PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Jumat, 30 Juni 2017

Sinopsis Suspicious Partner Episode 31

PS : All images credit and content copyright : SBS
Bong Hee melepaskan tangan Ji Wook dan mengajak untuk Putus saja. Ji Wook menatap Bong Hee tak percaya memutuskanya, lalu merasakan sesuatu dan bertanya kapan Bong Hee mengetahuinya.
“Bagaimana denganmu Pengacara No? Sejak kapan kau tahu... Tentang ayahku?” ucap Bong Hee. Ji Wook mengaku kalau itu Baru saja
“Lalu kenapa kau tidak memberitahuku? Kenapa kau menderita sendirian?” ucap Bong Hee marah
“Karena itu tidak jadi masalah buatku” kata Ji Wook. Bong Hee heran Apa yang tidak jadi masalah untuk Ji Wook. Ji Wook menyakinkan  Tidak ada yang jadi masalah untuknya.
“Bagiku, tidak penting orang seperti apa... Ayahmu” kata Ji Wook. Bong Hee bertanya Bagaimana kalau itu penting baginya.
“Bagaimana kalau itu jadi masalah buatku?” ucap Bong Hee
“Baiklah, mari kita dengarkan kalau begitu, katakan padaku. Aku mau tahu apa yang penting bagimu... Dan apa perbedaannya.” Kata Ji Wook dengan wajah serius.
“Rasanya menyakitkan, Melihat kau menderita karena aku... Rasanya berat bagiku” ucap Bong Hee. 


Ji Wook mengerti dan berjanji tidak akan menderita kalau begitu lalu bertanya apa lagi selain itu. Bong Hee mengatakan kalau ayahnya  bukan orang seperti yang dipikirkan, Tapi ia bahkan tidak bisa membuktikannya Ji Wook pikir mereka bisa memikirkan tentang itu nanti dan ingin tahu apa lagi yang dikhawatirkan Bong Hee.
“Aku hanya tidak menyukai situasi di antara kita Apa kau tidak mengerti ucapanku? Aku mau putus denganmu. Jangan coba-coba merubah pikiranku dan tolong lepaskan aku.” Ucap Bong Hee.
“ Aku juga tidak menyukainya. Aku tidak mengerti apa yang kau bicarakan. Apapun yang kau katakan padaku, Aku tidak akan melepaskanmu. Aku tidak mau. Itu tidak akan berhasil meski kau berusaha menghentikan aku” tegas Ji Wook
“Bagaimanapun kerasnya kau berusaha menghentikan aku, aku akan tetap pergi” balas Bong Hee dan  memilih untuk meninggalknya.
Ji Wook membiarkan Bong Hee pergi dengan wajah gelisah. Bong Hee berjalan menyakikan diri kalau melakukan hal yang benar lalu berpikir kalau nanti malah membuat kesalahan, tapi kembali menyakinkan diri kalau melakukan hal yang benar dan berpikir kembali kemana harus pergi.
Ji Wook pulang ke rumah seperti kebinggungan dan merasa hampa, Ia menatap kamar Bong Hee dan tak ingin mendekat, tapi akhirnya ia memberanikan diri membuka kamar Bong Hee tapi kosong hanya ada sepasang boneka yang ditinggalkan. 


Ji Hae mendengar bunyi bel rumah sambil berjalan bertanya siapa yang datang, dan betapa terkejutnya melihat Bong Hee sudah ada didepan rumahnya. Bong Hee memperlihatkan wajah sedihnya.
“Ada apa? Apa yang kau lakukan di sini?” ucap Ji Hae binggung.
“Bolehkah aku tidur di rumahmu?” kata Bong Hee. Ji Hae langsung menutup pintu tapi kaki Bong Hee bisa menahanya dan langsung menerobos masuk. Ji Hae berteriak kesal melihat Bong Hee masuk rumahnya.
“Bagaimana kau tahu tempat tinggalku?”tanya Ji Hae. Bong Hee pikir  Tidak sulit mencari alamat seseorang dan mendengar Ji Hae barusan pindah lalu memuji rumah temanya yang cukup bagus
“Biarkan aku tinggal di sini beberapa hari saja” ucap Bong Hee blak-blakan.

Ji Hae benar-benar tak habis pikir dengan Bong Hee menurutnya  Ini masuk dengan paksa. Bong Hee tahu itu Tapi karena masalah pribadi, jadi benar-benar tidak punya tempat tinggal dan Cuma ada satu kamar di rumah ibunya serta  ia sudah mulai hidup mandiri, Jadi tidak bisa kembali ke rumah ibunya.
“Aku terlalu tua untuk melakukan itu, benarkan?” ucap Bong Hee. Ji Hae membenarkan dan ingin mengatakan sesuatu tapi Bong Hee lebih dulu menyela.
“Tapi kenapa kau harus tinggal di rumahku?” keluh Ji Hae.
“Hei, sofa ini saja yang aku perlukan, Kau bisa tidur di tempat tidurmu sendiri” kata Bong Hee sudah lebih dulu duduk disofa.
“Dengar, tempat tidur itu memang milikku dari awal, Dan sofa ini juga milikku” tegas Ji Hae.
Bong Hee dengan sengaja langsung berbaring disofa dan mengaku merasa sangat Nyaman sekali. Ji Hae benar-benar tak menyangka melihat tingkah Bong Hee karena tahu temanya Sangat membencinya. Bong Hee membenarkannya. Ji Hae juga merasaan hal yang sama.
“Tapi kenapa kau mau tinggal di rumahku? Pergi dan tinggallah bersama orang yang kau sukai” ucap Ji Hae kesal
“Kalau aku menemui orang yang aku sukai dan bertanya pada mereka apakah aku bisa tinggal di rumah mereka, Itu sangat tidak sopan, benarkan?” kata Bong Hee. 
“Aku senang kau tahu, itu sangat tidak sopan Kalau begitu, kau pikir kenapa aku memilih tinggal di tempatmu padahal aku membencimu?” ucap Ji Hae lalu berpikir kalau Bong Hee berusaha balas dendam.

“Ini adalah balas dendamku dan hukumanmu, Kau banyak berhutang padaku. Haruskah aku membuat daftar... Hal jahat yang kau lakukan padaku?” kata Bong Hee. Ji Hae pikir tak perlu. Bong Hee tiba-tiba menatap kosong disofa.
“Tapi kau sangat berguna. Aku merasa sangat kacau Dan sedih. Setelah aku menyakitinya, Aku selalu memikirkannya sepanjang hari... Apakah aku melakukan hal yang benar atau tidak. Aku tidak tahu apakah aku bodoh atau gila. Aku hanya benar-benar... Ingin mati saja. Tapi setelah melihatmu, Aku benar-benar merasa ingin hidup lagi. Itu keinginan yang harus diperjuangkan. Aku berkata "Bahkan dia saja masih tetap hidup, jadi aku harus melanjutkan hidupku juga."” Ungkap Bong Hee. Ji Hae berteriak marah.
“Jangan berteriak padaku. Aku benar-benar sedih sekarang” kata Bong Hee. Ji Hae pun akhirnya membiarkan Bong Hee tinggal dirumahnya. 

Bong Hee berbaring disofa, tiba-tiba air matanya tergenang mengingat kenangan dengan Ji Wook saat pertama kali menciumnya dengan mengutarakan semua perasaanya, lalu memberikan ciuman di hari pertaman mereka berkencan dan terakhir setelah Ji Wook memberikan kalung padanya mereka pun tidur bersama.
Ketika mabuk Ji Wook berkata di pelukanya “Kita...Jangan pernah berpisah, Bong Hee. Meski aku menyuruhmu untuk pergi, Jangan pergi” Bong Hee menangis dengan keadaanya sekarang yang harus berpisah dengan Ji Wook. Ji Wook di rumah pun terlihat gelisah karena tak bisa lagi bertemu dengan Bong Hee. 

[Episode 31 - Kenangan yang tak terlupakan]
Ji Hae menuangkan kopi dan bersiap untuk sarapan, tangan Bong Hee tiba-tiba keluar dari sofa yang membuatnya terkejut. Bong Hee dengan setengah mengantuk meminta agar Ji Hae menaruh tangan di dahinya dan merasakan apakah dirinya terkena demam, karena Ia memang jarang Sakit
“Tapi aku rasa aku demam” kata Bong Hee. Ji Hae mengambil termometer di dalam laci dan memberikan pada Bong Hee.
“Tapi, Jaksa Na... Apa kau punya mobil? Apa kau tidak memerlukan supir? Aku ahli dalam memarkir mobil, dan juga menyetir dengan sangat baik” ucap Bong Hee sambil memeriksa suhu tubuhnya. Ji Hae menolak karena  tidak perlu supir
“Hei, suhu badanku 37°C, apa ini normal?” tanya Bong Hee.
“Kau membuat keributan besar, itu normal. Itu hanya demam sedang saja” kata Ji Hae. Bong Hee seperti merasa tak yakin dan saat itu ponselnya berbunyi. 

Ji Wook mengirimkan pesan “Rapatnya dijadwalkan ulang jam 10 : 30 pagi” Bong Hee tak percaya Ji Wook itun ingin ia menghadiri rapatnya, bahkan menyuruh untuk kembali bekerja setelah keributan itu. Ji Hae pikir  Itu berita bagus. Bong Hee merasa ini tidak masuk akal dan bagaimana bisa bekerja dengan keadaan seperti ini.
“Kau benar-benar hebat... Untuk seseorang yang tidak punya apa-apa” kata Ji Hae. Bong Hee hanya melonggo binggung.
“Apa kau tidak mengerti? Apa kau pikir kau bisa mendapatkan pekerjaan di perusahaan lain Selain di firma hukum yang aneh dan gila itu? Jangan mimpi, jadi Lupakan saja harga dirimu dan kembalilah bekerja. Aku tidak perduli ataupun tertarik dengan kisah cintamu, Tapi kau perlu uang untuk berkencan. Apa kau akan terus melanjutkan hidupmu... Dengan bergantung pada orang lain? Kau gila seperti serangga kasur” ucap Ji Hae lalu pamit pergi berkerja. 

Bong Hee menaiki bus dengan wajah gugup dan masih ragu untuk turun tapi akhirnya memutuskan untuk menekan bel dan masuk ke dalam rumah dengan gugup. Ji Wook dengan santai melihat Bong Hee menyuruh agar mengikutinya. Bong Hee melihat ruangan kosong dan bertanya Apa semua orang pergi ke tempat lain. Ji Wook membenarkan.
“Aku datang untuk memberimu ini” ucap Bong Hee menyerahkan Surat pengunduran diri
“Sejujurnya, aku sangat tersiksa... Apakah aku harus memasukkanya atau tidak.. Tapi... Ini keputusan yang aku buat. Aku minta maaf Dan terima kasih atas semuanya” ucap Bong Hee.
“Menderita karena hal itu benar-benar membuang-buang waktumu Ini kontrakmu, dan di sini jelas dikatakan kalau... Kontrakmu berakhir dalam waktu dua tahun. Kalau kau mau pergi, maka kau bisa melakukannya setelah kontrakmu berakhir” tegas Ji Wook memperlihatkan surat kontrak, Bong Hee ingin bicara tapi Ji Wook lebih dulu bicara.
“Aku pikir kau setidaknya tahu... Memisahkan perasaan pribadi dengan pekerjaan, apa aku terlalu banyak berharap? Mari kita bicarakan soal pekerjaan saja hari ini” kata Ji Wook.
“Aku tidak siap membicarakan masalah diantara kita” ungkap Bong Hee.
“Pengacara Eun, apa kau pikir pekerjaan ini cuma lelucon saja?” kata Ji Wook berdiri dari tempat duduknya. Bong Hee mengaku tidak sama sekali, tapi situasinya...
“Aku menyuruhmu memberi batasan antara pekerjaan dan perasaan pribadi Jangan... Menyerah pada pekerjaanmu dengan mudah dan Mejamu disana itu.. Jangan pikir mudah untuk mendapatkannya. Jangan mengkhianati yang kau percaya...Dan mereka yang percaya padamu. Bekerjalah dengan bijaksana” tegas Ji Wook 


Bong Hee benar-benar minta maaf menurutnya tidak mudah bekerja bersama Ji Wook seperti tidak terjadi apa-apa dan Dalam situasi seperti ini dan pasti juga tidak akan mudah bagi Ji Wook. Ia merasa Setiap kali Ji Wook melihatnya pasti akan memikirkan tentang ayahnya dan Dan setiap kali itu terjadi,  Ji Wook akan merasa bersalah padanya dan itu membuatnya merasa sakit.
“Jadi... Aku memberitahumu itulah alasan aku berhenti” ungkap Bong Hee. Ji Wook tak setuju menurutnya Bong Hee sudah melewati batasannya sekarang
“Itu adalah masalahku, dan aku akan mencari tahu apa yang harus kulakukan, jadi kau seharusnya... Hanya mengkhawatirkan... Masalahmu sendiri dan .... Baiklah, mari kita lakukan ini, aku mengijinkanmu pergi berlibur.. Untuk berpikir secara rasional saat kau sedang santai.. Aku juga akan berpikir dan Itu kompromi yang bisa aku buat” kata Ji Wook dan ingin tahu jawaban Bong Hee.
Bong Hee pun menyetujuinya, Ji Wook mengungkapkan itu bagus dan menyuruh Bong Hee segera pergi. Bong Hee pun keluar dari rumah. Ji Wook langsung merobek surat pengunduran diri dengan wajah kesal. 


[Kantor Kejaksaan Sunho]
Ji Wook menemui Jaksa Jang mengatakan kalau sengaja datang karena ingin mengetahui  Tentang kasus pembakaran yang membunuh orang tuanya dan Jaksa Jang adalah orang yang berwenang pada kasus itu. Jaksa Jang membenarkannya.
“Aku ingin mencari tahu sendiri, tapi itu sdah lama sekali terjadinya Dan kebanyakan rekamannya juga sudah hilang, Jadi aku pikir harus datang dan menemui anda sendiri” jelas Ji Wook. Jaksa Jang pun ingin tahu apa yang ingin ditanyakan Ji Wook.
“Kenapa orang tuaku... Dibunuh? Aku pikir anda tahu”kata Ji Wook
“Itu adalah pembunuhan balas dendam atas tuntutan” ucap Jaksa Jang. Ji Wook tahu tapi tidak paham dengan salah satu bagian.
“Pada waktu itu, tersangka Eun Man Soo, Terlibat dalam kasus kekerasan kecil. Secara logika, aku tidak mengerti kenapa dia kembali... Ke jaksa karena dituntut” ucap Ji Wook
Tuan Jang pikir mana mungkin tahu alasannya karena Yang ia tahu adalah kenyataan kalau Tuan Eun terus mengeluh pada jaksa Lalu suatu hari, ditemukan sudah meninggal di lokasi pembakaran. Ji Wook pun menyimpulkan kalau masalah sekarang, bagaimana Jaksa Jang menganggapnya  sebagai pelaku, apakah ada petunjuk atau bukti.
“Itu karena dirimu” ucap Tuan Jang. Ji Wook  kaget mendengarnya. 
Flash Back
Ji Wook diberikan foto Tuan Eun, Jaksa Jang mengatakan kalau Orang ini adalah orang Yang membunuh ibu dan ayahnya. Ji Wook seperti yang masih kecil percaya.
“Kau yang menunjuknya sebagai pelakunya. Kau yang bilang sendiri kalau dia yang melakukan pembakaran Dan dia membunuh orang tuamu” ucap Jaksa Jang. Ji Wook benar-benar tak percaya kalau ia adalah pelakunya.
“Apakah rasa penasaranmu sudah terjawab? Itu karena kau, Kau yang menunjuknya sebagai pelakunya.” Ucap Jaksa Jang.
Ji Wook berjalan keluar dari ruangan berjalan tertatih seperti berusaha mengingat yang sebenarnya dilihatnya. 


Ji Hae baru saja pulang dan dikagetkan dengan Bong Hee sudah ada didepan rumahnya dengan membawa koper dan wajah melas tak punya tempat tinggal.
Akhirnya Bong Hee pun berbaring di sofa kembali, seperti rasa rindunya datang dan mencoba melihat video terakhir kali mereka berjalan ditaman. Bong Hee ingin mengambil foto tapi malah membuat video dan Ji Wook mengejeknya bodoh. Bong Hee terus mengulang kenanganya yang terakhir kali. 

Di ruang rapat
Ji Wook menanyakan Bagaimana dengan tuntutan perceraian Kim Young Eun. Tuan Bang mengatakan sepertinya mereka tidak bisa mencapai persetujuan dan Minggu ini, mereka akan meminta penyelesaian dan pembagian harta, Ji Wook ingin melanjutkan rapat tapi Tuan Byun menyela.
“Apa kalian berdua... Bertengkar? Apa kalian putus?” ucap Tuan Byun melihat tak ada Bong Hee di depanya. Ji Wook hanya diam saja.
“Aku tidak yakin apakah dia bisa melihat petunjuk atau tidak” keluh Tuan Bang. Eun Hyuk pikir Mungkin saja tidak bisa
“Maksudku... Tidak mungkin... Kalau nona kurang bukti pergi berlibur sendirian, Jadi Apa aku salah?” kata Tuan Byun. Ji Wook membenarka.  
“Jadi aku ingin anda juga pergi berlibur, Tolong gunakan waktu liburan anda” kata Ji Wook. Eun Hyuk pun menambahkan kalau  Lebih baik kalau Tuan Byun pergi lebih lama lagi.
“Aku akan berhenti bicara, karena tidak punya tempat tujuan” ucap Tuan Byun dengan wajah cemberut. 

Di hari berikutnya, Tuan Byun hanya duduk dengan menutup mulutnta. Tuan Bang mengatakan  harus menggunakan pengulangan kekerasan di hukum tenaga kerja. Ji Wook pun juga setuju dan ingin tahu keadaan Jung Hyun Soo. Tuan Bang mengatakan sudah mengunjunginya kemarin, tapi belum baikan dan  Dokter juga tidak banyak bicara.
“Apa kau tidak akan... Berbaikan dengan nona kurang bukti?” ucap Tuan Byun menunjuk kursi kosong didepanya. Ji Wook kembali hanya diam saja.
“ Ini Menyedihkan sekali, Caraku salah membesarkanmu” keluh Tuan Byun lalu keluar dari ruangan. Tuan Bang pun mengatakan kalau akan memastikan bosnya memakai waktu liburannya. Eun Hyuk pun memohon agar Tuan Byun Perginya yang lama dan kasihan melihat Ji Wook. 


Bong Hee memeriksa suhu tubuhnya dan masih di angka, 37°C. Menurutnya masih dalam batasan normal lalu kembali tidur. Ji Hae duduk disofa sambil membawa majalah dan memarahi Bong Hee karena tidur sepanjang hari.
“Bangunlah, atau aku akan menendangmu” kata Ji Hae, tapi saat mengoyangkan tubuh Bong Hee merasakan suhu badan yang tinggi. Ia melihat terometer berpikir alat itu rusak dan berusaha membangunkan Bong Hee.
Ji Wook dan Eun Hyuk datang dengan wajah panik, Ji Hae berada di depan ruang IGD. Eun Hyuk menanyakan keadaan Bong Hee. Ji Hae memberitahu kalau Bong Hee berada dalam ruang IGD dansuhu tubuhnya naik sampai 40°C. Ji Wook langsung berlari ke dalam ruangan IGD. 

Bong Hee terlihat masih tertidur, Ji Wook mendekat sempat mengelus bagian pipinya. Saat itu Bong Hee membuka mata. Ji Wook langsung mendekat memanggilnya. Bong Hee menatap Ji Wook sambil tersenyum lalu berkata berharap ini bukan mimpi. Ji Wook mengatakan kalau ini bukan mimpi. Bong Hee menatap Ji Wook dan langsung menarik wajahnya dan menciumnya.
Bersambung ke Episode 32

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 
INSTRAGRAM dyahdeedee09  FANPAGE Korean drama addicted
                                                                                                                                                                                  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar