PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Kamis, 15 Juni 2017

Sinopsis Suspicious Partner Episode 21

PS : All images credit and content copyright : SBS
Ji Wook berlari ditaman, Eun Hyuk sedang berdiri melihat Ji Wook yang berlari didepanya dan langsung mengikutinya sambil berbicara tidak tahu akan lari juga hari ini. Ji Wook tak mengubrisnya, Eun Hyuk pikir Ji Wook harusnya memberitahu kalau memang ingin lari jadi bisa bersama.
“Sudah lama kita tidak lari bersama. Ini bagus, 'kan? Tapi sebenarnya aku sudah lari cukup lama hari ini. Jadi Tolong lebih lambat” ucap Eun Hyuk mulai terengah-engah. Ji Wook malah makin mempercepat larinya.
“Hei, pergi saja sana. Enyahlah” ucap Ji Wook dengan sinis. Eun Hyuk akhirnya menghentikan langkahnya dan menatap Ji Wook yang berlari didepanya. Teringat kembali saat masih kecil menemani Ji Wook yang menangis dirumah duka.

“Hari itu... sudah mendekat lagi.” Gumam Eun Hyuk lalu akhirnya memutuksan untuk ikut berlari bersama.
“Hei, biarkan aku bergabung denganmu.” Kata Eun Hyuk berusaha untuk bersikap baik. Ji Wook tetap menyuruh untuk enyah. Eun Hyuk mengatakan tak mau. Ji Wook kembali menyuruhnya pergi.
“Tidak, aku tidak mau. Aku akan selamanya lari bersamamu.” Ucap Eun Hyuk. Ji Wook tetap menyuruh agar Enyah saja.
“Biarkan aku bersamamu.” Kata Eun Hyuk makin merangkul Ji Wook untuk lari bersama. Ji Wook makin kesal menyuruh Eun Hyuk menjauh darinya.
Sementara Bong Hee dikamarnya menuliskan tangga di buku diarynya “Hari mengunjungi...Ayah” lalu keluar daari kamar melihat Ji Wook dan Eun Hyuk datang bersama. Ji Wook mengeluh Eun Hyuk yang terus mengikutinya sementara Eun Hyuk mengatakan ingin makan masakan Ji Wook karena tahu rasanya enak. Bong Hee tersenyum-senyum melihat keduanya. 


“ Hei.. Tatapan apa itu? Kenapa kau senyum pagi-pagi begini?” keluh Ji Wook kesal
“Dua pria pulang berkeringat setelah mereka bekerja. Inilah impian para wanita. Ini bagus.” Kata Bong Hee, Eun Hyuk tersenyum bahagia mendengarnya.
“Kenapa bagus? Kau hanya butuh satu pria. Mengerti?” kata Ji Wook kesal tak ingin Bong Hee berpaling pada Eun Hyuk.
“2 lebih baik daripada 1.” Kata Bong Hee dengan nada mengoda, Ji Wook makin menyuruh Eun Hyuk keluar saja. Bong Hee menahanya mangajak mereka makan bersama saja. Ji Wook makin melotot marah.
“Hei, ini rumahku, dan itu makananku.” Kata Ji Wook kesal, tapi Bong Hee makin tersenyum.
Ji Wook akhirnya mendekat,  meminta agar membantunya dan  Berhentilah senyum pada Eun Hyuk. Bong Hee binggung apa yang bisa dibantu. Ji Wook menarik Bong Hee agar bisa melihatnya memasak dan menyuruhnya duduk didepan counter. Bong Hee pun setuju lalu memberikan jempol pada Eun Hyuk, Eun Hyuk juga memberikan jempol seperti berhasil membuat Ji Wook cemburu dan mengodanya kalau akan melihat Ji Wook juga.


Ji Wook membahas tentan meminta Tuan Bang  menyelidiki masa lalu Jung Hyun Soo, menurutnya lebih baik alangkah baiknya menunda. Tuan Bang pikir kenapa harus menundanya, Ji Wook memberitahu kalau Jung Hyun Soo mengetahuinya mengingat perkataan Hyun Soo.
Flash Back
Hyun Soo dengan tatapan heran kenapa Ji Wook  terus mengawasi dan ragu kepadanya dan ingin tahu apa kesalahanya, mengaku kalau  menyukai mereka sebagai pengacara tapi malah mencurigainya dan mencari tahu sesuatu. 

“Aku tidak tahu kalau dia akan tahu. Maafkan aku.” Kata Tuan Bang merasa bersalah. Ji Wook pikir memang , suatu saat Hyun Soo akan mengetahuinya.
“Hanya saja... Aku punya firasat buruk soal ini. Mari berhenti menggali masa lalunya secara resmi.” Ucap Ji Wook. Tuan Bang terdiam. Ji Wook bertanya apakah Tuan Bang mendengarnya. Tuan Bang mengangguk.

Tuan Bang melihat foto yang ditemukan di kamar Chan Soo, lalu berpikir keras. Sementara Hyun Soo duduk di dalam cafe, melihat beberapa foto dan beberapa foto sudah diberikan tanda silang dengan pisau seperti sudah membunuhnya. Dan foto Chan Soo ingin diberikan tanda silang tapi seperti ragu. 
Ji Wook berjalan ke krematorium dengan Nyonya Hong dan juga Tuan Byun, tanpa disadari Bong Hee juga berjalan di lorong yang berbeda masuk ke tempat ayahnya bersama sang ibu.
Di ruangan lain, Nyonya Hong mengumpat kesal pada si Brengsek itu kalau saja tak melakuanya sambil menangis. Ji Wook memeluk Nyonya Hong menenangkanya, terlihat nama mendiang “Noh Young Suk” Tuan Byun pun juga sedih melihatnya.
“Kau bisa lihat anakmu tumbuh dewasa sepuasnya.” Ucap Nyonya Hong sedih dengan temanya. 



Nyonya Park menatap foto suaminya lalu memanggilnya “Ayah Bong Hee.” Foto dan nama ayah Bong Hee terlihat “Eun Man Soo” . Lalu Nyonya Park meminta suaminya agar Jangan khawatir soal mereka karena keadaan baik-baik saja.
“Benar, Ayah. Kami baik-baik saja.” Kata Bong Hee bangga.
“Putrimu jadi pengacara yang keren. Seorang pengacara yang mewakili... terdakwa yang salah dituduh..” Ucap Nyonya Park melihat ada “ID Lisensi Pengacara, Eun Bong Hee”
“Aku bukan pengacara yang bagus sekarang, tapi aku berencana jadi bagus.” Ungkap Bong Hee berjanji pada mendiang ayahnya. 

Bong Hee berjalan lebih dulu menuruni tangga, Tuan Byun melihat dari kejauhan seperti tak percaya kalau Bong Hee juga datang ditempat yang sama. Ji Wook dan Nyonya Hong bertanya ada apa. Tuan Byun menutupinya kalau bukan apa-apa.
“Aku pasti lihat hal-hal aneh lagi.” Kata Tuan Byun
“Aigoo, aku bahkan tidak bisa memercayaimu di sini.” Keluh Nyonya Hong. Tuan Byun merasa tak melakukan apapun lalu berjalan pergi karena merasa binggung.
“Terima kasih kepadamu, aku jadi tidak pernah bosan.” Komentar Ji Wook hanya tertawa melihat keduanya saling mengejek.

Seorang pria duduk di cafe menuliskan pesan “Aku akan menunggumu. Berhati-hatilah saat datang.” Saat itu seorang pelayan memberikan minuman. Seorang pria lain datang, Si pria langsung menahanya memperingatkan agar Jangan lakukan itu. Si pria binggung tiba-tiba orang yang tak dikenal menghalanginya.
“Jangan lakukan apa yang kau rencanakan.” Ucap si pria yang mengelanginya. Si pria menyuruh minggir Keduanya pun mulai berkelahi.
“Pasal 260 Hukum Pidana, penyerangan tingkat satu.” Si pria yang memukul pria yang baru dikenalnya.
“Pasal 266 Hukum Pidana, cedera pribadi karena kelalaian.” Si pria yang jatuh saat didorong.
“Pasal 366 Hukum Pidana.., kerusakan properti.” Si pria yang memukul mengunakan kursi kayu. Seorang pelayan melihat mereka berkelahi hanya bisa melotot ketakutan. 

Ji Wook sudah duduk dengan si pria mengatakan Terakhirnya, karena berkelahi di kafe dan Pasal 314 Hukum Pidana, obstruksi bisnis diterapkan. Si pria mengaku kalau itu terjadi begitu saja. Ji Wook mengatakan si pria yang sekarang dalam masa percobaan dengan tuduhan yang sama.
“Ya. Pendeknya, begitu yang terjadi.” Ucap Si pria seperti terlihat merasa tak bersalah
“Jika serangan itu adalah timbal balik, Kau tidak akan dikenakan biaya... Selama kau bisa puas dengan pihak lainnya tapi kau tidak bisa.” Kata Ji Wook. Si pria mengangguk mengerti.
“Kau yang memulai pertengkaran, kan?” ucap Ji Wook. Si Pria mengangguk.
“Kenapa seperti itu? Kenapa? Kenapa? Kenapa kau membiarkannya terjadi seperti ini? Biarkan aku bertanya kenapa ini terjadi.” Ucap Ji Wook dengan nada tinggi layaknya seorang Jaksa yang menginterogasi. 

Eun Hyuk dan Tuan Bang melihat dari luar pintu. Bong Hee menyadarkan Ji Wook kalau sekarang  pengacara bukan jaksa.
“Aku tidak bisa bekerja seperti ini. Ini tidak nyaman.” Ucap Ji Wook kesal tapi akhirnya mencoba untuk tetap tenang.
“Baiklah. Maksudku adalah.. aku harus tahu alasannya agar bisa menangani kasus ini.., menawar untuk mengajukan permohonan, dan mohon ampun saat ada di sidang. Kau tahu itu, kan? Aku memintamu untuk memberitahu kami... alasanmu melakukan ini.” Jelas Ji Wook
“Aku bisa melihat yang ada di depanku.” Ungkap si pria membuat semua heran
“Ya, kami semua juga bisa melihat yang ada di depan kami.” Kata Ji Wook tak percaya
“Aku bisa melihat apa yang akan terjadi di masa depan. Ini pizza.” Ucap Si Pria
Keduanya binggung, saat itu juga Tuan Byun datang membawakan beberapa kotak Pizza di atas meja. Semua makin melonggo melihat yang dikatakan klien mereka seperti seorang peramal. 


Semua makan pizza, Tuan Bang menrangkum yang dikatakan klien mereka  terkadang bisa meramalkan apa yang akan terjadi di masa depan dan Itulah yang terjadi hari itu.  Si pria yang masuk ke dalam cafe dan Si pria bisa melihat kalau setelah itu si pria yang mengeluarkan pisau dan ingin menusuk pelayan.
“Pria yang masuk mau menusuk pekerja paruh waktu.” Ucap Tuan Bang
“Kita pasti sudah mendapat klien gila karena pengacaranya juga gila.” Komentar Tuan Byun
“ Dia menyebutkan bahwa pria itu mau menusuk pekerja paruh waktu. Tapi itu hanya opini dari klien. Kami mengecek CCTV di kafe dan menanyai saksi mata yang ada di sana. Tak ada bukti yang menyatakan pria itu membawa senjata.” Jelas Ji Wook
“Dia benar. Dia tak punya apapun di tangannya. Tapi So Jung Ha tiba-tiba menghalangi jalannya.., dan itulah saat perkelahian dimulai.” Pikir Bong Hee.
“Mungkin dia bohong atau punya sakit mental Atau Mungkin dia delusional. Dia bisa jadi orang yang berpikir kalau dia alien atau punya kekuatan supranatural.” Komentar Eun Hyuk
“Dia meramal ada pizza yang akan datang.” Kata Tuan Bang. Ji Wook pikir Tuan So mungkin sudah menciumnya dulu.


“Aku tidak mau ambil kasus ini.” Tegas Ji Wook. Tuan Bang menegaskan Ji Wook tidak bisa melakukanya karena mereka  harus membantu setiap klien yang datang. Tuan Byun setuju kalau Ji Wook juga harus melakukanya.
“Aku membayar gaji bulanan kalian dan biaya perawatan untuk kantor ini. Apa Kalian tahu berapa banyak uang yang kuhabiskan untuk itu? Terutama... kalian berdua.” Sindir Tuan Byun pada Ji Wook dan Bong Hee.
“Rapat kita selesai.” Ucap Ji Wook segera keluar bersama Bong Hee untuk menghindar.

Tuan Bang pergi ke kantor polisi melihat rekaman CCTV kalau itu bukti sama yang dimiliki jaksa. Polisi membenarkan karena ia  yang mengirim rekaman CCTVnya. Tuan Bang melihat kalau Tidak ada pisau. Lalu polisi mengatakan kalau itu ada. Tuan Bang binggung.
“Kau bilang Pisau? Dimana? Tapi Tak ada pisau.” Ucap Tuan Bang melihat rekaman CCTV.
“Itu ada di dalam jaket. Kami mencarinya setelah dia tertangkap. Saat itulah kami menemukannya.” Jelas Polisi
Tuan Bang hanya bisa melonggo karena sebelumnya Tuan So mengatakan “Aku yakin dia punya pisau. Jika aku tidak menghentikannya, maka dia pasti sudah mengambil pisaunya.”

Tuan Bang memberitahu Ji Wook dan Bong Hee memberitahu kalau  Pihak lawan memang punya pisau. Ji Wook binggung Tuan So itu bisa tahu, Bong Hee terlihat benar-benar ketakutan. Tuan Bang yakin Tuan So sungguh bisa meramal masa depan dan mungkin dukun atau semacamnya.
“Apa Kau tahu orang yang kerasukan roh dan sebagainya? Mungkin dia beruntung dan melihatnya.” Ucap Tuan Bang. Tapi Ji Wook tetap tak yakin.
“Aku sudah menganalisis rekaman CCTV. Pihak lawan tidak pernah mengeluarkan pisau.” Ucap Tuan Bang
“Hei, Kepala Bang.. Apa Kau percaya shamanisme (percaya dukun, dsb)?” ucap Ji Wook kesa.
“Dasar.... Kau bahkan percaya kepada seorang biksu. "Wanita yang menghancurkan hidupku adalah Eun..."” kata Tuan Bang dan langsung ditutup mulutnya oleh Ji Wook.
Bong Hee mendengarnya ingin tahu apa maksudnya,  Ji Wook mengaku bukan apa-apa. Tapi Bong Hee bisa melihat kalau itu ada sesuatu. Saat itu Eun Hyuk masuk mengajak Tuan So sebagai klien mereka baru saja datang.
“Berhati-hatilah dengan cangkirnya.” Kata Tuan So. Tuan Byun membawa cangkir dan menjatuhkan cangkirnya lalu pecah berantakan.
“Aku satu langkah terlalu lambat. Ada kemungkinan kalau... dua orang akan segera meninggal.” Kata Tuan So seperti terlihat seperti kerasukan. Semu hanya terdiam dan melonggo tak percaya. 


[Episode 21  - Di Dunia Ini yang Terbatas]
Bong Hee binggung dimana semua orang karena kantor kosong. Eun Hyuk memberitahu Ketua Byun berpikir kalau dia yang akan segera meninggal jadi pergi untuk checkup. Sementara Kepala Bang ikut pergi supaya dapat pesona keberuntungan. Bong Hee menunjuk ke arah ruangan Ji Wook.
“Kau mungkin paling penasaran dengan Ji Wook.., tapi takkan kuberi tahu” kata Eun Hyuk. Bong Hee hanya bisa mendengus kesal. 

Ji Wook sedang duduk di bawah pohon membaca buku sendirian, Bong Hee melihat dari kejauhan Ji Wook yang duduk sendirian. Ji Wook seperti sudah dari kecil sampai dewasa selalu datang dan duduk sendirian dibawah pohon.
Flash Back
Eun Hyuk menceritakan kalau Sehari setelah ayahnya meninggal adalah hari Ji Wook dan orang tuanya untuk berpiknik keluarga. Jadi tiap tahun, Ji Wook pergi piknik sendirian Dan setiap kali Ji Wook melakukannya, Ketua Byun, Yoo Jung dan dirinya, tak pernah sekalipun mengganggu Ji Wook.
“Aku... juga punya pengalaman yang sama. Jadi tahu bagaimana perasaannya. Sejujurnya, rasanya sangat kesepian. Dan Sejujurnya.., rasanya tidak enak sendirian. Dia mungkin sebenarnya ingin seseorang mengganggunya.” Ungkap Bong Hee. 

Bong Hee akhirnya mendekati Ji Wook dibawah pohon. Ji Wook kaget melihat Bong Hee yang tiba-tiba datang. Bong Hee mengaku kebetulan lewat dan mungkin harus mengganggunya. Ji Wook tersenyum lalu menyuruh duduk untuk menganggunya. Bong Hee pun duduk disamping Ji Wook.
“Ini adalah dokumen mengenai evaluasi psikiater. Baca dengan hati-hati dan lihat apakah So Jung Ha cocok di suatu kategori.” Kata Ji Wook memberikan berkas yang tebal. Bong Hee melonggo tapi akhirnya menyetujuinya.
“Kau tampak tidak puas beberapa hari terakhir. Apa Kau ke sini mau bermalas-malasan atau semacamnya?” ejek Ji Wook. Bong Hee mengelak dengan membacanya dan akan berkerja keras. 

Bong Hee melihat seorang ayah yang mengajakan sepeda ditaman, lalu bercerita pada Ji Wook Aku tidak punya banyak kenangan dengan mendiang ayahnya tapi salah satu kenangan itu adalah sepeda. Ia ingat ayahnya yang akan membelikan sepeda dan akan mengajari cara menaiki sepedanya, tapi ayahnya meninggal.
“Mungkin karena itulah... aku merasa bahagia melihat anak seusianya.” Kata Bong Hee. Ji Wook tiba-tiba berdiri mengajak pergi.
“Aku akan mengajarimu.” Kata Ji Wook. Bong Hee menolak. Ji Wook pikir Bong Hee tak perlu khawatir dan Tidak sesulit itu. Bong Hee ingin menjelaskan tapi Ji Wook sudah menariknya.
Ji Wook pun memberikan pertunjuk kalau Bong Hee hanya harus pergi perlahan dan akan memegang sepedanya dari belakang. Bong HEe mencobanya walaupun terlihat sangat gugup tak bisa mengimbanginya

Bong Hee menghentikan sepeda melihat sosok seperti dikenalinya dari kejauhan. Ji Wook binggung berpikir Bong Hee sudah menyerah karen sulit. Bong Hee melihat mengingat si pria yang sebelumnya bertemu di kereta dan memegang bagian bokongnya, lalu menuduh Ji Wook dan meminta agar melaporkan pada kantor keamanan subway.
“Hei!.. Kau pria yang menyentuh bokongku, kan?” teriak Bong Hee. Si pria kabur setelah mengambil foto wanita dengan kameranya. Bong Hee pun mengejarnya dengan mengayuh sepeda.
“Kurasa dia sudah tahu cara naik sepeda.” Komentar Ji Wook melonggo melihat Bong Hee yang mengejar si pria.
Bong Hee bisa mencegat si pria dan berusaha mengambil SD Card sebelum di masukan ke dalam mulut. Si pria meminta agar dikembalikan karena itu miliknya. Bong Hee mengumpat si pria yang menyedihkan karena  belum bisa melepaskan kebiasaan lamanya. 

“Aku juga tidak suka hidup seperti ini.” Ungkap si pria
“Benar. Kau seharusnya sudah tinggal di balik jeruji besi lebih lama.” Tegas Bong Hee marah
“Aku tahu.. Kau mengalami masalah yang parah. Aku melihat semuanya di berita.” Ungkap Si pria. Bong Hee tak ingin membahasnya.
“Beberapa insiden pembunuhan telah terjadi di gedung apartemen itu. Di atap, kau tahu itu Karena itulah aku langsung pindah. Aku takut.” Kata Si pria.

Si pria akhirnya dibawa oleh polisi, Bong Hee seperti puas dan mendekati Ji Wook. Ji Wook langsung mengejek kalau Bong Hee  sebenarnya menaiki sepeda lebih baik daripada dirinya. Bong Hee mengaku kalau belajar sendiri setelah ayahnya meninggal pada saat SD.
“Tapi aku sudah lupa dan jadi ingat sekarang, terima kasih karena jadi guru yang baik.” Ucap Bong Hee berusaha memuji. Ji Wook yang kecewa merasa tak peduli dan masuk ke dalam mobil.
Bong Hee akan masuk mobil mengingat kembali perkataan si pria “Beberapa insiden pembunuhan telah terjadi di gedung apartemen itu. Di atap, kau tahu itu Karena itulah aku langsung pindah. Aku takut.” 

Bong Hee naik mobil memikirkan tentang atap,  lalu mengingat sebelumnya di kantor Jaksa Si pria mengaku menyaksikan pembunuhan dan berbahaya Dengan teropongnya, si Pria menceritakan Malam itu, sedang melihat-lihat bintang di langit yang biasanya dilakukan.
“Pada hari saat Hee Jun dibunuh, aku...” ucap Bong Hee.
“Emm... Inilah yang kau bilang kepadaku. Apa itu jam 00:30?” kata Bong Hee.
Ji Wook mengingat saat datang ke rumah Bong Hee dan bisa membayankanya. “Aku melihat lewat jendela karena panas dan tidak melihat apapun karena tidak pakai kacamata. Aku hanya merasakan angin dingin, dan saat itulah...”
“Bagaimana jika dia melihat sesuatu tapi dia tidak tahu kalau yang dia lihat...” ucap Ji Wook memikirkan kemungkinanya.
Bong Hee mencoba menyakinkan kalau bukan seperti itu, Ji Wook mengajak Bong Hee agar memeriksanya karena satu-satunya cara agar bisa tahu. Bong Hee pun setuju. Ji Wook pun mengambil jalur kerumah Bong Hee sebelumnya. 


Ji Wook melihat Lingkungan ini tidak berubah sama sekali. Bong Hee pikir Pembangunan ulang dicanangkan sejak saat itu. Ji Wook pun bertanya-tanya Apa masih ada orang yang tinggal di lingkungan itu. Bong Hee juga tak yakin tapi menurutnya kebanyakan dari mereka terpaksa keluar saat itu.
“Kita harus memeriksa sebelah sana dulu, kan?” ucap  Ji Wook berjalan bersama, tapi saat itu melihat Yoo Jung dan Ji Hae datang dari arah berlawanan.
“Kalian berdua selalu bersama, kan?” ejek Ji Hae. Bong Hee langsung marah mendekati Ji Hae agar memikirkanya.
Ji Hae seperti ketakutan melihat Bong Hee mendekat dan membuatnya terdesak di dinding.  Bong Hee seperti ingin memukul, tapi tanganya hanya merapihkan rambut Ji Hae yang menutupi wajahnya.
“Apa kau takut? Kau terlihat takut” ejek Bong Hee. Ji Hae menyangkal. Bong Hee tahu Ji Hae itu bohong. Ji Hae tak mengaku.
“Mereka berdua kenapa ?” keluh Yoo Jung melihat keduanya.
“Berterima kasihlah kepadanya, tak ada hariku yang sendirian ini jadi membosankan. Ini asyik.” Komentar Ji Wook
“Aku merasa kau sedang mencoba kembali kepadaku.” Komentar Yoo Jung. Ji Wook pikir terserah pikiran Yoo Jung semaunya.
“Kalian berdua ke sini mau menginvestigasi ulang kasusnya? Oke, bekerja keraslah.” Kata Ji Wook lalu mengajak Bong Hee untuk segera pergi. Bong Hee pun mengikutinya. Ji Hae pun mengajak Yoo Jung pergi. 


Keduanya naik ke atap gedung, Ji Wook melihat ada bau yang menyengat dan melihat ada bagian air mengucur seperti bercampur darah dan bolong, akhirnya meminta Bong Hee tak mendekat untuk memeriksanya. Beberapa saat kemudian, atap gedung sudah diberikan garis polisi lalu dua jenazah dibawa ke dalam ambulance.
“Seandainya aku menyaksikan sesuatu tanpa menyadari apa yang kulihat.., dan karena itulah Hee Jun mati..., Lalu aku harus melewati segalanya itu.., kurasa Hee Jun dan aku menderita dengan sangat tidak adil.” Ungkap Bong Hee dengan tatapan sedih. Ji Wook mengenggam tangan Bong Hee menyakinkan kalau semua akan baik-baik saja.

Saat itu Hyun Soo mengemudikan sepeda melihat dari kejauhan merasa kalau sudah mengurus ini dengan baik. Bong Hee masuk rumah dengan wajah gugup meminta izin untuk masuk lebih dulu. Ji Wook pun tak membiarkan walaupun terlihat merasa khawatir.
“Boleh aku masuk sebentar?” ucap Ji Wook melonggo didepan pintu. Bong Hee sedikit gugup menganguk. Ji Wook mengucapkan terimakasih karena sudah memperbolehkan masuk.
“Aku gagal menjalankan tugas sebagai jaksa. Maksudku... Aku seharusnya menemukan ini saat itu. Yang sudah kulakukan...” ucap Ji Wook

“Kau sangat tidak membantu. Kau selalu minta maaf karena tidak bisa menjaga perasaan pribadi dari pekerjaan. Kau selalu merayuku mengunakan bagaimana dulu kau jadi mentorku.” Ungkap Bong Hee. 

“Itu tidak benar. Aku sungguh menjaga perasaan pribadiku sekarang. Aku Minta maaf murni soal pekerjaan.” Kata Ji Wook
“Kita sudah terlanjur membiarkan perasaan pribadi menghalangi. Jadi.. aku mengubah rencanaku untuk mengulur waktu dan memberimu jawaban. Jawaban dari pengakuan cintamu. Ini Akan kuberikan sekarang.” Akui Bong Hee.
Ji Wook tersenyum mendengarnya dan langsung memeluk Bong Hee mengucapkan Terima kasih. Ji Wook pikir belum memberikan jawabannya. Ji Wook merengek meminta Bong Hee mengatakanya. Bong Hee menolaknya.
“Aku ingin memilih hari untuk pergi ke suatu tempat dan kita dapat melakukannya dengan lebih bagus.” Kata Bong Hee. Ji Wook penuh semangat mengajak untuk pergi sore hari.
“Tidak hari ini. Bagaimana jika besok?” ucap Bong Hee. Ji Wook tak percaya kalau akan pergi besok, senyuman terlihat bahagia dan ingin berjalan keluar kamar.

“Omong-omong, kau profesional dalam hal ini.” Komentar Ji Wook. Bong Hee mengaku kalau memakai trik negosiasi yang dipakai oleh Ji Wook.
“Dan Benar, kita pasti akan gagal menjaga pribadi kita... Bong Hee.... Kau hebat.” Ungkap Ji Wook memujinya dan langsung memberikan jempol. Bong Hee pun membalasnya. Saat itu Tuan Byun melihat Ji Wook yang keluar kamar sambil tersenyum sendiri dan terlihat curiga.
Bersambung ke Episode 22

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 
INSTRAGRAM dyahdeedee09  FANPAGE Korean drama addicted

                                                                                                                                                                                  


Tidak ada komentar:

Posting Komentar