PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Sabtu, 17 Juni 2017

Sinopsis Fight My Way Episode 8 Part 1

PS : All images credit and content copyright : KBS
Ae Ra mengaku kalau Jantungnya berdebar setiap kali Dong Man melakukan itu. Dong Man menatap tak percaya, Ae Ra menegaskan kembali kalau Jantungnya berdebardan Ada yang tidak beres dalam dirinya jadi meminta Dong Man agar bisa berhati-hati.
“Aku tidak keren dan terpelajar. Aku lebih mirip seekor anjing. Saat menggigit, maka tidak akan kulepas. Aku akan terus menggigit.” Kata Ae Ra memberikan perumpaan.
“Apa yang menjadikanmu seperti itu?” kata Dong Man terlihat gugup.
“Aku baru saja ingin menggigit. Sebaiknya kau waspada. Mungkin aku akan menembakkan senjata nuklir padamu. Karena itulah kita harus hati-hati.” Tegas Ae Ra lalu berjalan lebih dulu. 

Ae Ra memakai helm lalu melepaskan sepatu karena Dong Man mengendarai motor jadi harus memakainya. Dong Man terlihat sedikit gugup saat Ae Ra memakaikan helm, Ae Ra pun mengajak merek segera berangkat. Dong Man pun duduk dibelakang kemudi, Ae Ra duduk dengan memberikan penghalang tas dibagian dada.
“Hei, itu sangat tidak nyaman. Kenapa kau melakukannya?” keluh Dong Man merasa aneh.
“Agar kau bisa fokus mengemudi.” Kata Ae Ra tak ingin Dong Man merasakan bagian dadanya.
“Kau cemas tanpa alasan. Saraf punggung manusia tidak dapat mendeteksi sesuatu yang sekecil itu.” Ejek Dong Man. Ae Ra menyuruh Dong Man segera pergi saja. Mereka pun pulang dengan motor. 

Sul Hee berjalan lebih dulu dengan wajah cemberut, Joo Man meminta maaf dengan menjelaskan kalau itu kejadian yang singkat jadi tak seperti yang dipikirkana. Sul Hee kesal Joo Man yang mengulanginya. Joo Man mengaku kalau sangat kaget karena Ye Jin yang tiba-tiba  menyerangnya.
“Aku tidak bisa menampar wanita, atau juga menuntutnya.” Ucap Joo Man membela diri
“Jadi.. Bagaimana rasanya? Itu rasanya Boleh juga, 'kan?” kata Sul Hee menyindir.
“Itu hanya... Aku merasa ada siput melekat di bibirku.” Ungkap Joo Man mengumpamakan.
“Kau sangat orisinal dan detail. Kau bilang tadi Siput?” ucap Sul Hee makin kesal. Joo Man serba salah karena bukan seperti itu maksudnya.
“Jadi, maksudmu.. Apa Kau sama sekali tidak bergairah saat dia menciummu?” ucap Sul Hee. Joo Man menegaskan bukan seperti itu.
“Kalau begitu, akan kutangani siput itu.” Tegas Sul Hee lalu beranjak pergi. Joo Man binggung apa yang akan direncanakan Sul Hee pada Ye Jin. 


Dong Man gugup mengingat kembali saat Ae Ra mengakui Jantungknya berdebar setiap kali memeluknya. Keduanya terlihat gugup dan merasakan seperti tak nyaman, hanya berani menatap ponsel sambil berjalan. Dong Man akhirnya memberanikan diri untuk berbicara.
“Hei, jika kau tidak ada kegiatan lusa nanti...  Apa kau mau menonton pertandinganku? Pukul 4 sore di Gelanggang Dongchook.” Kata Dong Man
“Apa Kau bertanding lagi? Kau sudah dihajar habis-habisan, tapi tetap saja...” ucap Ae Ra terdengar khawatir.
“Bersikaplah seperti biasa.... Aku tidak keberatan.” Kata Dong Man seperti merasakan sesuatu juga. 

Keduanya kembali merasakan gugup, dengan saling melihat pandangan yang lain. Dong Man memandang langit merasa  Ada banyak bintang malam ini dan ada Bintang Ciduk. Ae Ra memberitahu kalau Yang benar itu Bintang Biduk.
“Apa Kau mau minum di Bar Namil malam ini?” tanya Dong Man tetap terlihat gugup. Ae Ra pun tak menolaknya. Dong Man malah merasa tak yakin. Ae Ra mengangguk untuk menyakinkan. 

Saat itu Sul Hee dan Joo Man datang. Dong Man merasa senang melihat keduanya karena sebagai Fantastic Four harus ke Bar Namil dan mengajak minum bersama. Sul Hee mengatakan tidak mau kalau Joo Man ikut jadi menyuruh mereka berdua saja pergi. Dong Man bingung ada apa lagi dengan mereka berdua.
“Kalau begitu, kita bertiga bisa minum.” Ajak Dong Man. Joo Man pikir  mereka sudah minum-minum.
“Wajah Ae Ra tampak merona dan Kenapa telingamu begitu merah?” kata Joo Man melihat keduanya. Dong Man dengan nada tinggi merasa Joo Man itu buta warna dan berusaha mengelak, kalau hanya karena panas. Joo Man heran melihat Dong Man harus berteriak.
“Cukup bicaranya. Ayo kita pergi... Mari kita minum maesilju.” Ajak Dong Man. Joo Man menolak dan ingin masuk rumah.
“Apa Kami berdua saja?” kata Dong Man merasa tak enak. Joo Man pikir mereka selalu minum berdua jadi tak masalah. Ae Ra hanya diam saja berusaha untuk terlihat tenang. 

Keduanya minum dengan wajah gugup, Dong Man membahas Park Moo Bin kalau akan mengurusnya. Ae Ra mengejek kalau Dong Man itu  mau menghajarnya. Dong Man menegaskan dirinya bukan gangster jadi tak ada gunanya menghajar orang
“Aku punya strategi, kau tahu itu.” Kata Dong Man. Ae Re memberitahu Moo Bin bukan orang yang bisa ditangani.
“Kenapa kau selalu berpacaran dengan preman seperti itu?” ejek Dong Man, Ae Ra merasa tak melakukannya.
“Saat SMP, seorang siswa meminjam ponselmu dan pindah sekolah... Park Doo Young.” Kata Dong Man. Ae Ra tak percaya Dong Man bisa ingat namanya.
“Dia cinta pertamamu.” Ucap Dong Man. Ae Ra mengaku pria itu  bukan cinta pertamanya.
“Di universitas, kau berkencan dengan pria di band tradisional.”ucap Dong Man. Ae Ra menegaskan mereka tidak berpacaran.
“Lalu pacar terakhir yang kau sokong selama dua tahun meninggalkanmu demi wanita lain.” Ejek Dong Man. Ae RA tak ingin membahasnya lagi.
“Sekarang ada Park Moo Bin. Apa kau mengoleksi preman? Apa Itu hobimu?” ejek Dong Man
“Kau melupakan satu orang dari daftar pria gagalku. Cinta pertamaku yang sebenarnya.” Ungkap Ae Ra. Dong Man menebak itu  Si pergelangan tangan itu.
“Ya. Berkat dia, pergelangan tanganku masih sakit setiap kali hujan.” Kata Ae Ra. Dong Man bertanya-tanya Di mana Ae Ra  temukan bajingan itu dan Bagaimana bisa jadi cinta pertamanya. 

Flash Back
Tahun 2011
Ae Ra menyanyikan lagi lirik  "Meninggalkan rumahku lalu naik kereta Aku dalam perjalanan menuju perkemahan" Dong Man meminta Ae Ra menghentikanya sambil menutup telpnya. Ae Ra pikir kalau nanti ikut wajib militer, maka akan lupa segalanya.
“Apa Kau tahu? Mereka masih menjual roti Fin.K.L di sana. Saat keadaan sulit, pria lebih merindukan pacar mereka, kau sungguh bodoh.” Ucap Dong Man
“Apa dia pacarmu? Kalian putus dua tahun lalu” kata Ae Ra lalu menyuruh melepaskan stiker foto pada koreknya. Dong Man seperti tak rela melepaskan fotonya. 

Ae Ra membawa panci dan menuliskan note “Makanlah bubur pereda mabuk ini dan ikut wajib militer. Aku tunggu. Dari ibu negaramu, Choi.”Lalu dikagetkan dengan  melihat Hye Ran yang duduk depan rumah sambil tertidur, dengan nada mengejek kalau sudah seperti tunawisma,
Ia menaiki tangga dan tak ingin mengetuk pintu karena Pasti masih tidur, menurutnya Ini kesempatan terakhirnya tidur nyenyak, lalu menaruh didepan pintu, Note yang ditempelnya terbang terbawa angin. Ae Ra kembali melihat Hye Ran yang tertidur, sambil mengumpat si penyihir.
“Dia terlihat cantik meski dengan maskara yang luntur.” Keluh Ae Ra lalu dengan sengaja membuat gaduh dari kaleng minuman. Hye Ran pun terbangun dengan terlonjak kaget

Dong Man terlihat gelisah di kamar lalu melihat note yang diselipkan didepan pintu, Hye Ran menuliskan "Kau tidak apa-apa? Aku menunggu di luar Mari kita tidak mabuk bersama. " lalu keluar melihat sepanci bubur. Hye Ran menaiki tangga dengan gaya centilnya memanggil Dong Man.
“Benarkah kau menungguku semalaman?” ucap Dong Man tak percaya melihat Hye Ran yang menunggu didepan rumah. 

Ae Ra keluar dari rumah karena lupa membawakannya kimchi, lalu berpikir kalau sudah pergi. Saat akan menaiki tangga seperti bunyi suara tikus, tapi ketika naik ke depan rumah Dong Man hanya bisa melonggo karena keduanya sedang berciuman.
Dengan wajah kesal, Ae Ra berusaha untuk kabur tapi malah menabrak sepeda dan membuatnya terjatuh dari tangga. Dong Man dan Hye Ran melihat keadaan Ae Ra. Ae Ra mengaduh kesakitan dengan memegang pegelangan tangannya.
“Apa kau masih mabuk?” pikir Dong Man melihat Ae Ra yang terjatuh.
“Apa Kau belum pergi juga dan Mau terlambat?” ucap Ae Ra sambil memegang tanganya. Hye Ran binggung karena Dong Man yang  ingin pergi.

Dong Man sudah siap pergi, Hye Ran dengan gayanya mengaku  tidak bisa hidup tanpanya. Ae Ra mengejek Hye Ran iytu berlagak seperti akan menunggunya. Dong Man menyakinkan Dua tahun akan berlalu sangat cepat. Ae Ra heran melihat Hye Ran malah memegang panci buburnya.
“Sudah kubilang aku akan memberimu semua sisa berasku. Kenapa kau membawa itu keluar? Apa aku meminta berasmu?” ucap Ae Ra heran melihat Dong Man membawa karung beras.
“Kenapa kau membawa kimchi dan terjatuh di tangga?” keluh Dong Man dan ingin melihat tangan Ae Ra yang terluka.  Ae Ra menarik tangan merasa tak perlu melihatnya dengan menahan tangisnya.
“Hei.. Apa Kau menangis? Apa kau anak kecil? Apa kau menangis karena jatuh? Sudah kubilang kau jelek saat menangis.” Ejek Dong Man
“Kau selesai tanggal 5 September 2012, 'kan? Kau akan selesai saat itu, 'kan?” kata Ae Ra, Dong Man dengan perhatian menghapus air mata Ae Ra dengan bajunya, memperingatakan  Jangan terlibat masalah Hye Ran tak percaya melihat Dong Man memberikan perhatiannya. 

Dong Man tak percaya kalau pergelangan tangannya bisa cedera karena menyukai orang dan apakah Ae Ra menghajarnya dan pantas mendapatkannya. Ae Ra pikir pria itu sungguh bodoh dan mungkin tidak tahu menyukainya.
“Kau tahu, tidak ada obat untuk kebodohan. Mereka bahkan tidak tahu bahwa mereka bodoh.” Ucap Dong Man. Ae Ra tak ingin membahasnya menyuruh Dong Man tidur saja.
“Apa kau masih memikirkan cinta pertamamu itu?” tanya Dong Man dengan wajah serius
“Cinta pertama itu seperti suntikan imunisasi. Kau gugup sebelum mendapatkannya, dan sedikit sakit saat disuntik, tapi kau baik-baik saja setelahnya. Itu hanya meninggalkan bekas.” Kata Ae Ra yang merasa kalau Dong Man sebagai cinta pertama
“Hei. Sudah kubilang, cinta pertama bukanlah apa-apa.” Ucap Dong Man. Ae Ra mengucapkan Selamat malam lalu masuk ke dalam kamar

Dong Man tidur dengan gelisah bertanya-tanya Siapa cinta pertama Ae Ra lalu melhat bagian lengan ada bekas Suntik imunisasi, lalu memikirkan siapa orangnya.
Ae Ra berbaring ditempat tidur dengan memegang pergelangan tanganya, mengumpat Dong Man yang bodoh karena tak menyadarinya lalu berusaha untuk tidur. 

[Episode 8 - Dia pernah cantik]
Dong Man terlihat bersiap dengan menyemprotkan pengharum baju pada tubuhnya. Saat sarapan ia mengeluh kalau  Diet adalah bagian terberat dari pelatihan dengan makan tak nafsu. Sul Hee pun bertanya apakah Ae Ra  memutuskan Moo Bin. Ae Ra tiba-tiba terbatuk karena tersedak, Sul Hee pun menyuruh Ae Ra agar mengunyah dengan benar.
“Memangnya kau seekor anjing?” kata Dong Man melihat tanganya diendus oleh Joo Man.
“Kenapa kau menyemprotkan Febreeze saat sarapan? Aku tidak bisa membedakan aku makan kacang atau Febreeze.” Keluh Joo Man. Dong Man membela diri kalau itu aroma kulitnya.
“Hei.. Ae Ra, apa kau petarung makanan? Kenapa tidak bicara? Apa kau sedang mempersiapkan pertarungan?” kata Joo Man. Sul Hee pikir mereka berdua bertengkar dan tidak saling bicara.
“Apa kalian pikir kami selalu bertengkar atau semacamnya?” kata Ae Ra Joo Man pikir Dong Man kembali menyebutnya jelek lagi atau mengatakan perlu terlahir kembali.
“Kapan aku sejujur itu padanya?” keluh Dong Man membela diri.
Sul Hee tiba-tiba melihat Ae Ra yang  memakai pewarna bibir. Ae Ra mengaku tidak melakukanya. Sul Hee heran melihat Ae Ra yang  memakai pewarna bibir sebelum sikat gigi. Dong Man membela diri kalau Ae Ra tidak memakai pewarna bibir tapi memang warna bibirnya. Sementara Joo Man merasa kesal wangi Febreeze di telur karena Dong Man. 


Ae Ra keluar dari rumah dan berpapasan dengan Dong Man, tapi membuatnya panik langsung kembali masuk. Dong Man mengedor pintu Ae Ra agar segera keluar. Ae Ra akhirnya keluar. Dong Man heran melihat Ae Ra seperti terkena flu.
“Apa kau masih merokok... kau Masih merokok, 'kan?” ucap Dong Man menuduh. Ae Ra mengaku tidak pernah merokok.
“Kenapa kau berhenti berjalan?” tany Dong Man.Ae Ra mengatakan karena keinginanya.
“Apa Kau mau ke suatu tempat? Menemui seseorang?” tanya Dong Man. Ae Ra mengeluh Dong Man yang banyak tanya.
“Kau pengangguran. Jadi, mau pergi ke mana?” tanya Dong Man penasaran.
“Aku akan ke toko agar bisa berhenti menjadi pengangguran. Aku ada wawancara besok jadi mau beli setelan baju.” Kata Ae Ra
Dong Man bertanya apakah akan pergi sendiri dan bagaimana dengan Sul Hee. Ae Ra mengejek apakah Sul Hee itu pengangguran. Dong Man mengangguk mengerti lalu bertanya Akan berapa lama waktunya.


Joo Man dan Sul Hee berjalan berjauhan, lalu Joo Man menyakinkan kalau  sangat singkat dan sungguh seperti siput. Sul Hee kesal menyurh Joo Man Berhentilah membicarakan siput bodoh itu. Joo Man pikir Mari bicara nanti.Sul Hee tiba-tiba datang langsung memegang bagian tas Joo Man. Joo Man panik melihat sekeliling.
“Apa Kita tidak bisa membawa tas bersama-sama? Aku tidak menggenggam tanganmu atau mengaitkan lenganku. Tidak bisakah kita membawa satu tas bodoh bersama?” kata Sul Hee.
“Lihat sekelilingmu. Siapa yang membawa sebuah tas bersama-sama?” ucap Joo Man panik
“Siapa yang mencium siput di ruang fotokopi?” kata Sul Hee kesal merasa Joo Man menjijikka lalu berjalan pergi. Joo Man kebingungan untuk menenangkan Sul Hee. 

Dong Man menunggu di dalam toko sambil minum dan mengeluh Ae Ra yang selalu  membeli pakaian secara online sepanjang tahun, tapi berbelanja untuk setiap acara, lalu mengumpat kalau Ae Ra memang Wanita sangat aneh. Menurutnya Jika Ae Ra memakai uang untuk bermain game, pasti sudah jadi nomor satu.
Ae Ra keluar dari kamar ganti meminta pendapatnya. Dong Man sempat terkesima tapi dengan santai mengatakan kalau itu Biasa saja. Ae Ra akhirnya menganti pakaian beberapa kali meminta pendapat Dong Man dan Dong Man terus mengatakan kalau itu Biasa saja.
“Jadi Untuk apa kau ikut? Aoa Kau datang untuk meminum kopinya atau hanya untuk merasakan penyejuk ruangan? Kau harus mengatakan mana yang cantik atau yang lebih baik. Katakanlah sesuatu.” Ucap Ae Ra kesal
“Semuanya tampak... cantik saat kau memakai semua itu!” teriak Dong Man yang membuat pegawai toko menahan tawa. Ae Ra pun terlihat malu karena Dong Man mengatakan kalau ia cantik. 


Sul Hee melihat Joo Man berada di ruang fotokopi, lalu masuk dan memberikan ciuman dengan cepat. Joo Man kaget tiba-tiba Sul Hee memberikan ciuman di kantor.  Direktur Choi datang memberitahu aklau  makan siang mereka menunya daging.
“Hai, Sun Hee.” Ucap Direktur Choi menyapa. Sul Hee memberitahu nama yang benar dan berjalan keluar dari ruangan.
“Pak Kim... Seperti saat kali terakhir.... Kau.. Apa mengoles sesuatu di bibirmu?” ucap Direktur Choi yang melihat bibir Joo Man basah. Joo Man hanya bisa terdiam. Direktur Choi mengejek Joo Man kalau memang  pria modis. 

Dong Man selesai mengantar Ae Ra berbelanja. Ae Ra pikir Dong Man harus pergi dan bertanya apakah itu pergi ke gelanggang olahraga lagi. Dong Man mengatakan harus Untuk berlatih karena ada pertandingan besok. Ae Ra kesal Dong Man itu tidak pernah menuruti perkataannya. .
“Kau harus dihajar habis-habisan sampai tidak mampu lagi memegang sendok dan meninggalkan seni bela diri campuran selamanya.” Ucap Ae Ra mengomel
“Kenapa kau masih mengomel?” keluh Dong Man. Ae Ra mengatakan kaan ikut untuk melihat tempatnya.

Sul Hee berjalan dari belakang sengaja memegang bokong Joo Man, Joo Man berteriak marah. Sul Hee kembali mengejek Joo Man yang Kembali dari ruang fotokopi lagi. Joo Man terlihat tak habis pikir dengan sikap Sul Hee karena  membuatny sangat gugup sampai tidak bisa bekerja. Sul Hee pikir kalau Joo Man bisa bicara supaya tidak perlu gugup.
“Kita berpacaran enam tahun, dan praktis tinggal bersama. Katakanlah aku wanita simpanan pada praktik pernikahan kita.” Ucap Sul Hee.
“Orang tidak memakai istilah "wanita simpanan" di konteks ini.” Kata Dong Man saat itu manager Wanita mereka tak sengaja mendengar
“Orang melakukannya jika pernikahan itu rahasia. Kenapa harus aku yang jadi simpanannya?” kata Sul Hee. Sang manager pun hanya bisa berdehap sambil meminta maaf dan pergi kaena ada rapat penting.

Sul Hee bertemu dengan manager diatap. Sang Manager memarahi Sul Hee yang bertindak begitu konyol seperti anak kecil. Sul Hee merasa bersalah dan seharusnya lebih hati-hati. Si manager berkata untuk apa Sul Hee melakukan itu. Sul Hee binggung dengan komentar Managernya.
“Katakan semuanya... Katakan yang sebenarnya. Kenapa kau harus diam-diam? Umumkan saja dan Teriakkan pada dunia. Hei.. "Kim Joo Man adalah milikku." Buatlah pengumuman. Jika kau tidak berani, setidaknya bersikaplah tenang.” Tegas Si Manager.
Sul Hee kembali meminta maaf. Managar merasa Sul He itu mengingatkan pada dirinya 10 tahun lalu, yaitu Menyedihkan dan meremukkan hati.


Ae Ra masuk ruang latihan, dengan nada tinggi bertanya “Apa ini bangunan temporer ilegal? Apa bangunan ini punya IMB? Adakah fasilitas pemadam kebakaran yang semestinya?” seperti ia tak ingin Dong Man terjadi sesuatu. Dong Man terlihat terus berlatih.
“Apa Kau juga menyuruhnya mengajar? Jadi Setidaknya bayar dia dengan upah minimum. Sekarang Saluran telepon Kementerian Lapangan Kerja dan Buruh adalah 1350.”kata Ae Ra mengancam.
“Hei... Byung Joo! Pukul samsak itu.” Teriak Pelatih Hwang melihat anak buahnya yang terus memukul Dong Man.
“Anak baru ini adalah samsak terbaik jadi Berhentilah pilih kasih.” Kata Byung Joo
“Bukan kau yang bertanding besok. Dia juga ada pertandingan. Kalian berdua harus hati-hati.” Kata Pelatih Hwang 

“Aku mengajarinya beberapa gerakan Atau buat saja dua pecundang saling berhadapan. Apa kau Siap?” ucap Byung Joo kembali menenang Dong Man bagian kaki,
“Kulihat.. dia senang memukuli Dong Man.” Kata Ae Ra merasa kesal. Pelatih Hwang merasa tak enak langsung bertanya apakah Ae Ra tidak ada kegiatan hari ini.  Ae Ra langsung melirik sinis.
Byung Joo makin memukul Dong Man, Pelatih Hwang kembali berteriak. Byung Joo mengkau terbawa suasana. Pelatih Hwang langsung memukul kepala Byung Joo karena Dong Man itu bukan samsak dan menyuruh Dong Man memakai sarung tinju untuk bertanding dengan benar.
“Kenapa kau beri tendangan tinggi pada orang yang pakai sarung tangan?” kata pelatih Hwang marah
“Aku harus mengayunkan tinju yang sebenarnya dan dia harus menerimanya untuk tahu rasanya. Aku membangun ambang batas rasa sakitnya.” Kata Byung Joo. Dong Man mengaku baik-baik saja, karena menurutnya Tadi itu pukulan biasa.

“Ae Ra juga mau coba... Bisa ajari aku, Pak?” ucap Ae Ra dengan gaya imutnya. Byung Joo binggung kalau diminta Ae Ra. Dong Man panik mengaku Byung Joo itu sibuk jadi Jangan asal bicara.
“Aku akan mengajarimu.” Ucap Dong Man. Ae Ra mengaku kalau bukan Dong Man tapi Byung Joo.
“Dia adalah pria paling kuat dan tampan di sini.” Ungkap Ae Ra. Byung Joo senang mengajak bermain karena tidak dilarang. Ae Ra pun masuk ring pertandingan.
“Ae Ra, jangan macam-macam padanya.” Pesan Dong Man khawatir. Byung Joo sibuk mengunakan pelindung kepala.
“Apa Kau memakai pelindung kepala untuk melawan wanita?” ejek Ae Ra dengan nada imutnya dan merasa kalau sudah kehilangan minat. Byung Joo akhirnya melepaskan helmnya mengaku sebagai pria dewasa.
“Bisakah ahli sepertimu mengetahui saat akan ditinju?” ucap Ae Ra dengan gaya imutnya. Byung Joo mengaku bisa dengan memperagakanya dengan bisa melihat secara lambat lalu menghindarinya.
Ae Ra berlatih memberikan pukulan dan Byung Joo bisa menghindarnya. Ae Ra pun memujinya,  Byung Joo dengan bangga mengatakan Seorang petarung sejati harus memiliki koordinasi mata dan tangan yang lebih baik daripada pukulan dan meminta bergerak agak lebih cepat.
Ae Ra mengaku tidak pandai meninju. Byung Joo pikir tak masalah karena bisa melihat setiap pukulan menurutnya Ahli sejati juga melindungi wajah jadi sudah menjadi naluri. Ae Ra mencoba memukul bergantian, Byung Joo meminta agar lebih cepat lagi. Ae Ra dengan sekuat tenaga pun memberikan pukulanya.
Byung Jooo terlihat marah dan ingin membalas. Dong Man langsung menjadi benteng melindung Ae Ra meminta maaf. Pelatih Hwang mengejek Byung Joo yang  ingin memukul wanita, lalu melihat hidung Byung Joo yang berdarah. 



Direktur Choi tak percaya mereka sudah  berpacaran selama enam tahun dan mereka semua tidak tahu. Pegawai lain pikir mereka itu pasangan pertama di kantor. Direktur Choi tak habis pikir mereka bisa  berpacaran pada berada dibeda lantai.
“Apa hubungan kalian lebih tentang cinta, bukannya pekerjaan?” ejek Direktur Choi
“Karena itulah kami mentraktir kalian makan siang. Mohon pengertiannya.” Ucap Si manager yang duduk dengan pasangan satu kantornya dan meminta datang ke pernikahan dengan memberikan undangan.
“Aku iri sekali.” Ucap Ye Jin melihatnya. Direktu Choi pikir Ye Jin tak perlu mengatakan itu.
“Ada beberapa orang di sini yang belum punya pacar.” Goda Direktur Choi. Ye Jin memberikan segelas minuman pada Joo Man. Joo Man melirik pada Sul Hee langsung menolaknya dengan alasan tidak minum soda.
“Dia punya pacar, Pak.” Ucap Manager pada Sul Hee. Sul Hee mengaku memang punya pacar. Manager meminta Sul Hee agar mengaku saja.
“Apa Ada lagi yang ingin berpacaran dengan rekan kerja? Jangan tiba-tiba menyodorkan undangan pernikahan pada kami.” Kata Direktur Choi seperti tak peduli.
“Aku juga sudah berpacaran selama enam tahun. Kami akan segera menikah.” Ungkap Sul Hee. Direktur Choi pun memujinya tapi terlihat tak peduli.
“Firasatku mengatakan ada pasangan yang menunggu. Pak Kim, pastikan kimchi-mu sukses, lalu kau dapat promosi dan menikah.” Kata Direktu Kim
“Dia bekerja di perusahaan besar, merupakan pegawai tetap, kelahiran 1989, golongan darahnya O, tinggi 178,7 cm, berat...” kat Sul Hee dan langsung disela oleh Direktur Choi agar langgeng.
Sul Hee binggung karena Direktur Choi seperti tak peduli. Direktur Choi lalu bertanya pada Ye Jin tentang pria ideal. Ye Jin mengaku  suka dengan Park Bo Gum. Sul Hee tak mau kalau kalau Pacarnya sangat mirip Park Bo Gum dengan nada menyindir. Joo Man langsung tersedak mendengarnya, Direktur Choi binggung berpikir Joo Man sedang mabuk.Mereka pun akan kembali ke kantor, Sul Hee memanggil Ye Jin mengajak  minum teh dengannya. Joo Man panik mendengarnya. Ye Jin pikir tak masalah lalu mengajak pergi ke cafe untuk membeli kue.


Pelatih Hwang dkk makan bersama dengan Ae Ra dan Dong Man, Pelatih Hwang merasa kalau Byung Joo menangis. Dong Man tak percaya kalau rekanya itu menangis karena dipukul oleh Ae Ra.
“Dia kena pukul di hidungnya, Bahkan Fedor akan meringis. Rasa sakit di hidung lebih kuat.” Kata Pelatih Hwang
“Dia menyerang hidung Dong Man lebih dulu dengan kakinya.” Ucap Ae Ra kesal. Saat itu Byung Joo datang Ae Ra dengan mengejek meminta maaf  terbawa suasana, sama seperti Byung Joo. Byung Joo hanya diam dan langsung beranjak pergi.
Bersambung ke part 2


FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 
INSTRAGRAM dyahdeedee09  FANPAGE Korean drama addicted

                                                                                                                                                                                  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar