PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Jumat, 23 Juni 2017

Sinopsis Fight My Way Episode 9 Part 2

PS : All images credit and content copyright : KBS

Sul Hee berbicara di telp pada pelanggan kalau tidak dijual. Si pelanggan marah kalau memang tak jual kenapa ditunjukkan dan akan kubeli kimchi ini jadi meminta beberapa kotak kimchi lobak juga dan ingin memesan dua.
“Kenapa kau terus bilang tidak?” ucap Si pria kesal. Sul Hee menatap ke arah TV kalau Joo Man dan Yee Jin jadi model dengan tatapan melonggo.
“Tidak! Kimchi lobak tidak termasuk dalam penjualannya!” teriak Sul Hee tak bisa menahan rasa cemburu melihat Joo Man dengan Yee Jin.
Sul Hee akhirnya masuk ke dalam studio, semua panik melihat Sul Hee meminta agar menahan. Joo Man dan Yee Jin kaget melihat Sul Hee yang masuk ke studio.
Ibu dan ayah Sul Hee menjual Jokbal, pelanggan melihat ke arah TV yang dibelakang karena merasa kelihatannya lezat sekali. Ibu dan Ayah Sul Hee menatap TV ternyata Sul Hee sedang makan kimchi sangat nikmat membuat orang ingin membelinya.
Pembawa acara Shopping pun mengatakan kalau Kimchi paling enak makan kimchi dengan keluarga, line telp pun mulai sibuk dengan pelanggan yang ingin memesan kimchi. 


Ae Ra masuk ruang wawancara dan melihat Hye Ran duduk dibangku untuk melihat, lalu bergumam dalam hati kalau Hye Ran  selalu angkuh dan selalu merasa lebih unggul daripada dirinya.
“Berikut pertanyaan pertama. Di antara kalian bertiga, siapa yang menurut kalian tidak akan lulus?” kata si wanita teman Hye Ran. Semua tak bisa menjawab.
“Pembaca berita tidak boleh ragu. Mereka cekatan.” Kata teman Hye Ran akhirnya keduanya pun menunjuk Hye Ran nomor 17 akan gagal.
“Kalau begitu, nomor 17, Choi Ae Ra. Kau lebih tua dan tidak punya pengalaman. Wajahmu pun tampak paling besar di layar. Kenapa kau harus dipilih? Bisa beri kami sepuluh alasan untuk memilihmu?” ucap teman Hye Ran.

Ae Ra agak binggung menjawab Sepuluh alasan, lalu mengatakan kalau ia sangat berambisi. Teman Hye Ran langsung menghentikanya sambil mengeluh karena selalu mengatakan Tentang ambisi lagi, lalu menjelaskan  sudah terlalu sering mendengar soal itu hari ini.
“Seju- jurnya, apa yang ingin kau lakukan dan bisa kau lakukan itu berbeda. Siapa pun yang menyadari soal itu lebih dulu akan berhasil di bidangnya. Ini menyakiti harga diriku. Sekarang ini, orang pikir siapa pun bisa menjadi pembaca berita. Kenapa tidak kau pertahankan saja pekerjaanmu yang sekarang?” kata teman Hye Ran dengan nada mengejek.
“Tadinya aku berniat bertahan, tapi aku sangat ingin pekerjaan ini hingga tidak bisa menahan diri.” Akui Ae Ra.
“Entah apa aku perlu, menyebutmu nekat. Setiap orang memiliki batasan. Apa kau tahu Garis Maginot?” kata teman Hye Ran.

“Belum sampai 10 menit kita bertemu. Bagaimana kau bisa tahu kemampuanku?” keluh Ae Ra.
“Kau sudah tua tapi tidak cerdas. Kau tidak pandai menjawab pertanyaan saat wawancara.” Balas Teman Hye Ran.
“Apa kau menguji kemampuanku dalam menghadapi tekanan  Ataukah ini soal urusan pribadi?” balas Ae Ra dengan nada marah.
“ Nona Choi, sebagai orang yang berpengalaman, izinkan aku memberimu saran.” Kata Teman Hye Ran. Ae Ra pikir tak perlu.
“Kau juga tidak akan meluluskanku. Maka jangan sakiti aku. Aku... Aku berhak untuk tidak disakiti. Aku akan memutuskan apa yang bisa kulakukan.” Tegas Ae Ra. 


Ae Ra berjalan keluar dari ruangan. Hye Ran memanggilnya dengan sinis menanyakan pendapatnya kalau akan berhasil. Ae Ra dengan yakin pasti bisa karena dengan melihat Hye Ran., kalau dulu sebagai pembaca berita dan menikah dengan keluarga kaya, bahkan nomor satu dalam segalanya.
“Lalu Apa kau akan menganggapku sebagai panutanmu?” ucap Hye Ran menyindir.
“Kupikir posisi pertama adalah untuk orang-orang terbaik, tapi melihatmu membuatku ragu. Aku bisa lebih baik daripada kau.” Tegas Ae Ra
Hye Ran merasa Ae Ra itu terlalu ambisius dan menyuruh untuk bicara  setelah lulus. Ae Ra pun tak mau kalah kalau nanti akan memastikan,  Hye Ran tidak akan pernah tersenyum lagi.

Ae Ra keluar dari gedung dan menerima pesan dari tuan Choi “Ayah mengirimkanmu uang Periksalah” . Melihat pesan ayahnya membuatnya makin kesal, lalu bicara di telp bertanya apakah sedang di Daecheon. Hye Ran diam-diam mendengar dan melihat Ae Ra yang pergi meninggalkan gedung.
“Aku akan ke sana sekarang.” Kata Ae Ra. Dong Man sedang makan kaget karena Ae Ra akan pergi ke Daecheon menurutnya untuk apa datang. Pelatihnya menegur Dong Man kalau tak boleh banyak makan untuk  menjaga berat badannya.
“Aku akan bermalam di sini.” Kata Dong Man. Ae Ra mengatakan kalau  tidak akan pulang malam ini dan tidak mau pulang kerumah.  Dong Man terdiam seperti ingin tersedak. Pelatih Choi pikir Dong Man marah dan langsung menyuruhnya untuk makan semua saja. 

Semua berkumpul, Sul Hee seperti terpindana disidang. Lalu Sul Hee mengaku kalau Saat menontonnya, sangat ingin memakannya. PD tahu kalau Hasilnya bagus, tapi membuat mereka sangat kaget. Direktu Choi kembali memanggil nama Sun Hee dengan mengejeknya kalau rakus.
“Kimchi-nya terjual habis karena dia lahap. Itu yang terbaik.” Kata Joo Man membela
“Tetap saja, itu siaran langsung. Situasi harus terkontrol, setidaknya secara internal.” Keluh PD
“Tapi kau memang butuh orang lain. Kita anggap saja mereka suami istri dan dia bisa menjadi saudari iparnya.” Kata Direktur Choi
“Aku bukan saudari iparnya, tapi Aku istrinya.” Kata Sul Hee. Direktur Choi mengeluh kalau itu tak penting untuk saat ini dan berpikir bermain rumah-rumahan. 

Saat itu Seorang wanita datang menyapa Direktur Choi, Direktur Choi langsung menyapa dengan sopan.  Si wanita mendengar produk kimchinya laku. Direktur Choi pikir kalau Kimchinya selalu laku dan meminta mereka  mengurus penjualan yang berikutnya.
“Aku tahu ini semua berkat Tuan Kim Joo Man.” Kata Si wanita. Direktur Choi memuji memang selera Joo Man memang bagus dan ingin tahu tentang hal itu.
“Adikku yang merekomendasikannya padaku. Kudengar dia ahlinya.” Kata si nyonya. Ibu Yee Jin berdiri di samping kakaknya. Direktur Choi tak tahu kalau Ibu Yee Jin adalah adiknya.
“Aku adiknya dan ibu Ye Jin.” Kata Ibu Ye Jin. Direktur Choi makin kaget kalau itu artinya pemilik Daging Kaki Nenek Park.
“Semua anggota keluarga kami bekerja di industri makanan.” Kata Kaka Ibu Ye Jin.
Direktur Choi pun mengerti kalau itu alasanya memilih Joo Man. Ibu Ye Jin tiba-tiba mengenali Sul Hee, lalau yang bersama Tuan Kim sebelumnya. Ye Jin binggung lalu bertanya apakah itu Orang dengan baju merah muda. Ibu Ye Jin masin mengingat kalau mereka makan malam bersama tim di Oksu-dong.
“Kapan? Apa ada makan malam bersama tim saat itu? Apa kalian pergi tanpaku?” tanya Direktur Choi. Joo Man berusaha menjelaskan bukan seperti itu. Ibu Ye Jin binggung melihat Sul Hee hanya diam saja.
“Kita pernah bertemu, 'kan?” kata Ibu Ye Jin memastikan. Kakaknya berpikir kalau ada yang aneh.
“Hei.. Kau pulang cepat akhir-akhir ini. Apa kau bersama Sun Hee?” kata Direktur Choi. Manager Sul Hee seperti menyuruh Sul Hee agarmengatakan saja.
“Sun Hee, apa yang terjadi?” tanya Direktur Choi penasaran. Ibu Ye Jin pun Ingin tahu kenapa Sul Hee hanya diam saja. Sul Hee akhirnya menyakinkan diri kalau bisa melakukanya.
“Aku istri siri Pak Kim, Baek Sul Hee.... Karena itulah kau tidak boleh menciumnya, Ye Jin... Selain itu, Pak Choi, aku bukan Sun Hee... Aku Baek Sul Hee! Namaku Baek Sul Hee.” Teriak Sul Hee memberikan penjelesannya.
Tapi semua hanya khayalan Sul Hee yang ingin mengatakan yang sejujurnya, Ibu Sul Hee benar-benar binggung melihat Sul Hee hanya diam dan mungkin orang aneh. Sul Hee terbata-bata ingin berbicara. Joo Man akhirnya mengaku Sul Hee sebagai pacarnya. Direktur Choi tak percaya berpikir itu hanya omong kosong.
“Itu bukan omong kosong. Aku berpacaran dengan Sul Hee selama enam tahun dan aku sangat menyukainya. Pak Choi, tolong berhenti memanggilnya Sun Hee. Lalu Ye Jin, aku akan berterima kasih jika kau menjaga sikapmu.” Tegas Joo Man pada orang yang selalu merendahkan Sul Hee. Semua tak percaya dan melonggo tak percaya. 


Ae Ra sudah sampai di pantai dan melihat ada sebuah panggung berpikir Dong Man ada di tempat itu. Dong Man dengan kawan-kawan melakukan aksi bisa membela kayu.  Ae Ra melihat acaranya adalah "Festival Kerang Daecheon" lalu tiba-tiba salah satu pria mabuk dengan baju lusuh berkomemtar semua adalah palsu.
“Mereka curang. Aku tahu itu. Papan kayunya sudah dipotong lebih dulu.” Kata si pria. Pembawa acara meminta si pria tak membuat keributan.
Dua boneka soju besar naik ke atas panggung, Si PD binggung melihat si MC terlihat menahan mual dan hanya diam saja. Akhirnya si MC tak bisa menahan mual langsung turun dari panggung. Ae Ra yang melihatnya hanya bisa melonggo. 

Di belakang panggung
Pelatih Hwang mengeluh mereka yang terus mematahkan papan kayu lagi bahkan sudah kehabisan papan kayu. Si PD meminta tim lain  pergi ke lokasi konstruksi untuk mencari sesuatu yang mirip. Pelatih Hwang marah karena anak buahnya itu bukan pahlawan super.
“Bukankah katamu akan ada penyanyi? Siapa namanya? Apa itu Hong Se Ri? Kapan dia datang?” kata Pelatih Hwang
“Dia dalam perjalanan. Kami ingin kalian mengulur waktu sejenak. Jadi Patahkan kayu sekali lagi saja.” Ucap PD. Pelatih Hwang tak bisa menahan amarahnya.
Tim lain menanyakan dengan MC mereka. Ha Na mengeluh kalau sebelumnya meminta agar menghapus kalimat tentang soju menurutnya bahkan hanya Melihat warna hijau saja membuatnya mual.
“Kenapa kau bekerja dan minum soju begitu banyak sambil makan kerang?” kata PD marah pada MC
“Kita butuh MC untuk mengulur acaranya. Tolonglah, kami ingin kalian tampil lagi.” Kata PD pada pelatih Hwang. Pelatih Hwang menegaskan kalau  sudah menolak.
Keduanya pun saling adu mulut, Ae Ra datang mendekati Dong Man, bertanya ada apa dan apakan ini sebuah festival. Dong Man akhirnya menenangkan keduanya yang saling adu mulut, kalau tahu orang yang bisa menjadi MC.
Ae Ra mengetahui MC yang mabuk dan Hong Se Ri terlambat, lalu Dong Man harus terus mematahkan papan kayu dan gubernur marah. Lalu ia bertanya Kapan Hong Se Ri datang. PD mengatakan kalau waktunya 20 menit lagi dan  hanya bilang begitu sejak tadi.
“Kalau begitu, aku punya 20 menit, 'kan?” kata Ae Ra. PD membenarkan.
“Kau tidak boleh terlalu berlebihan. Ada lingkaran politik di sini. Gubernur akan menyaksikanmu.” Bisik Dong Man memperingatinya.
“Jangan ikut campur saat aku di panggung. Waktu 20 menit itu milikku, setuju?” tegas Ae Ra. Semua pun setuju. 



Ae Ra mengintip melihat penonton festival, lalu berjalan dibawah panggung. Panitia binggung karena harusnya naik ke atas panggung,  Ae Ra berdiri didepan Gubernur lalu meminta izin dan langsung merapihkan rambut tipis di kepala Gubernur. Sekertarisnya marah, dengan tingkah Ae Ra.
“Kupikir Bapak akan kecewa jika melihat fotonya nanti. Kakekku persis seperti Bapak.” Kata Ae Ra. Gubernur tersenyum bahagia karena ada seuntai yang berantakan. Ae Ra pun mempersilahkan mereka mengambil gambar gubernur kembali. 

Ae Ra lalu membuka pembatas tempat duduk, Panitia binggung melihat Ae Ra malah melepaskan tali pembatas.  Ae Ra memanggil bibi agar bisa duduk didepan, setelah itu memperingatkan PD agar mengingat ucapanya tadi. PD mengangguk mengerti.
Akhirnya Ae Ra menjadi MC dari Festival Kerang Daecheon yang keenam serta memperkenalkan namanya, lalu meminta  tepuk tangan pada  gubernur karena telah merubuhkan dinding penghalang serta memberi tempat untuk festival ini.
“Gubernur Jang tidak cakap dalam pekerjaannya, tapi dia orang baik.” Komentar seorang nenek. Suaminya pun setuju.
“Siapa pun pemenangnya, tidak ada yang cakap dalam bekerja. Omong-omong, di mana Hong Se Ri?” kata suaminya lalu berteriak menanyakan keberadaan Hong Se Ri. 
“Kalian sangat ingin bertemu dengan Hong Se Ri, 'kan?” kata Ae Ra. PD panik karena Seharusnya mengganti subjeknya, bukan malah menyinggungnya.
“Jika kalian menyalakan TV, dia tampil setiap hari. Tapi aku tidak. Aku tidak tampil saat kalian menyalakan TV. Hanya ini kesempatan kalian untuk bertemu denganku.” Ungkap Ae Ra.
“Dia sungguh bersemangat. Bagaimana dia bisa memendamnya selama ini?” ungkap Dong Man tak percaya melihat Ae Ra yang benar-benar pintar mengolah kata.
“Aku belum pernah bernyanyi untuk orang lain. Kalian bahkan tidak bisa membayar untuk mendengarku bernyanyi. Choi Ae Ra lebih mahal daripada Hong Se Ri. Aku putri dan mutiara Chungnam. Apa Kalian mau mendengarkan sebuah lagu oleh Kim Wan Sun yang berasal dari Chuncheon?” kata Ae Ra yang benar-benar bisa membuat suasana festival lebih bersemangat. 

Ae Ra pun mulai menyanyi lagu trot, semua pun mulai berkumpul dibangku penonton. Si pria mabuk kembali datang, Ae Ra pun memanggil Ibu Doo Shik, kalau suaminya yang datang meminta agar dibawa pergi. Ibu Doo Shik pun mengajak suaminya pergi. PD terlihat bahagia melihat kerja Ae Ra.
“Begitu dia memegang mikrofon, selesai sudah.”kata Dong Man bangga lalu mengambil gambar.
Ae Ra terus menyanyi sampai matahari terlihat terbenam, PD ingin tahu dinaungi sebuah agensi, Pelatih Hwang bertanya jika para petarung dan Ae Ra tampil bersama akankah mereka dibayar lebih banyak. 


Ae Ra berbicara di telp dengan ayahnya, kalau dirinya sebagai MC. Tuan Choi pikir Daecheon tidak jauh dari rumah dan berpikir kalau aka datang besok, karena Ae Ra juga akan melakukannya.
“Untuk apa ayah dari calon bintang menghadiri acara ini? Tapi Ayah, bersiaplah. Aku akan membalas jasa Ayah karena telah membesarkanku seorang diri. Aku akan memberi Ayah kehidupan mewah.” Ungkap Ae Ra
“Ayah tidak perlu kemewahan... Jaga saja dirimu baik-baik.” Kata Ayahnya. 

Dua temanya melihat ponsel memastikan kalau memang Ae Ra. Tuan Choi memberitahu anaknya yang menjadi MC  festival itu. Temanya terlihat bahagia berpikri Tuan Chhoi akan mentraktir hari ini. Tuan Choi pikir kalau sempat bermimpi saat Ae Ra lahir.
“Seekor naga sebesar rumah memegang mutiara ajaib, seukuran genggaman tanganku dengan cakar depannya dan menjulang...” ungkap tuan Choi bangga
“ Kali ini dia menambahkan mutiara.” Komentar temanya
“Ceritanya bertambah setiap kali dia menceritakannya. Bukankah begitu?” balas teman lainya. Tuan Choi tak ingin banyak bicara mengajak mereka minum saja. 

Ae Ra dkk pun makan malam di tempat bibi Dong Shik, Ae Ra sibuk melihat ponsel Dong Man binggung yang mana yang harus di uploud, Dong Man mengejek Ae Ra yang kecanduan media sosial?
“Orang lain selalu pamer soal makan dan membeli benda bagus. Kenapa aku tidak boleh?” keluh Ae Ra. Dong Man pun mempersilahkan Ae Ra untuk pamer saja lalu memilih salah satu Foto. Ae Ra pun menguploud pada SNSnya.
“Saat ini aku merasa sangat senang.” Ungkap Ae Ra. Salah satu tim melihat  Sepertinya suasana hati sang MC sedang bagus. Ae Ra tak percaya dipanggil dengan julukan MC.
“Kenapa kau menyeringai seperti orang gila?” kata Dong Man binggung. Ae Ra pun  mengajak minum lebih banyak karena berada di tepi pantai.

“Ae Ra, dia tidak mau minum. Kita harus bagaimana?” kata PD. Ae Ra mengeluh pada Doo Ho yang tak bisa menghabiskan minumnya karena tidak ada yang bernyanyi.
Dong Man mulai panik berpikir Ae Ra yang ingin bernyanyi,  tiba-tiba Ae Ra memberikan gaya imutnya "Sayang, habiskan minumanmu, Kau harus meminumnya" Doo Hoo pikir Ae Ra tak bisa memanggilnya “Oppa” karena  tiga tahun lebih muda.
Ae Ra terus memperlihatkan gaya imutnya, PD lain berpikir kalau nanti Ae Ra makin parah jika minum banyak. Dong Man melihat Ae Ra yang bersikap imut berkomentar Ae Ra memang sangat manis. Pelatih Hwang berbisik menyuruh Dong Man agar mengajak Ae Ra masuk ke dalam.
“Kau mabuk. Masuklah lalu tidur.” Ajak Dong Man, Tapi Ae Ra kembali mengajak semua orang untuk minum bersama. 


Keduanya berjalan pulang, Ae Ra mengeluh karena Suasana hatiku sedang bagus tapi Dong Man malah menyuruhnya pergi. Dong Man terlihat kesal melihat Ae Ra yang  melakukan gaya imut dan Dari mana mempelajari hal-hal seperti itu.
“Apa Doo Ho kekasihmu? Dia lebih muda daripada kau.” Kata Dong Man terdengar cemburu. Ae Ra pikir kalau Lagunya memang seperti itu.
“Kau tidak pernah menyanyikan lagu itu untukku. Kenapa kau menyanyikannya untuknya? Kenapa kau begitu manis?” kata Dong Man seperti merasa tak sadar dengan ucapanya. Ae Ra tak percaya Dong Man mengakui kalau dirinya manis. 

Keduanya pun berada didepan motel, Dong Man sedikit gugup mengatakan  Mereka selalu kekurangan kamar di saat seperti ini dan selalu hanya tersisa satu kamar,  Ae Ra mengeluh si bibi yang lama sekali. Menurutnya karena puncak acara Jadi, itu wajar saja. Seorang bibi pun membuka jendelanya.
“Maaf, tapi kami punya banyak kamar. Karena ada banyak kamar, aku bertanya-tanya, kalian akan kuberi kamar di lantai mana.” Jelas si bibi
“Beri kami kamar di lantai yang sama dengan orang-orang festival.” Kata Dong Man dengan nada tinggi.
“Kenapa kau marah?” keluh si bibi heran. 

Ae Ra dan Dong Man berada di lantai sama dengan beda yang sama. Dong Man pun bertana apakah Ae Ra tak takut. Ae Ra pikir kalau memang dirinya takut, apa Dong Man mau tidur dengannya. Dong Man mengelak kalau tak maksud mengatakan hal itu.
“Bagaimana bisa kau mengatakannya semudah itu?” keluh Dong Man kesal. Ae Ra menyuruh Dong Man tidur saja
“Pikiranmu kotor sekali... Kau pasti kerasukan.” Keluh Ae Ra lalu masuk ke kamar lebih dulu.



Ae Ra baru saja selesai mandi di Motel,  lalu menatap kebelakang seperti merasa ada yang  sedang diawasi dan melihat sekeliling berpikir kalau ada kamera. Tapi akhirnya dikagetkan dengan melihat ada kecoak di dinding,lalu dengan berani mematikan kecoak dengan kotak tisseu.
Dong Man mengedor-gedor pintu berteriak memanggil Ae Ra dengan nada panik. Ae Ra berpikir Dong Man itu datang karena mendengarnya berteriak,  Dong Man langsung masuk ke dalam kamar, menjerit panik karena ketakutan ada di kamarnya dan sangat menbencinya.
“Ada satu lagi di sebelahmu.” Kata Ae Ra menunjuk ke sebelah tempat tidur. Dong Man makin panik dan bertanya dimana.
Si PD melihat account IG Ae Ra, lalu tersenyum bahagai memberitahu timnya kalau akan ke Daecheon untuk membuat sketsa.

Ae Ra mengeringkan rambutnya, Dong Man mengejek Ae Ra itu pria karena mengeringkan rambut seperti itu. Ae Ra kesal menurutnya apakah seorang gadis harus mengeringkan rambut dengan cara yang berbeda. Dong Man heran melihat Ae Ra yang  mengeringkan rambut seperti sersannya.
“Hei... Minggir. Kenapa kau berbaring di ranjang?” keluh Ae Ra melihat Dong Man diatas tempat tidurnya.
“Kau bisa memindahkan itu dan tidur di lantai.” Ucap Dong Man. Ae Ra mengumpat kesal. Dong Man pun menyuruh Ae Ra agar duduk disampingnya saja.
“Kita selalu duduk di ranjang yang sama.” Kata Dong Man. Ae Ra pikir mana mungkin bisa sama. Dong Man makin mengejek apakah ada yang berbeda. Ae Ra mengaku kalau memang sama lalu duduk disamping Dong Man.

Keduanya terlihat canggung berada diatas tempat tidur, Ae Ra pikir mereka menonton TV. Dong Man pikir tak perlu menyalakanya, Ae Ra malah heran kenapa tak boleh. Dong Man tetap melarang karena Suasananya akan menjadi canggung.
“Kenapa kau menghadap ke arahku? Berbaliklah.” Ucap Ae Ra melihat Dong Man yang berbaring ke arahnya. Dong Man mengaku tak bisa. Ae Ra menanyakan alasanya.
“Telingaku sakit.” Kata Dong Man. Ae Ra langsung panik melihat telinga Dong Man. Dong Man mengaku Belakangan ini melakukan latihan dilantai dan ketika berguling di lantai, seperti dalam gulat, telinganya bisa tergores.
“Dasar Kau membuatku gila, Telingamu sangat panas.” Kata Ae Ra memegang telinga Dong Man. Dong Man tampak gelisah.
“Kau tidak boleh menyentuh telinga orang seperti itu.” Ucap Dong Man panik
“Telingamu seakan hampir meledak. Ini Panas sekali. Mungkin telingamu terinfeksi.” Ucap Ae Ra 
Dong Man mengejek Ae Ra itu bukan Dokter, dan mengatakan kalau Telinganya panas bukan karena itu, lalu melihat wajah Ae Ra yang merah dan berpikir baru saja melakukan sesuatu dan berpikir menyuntik filler di wajahnya.
“Aku tidak mampu membayar sewa, apalagi suntik filler. Kembalilah ke kamarmu.” Ucap Ae Ra.
“Nanti saja, saat Pelatih kembali. Aku tidak bisa berdua saja dengan kecoak.” Kata Dong Man
“Astaga. kau sangat menyebalkan.  Kalau begitu, bagaimana kalau kita minum lagi? Haruskah aku membeli minuman?” kata Ae Ra menghilankan rasa canggung.
“Seharusnya ada menu untuk tempat pengiriman larut malam.” Ucap Dong Man.Ae Ra mengejek Dong Man itu sangat paham dan pasti sering ke motel. Dong Man  mengaku kalau Ini kali pertamanya. 



Hye Ran menekan bel rumah Dong Man tak ada sahutan, lalu pergi ke rumah Ae Ra yang tak ada sahutan juga, dan berpikir keduanya yang tidak di rumah. Si bibi Hwang mendengarnya lalu berkomentar kalau  dilarang sebelum menikah.
Seorang mengemudikan mobil dengan foto Ae Ra tertempel dibagian depan. Terlihat seorang wanita yang juga mengemudikan mobil keluar dari gerbang tol.
Di dalam kamar terlihat berantakan dengan botol dan snack, Ae Ra tertidur lelap dan  kaget melihat Dong Man tidur disampingnya, lalu melihat dibalik selimut. Akhirnya Ia memukul kepala Dong Man, Dong Man pun bangun sambil memegang kepalanya lalu melihat Ae Ra menutupi tubuhnya dengan selimut seperti ketakutan. 

Epilog
"Motel Astaga, Kami Melakukannya!"
 Ae Ra tidur bersama dengan Dong Man datas tempat tidur, lalu Dong Man bergerak dengan memeluk Ae Ra dengan erat.
Bersambung ke episode 10

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 
INSTRAGRAM dyahdeedee09  FANPAGE Korean drama addicted

                                                                                                                                                                                  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar