya sendiri. Jin Woo bingung mengingatkan kalau ia adalah
anaknya, tapi Tuan Seo malah binggung dipanggil “ayah”
“Apa yang terjadi? Ini aku, Jin
Woo.” Ucap Jin Woo binggung melihat ayahnya yang tak
mengenalinya.
“A-Anakku? Kau adalah anakku?” kata Ayahnya masih terlihat tak mengingatnya.
Jin Woo menangis mengangukan kepalanya, lalu menaruh tanganya
dikaca. Tuan Seo ikut menempelkan tangan ke kaca. Jin Woo menanyakan apakah
ayahnya mengingatnya sekarang. Tuan Seo mengangguk sambil menangis, Jin Woo
meminta ayahnya tak menangis karena keadaannya baik-baik saja.
Di pengadilan
Banyak pendemo yang mengelu-elukan terikan “Di kota yang damai ini, hukum dia seberat-beratnya!” In Ah menaiki tangga melihat Jin Woo yang pernah bertemu
lalu memanggilnya dan bertanya apakah masih mengingatnya. Tapi Jin Woo terdiam
dengan mata melotot melihat ayahnya yang turun dari bus tahanan.
Pendemo mulai maju dan ingin mendekat, Polisi yang
mengunakan tameng bisa menahan mereka. Tuan Seo terlihat seperti orang linglung
saat dibawa polisi masuk ke dalam gedung pengadilan. Jin Woo memanggil ayahnya,
In Ah melihat tatapan Jin Woo mengarah pada Tuan Seo yang digiring masuk ke
dalam pengadilan.
Wartawan mulai mengambil gambar, Tuan Seo masih linglung
seperti mencari-cari seseorang. Semua pendemo terus berteriak, salah seorang
pria berteriak menunjuk Jin Woo sebagai anak dari pembunuh. Seorang pria
langsung menyerangnya, tak sengaja kalung Jin Woo lepas dan terjatuh.
Beberapa polisi mendorong pendemo agar tak mendekat dan
membuat pagar betis. In Ah yang tadinya ada disamping ikut terdorong. Jin Woo
hanya diam ketika telur dilempar ke arahnya. In Ah melihat kalung Jin Woo
terjatuh dengan bercampur dengan lemparan telur.
bersambung ke episode 2
Tunggu updatenya yah....
Kyaaa!! Speechless,
BalasHapusYo seung Ho oppa the best!!
ditunggu sinop selanjutnya ya mba, semangat!
Weeehh Nam gung min parah kereen akting nya, makasih mba dee sinop nya di tunggu selalu lanjutan nya :D
BalasHapusIni drama sumpah... baru nonton episode pertama udah dibikin termewek-mewek.
BalasHapustrus adegannya tuh ngebuat kilasan film miracle in cell no.7 terngiang-ngiang gt bikin tambah mewek.
Yo Seung Hoo keren banget akting jadi Seo Jin Woo. akting nangis dan sedihnya itu loo. bikin miris di ati. berasa cess..
Park Min Young disini juga keren. Walaupun pas nuduh si Jin Woo kelihatan angkuh gt. :D :D
Pengacara Park Dong Ho, dandanannya itu looo... bukan pengacara banget. :D :D Slengekan dan nyentrik abis. :D :D
dan yang bikin ni drama greget selain tokoh diatas adalah Nam Goong Min. perannya jadi Nam Gyoo Man berasa pengen mlintir2 ngecup gitu. #ehh... hahahaha
ngeselin abis didrama ini dia. Bahkan sejak pertama terbit orangnnya di scene awal ga ada manis-manisnya perannya. kekekeke
Dan yang bikin lebih greget adalah komen panjang saya yang ga penting ini. Maaf ya kak dyah kalo nyampah.:D :D
Abisan terlalu antusias sama ni drama.
Intinya debutnya ni drama sukses bikin saya mewek-mewek